• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa dekade terakhir ini istilah kepuasan masyarakat atas

pelayanan lembaga/ instansi/ kantor pemerintah di Indonesia hampir identik

dengan kualitas, artinya bahwa tinggi rendahnya derajat kepuasan masyarakat

dapat dijadikan alat ukur tentang kualitas suatu pelayanan yang ditawarkan oleh

lembaga/ instansi/ kantor pemerintah. Dalam upaya meningkatkan kualitas

pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat, beberapa peraturan telah

dikeluarkan oleh pemerintah sebagai upaya mendorong peningkatan kualitas

pelayanan publik, antara lain:

1) KEPMENPAN RI Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum

Penyelenggaraan Pelayanan publik.

2) KEPMENPAN RI Nomor : KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman Umum

Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Unit Pelayanan Instansi

Pemerintah.

3) Surat Edaran MENPAN RI Nomor : SE/10/M.PAN/07/2005 tentang Prioritas

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.

Peraturan terkait peningkatan kualitas pelayanan publik di atas intinya

berisi prinsip- prinsip pelayanan prima kepada masyarakat antara lain berupa

kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efisiensi, dan

Meningkatkan kepuasan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik

yang berkualitas merupakan hal yang sangat penting bagi lembaga non profit,

karena pelayanan publik merupakan hal yang penting untuk diwujudkan sebab

menyangkut kebutuhan masyarakat luas dalam sebuah negara. Kebutuhan

masyarakat ini disebut kebutuhan publik dan tindakan atau upaya pemenuhan

kebutuhan publik ini disebut pelayanan publik. Istilah kepuasan pengunjung,

konsumen, pelanggan, dan nasabah baik bagi instansi, lembaga, maupun

perusahaan yang bergerak pada jasa dapat diartikan sebagai tingkat perasaan

pengunjung setelah membandingkan dengan harapannya.

Kepuasan pengunjung merupakan reaksi perilaku sesudah menerima jasa

pelayanan dari suatu lembaga/ instansi/ kantor pemerintah, dimana apabila reaksi

yang dirasakan pengunjung sebagai pengguna jasa kurang puas dengan pelayanan

yang sudah diberikan tentu berkaitan dengan persepsi pengunjung dan akan

mempengaruhi penyampaian pesan/ kesan kepada pihak/ orang lain tentang

pelayanan yang diberikan. Kepuasan yang dirasakan oleh seseorang masih rendah

dapat disebabkan oleh buruknya pelayanan publik lembaga itu sendiri.

Baik buruknya pelayanan publik pada suatu lembaga penyedia jasa

berkaitan erat dengan dimensi kualitas pelayanan yang terdapat pada lembaga

tersebut. Kualitas pelayanan yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau

persepsi penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang pengunjung. Hal ini

disebabkan pengunjunglah yang mengkonsumsi serta menikmati jasa pelayanan

publik, sehingga merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa. Persepsi

pengunjung terhadap kualitas pelayanan publik merupakan penilaian yang

Salah satu lembaga yang menyediakan jasa pelayanan publik adalah

Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan. Keberadaan Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan adalah tempat untuk melaksanakan

pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang bertujuan agar

menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana

sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif

dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan

bertanggung jawab.

Berikut ini data penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak

Medan berdasarkan Status dan berdasarkan Tindak Pidana yang Dilakukan

periode 31 Desember 2012 sebagai berikut :

Tabel 1.1

Data Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan Berdasarkan Status

No Uraian Jumlah (Orang) Status

1 2 3 4 5 6 Hukuman Mati Seumur Hidup > 1 Tahun

> 3 Bulan sampai dengan 1 Tahun

≤ 3 Bulan

Kurungan Pengganti Denda

- - 315 22 - 6 Narapidana/ Anak Didik JUMLAH I 343 1 2 3 4 5

Tahanan Tingkat Penyidikan Tahanan Tingkat Penuntutan Tahanan Hakim Pengadilan Negeri Tahanan Hakim Pengadilan Tinggi Tahanan Hakim Mahkamah Agung

16 95 108 3 2 Tahanan JUMLAH II 224 JUMLAH I + II 567

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan, Data Diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 1.1 di atas diketahui penghuni Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan lebih banyak narapidana/ anak didik

yaitu sebanyak 343 orang, dan tahanan sebanyak 224 orang. Dari Tabel 1.1 juga

terlihat penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan berdasarkan

masa pidana didominasi oleh pidana diatas satu tahun (> 1 tahun) sebanyak 315

orang, masa pidana diatas tiga bulan sampai dengan satu tahun sebanyak 22

orang, dan yang sedang menjalani pidana kurungan pengganti denda sebanyak 6

orang.

Tabel 1.2

Data Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan Berdasarkan Tindak Pidana yang Dilakukan

No Tindak Pidana yang Dilakukan Pasal KUHP/ UU Jumlah (Orang) 1 Terhadap Ketertiban 154-151 9 2 Kesusilaan 281-297 33 3 Perjudian 303 6 4 Pembunuhan 338-350 14 5 Penganiayaan 351-356 7 6 Pencurian 362-364 129 7 Perampokan 365 55 8 Penggelapan 372-375 17 9 Penipuan 378 15 10 Penadahan 480-481 6 11 Narkotika UU 35/ 2009 215 12 Perlindungan Anak UU 23/ 2002 55 13 Lain- lain 6 Jumlah Keseluruhan 567

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan, Data Diolah (2013)

Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa tindak pidana yang dilakukan

didominasi oleh narkotika sebesar 37,9% dan selanjutnya berturut- turut adalah

sebesar 9,7%, kesusilaan sebesar 5,8%, penggelapan sebesar 3%, penipuan

sebesar 2,6%, pembunuhan sebesar 2,5%, terhadap ketertiban sebesar 1,6%,

penganiayaan sebesar 1,2%, dan terakhir perjudian, penadahan, dan tindak pidana

lainnya masing- masing sebesar 1,1%.

Setiap penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan

memiliki hak- hak tertentu yang sah menurut peraturan yang berlaku, dan hak

tersebut harus dijunjung tinggi oleh Petugas Pemasyarakatan. Salah satu hak

tersebut adalah hak menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang

tertentu lainnya.

Dari data Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan tahun 2012,

jumlah pengunjung Lembaga Pemasyarakatan mengalami penurunan, demikian

juga dengan jumlah penghuni yang dikunjungi, sedangkan jumlah penghuni

mengalami fluktuasi, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.3 sebagai berikut :

Tabel 1.3

Jumlah Pengunjung, Penghuni yang Dikunjungi, dan Penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan Tahun 2012

No Bulan Jumlah Pengunjung (Orang) Jumlah Penghuni yang Dikunjungi (Orang) Jumlah Penghuni (Orang) 1 Januari 275 135 581 2 Februari 247 120 582 3 Maret 252 150 599 4 April 248 153 602 5 Mei 240 179 587 6 Juni 218 180 587 7 Juli 209 185 586 8 Agustus 207 190 555 9 September 199 175 562 10 Oktober 187 150 553 11 November 193 145 591 12 Desember 191 144 573

Sumber : Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan, Data Diolah (2013)

Berdasarkan Tabel 1.3, jumlah pengunjung Lembaga Pemasyarakatan

Kelas IIA Anak Medan dari bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember

2012 mengalami penurunan. Sesuai dengan data pra survey awal yang peneliti

lakukan pada bulan Nopember 2012 terhadap sepuluh responden yang berkunjung

ke Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan, penurunan jumlah

pengunjung disebabkan Lembaga Pemasyarakatan dalam kondisi renovasi atau

perbaikan gedung termasuk tempat berkunjung, pemanggilan penghuni yang akan

dikunjungi terlalu lama, jam berkunjung yang hanya diperbolehkan 2 x 15 menit

menurut pengunjung terlalu singkat, petugas yang kurang ramah, dan kamar

mandi toilet pengunjung yang kurang bersih.

Dari Tabel 1.3 juga terlihat bahwa jumlah penghuni yang dikunjungi

mengalami penurunan. Hal ini sebagai akibat dari menurunnya jumlah

pengunjung dimana apabila jumlah pengunjung menurun maka jumlah penghuni

yang dikunjungi akan menurun pula. Hal lain yang terlihat pada Tabel 1.1 adalah

jumlah penghuni yang mengalami fluktuasi. Jumlah penghuni Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan sangat dipengaruhi oleh antara lain

banyak sedikitnya tahanan yang dititipkan oleh lembaga penegak hukum seperti

Kepolisian, Kejaksaan, dan juga Pengadilan, banyak sedikitnya Narapidana/ Anak

Didik pindahan atau dipindahkan, tinggi rendahnya vonis yang dijatuhkan oleh

Hakim, dan keberhasilan program re- integrasi berupa Pembebasan Bersyarat

(PB), Cuti Bersyarat (CB), dan Cuti Menjelang Bebas (CMB).

Penetapan status sebagai tersangka atau terdakwa bagi tahanan dan

penjatuhan pidana penjara sebagai perampasan kemerdekaan bagi narapidana/

gerak sesuai keinginannya yang dibatasi aturan ketat dalam tembok, kehilangan

kenyamanan akibat berkumpul dengan aneka ragam orang yang bukan pilihannya,

kehilangan kodrat keanekaragaman seks akibat dipisahkan paksa, kehilangan

pekerjaan/ penghasilan yang seharusnya diperoleh, kehilangan pelayanan pribadi,

serta bertambahnya pengetahuan tentang kejahatan, dapat mengakibatkan

emosional tinggi sehingga dengan mudah terpancing untuk berkelahi,

homoseksual, tekanan penyakit jiwa, dorongan melakukan pelarian pada setiap

kesempatan, dan residivisme (melakukan kejahatan ulang).

Peran keluarga (orang tua, isteri, saudara kandung), kerabat, sahabat, dan

lainnya sangat dibutuhkan untuk mengatasi atau minimal mengurangi dampak

buruk seperti tersebut di atas melalui aktivitas berkunjung ke Lembaga

Pemasyarakatan. Adapun manfaat dari kunjungan adalah :

1) Temu kangen antara pengunjung dengan yang dikunjungi sehingga terlihat

ada perhatian dan kepedulian dari pengunjung yang dapat memotivasi untuk

menjalani proses hukum bagi tahanan dan proses pembinaan bagi narapidana

dengan baik dan berharap dapat berkumpul kembali setelah bebas kelak.

2) Saat yang tepat untuk memberikan nasehat tentang hal-hal yang baik dan tidak

baik sehingga terhindar dari perilaku menyimpang/ jahat.

3) Kesempatan untuk mendengarkan dengan baik tentang permasalahan yang

dihadapi sehingga berpengaruh terhadap kesehatan jiwa.

4) Barang bawaan berupa makanan dan uang dapat bermanfaat bagi yang

dikunjungi untuk menambah asupan gizi dan membeli keperluan sehari- hari.

Dari uraian di atas nyatalah bahwa apabila pengunjung meningkat maka

sehingga semakin banyak penghuni yang mendapatkan manfaat dari kunjungan.

Sebaliknya apabila pengunjung menurun maka penghuni Lembaga

Pemasyarakatan yang dikunjungi akan menurun pula sehingga kemungkinan

terjadinya dampak buruk yang telah disebutkan di atas akan meningkat.

Secara umum ada tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan

dalam penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu pertama, besarnya diskriminasi

pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan masih dipengaruhi oleh hubungan

perkoncoan, kesamaan afiliasi politik, etnis, dan agama. Fenomena semacam ini

tetap marak walaupun telah diberlakukan Undang- undang Nomor 28 Tahun 1999

tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme (KKN) yang secara tegas menyatakan keharusan adanya kesamaan

pelayanan, bukannya diskriminasi. Kedua, tidak adanya kepastian biaya dan

waktu pelayanan. Ketidakpastian ini sering menjadi penyebab munculnya KKN,

sebab para pengguna jasa cenderung memilih menyogok dengan biaya tinggi

kepada penyelenggara pelayanan untuk mendapatkan kepastian dan kualitas

pelayanan. Ketiga, rendahnya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan

publik.

Dari ketiga masalah tersebut yang menjadi perhatian Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan adalah rendahnya tingkat kepuasan

masyarakat terhadap pelayanan publik. Oleh karena itu, sistim pelayanan publik

diharapkan mampu mengakomodir kepentingan seluruh masyarakat terhadap

berbagai aspek pelayanan publik selaku pengguna langsung dari jasa dan

Bagi Lembaga Pemasyarakatan, kepuasan pengunjung dapat berpengaruh

terhadap nama, citra, dan martabat sebagai instansi pemerintah, serta merupakan

perwujudan dari pengabdian kepada masyarakat dan semua itu ditentukan oleh

penilaian masyarakat yang menjadi pengguna jasa pelayanan publik. Mengingat

peran pelayanan berkualitas yang semakin menonjol, maka tidak heran apabila

dalam hal memberikan pelayanan yang bersifat umum patut mendapat perhatian

besar untuk mendorong perbaikan secara berkelanjutan. Pelayanan merupakan

kunci dalam berbagai usaha atau kegiatan yang bersifat jasa.

Menurut Sinambela (2008), kualitas adalah segala sesuatu yang mampu

memenuhi keinginan dan kebutuhan masyarakat. Parasuraman et al., yang dikutip

oleh Lupiyoadi (2001), mengemukakan ada lima faktor penentu kualitas

pelayanan publik yaitu : daya tanggap (responsiveness), kehandalan (reliability),

tampilan fisik (tangible), jaminan (assurance), dan kepedulian (empathy). Oleh

karena itu, setiap lembaga penyedia jasa pelayanan publik harus dapat

mewujudkan kepuasan dengan memenuhi kebutuhan pengunjung atau bahkan

melebihi harapan pengunjung dengan menggunakan lima faktor tersebut melalui

pelayanan publik yang berkualitas.

Pelayanan publik yang berkualitas seperti adanya kejelasan proses

pelayanan administrasi, persyaratan pelayanan administrasi yang cepat,

kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan, penyediaan informasi yang akurat

terkait tentang prosedur pelayanan, kelengkapan administrasi yang diperlukan

untuk mendapatkan pelayanan, keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan, kedisiplinan petugas, kemampuan individu petugas

pendukung pelayanan akan membentuk suatu harapan akan nilai pelayanan publik

sehingga masyarakat akan bertindak berdasarkan hal itu.

Tingkat persepsi tentang kualitas pelayanan yang baik akan menghasilkan

kepuasan pengunjung. Semakin tinggi nilai yang dirasakan oleh pengunjung maka

semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan yang baik. Tingginya kepuasan

pengunjung juga tidak lepas dari dukungan internal instansi, lembaga, atau

perusahaan. Nilai yang dipikirkan pengunjung, menurut Kotler (2005) adalah

selisih antara evaluasi pengunjung atas semua manfaat serta semua biaya tawaran

tertentu dan alternatif- alternatif lain yang dipikirkan. Artinya tinggi rendahnya

tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pengunjung dipengaruhi oleh nilai

pengunjung terhadap kualitas pelayanan yang ditawarkan.

Oleh karena itu, kualitas harus dimulai dari pengunjung itu sendiri dan

berakhir pada pengunjung. Spesifikasi kualitas pelayanan harus dimulai dengan

mengidentifkasi kebutuhan/ keinginan pengunjung yang dituangkan ke dalam

harapan pengunjung dan penilaian akhir diberikan oleh pengunjung melalui

informasi umpan balik yang diterima penyelenggara jasa sehingga peningkatan

kualitas pelayanan harus dilakukan dengan komunikasi yang efektif dengan

pengunjung.

Untuk mewujudkan kepuasan pengunjung pada lembaga/ instansi/ kantor

pemerintah harus mengembangkan nilai pengunjung sebagai aspek penting untuk

menjadi lembaga yang memiliki kapabilitas dalam memberikan pelayanan publik.

Lembaga Pemasyarakatan harus mampu menciptakan nilai pengalaman pada

pengunjung dengan meningkatkan pelayanan, mengembangkan pelayanan yang

pengunjung, sehingga dapat menjadi faktor penentu dalam meningkatnya

kepuasan pengunjung Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan ketertarikan penulis untuk

melanjutkan penelitian terdahulu, maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Kualitas Pelayanan Kunjungan dan Nilai Pengunjung

Terhadap Kepuasan Pengunjung Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak

Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, permasalahan dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut :

1) Apakah responsiveness secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan

pengunjung ?

2) Apakah reliability secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan

pengunjung ?

3) Apakah tangible secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan

pengunjung ?

4) Apakah assurance secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan

pengunjung ?

5) Apakah empathy secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan

pengunjung ?

6) Apakah nilai pengunjung secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan

7) Apakah responsiveness, reliability, tangible, assurance, empathy, dan nilai

pengunjung secara serempak berpengaruh terhadap kepuasan pengunjung?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini antara lain :

1) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh responsiveness secara

parsial terhadap kepuasan pengunjung.

2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh reliability secara parsial

terhadap kepuasan pengunjung.

3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tangible secara parsial

terhadap kepuasan pengunjung.

4) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh assurance secara parsial

terhadap kepuasan pengunjung.

5) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh empathy secara parsial

terhadap kepuasan pengunjung.

6) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai pengunjung secara

parsial terhadap kepuasan pengunjung.

7) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh responsiveness, reliability,

tangible, assurance, empathy, dan nilai pengunjung secara serempak

terhadap kepuasan pengunjung.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Anak Medan, dapat bermanfaat

sebagai masukan agar dapat meningkatkan dan memperbaiki program

mengenai kualitas pelayanan kunjungan.

2) Bagi penulis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

lebih mendalam mengenai kualitas pelayanan kunjungan.

3) Bagi penulis lain diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan

masukan dalam mengkaji masalah yang sama pada masa yang akan datang

Dokumen terkait