• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pelaksanaan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Pendapaatn Asli Daerah telah menyebabkan perubahan yang mendasar mengenai peraturan hubungan pusat dan daerah, khususnya dalam bidang administrasi pemerintahan maupun dalam hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah. Adapun sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) menurut ketentuan pasal 79 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terdiri dari:

a. Hasil Pajak Daerah b. Hasil Retribusi Daerah

c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah Untuk Kabupaten Kampar, struktur PAD disajikan Pada Tabel 2.

Tabel 2. Sumber-sumber PAD di Kabupaten Kampar

PENERIMAAN SEKTOR JENIS PENERIMAAN

JASA KONSTRUKSI NON JASA KONSTRUKSI

Pajak Reklame Pajak Hotel Pajak Penerangan Jalan Pajak Restoran Pajak Galian Gol C Pajak Hiburan Pajak Pemanfaatan Air

PAJAK DAERAH

Bawah Tanah &

Permukaan

Pelayanan Persampahan & Pelayanan Kesehatan Kebersihan Penggantian Biaya Cetak KTP Izin Gangguan Parkir Di Tepi Jalan Umum Angkutan Hasil Alam Pasar

IMB Pengujian Kendaraan Bermotor Pemakaian Kekayaan Daerah Retribusi Penyedotan Kakus

Terminal

Rumah Potong Hewan & Pemotongan Retribusi Peredaran Hasil Hutan Retribusi Izin Usaha Pertanian Penjualan Produksi Usaha Daerah Izin Peruntukan Penggunaan Tanah

Izin Trayek

Izin di Bidang Industri & Perdagangan

RETRIBUSI

Pengolahan Limbah Cair Jasa Giro Perusahaan Daerah

Sumbangan Pihak Ketiga

Denda Keterlambatan Pelaksanaan Proyek

LABA PERUSAHAAN DAERAH

Pengembalian PPH Pasal 21 Pengembalian Uang Muka

Pengembalian Dana Rekening Khusus Pengawasan Kualitas Air

PENDAPATAN

LAIN-LAIN Lain-lain

Sumber: BPS Tahun 1999-2004 Kab. Kampar

Dalam Pasal 2 undang-undang tersebut, pajak daerah digolongkan menjadi dua kategori, yaitu :

1. Jenis Pajak Propinsi

Jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Propinsi, terdiri dari ; a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

2. Jenis Pajak Kabupaten

Jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah kabupaten/kota terdiri dari ; a. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak yang dipungut atas setiap pelayanan hotel. b. Pajak Restoran

Pajak restoran merupakan pajak yang dipungut atas setiap pelayanan di restoran. Obyek pajak ini adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di Restoran.

c. Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak yang dipungut atas setiap penyelenggaraan reklame. Subjek pajak ini adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau memesan reklame.

d. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak yang dipungut atas setiap penggunaan tenaga listrik. Obyek pajak ini adalah penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN maupun bukan PLN. Subjek pajak ini

adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik. Untuk tenaga listrik yang berasal dari PLN, nilai jual tenaga listrik adalah sebesar tagihan biaya pemakaian listrik/rekening listrik.

e. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak yang dipungut atas penyelenggaraan parkir. Obyek pajak ini adalah tempat parkir kendaraan yang dipungut bayaran yaitu ;

1. Penitipan kendaraan bermotor 2. Garasi kendaraan bermotor

3. Tempat lain yang memungut bayaran bagi kendaraan bermotor yang masuk.

f. Pajak pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Golongan C. Bagi perusahaan jasa konstruksi pengambilan pajak berasal dari:

a. Retribusi

1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

IMB adalah izin yang diberikan untuk mengatur, mengawasi serta mengendalikan terhadap setiap kegiatan membangun, memperbaiki dan merombak/merobohkan bangunan daerah.(KPT Semarang, 2004)

2. Izin Gangguan

Izin gangguan adalah pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan dilokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan. Retribusi izin gangguan didasarkan pada luas tempat usaha, tarif, indeks lokasi jalan dan indeks gangguan lingkungan.

3. Izin Bidang Industri dan Perdagangan

Izin Usaha Industri (IUI) diberikan untuk masing-masing jenis industri yang mencakup berbagai komoditi industri didalam lingkup jenis industrinya. Bagi perusahaan yang telah memiliki IUI diberikan kebebasan untuk mengadakan peningkatan produksi, divesifikasi produksi, rehabilitasi dan atau modernisasi sepanjang produksinya tercakup dalam lingkup jenis industrinya, dengan

tambahan kapasitas tidak melebihi 30 persen dari kapasitas izin yang dimiliki tanpa diwajibkan memiliki Izin perluasan (IP) terlebih dahulu.

b. Laba Perusahaan Daerah 1. Jasa Giro

Jasa Giro adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa konstruksi atau perseorangan untuk pembiayaan di Bank pemerintah maupun Bank swasta. c. Pajak Galian Golongan C

Khusus untuk penerimaan pajak daerah yang berasal dari sektor Pajak Bahan Galian Golongan C, merupakan salah satu sumber pendapatan yang cukup besar bagi daerah, terutama bagi daerah yang kaya akan sumber daya alam seperti NAD, Riau, Sumatera Selatan, Kaltim, Kalbar, Kalteng dan Papua.

Pemungutan Pajak atas Pengambilan dan pengolahan bahan Galian Golongan C di Kabupaten Kampar telah dilakukan sejak tahun 1998, walaupun hingga tahun 1999 tidak 100 persen hasilnya diterima oleh pemerintah kabupaten karena adanya prinsip bagi hasil dengan Pemerintah Provinsi.

Jenis galian golongan C di Kabupaten Kampar terdiri dari: nitrat-nitrat, pospat; asbes, graft, mika, pasir kuarsa, kaolin, gip batu apung, marmar, batu tulis, batu kapur, tawas, granit, andesit, tanat liat dan pasir. Kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C adalah pengambilan bahan galian golongan C dari sumber alam di dalam atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan baku industri. Pemungutan pajak pengambilan dan pengolohan bahan galian golongan C di setiap Kabupaten diatur dengan peraturan daerah tentang pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C.

Menurut Undang-undang Nomor 39 Tahun 1967 Dasar pengenaan pajak dihitung dari nilai jual hasil eksploitasi bahan galian golongan C, hasil perkalian antara volume/tonase hasil eksploitasi dengan harga pasar atau harga standar masing- masing bahan galian golongan C. Harga standar ini ditetapkan oleh instansi berwenang dalam bidang pertambangan.

Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C merupakan salah satu komponen utama pendapatan asli daerah. Oleh karena itu perlu untuk diketahui kinerja pemungutan pajak tersebut dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah. Sebelum diberlakukannya UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, penerimaan dari hasil penambangan bahan galian golongan C merupakan komponen dari pos bagi hasil bukan pajak.

Menurut Kaho, 1988 Kontribusi pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C terhadap PAD merupakan rasio antara pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C dalam satu tahun dengan PAD pada tahun yang sama. Semakin tinggi rasio yang diperoleh mengindikasikan semakin tinggi/besar tingkat kontribusi pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C terhadap PAD.

Dokumen terkait