• Tidak ada hasil yang ditemukan

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.3 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

2.1.3.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan asli daerah (PAD) didefinisikan sebagai sumber penerimaan yang penguasaan dan pengelolaannya diserahkan oleh negara kepada daerah otonom. Penguasaan dan pengelolaan komponen-komponen penerimaan PAD tersebut diatur oleh Undang-Undang Nomor 22/1999 dan Undang-Undang Nomor 34/2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. PAD merupakan sumber keuangan

daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, yang dapat dijadikan sebagai barometer bagi potensi perekonomian suatu daerah, yang sekaligus juga dapat mencerminkan efektifitas dan efisiensi aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Menurut Undang-Undang Nomor 33/2004 komponen-komponen penerimaan PAD terdiri dari pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

PAD merupakan pencerminan dari local taxing power yang seyogyanya cukup signifikan besarnya, apalagi dalam era otonomi daerah. Daerah dituntut lebih kreatif dalam meningkatkan PADnya. Sumber-sumber penerimaan daerah yang potensial harus digali secara maksimal, namun tetap dalam koridor perundang-undangan yang berlaku, termasuk di dalamnya adalah pajak daerah dan retribusi daerah, yang merupakan unsur utama dari PAD.

Pemberian kewenangan dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diatur dengan Undang-Undang Nomor 34/2000 yang ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaannya dengan PP Nomor 65/2001 tentang Pajak Daerah dan PP Nomor 66/2001 tentang Retribusi Daerah. Pemberian kewenangan tersebut diharapkan dapat mendorong pemerintah daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan PADnya, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah. Berdasarkan Undang-Undang dan PP tersebut, daerah diberikan kewenangan untuk memungut 11 pajak dan 28 jenis retribusi. Selain itu, daerah juga diberi kewenangan untuk memungut jenis pajak dan retribusi lainnya sesuai kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang.

Undang-Undang Nomor 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, mendefinisikan pajak daerah sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Berdasarkan wilayahnya pendapatan pajak daerah dibagi menjadi dua yaitu pendapatan pajak yang berasal dari provinsi dan pendapatan pajak yang berasal dari kabupaten/kota. Rinciannya dapat dijelaskan sebagai berikut sebagai berikut:

1. Pajak Propinsi

Pajak provinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat provinsi, pajak yang masih berlaku sampai saat ini adalah :

a. Pajak kendaraan bermotor dan pajak kendaraan di atas air. b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

d. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan. Jenis pajak propinsi bersifat limitatif, yang berarti propinsi tidak dapat memungut pajak lain selain yang telah ditetapkan, dan hanya dapat menambah jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang. Pembatasan jenis pajak yang dapat dipungut oleh propinsi terkait dengan kewenangan propinsi sebagai daerah otonom yang terbatas hanya meliputi kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas daerah kabupaten/kota, serta kewenangan bidang pemerintahan tertentu. Besarnya tarif pajak propinsi berlaku definitif, yang ditetapkan secara seragam di seluruh Indonesia dan diatur dalam PP Nomor 65/2001.

2. Pajak Kabupaten

Pajak kabupaten/kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat II yakni pemerintah daerah kabupaten/kota. Jenis-jenis pajak kabupaten/kota adalah:

a. Pajak hotel b. Pajak restoran c. Pajak hiburan d. Pajak reklame

e. Pajak penerangan jalan

f. Pajak pengambilan bahan galian C g. Pajak parkir

Jenis pajak kabupaten/kota tidak bersifat limitatif, artinya kabupaten/kota diberi peluang untuk menggali potensi sumber-sumber keuangannya selain yang ditetapkan secara eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 34/2000. Kabupaten/kota dapat menetapkan sendiri jenis pajak yang bersifat spesifik,

dengan tetap memperhatikan kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Kriteria yang dimaksud disini adalah:

1. Bersifat pajak dan bukan retribusi daerah.

2. Objek pajak terdapat di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan, dan mempunyai mobilitas yang rendah.

3. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi dan/atau objek pajak pusat.

5. Potensinya memadai.

6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif.

7. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. 8. Menjaga kelestarian lingkungan.

Besarnya tarif untuk pajak kabupaten/kota berlaku definitif, ditetapkan dengan peraturan daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang telah ditentukan dalam undang-undang tersebut.

Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta PP Nomor 66/2001 tentang Retribusi Daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Semakin banyak jenis pelayanan publik dan meningkatnya mutu pelayanan publik yang diberikan pemerintah daerah terhadap masyarakatnya, maka kecenderungan perolehan dana retribusi akan semakin besar.

Objek atau jenis retribusi daerah menurut Undang-Undang Nomor 34/2000 serta prinsip atau kriteria penentuan tarifnya adalah sebagai berikut:

1) Retribusi jasa umum dengan kriteria penentuan tarif kebijakan daerah yang bersangkutan, besarnya biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Retribusi yang termasuk dalam jasa umum antara lain retribusi pelayanan kesehatan, pelayanan parkir, pelayanan pasar, penggantian cetak akte.

2) Retribusi jasa usaha dengan kriteria penentuan tarifnya, yaitu tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak. Retribusi jasa usaha antara lain jasa usaha terminal, jasa usaha tempat rekreasi.

3) Retribusi perizinan tertentu dengan kriteria penentuan tarifnya yaitu tujuan untuk menutup sebagian/seluruhnya biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Termasuk dalam retribusi perizinan tertentu antara lain retribusi izin trayek, izin gangguan.

Dalam rangka pengawasan, perda-perda tentang pajak dan retribusi daerah yang diterbitkan oleh pemerintah daerah harus disampaikan kepada pemerintah pusat. Perda-perda yang bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, pemerintah pusat melalui menteri dalam negeri dengan pertimbangan menteri keuangan dapat membatalkan perda tersebut.

Dokumen terkait