• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1Latar Belakang

Dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ahmadi (2014: 50) menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi bawaan manusia agar dapat berkembang secara optimal dan mampu melakukan tugas dan kewajiban sebagai manusia di bumi dan secara lebih spesifik sebagai subjek pembangunan guna mencapai kebahagiaan hidup sekarang dan masa mendatang. Sekolah Dasar merupakan jenjang dasar untuk melanjutkan pendidikan selanjutnya. Pendidikan di Sekolah dasar haruslah memberikan makna bagi siswa melalui kegiatan belajar yang mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa. Kegiatan belajar yang disiplin merupakan strategi yang baik untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa sehingga dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Lickona (2014: 73-74) menyatakan disiplin adalah celah masuk bagi pendidikan karakter. Pendidikan karakter menegaskan bahwa jika disiplin hendak berfungsi, hal itu harus mengubah anak-anak pada sisi dalamnya. Disiplin harus mengubah sikap mereka, cara mereka berpikir dan merasa. Disiplin harus menyebabkan mereka ingin berperilaku secara berbeda. Disiplin harus membantu mereka mengembangkan kebajikan-kebajikan, penghormatan, empati, penilaian yang baik, dan pengendalian diri yang tanpa hal-hal ini, masalah disiplin muncul pertama kali.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mengajarkan siswa untuk belajar mengukur dan berhitung sehingga dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari mengenai bilangan seperti mengukur dan menghitung. Suherman (2008: 888) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan, hubungan antar bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Tinggih (dalam Suherman, 2001: 18) menyatakan bahwa matematika adalah pengetahuan yang diperoleh dengan nalar. Hal ini dimaksud bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran). Ketika siswa mulai ikut serta dan percaya diri dalam kegiatan belajar terutama pada mata pelajaran matematika guru perlu untuk mempertimbangkan ruangan agar siswa dapat mengeksplor pengetahuannya dengan kondisi lingkungan atau ruang

kelas yang memadai. Pembelajaran matematika yang seharusnya anak adalah anak dihadapkan pada kehidupan nyata yang berhubungan dengan pengukuran dan perhitungan.

Nawawi (dalam Susanto, 2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar akan maksimal jika guru melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sani (2013: 40) mengatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran tidak terlepas dari peran guru yang efektif, kondisi pembelajaran yang efektif, keterlibatan peserta didik, dan sumber belajar/lingkungan belajar yang mendukung. Oleh karena itu, perlu pendekatan yang tepat bagi siswa untuk mencapai tujuan belajar, dan salah satu pendekatan yang dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuannya yaitu dengan pendekatan kontekstual.

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 19 Juli 2016 yang dilakukan oleh peneliti kepada guru kelas IV SD Negeri Jetis Bantul mengenai proses pembelajaran matematika, cara guru untuk memperjelas konsep perkalian dan pembagian, media yang digunakan untuk memperjelas materi, kedisiplinan siswa kelas IV ketika mengikuti pembelajaran matematika, hasil belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran matematika, berapa banyak siswa yang nilai matematikanya di bawah

KKM, penyebab siswa tidak paham terhadap materi perkalian dan pembagian dan menanyakan pendekatan apa yang digunakan dalam proses pembelajaran di kelas IV SD Negeri Jetis Bantul. Guru kelas menjawab seluruh pertanyaan yang telah diberikan oleh peneliti.

Peneliti melakukan observasi bertempat di SD N Jetis Bantul pada kelas IV pada tanggal 19 Juli 2016 tentang kompetensi dasar 1.3 melakukan operasi perkalian dan pembagian. Berdasarkan hasil observasi di kelas 4 SD Negeri Jetis Bantul pada pelajaran matematika, kelemahan siswa pada pelajaran matematika adalah (1) mengerjakan tugas lebih cepat lebih baik, (2) membiasakan diri membereskan apa yang sudah dimulai, (3) menghindari mengulur-ulur waktu, (4) berusaha untuk menjadi percaya diri, (5) menghindari kecemasan, (6) merencanakan yang akan datang, (7) menyiapkan diri saat belajar. Siswa masih kurang disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Dalam pengamatan, hanya enam siswa atau presentasenya 20% dari 30 siswa yang keluar kelas dengan meminta ijin kepada guru dan yang lain masih belum meminta ijin saat keluar kelas dan ada yang tidak berminat untuk keluar kelas. Ada 25 siswa atau 83,3% dari 30 siswa yang sudah tepat waktu dalam mengumpulkan tugas. Jumlah seluruh kelas IV A SD Negeri Jetis Bantul yaitu 30 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan. Masalah-masalah tersebut merupakan masalah pendekatan yang tidak digunakan oleh guru, belum lagi masalah dari siswa itu sendiri. Rendahnya hasil belajar matematika karena adanya sugesti pada diri siswa yang sudah terlebih dahulu

menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan rumit, sehingga siswa cukup disiplin dalam mengikuti setiap pembelajaran matematika terbukti dalam kondisi awal rata-rata kedisiplinan siswa adalah 70,1 dan kondisi awal hasil belajar siswa adalah 75,4.

Salah satu cara untuk meningkatkan kedisiplinan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dan meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui pendekatan Kontekstual. Jhonson (2007: 14) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah sebuah sistem belajar didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki sebelumnya. Maka dari itu, pendekatan dalam kegiatan belajar sangat menentukan keberlangsungan kegiatan belajar. Semakin menarik pendekatan yang dipilih oleh guru, maka kegiatan belajar akan membuat siswa disiplin dalam mengikuti kegiatan belajar tersebut dan mau terlibat langsung dalam seluruh kegiatan pembelajaran. Pendekatan kontekstual adalah suatu proses pembelajaran yang bersifat menyeluruh atau holistik. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran kontekstual siswa dimotivasi sehingga mereka dapat memahami makna bahan pelajaran sesuai konteks konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural), untuk dapat

melaksanakan pengajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual diperlukan kerjasama antara guru yang mengampu mata pelajaran matematika (guru kelas) dengan peneliti yaitu melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses PTK ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru matematika untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran matematika di sekolah yang menerapkan pembelajaran dengan melalui pendekatan Kontekstual, diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan belajar siswa dan hasil belajar siswa.

1.2Pembatasan Masalah

Permasalahan peelitian ini difokuskan pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika dengan standar kompetensi 1. Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. Kompetensi 1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian.

1.3Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual yang diterapkan di kelas IV SD Negeri Jetis Bantul dalam rangka meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa?

2. Apakah penerapan pendekatan kontekstual dengan langkah-langkah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata dapat meningkatkan kedisiplinan siswa pada pelajaran matematika selama proses pembelajaran di SD Negeri Jetis Bantul?

3. Apakah penerapan pendekatan konteksual dengan langkah-langkah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian nyata dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika selama proses pembelajaran di SD Negeri Jetis Bantul?

1.4Tujuan Penelitian

Memperhatikan masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran diperlukan usaha-usaha agar dapat meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui proses pembelajaran matematika dalam rangka

meningatkan kedisiplinan dan hasil belajar di kelas IV SD Negeri Jetis Bantul dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

2. Meningkatkan kedisiplinan siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul selama proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Jetis Bantul selama proses pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual.

1.5Manfaat Penelitian

Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberikan manfaat konseptual terutama pada pembelajaran, selain itu juga kepada hasil belajar dan kedisiplinan pada pembelajaran matematika.

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian tindakan kelas mampu memberikan manfaat terhadap pembelajaran matematika, terutama dalam meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar pada pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual.

1.5.2 Manfaat Praktis

Pada manfaat praktis penelitian ini memberikan manfaat bagi: 1.5.2.1 Bagi Guru

Guru dapat menjadi fasilitator untuk membantu siswa di kelas dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru dapat lebih

banyak memberikan kemudahan dan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan siswa untuk proses belajar.

1.5.2.2 Bagi Siswa

Siswa akan menemukan sendiri dan menghubungkan pengetahuan yang diperolehnya dengan pengetahuan yang dimilikinya dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan masalah-masalah kontekstual.

1.5.2.3 Bagi Peneliti

Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk memperbaiki kinerja peneliti bahwa pendekatan kontekstual yang diterapkan pada pelajaran matematika baik bagi siswa dan sebagai pembuktian untuk membantu siswa dalam meningkatkan kedisiplinan dan hasil belajar siswa.

1.6Definisi Operasional

Pada bagian ini akan dijelaskan istilah-istilah yang digunakan pada penelitian, antara lain:

1.6.1 Kedisiplinan adalah sesuatu yang berkenaan dengan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan norma yang berlaku.

1.6.2 Hasil belajar adalah hasil pencapaian siswa melalui kegiatan belajar yang dinampakkan dalam pengetahuan dan sikap.

1.6.3 Pendekatan kontekstual adalah kosep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya di dalam kehidupan sehari-hari.

1.6.4 Siswa sekolah dasar adalah siswa dengan kemampuan berpikir secara logis meskipun harus dengan objek yang bersifat konkret.

1.6.5 Matematika adalah pelajaran yang berkaitan dengan sesuatu yang dapat dihitung atau sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk kuantitas (jumlah) dan terdapat nilai konsistensi dalam berpikir logis.

1.6.6 Pembelajaran matematika adalah proses belajar siswa dalam memahami konsep matematika dengan cara menemukan pengetahuan baru, sehingga konsep tersebut sebagai kunci untuk memecahkan masalah.

11

Dokumen terkait