• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1. Latar Belakang

Terbentuk dan tumbuh kembangnya suatu kota dapat dicirikan dengan adanya pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitas kota. Banyak versi yang berbeda untuk mendefinisikan sebuah kota. Ditinjau dari geografi (Sutaatmaja, 2008), kota dapat diartikan sebagai sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.

Perkembangan penduduk dan kegiatan perkotaan (ekonomi sosial) akan berdampak pada perkembangan kota dengan peningkatan kebutuhan fasilitas baik fasilitas umum maupun fasilitas sosial. Biasanya kebutuhan penduduk kota meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Salah satunya adalah kebutuhan akan kesehatan yang merupakan faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia.

Menurut Bloom (1981) dalam Budihardjo (2008), paradigma kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek, walaupun besarnya kepentingan relatif dari masing- masing aspek tersebut tidak sama. Berturut-turut besarnya pengaruh tersebut yaitu

1)lingkungan, yang meliputi lingkungan fisik dan sosiokultural, 2) aspek perilaku, sikap, tingkah laku serta adat istiadat, 3)aspek pelayanan kesehatan yang meliputi pencegahan, pengobatan, perawatan dan rehabilitasi, dan 4) aspek keturunan atau herediter.

Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan yang optimal. Hal tersebut sebagai akuntabilitas rumah sakit supaya mampu bersaing dengan rumah sakit lainnya. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif, mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat.

Rumah sakit menjadi ujung tombak pembangunan dan pelayanan kesehatan masyarakat, namun tidak semua rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki standar pelayanan dan kualitas pelayanan yang sama. Semakin banyak rumah sakit di Indonesia serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, rumah sakit harus berupaya survive di tengah persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.

Hal ini menjadi salah satu dasar rumah sakit untuk memberikan pelayanan prima pada setiap jenis pelayanan yang diberikan baik untuk pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, maupun pelayanan gawat darurat. Pelayanan yang optimal pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Dalam usaha memberikan pelayanan tersebut, ditinjau dari aspek praktis memiliki beberapa kriteria

yaitu masalah kesederhanaan pelayanan, kejelasan dan kepastian pelayanan, bagaimana keamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh rumah sakit dan bagaimana rumah sakit ini memberikan informasi kepada pasien.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan rumah sakit Kelas C yang berada di ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu Sipirok yang memberikan pelayanan kesehatan ±287.334 Jiwa (Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2008). Selama ini memberikan perawatan rawat inap yaitu rawat inap 1 (unit paru dan syaraf), rawat inap 2 (unit bedah dan anak), rawat inap 3 (unit penyakit dalam) dan rawat inap VIP. Rumah sakit ini mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya perujukan (Profil RSUD Kabupaten Tapsel, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Pudjiantoro (2008), tentang pengembangan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang mengungkapkan bahwa masyarakat yang paling banyak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan adalah masyarakat yang berdomisili dekat dengan sarana pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang diamati dari tahun 2011 berdasarkan domisili menunjukkan angka yang tidak berimbang antara pasien yang berasal dari Kota Sipirok dan pasien

Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didominasi oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sipirok atau yang dekat dengan letak rumah sakit. seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Pasien Ruang Rawat Inap dan Rawat Jalan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Sekitarnya Tahun 2011

No Nama Kecamatan Jumlah Kunjungan Tahun 2011 Rawat Inap Rawat Jalan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Sipirok Arse

Saipar Dolok Hole Aek Bilah Angkola Timur Angkola Barat Angkola Selatan Batangtoru Batang Angkola Sayur Matinggi Marancar Muara Batangtoru Simangumban 362 68 54 16 19 4 3 4 18 9 4 5 37 2.022 680 521 324 294 10 16 5 85 8 4 9 52 Total 603 4.030

Sumber : Profil RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011

Salah satu yang menjadi faktor penyebab tersebut adalah jauhnya jarak antara rumah sakit dengan tempat tinggal penduduk, terutama masyarakat yang tinggal di luar Kecamatan Sipirok, untuk kecamatan yang wilayahnya berada dekat dengan kota Padangsidimpuan seperti Kecamatan Angkola Barat, Angkola Selatan, Batangtoru, Batang Angkola, Sayur Matinggi lebih memilih berobat ke RSUD Kota Padangsidimpuan dan sarana pelayanan kesehatan lainnya di Kota Padang sidimpuan, karena untuk sampai ke RSUD Kab. Tapanuli Selatan terlebih dahulu harus melewati

Kota Padangsidimpuan. Bahkan sebagian masyarakat di Kecamatan Sayur Matinggi ada yang berobat ke RSUD Panyabungan dikarenakan Kecamatan Sayur Matinggi dekat dengan Kab. Mandailing Natal.

Alat transportasi yang belum memadai seperti transportasi kendaraan yang sangat terbatas hanya 1 kali dalam 1 minggu dan jalan yang harus ditempuh masih berbatu dan bergunung-gunung, dan ketidakmampuan ekonomi masyarakat. Hal ini diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pasien dan keluarga yang membawa pasien ke rumah sakit dalam keadaan sudah sangat gawat dan selalu dengan alasan jarak tempuh yang jauh antara letak rumah sakit dengan desa tempat tinggal pasien dan alat transportasi yang sangat terbatas. Seperti yang diungkapkan Kepala Desa Pangaribuan kepada harian Metro Tabagsel yang terbit pada hari Senin tanggal 9 April 2012 mengatakan jika ada warga yang sakit, bidan desa dari desa lain akan dipanggil atau warga ditandu ke rumah sakit di Sipirok. Tetapi mengingat jalur jalan yang dilewati berupa hutan terkadang menjadi kendala. Sehingga kerap kali warga yang kondisinya sudah parah hanya dibawa ke puskesmas.

Pembangunan kesehatan yang telah diselenggarakan dalam beberapa dekade ini, telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit sebuah puskesmas. Lebih dari 40% desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah (Hapsara, 2004). Jumlah puskesmas di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 8.931 dan 22.650 puskesmas pembantu, dan 7.312 puskesmas keliling. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2009 sebesar 3,50 pada tahun 2011 meningkat menjadi 3,78

Sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan sudah ada di setiap kecamatan namun sarana dan prasarana yang ada masih sangat terbatas dan tenaga kesehatan yang terbatas di puskesmas mengakibatkan masyarakat kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada sehingga banyak pasien yang berobat ke rumah sakit sudah dalam keadaan kritis atau gawat karena kurang mendapatkan penanganan di puskesmas.

Demikian juga halnya dengan jumlah sumber daya manusia kesehatan yang ada di kecamatan belum memadai. Penyebaran SDM kesehatan juga belum menggembirakan, sekalipun sejak tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan dokter dan bidan dengan sistem PTT. Kebijakan pegawai tidak tetap (PTT) belum mampu menempatkan tenaga kesehatan (dokter umum, dokter gigi, bidan) secara merata, khususnya di daerah dengan geografi sulit. Seperti yang diungkapkan Kepala desa Pangaribuan kepada Metro Tabagsel bahwa 136 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di 3 dusun sangat mengharapkan kehadiran bidan desa, karena selama ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih dilakukan oleh bidan desa terdekat yaitu desa Dolok Sordang Julu. Padahal jaraknya cukup jauh sehingga pasien maupun bidan desa mengalami kesulitan tertentu dalam mendapatkan dan memberikan pelayanan kesehatan.

Hapsara (2004) juga mengatakan pemerataan sarana pelayanan kesehatan dasar juga diikuti dengan penambahan sarana pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit) dengan penyediaan upaya pelayanan medis spesialistis. Pemerintah telah melengkapi sarana tersebut dengan tenaga dokter spesialis, khususnya spesialis penyakit dalam, penyakit anak, bedah dan kebidanan. Lebih dari 80% RSU kelas C di kabupaten dan kota telah mempunyai dokter spesialis dasar.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai satu-satunya rumah sakit yang ada di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan selalu berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya baik dari segi medis, peralatan dan lain sebagainya. Dari segi tenaga medis RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki dokter umum sebanyak 4 orang, dokter spesialis sebanyak 9 orang, dari segi tenaga paramedis RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki 110 orang tenaga para medis dengan latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan, D-III Keperawatan, D-III Kebidanan dan SPK. RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan juga memiliki peralatan CT-Scan dan Haemodialisa yang belum dimiliki oleh rumah sakit di sekitar Kabupaten Tapanuli Selatan.

Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Medis dan Para Medis Rumah Sakit Umum Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Dokter Umum

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dokter Spesialis Anak

Dokter Spesialis (PPDS) Bedah

Dokter Spesialis (PPDS) Kebidanan/Peny. Kandungan Dokter Spesialis Anastesi

Dokter Spesialis (PPDS) Radiologi Dokter Spesialis Paru

Dokter Spesialis Syaraf

Dokter Spesialis Patologi Klinik

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Jumlah 13 1. 2. 3. 4. Sarjana Keperawatan Diploma III Keperawatan SPK

Diploma III Kebidanan

1 73

6 30

Jumlah 110

Masalah lain yang sering dihadapi secara umum oleh rumah sakit adalah rumah sakit belum mampu memberikan sesuatu hal yang benar-benar diharapkan pengguna jasa. Faktor utama tersebut karena pelayanan yang diberikan berkualitas rendah sehingga belum dapat menghasilkan pelayanan yang diharapkan pasien. rumah sakit merupakan organisasi yang menjual jasa, maka pelayanan yang berkualitas merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Bila pasien tidak menemukan kepuasan dari pelayanan yang diberikan maka pasien cenderung mengambil keputusan tidak melakukan kunjungan ulang pada rumah sakit tersebut. Hal ini diketahui dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 20 orang pasien yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang menyatakan pentingnya pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Masih kurang baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sering didengar dari keluhan keluarga pasien yang mengatakan kurangnya perhatian dokter terhadap pasien, dokter hanya masuk 2 kali seminggu dan sering tidak berada di tempat, pergantian shift dinas perawat tidak tepat waktu, dan perawat kadang-kadang datang terlambat. Hal tersebut berdampak pada kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada tahun 2011 BOR (Bed Occupancy Rate) RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan mencapai 37,8%. Hal ini dapat dilihat dari hasil kunjungan pasien rawat inap, dimana hasil pencapaian BOR cenderung menurun dan belum mencapai target yaitu 60-85%. LOS (length of Stay) RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 5 hari, BTO (Bed Turn Over) adalah 10 kali, dan TOI (Turn Over Interval) adalah 8 hari.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hendrajana (2005) tentang pengaruh kualitas pelayanan medis, paramedis, dan penunjang medis terhadap kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara berbagai variabel kualitas pelayanan terhadap keputusan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Penelitian lainnya tentang mutu pelayanan terhadap kepuasan pernah dilakukan oleh Saprijal (2005) yang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh persepsi mutu pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan pasien askes di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Sedangkan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yuliardi (2007) bahwa ada pengaruh persepsi pasien tentang mutu pelayanan Rumah Sakit terhadap kunjungan ulang pasien rawat inap Kelas I dan II di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didapatkan adanya gejala penurunan jumlah kunjungan pasien rawat inap maupun rawat jalan. Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2010 sebanyak 608 menurun menjadi 603 atau 2,4% pada tahun 2011 walaupun sudah ada penambahan ruang rawat inap III baru yang digunakan sejak bulan April 2011. Pasien rawat jalan pada tahun 2010 sebanyak 4.129 menurun pada tahun 2011 menjadi 4.030 atau turun sebesar 3,2%. Terjadinya penurunan jumlah pasien tersebut disebabkan oleh banyak faktor, namun beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap penurunan jumlah kunjungan tersebut karena

pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan di rumah sakit pada pasien yang melakukan rawat inap dan rawat jalan sehingga pasien mengambil keputusan kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. Adapun jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 1.3. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2010-2011

No Bulan Tahun 2010 2011 Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 40 39 40 53 53 59 64 64 49 52 55 50 372 312 218 293 298 358 354 427 491 302 389 348 57 41 43 41 65 66 52 51 43 44 28 72 368 263 301 312 459 382 362 336 293 304 320 330 Jumlah 618 4162 603 4030

Rata-rata Per Bulan 52 347 50 336

Jumlah Penurunan dalam Persen (%) 2,4% 3,2% Sumber: Profil RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

Mengingat adanya permasalahan berkaitan dengan letak geografis dan kualitas pelayanan tenaga kesehatan maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga ke depannya

masalah administratif dan klinis yang mempengaruhi kualitas pelayanan dan pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat sekitar dapat ditingkatkan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : Apakah letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak: 1. Bagi kepentingan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian dan memberikan gambaran mengenai pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan

pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Bagi Kepentingan Program : RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyusun rencana strategi dan jenis pelayanan yang sesuai dengan apa yang diharapkan pasien. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan perumusan kebijakan dalam rangka pengembangan mutu pelayanan kesehatan pada masa mendatang.

3. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Bagi Peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian sejenis yang berkaitan dengan pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

Dokumen terkait