• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akses kredit ke sumber pembiayaan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha. Pendapatan usaha diduga dipengaruhi pengeluaran, biaya produksi, penjualan, jumlah anggota keluarga, tenaga kerja dan praduga

probability ketiga sumber pembiayaan (formal, semi formal dan informal). Tabel 13 menunjukkan keragaman parameter dugaan secara bersama-sama mampu menjelaskan keragaman persamaan nilai produksi dan nyata pada taraf α 5 persen. Hal ini ditunjukkan uji F yang nyata pada taraf kurang dari 5 persen. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.824, artinya variasi dari variabel nilai aset tetap dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel penjelas sebesar 82.4 persen. Semua tanda parameter dugaan sesuai dengan yang diharapkan. Namun, dari 8 variabel yang digunakan hanya satu yang signifikan pada taraf nyata 1 persen, yaitu penjualan. Peningkatan penjualan akan meningkatkan pendapatan usaha industri.

Praduga pembiayaan kredit perbankan, PKBL maupun informal tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usaha. Artinya ketiga sumber pembiayaan tersebut tidak efektif dalam peningkatan pendapatan usaha. Berdasarkan studi lapang, pada umumnya pengusaha mengalokasikan dana kreditnya tidak untuk usahanya tapi untuk investasi aset tetap berupa tanah dan bangunan, hal ini mempengaruhi pendapatan usaha yang diperoleh dimana pendapatan usaha dipengaruhi oleh input produksi dan penerimaan industri.

Berdasarkan hasil pendugaan pengaruh kredit berbagai sumber pembiayaan terhadap kinerja usaha, dapat dijelaskan bahwa kredit sumber pembiayaan formal dan semi formal dapat mempengaruhi nilai aset usaha namun tidak mempengaruhi nilai produksi dan pendapatan usaha, sedangkan kredit dari sumber pembiayaan informal tidak mempengaruhi kinerja usaha baik dari nilai aset, nilai produksi, maupun pendapatan usaha industri agro skala mikro kecil. Perbedaan pengaruh kredit antara sumber pembiayaan formal, semi formal dengan sumber informal terhadap nilai aset adalah karena karakteristik sumber informal

yang menawarkan jumlah kredit tidak sebesar sumber pembiayaan formal dan semi formal sehingga modal yang diperoleh digunakan untuk kebutuhan pokok. Tabel 13. Hasil pendugaan parameter persamaan pendapatan usaha industri agro

mikro kecil di Kabupaten Bogor

Keterangan: * = signifikan pada taraf α 5 persen

Skim kredit yang berbeda antara sumber pembiayaan formal dan semi formal tidak berarti akan memberikan pengaruh yang berbeda pada usaha industri agro mikro kecil. Namun karakteristik individu dan usaha dari industri tersebut akan memberikan perilaku penggunaan dana kredit yang juga berbeda. Sumber pembiayaan yang membiayai usaha kecil harus lebih mampu menawarkan jenis pinjaman yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh industri berskala kecil dan mikro.

Skim Kredit yang Diinginkan oleh Pengusaha Industri Agro Skala Mikro Kecil di Kabupaten Bogor

Hasil wawancara dengan pengusaha industri agro skala mikro kecil sampel tentang kriteria skim kredit yang diinginkan disajikan pada Tabel 14. Sebagian besar pengusaha indurti menginginkan kredit tanpa agunan, bentuk kredit tunai, jangka waktu kredit 1 sampai 2 dan bentuk pembayaran bulanan.

Pilihan sebagian besar pengusaha kepada jenis agunan akta jual beli tanah dan tanpa agunan menunjukkan pengusaha lebih memilih lembaga pinjaman dalam bentuk kredit informal dan semi formal, karena lembaga tersebut memiliki kemudahan dalam hal jaminan kredit dengan syarat administrasi yang tidak terlalu rumit. Namun lembaga informal tidak direkomendasikan karena dianggap lebih membebani pengusaha mikro kecil dengan penerapan bunga yang tinggi walaupun dalam prakteknya pengusaha mikro kecil lebih mudah mengakses pada lembaga ini. Norton et al. (2010) menyatakan bahwa lembaga informal dinilai mengeksploitasi petani karena penerapan bunga yang tinggi. Tingkat bunga yang tinggi diterapkan karena beberapa faktor, yaitu : sebagai biaya administrasi, biaya kesempatan karena meminjamkan uang, risiko gagal dalam pengembalian, dan keuntungan yang bersifat monopoli.

No Variabel Parameter dugaan Standard error Pr > |t|

1 Konstanta -0.154 1.528 0.920 2 Pengeluaran -0.144 0.669 0.830 3 Biaya produksi -0.583 0.528 0.273 4 Penjualan 1.706 0.211 0.000* 5 Keluarga -0.150 0.222 0.502 6 Tenaga kerja -0.119 0.125 0.343 7 Praduga Informal -4.700 0.085 1.000 8 Praduga PKBL 0.004 0.048 0.937 9 Praduga Bank -0.044 0.049 0.373 R2 = 0.824 Prob > = 0.0001

Sebagian besar pengusaha industri agro mikro kecil tidak menginginkan adanya pembinaan. Hal ini karena banyak pengusaha yang ikut pembinaan hanya untuk memenuhi persyaratan yang dilaksanakan secara gratis oleh sebuah lembaga pembiayaan (hanya bersenang-senang) karena biasanya pembinaan dilakukan di sebuah hotel dan mendapatkan fasilitas serta uang transportasi. Berdasarkan wawancara, pengusaha pada dasarnya menginginkan adanya pembinaan, tetapi pembinaan yang dibawakan secara interaktif serta tidak membosankan, mengingat pengusaha yang dibina sebagian besar lulusan sekolah dasar yang tidak terbiasa dengan penyampaian informasi secara monoton seperti workshop atau seminar. Pembinaan bisa dilakukan di satu tempat dekat dengan lokasi pengusaha (tidak harus dihotel) dengan mengajak secara langsung pengusaha mempraktekan apa yang diajarkan. Seperti pembukuan, pengemasan, pemilihan bahan baku, strategi pasar, dan lainnya.

Tabel 14. Kriteria skim kredit yang diinginkan oleh pengusaha industri agro skala mikro kecil di Kabupaten Bogor

No Kriteria skim kredit Sampel

1 Jenis agunan

Sertifikat tanah 7

Akta jual beli 21

Aset produksi 5 BPKB kendaraan 6 Tanpa agunan 33 2 Bentuk kredit Tunai 71 Non tunai 1

3 Jangka waktu kredit

Jangka pendek (1-2 thn) 40

Jangka panjang (> 2 thn) 32

4 Bentuk pembayaran

Bulanan 70

Mingguan 2

5 Tingkat keperluan pembinaan

Perlu 10

Tidak perlu 62

Sumber: data primer

Bentuk pembiayaan yang direkomendasikan adalah bentuk pembiayaan semi formal seperti Program Kemitraan Bina Lingkungan yang dilakukan oleh Telkom. Bentuk pembiayaan yang ditawarkan dengan bunga rendah, jadwal pembayaran yang tidak terlalu ketat seperti bank, dan terdapat pembinaan atau

monitoring terhadap usaha yang dijalankan. Nuryartono (2011) menjelaskan bahwa diperlukan suatu skema pembiayaan yang disesuaikan menurut kelompok sasaran. Lembaga keuangan tidak hanya berfungsi sebagai intermediary institution saja tetapi sekaligus di dalamnya melekat fungsi-fungsi intermediasi sosial, layanan pengembangan usaha dengan memberikan pelatihan dan pelayanan, sehingga diharapkan mampu memberikan tiga manfaat sekaligus yaitu;

(1) mencapai target sasaran yang jelas (outreach), (2) memberikan manfaat dan dampak yang nyata terhadap upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan kapasitas usaha, penyerapan angkatan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan (impact) dan (3) lembaga keuangan serta nasabahnya dapat menjaga keberlangsungan usaha (sustainability).

Dokumen terkait