SALAH SATU BENTUK USAHA PENDAMPINGAN HIDUP ROHANI PARA SUSTER USIA LANJUT
D. Contoh Pertemuan Katekese Model Biblis dalam Pendampingan Para Suster SFD Usia Lanjut
4) Pendalaman Pengalaman Hidup
a) Pengantar
Pendamping mengajak para suster untuk melihat kembali surat yang
ditulis oleh Sr Rafael SFD dalam menanggapi salah satu semangat hidup
persekutuan SFD yaitu semangat doa yang diambil dari cuplikan karangan Suster
Marie Yoseph. Buku itu berjudul “Bersatu Hati”
b) Pendamping membagikan teks surat dari Sr Rafael SFD kepada para suster
kemudian salah satu suster membaca teks tersebut. Setelah itu secara pribadi
para suster mengulang kembali di dalam hati mereka untuk membaca teks
tersebut sambil merenungkannya masing-masing (Lampiran 5).
c) Setelah mereka merefleksikan secara pribadi teks tersebut pendamping
mengajak para suster untuk mensharingkan hasil permenungan mereka
masing-masing dalam kelompok kecil dengan bantuan pertanyaan sebagai
berikut:
(1) Pesan apa yang mau disampaikan oleh Sr Rafael SFD kepada para suster
SFD?
(2) Sejauh mana semangat doa sudah dihidupi oleh para suster khususnya bagi
para suster usia lanjut yang merupakan bentuk semangat persekutuan SFD
yang telah diwariskan oleh pendiri Sr Marie Yoseph?
5) Penerapan dalam hidup
a) Pengantar
Para suster yang terkasih setelah merenungkan bersama dalam kelompok
oleh suster pendiri SFD Sr Marie Yoseph. Marilah bersama-sama mendalami inti
pesan dari Surat Sr Rafael SFD.
b) Rangkuman pendalaman pengalaman hidup
Bagi suster Marie Yoseph bahwa semangat doa merupakan dasar dan
fundamen yang menopang hidup para suster SFD. Semangat doa adalah
kehidupan jiwa yang paling dalam, yang paling pribadi dalam diri para suster
SFD, di sanalah terdapat sumber kekuatan batin dan di situlah Tuhan menyentuh.
Maka pentinglah bagi para suster SFD untuk senantiasa memelihara hidup jiwa
dengan doa.
Sumber dari semangat doa dari para suster SFD berpola pada hidup rasuli
Gereja purba yaitu terbuka akan Roh, merindukan kedatangan Roh, bersatu
dalam doa, disemangati oleh Roh sehingga menjadi alat pembawa damai dan
cinta kepada manusia. Dengan itu para suster SFD menjadi manusia pendoa yang
mengarahkan kompas pada kehendak Tuhan dengan segala apa yang benar dan
tahan uji.
Para suster SFD dalam menghidupi semangat doa baiklah secara teratur
mengundurkan diri, mencari keheningan dan berusaha untuk menjalin kontak
dengan diri yang paling dalam dimana Tuhan menyentuh kita. Orang yang hidup
dalam hubungan dengan yang tersembunyi tidak mudah merasa letih lesu, karena
kekuatannya tetap terpelihara.
Surat Sr Rafael SFD juga menyapa para suster SFD yang hampir atau
sama sekali tidak mampu lagi untuk bekerja, doa merupakan pusat pembangkit
tenaga dalam persaudaraan SFD. Begitu pula Bapak Fransiskus, setiap saudara
karena apabila satu berkotbah yang lain mendapat tugas untuk berdoa supaya
kotbah dapat berhasil.
Kesuburan pekerjaan sangat tergantung pada berkat Tuhan bukan pada
kuasa sendiri, maka dengan itu para suster dalam tugas suster sesama melalui
doa secara nyata memberi sumbangan pada tercapainya tujuan kongregasi dan
keselamatan dunia. Kitab Nabi Yesaya 40:43, menguatkan serta meneguhkan
para suster SFD dalam hal doa melalui kata-kata berikut ini: “Mereka yang
menantikan-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama
rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya: mereka berlari dan tidak
menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lemah”.
6) Penutup
a) Para suster diajak untuk hening sejenak melihat kembali perjalanan
pendalaman iman yang sudah dilalui bersama. Sambil mengingat
permenungan tentang pokok-pokok renungan yang baru saja diolah dan
digali bersama.
b) Pendamping mengajak para suster untuk mengungkapkan permohonan-
permohonan dalam doa spontan.
c) Pendamping mengajak para suster untuk meneguhkan seluruh niat dan doa
dengan doa yang diajarkan oleh Kristus kepada kita yaitu Doa Bapa Kami
d) Pendamping menyampaikan inti sari dari seluruh rangkaian proses katekese
pada kali ini, dan menutup pertemuan dengan lagu penutup dari teks yang
berjudul “Ku Tahu Tuhanku” (lampiran, 1f).
BAB V PENUTUP
Penulis dalam bab terakhir bagian penutup akan menguraikan dua pokok
pikiran. Pertama, kesimpulan yang berisi tentang ringkasan inti dari penulisan.
Sedangkan yang kedua adalah saran berupa usulan bagi pendamping yang
melayani para suster SFD yang sudah usia lanjut untuk semakin menghayati,
mendalami dan mewujudkan hidup rohani para suster SFD usia lanjut di
Komunitas San Damiano Pati Jawa Tengah.
A. Kesimpulan
1. Pemasalahan yang dialami oleh para usia lanjut, khususnya para suster
SFD usia lanjut di masa tuanya yaitu melemahnya kondisi fisik dan mental.
Keadaan yang demikian diterima dengan senang hati dan penuh syukur.
Kemampuan mensyukuri keberadaannya di masa usia lanjut, inilah
menjadi tanda kedewasaan atau kematangan secara rohani.
2. Masa tua merupakan masa yang istimewa yang dianugerahkan Allah
kapada para suster usia lanjut untuk menata dan memperdalam kembali
hidup rohani mereka sebagai seorang religius pada umumnya, dan
menggali semangat spiritualitas pendiri kongregasi SFD pada khususnya.
3. Menuju pada kematangan rohani, para usia lanjut melalui jalan menuju
kegelapan, jalan menuju cahaya, dan pada akhirnya sampailah pada jalan
paskah yaitu jalan kebangkitan bagi orang mati. Para suster SFD usia lanjut
dalam masa tuanya hendaknya memiliki sikap lepas babas dan
mengenakan cara hidup baru, memiliki peluang yang khas sebagai pendoa
intensif dan mampu menghadirkan keheningan iman.
4. Katekese biblis berperan dalam mambantu para suster SFD usia lanjut
untuk kembali pada sumber hidup Kristiani yaitu Kitab Suci bertemu
dengan sabda Allah dalam teks Kitab Suci, serta berdialog dengan
pengalaman iman Gereja perdana. Katekese biblis sendiri merupakan
sumber inspirasi hidup religius, demikian juga konstitusi merupakan
penegasan dan pengkonkritan semangat Injili. Menjadi kebutuhan para
suster SFD usia lanjut bahwa sabda Allah mulai dipertajam lagi sehingga
membangun hidup rohani sebagai seorang religius SFD yang sejati.
5. Rangkaian pertemuan katekese model biblis dikemas dalam satu paket
kegiatan rekoleksi. Mengingat adanya peluang yang khas dimiliki oleh
para suster SFD usia lanjut salah satunya menjadi pendoa intensif maka,
para suster SFD usia lanjut diberi kesempatan dalam waktu yang panjang
untuk menghayati usia lanjut berdasarkan spiritualitas Kongregasi Suster
Fransiskus Dina.
B. Saran
Setelah penulis menimba kekayaan hidup masa usia lanjut maka sebagai
bahan masukan bagi Kongregasi Suster-suster Fransiskus Dina pada umumnya,
dan secara khusus para suster SFD usia lanjut agar semakin menghayati
membantu para suster SFD usia lanjut dalam menjalani masa tua yang gembira,
dan penuh syukur.
1. Para suster SFD usia lanjut tetap terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
disediakan oleh Kongregasi SFD, sesuai dengan kondisi fisik yang mereka
alami.
2. Pendampingan bagi para suster SFD usia lanjut untuk penanaman
nilai-nilai hidup religius ke arah hidup konkrit. Para suster usia lanjut perlu
dipersiapkan lebih awal untuk melepaskan karya yang dipercayakan
kepada generasi berikutnya, supaya pada waktu masa tuanya dengan rela
hati menerima tanpa ada rasa berat hati untuk melepaskan dan perlu adanya
persiapan untuk memasuki masa usia lanjut bagi para suster SFD usia
senior yang baru dan mendekati lanjut usia, misalnya mengikuti rekoleksi,
retret, kursus, seminar tentang usia lanjut, supaya nantinya mereka siap
menjadi tua yang lepas bebas.
3. Diadakan pertemuan rutin para suster SFD usia lanjut untuk menghayati
usia lanjut berdasarkan spiritualitas Kongregasi Suster-suster Fransiskus
Dina agar berkembang. Selain itu pertemuan itu diadakan guna mambantu
para suster SFD usia lanjut memperkembangkan dan menghidupi rohani
mereka.
4. Bentuk sumbangan pendampingan iman bagi orang dewasa dalam
menghayati kematangan hidup rohani para suster SFD usia lanjut. Sebagai
seorang katekis dan sekaligus anggota Kongregasi Suster-suster Fransiskus
Dina, penulis menaruh perhatian akan perkembangan iman para suster SFD