• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN

E. Pendalaman Analisis

Untuk mendalami hasil penelitian, peneliti melakukan wawancara terhadap siswa yang kemampuan penalaran dan prestasi belajar maupun disposisi dan prestasi belajar tidak tergolong tidak berkorelasi positif atau diskonkordan. Berikut merupakan kategori kemampuan penalaran, disposisi matematis dan prestasi belajar dari kelas VIII G Tahun Ajaran 2015/2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.18 Kategori Penalaran, Disposisi dan Prestasi Belajar

Siswa Penalaran Disposisi Prestasi Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori

S1 45 Cukup 52.5 Cukup 70 Tinggi

S3 85 Sangat

Tinggi 79.17 Tinggi 94

Sangat Tinggi S4 20 Sangat

Rendah 67.5 Tinggi 58 Cukup

S5 60 Cukup 69.17 Tinggi 52 Cukup

S6 60 Cukup 56.67 Cukup 78 Tinggi

S7 60 Cukup 55 Cukup 92 Sangat

Tinggi

S8 65 Tinggi 57.5 Cukup 78 Tinggi

S9 60 Cukup 73.33 Tinggi 74 Tinggi S10 60 Cukup 81.67 Sangat

Tinggi 100

Sangat Tinggi S11 25 Rendah 65.83 Tinggi 58 Cukup S12 55 Cukup 68.33 Tinggi 80 Tinggi S13 60 Cukup 53.33 Cukup 76 Tinggi S14 75 Tinggi 60.83 Cukup 100 Sangat Tinggi S15 35 Rendah 64.17 Tinggi 88 Sangat Tinggi S16 25 Rendah 68.33 Tinggi 76 Tinggi

S17 55 Cukup 57.5 Cukup 76 Tinggi

S18 35 Rendah 70.83 Tinggi 90 Sangat Tinggi

S19 30 Rendah 40 Rendah 84 Sangat

S20 35 Rendah 63.33 Tinggi 90 Sangat Tinggi S21 55 Cukup 69.17 Tinggi 90 Sangat Tinggi S22 30 Rendah 50.83 Cukup 92 Sangat Tinggi S23 35 Rendah 60,75 Tinggi 92 Sangat Tinggi S25 70 Tinggi 69.17 Tinggi 76 Tinggi S26 30 Rendah 66.67 Tinggi 74 Tinggi

S27 80 Tinggi 60 Cukup 92 Sangat

Tinggi S28 50 Rendah 84.17 Sangat

Tinggi 80 Tinggi S29 30 Rendah 79.17 Tinggi 68 Tinggi S30 70 Tinggi 73.33 Tinggi 100 Sangat Tinggi S31 35 Rendah 73.33 Tinggi 54 Cukup S32 35 Rendah 70.83 Tinggi 90 Sangat Tinggi S33 100 Sangat

Tinggi 76.67 Tinggi 98

Sangat Tinggi S34 55 Cukup 65.83 Tinggi 74 Tinggi

Dari Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa ada kasus negatif yaitu terdapat beberapa siswa yang termasuk dalam kategori diskonkordan yang memiliki hasil tidak umum. Adapun kategori yang dimaksud adalah siswa yang memiliki penalaran rendah namun prestasi belajar sangat tinggi, siswa dengan penalaran rendah dan disposisi rendah namun prestasi belajar sangat tinggi, siswa dengan penalaran tinggi dan disposisi cukup namun prestasi belajar sangat tinggi, dan siswa dengan penalaran cukup dan disposisi cukup namun prestasi belajar sangat tinggi. Wawancara dilakukan pada bulan Juni 2016. Hasil wawancara adalah sebagai berikut. (Hasil transkrip wawancara terdapat pada

1. Siswa dengan penalaran rendah sedangkan prestasi belajar sangat tinggi

a. Siswa (S15) merupakan siswa yang cukup rajin. Hasil observasi dan kuesioner menunjukkan hasil yang cukup sesuai dengan hasil wawancara. Di kelas, siswa (S15) ikut berdiskusi dan mengerjakan LKS yang diberikan guru, namun terkadang siswa lebih senang untuk berbicara dengan teman sekelompoknya apabila guru tidak jelas saat menjelaskan materi. Siswa (S15) jarang belajar materi kubus dan balok karena menurutnya materi ini hanya diulang-ulang saja dan tidak terlalu sulit. Siswa (S15) hanya belajar kubus dan balok sebelum ulangan saja, dan hanya belajar di sekolah. Siswa (S15) pun jarang mencari referensi atau sumber lain untuk menambah pengetahuannya tentang matematika. Walaupun siswa (S15) hanya belajar di sekolah sebelum ulangan, namun siswa (S15) tetap mendapatkan hasil ulangan yang tinggi. Hal ini dikarenakan bagi siswa (S15), soal ulangan tidak sulit. Berbeda dengan tes penalaran, bagi siswa (S15) tes penalaran sulit. Hal ini dikarenakan siswa (S15) tidak berbakat dengan soal yang membutuhkan logika.

b. Siswa (S22) tidak memiliki kepercayaan diri saat belajar matematika. Bagi siswa (S22), ia tidak pandai dalam matematika. Hal ini dikarenakan dalam matematika, banyak

menggunakan logika sehingga pada saat tes penalaran nilainya tidak bagus. Siswa (S22) hanya belajar materi kubus dan balok saat ulangan saja. Siswa (S22) belajar sendiri di rumah tanpa mengikuti les. Siswa (S22) tidak berusaha mencari referensi atau sumber lain untuk menambah pengetahuannya tentang matematika. Di kelas, siswa (S22) cenderung lebih senang berbicara dengan temannya dibandingkan mendengarkan penjelasan dari gurunya. Siswa (S22) lebih senang berbicara dengan temannya karena bosan dengan penjelasan guru. Menurut siswa (S22) terkadang guru tidak jelas dalam mengajar sehingga menjadi tidak paham dengan materi yang disampaikan. Selain itu, terkadang guru terlalu cepat dalam menjelaskan dan tidak semangat dalam mengajar sehingga siswa (S22) malas untuk memperhatikan guru. Menurut siswa (S22) ulangan kubus dan balok tidak terlalu sulit, karena biasanya siswa (S22) tidak tuntas dalam ulangan matematika. 2. Siswa dengan penalaran rendah dan disposisi rendah sedangkan

prestasi belajar sangat tinggi

Siswa (S19) menunjukkan hasil kuesioner yang cukup sesuai dengan hasil wawancara. Siswa (S19) dengan penalaran rendah tidak suka mengerjakan soal yang menggunakan logika. Hal ini dikarenakan bagi siswa (S19) logikanya tidak jalan, namun apabila soalnya sederhana hanya mensubtitusikan rumus saja,

siswa (S19) dapat mengerjakannya. Siswa (S19) jarang mendengarkan penjelasan guru dikarenakan guru menjelaskannya terlalu cepat sehingga tidak mudah dipahami. Siswa (S19) cenderung lebih senang berbicara dengan teman sekelompoknya dibandingkan mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa (S19) termasuk siswa yang kurang mempunyai usaha yang besar dalam belajar matematika. Apabila tidak paham dengan materi, siswa (S19) lebih berani bertanya kepada teman dibandingkan bertanya dengan guru. Namun apabila temannya juga tidak paham, siswa (S19) cenderung pasrah saja. Siswa (S19) juga tidak senang mencari sumber atau referensi lain untuk menambah pengetahuannya tentang matematika. Siswa (S19) tidak diperkenankan untuk mengikuti les oleh orang tuanya, oleh karena itu siswa (S19) belajar dengan orang tua. Orang tua siswa (S19) adalah seorang guru. Namun apabila orang tuanya sibuk atau tidak ada di rumah, siswa (S19) lebih memilih untuk tidak belajar. 3. Siswa dengan penalaran tinggi dan disposisi cukup sedangkan

prestasi belajar sangat tinggi

Siswa (S27) merupakan siswa yang tertarik dengan materi kubus dan balok. Hal ini dikarenakan siswa (S27) menyukai pelajaran yang berbentuk bangun ruang. Siswa (27) juga menyukai pembelajaran dengan cara diskusi kelompok. Bagi siswa (S27), dengan diskusi kelompok pembelajaran lebih menyenangkan

karena menjadi tidak bosan. Namun siswa (S27) tidak senang mencari referensi atau sumber lain untuk menambah pengetahuannya tentang matematika. Siswa (27) hanya belajar dari LKS dan buku cetak yang diberikan oleh guru. Siswa (27) juga hanya belajar kubus dan balok pada waktu ulangan saja. Hal ini dikarenakan bagi siswa (S27) materinya sudah pernah dipelajari sewaktu duduk di kelas 6 SD, sehingga tidak terlalu sulit baginya untuk memahami materi kubus dan balok di SMP. Siswa (27) lebih senang mengerjakan soal yang menggunakan nalar atau logika daripada soal yang banyak menghafalkan rumus.

4. Siswa dengan penalaran cukup dan disposisi cukup sedangkan prestasi belajar sangat tinggi

Siswa (S19) menunjukkan hasil kuesioner yang cukup sesuai dengan hasil wawancara. Siswa (S7) merupakan siswa yang tidak menyukai matematika. Siswa (S7) jarang mendengarkan penjelasan dari guru dan lebih senang untuk berbicara dengan temannya sewaktu pelajaran berlangsung. Siswa (S7) juga tidak senang mencari referensi atau sumber lain untuk menambah pengetahuannya tentang matematika. Hal ini dikarenakan siswa tidak suka dengan matematika, jadi apapun yang berhubungan dengan matematika siswa (S7) tidak begitu tertarik. Bagi siswa (S7) soal ulangan kubus dan balok adalah soal yang tidak terlalu sulit sehingga siswa (S7) dapat mengerjakannya. Berbeda dengan

soal penalaran, bagi siswa (S7) soal penalaran adalah soal yang sulit karena membutuhkan logika dalam mengerjakannya.

5. Siswa dengan penalaran rendah dan disposisi tinggi sedangkan prestasi belajar sangat tinggi

Siswa (S18) selalu mendengarkan penjelasan dari guru dan siswa (S18) selalu berusaha memahami apa yang diajarkan oleh guru. Apabila siswa (S18) tidak paham dengan soal atau materi yang disampaikan, siswa (S18) tidak segan untuk bertanya kepada temannya. Menurut siswa (S18), pembelajaran menggunakan diskusi kelompok lebih menyenangkan dibandingkan pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan soal. Hal ini dikarenakan dengan adanya diskusi kelompok, siswa (S18) dapat lebih memahami materi. Namun siswa (S18) hanya belajar apabila ada ulangan saja, selebihnya hanya baca-baca saja jika tidak malas. Apabila siswa (S18) tidak paham dengan soal yang diberikan guru, siswa (S18) cenderung menggambar. Bagi siswa (S18), soal penalaran merupakan soal yang sulit. Siswa (S18) tidak serius mengerjakan soal penalaran sehingga ia tidak mendapatkan nilai penalaran yang bagus. Pada saat tes penalaran siswa (S18) lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar. Hal ini siswa (S18) lakukan karena sudah tidak bisa mengerjakan lagi. Sedangkan menurut siswa (S18), soal ulangan harian tidak begitu sulit sehingga siswa (S18) mendapatkan nilai yang tinggi.

6. Siswa dengan penalaran cukup dan disposisi tinggi sedangkan prestasi belajar tinggi

Siswa (S34) merupakan siswa yang kurang mempunyai kemauan besar untuk belajar matematika. Hasil kuesioner kurang sesuai dengan hasil wawancara. Siswa (S34) belajar materi kubus dan balok hanya sebelum ulangan saja. Siswa (S34) cenderung lebih suka menonton tv, karena bagi siswa (S34) menonton tv lebih menarik daripada belajar. Siswa (S34) juga tidak mencari referensi atau sumber lain untuk menambah pengetahuan tentang matematika. Namun siswa (S34) tidak malu untuk bertanya kepada teman apabila tidak paham dengan soal atau materi yang disampaikan oleh gurunya. Siswa (S34) lebih senang bertanya kepada teman daripada dengan guru. Hal ini dikarenakan siswa (S34) malu untuk bertanya pada guru. Hambatan siswa (S34) saat pembelajaran adalah apabila ada teman yang mengajak cerita. Apabila ada temannya yang mengajak cerita, dia juga akan menanggapi sehingga menjadi tidak mendengarkan penjelasan dari guru. Menurut siswa (S34), penjelasan dari guru kadang tidak jelas karena kurang detail menjelaskannya. Siswa (S34) hanya mendapatkan nilai ulangan 74 dikarenakan tidak maksimal belajarnya.

Dokumen terkait