• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN NEGARA

3.2 Realisasi Pendapatan Negara Semester I Tahun 2016

3.2.1 Pendapatan Dalam Negeri Semester I Tahun 2016

Pendapatan dalam negeri sebagai kontributor utama pendapatan negara, terdiri atas penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Realisasi pendapatan dalam negeri sampai dengan semester I tahun 2016 mencapai Rp634.112,2 miliar atau 35,5 persen dari APBNP tahun 2016. Pendapatan dalam negeri tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp522.008,1 miliar (33,9 persen dari APBNP tahun 2016) dan PNBP sebesar Rp112.104,1 miliar (45,7 persen dari APBNP tahun 2016). Jika dibandingkan dengan pencapaian dengan periode yang sama tahun lalu, realisasi pendapatan dalam negeri tahun 2016 lebih rendah sebesar 5,0 persen.

3.2.1.1 Penerimaan Perpajakan Semester I Tahun 2016

Realisasi penerimaan perpajakan dalam semester I tahun 2016 mencapai Rp522.008,1 miliar atau 33,9 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2016. Pencapaian tersebut menurun sebesar 2,5 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Lebih rendahnya capaian tersebut utamanya dipengaruhi oleh belum optimalnya proyeksi pertumbuhan perekonomian pada semester I tahun 2016, rendahnya harga komoditas dunia serta penurunan aktivitas perdagangan internasional sehingga berdampak pada penurunan penerimaan perpajakan. Realisasi penerimaan perpajakan pada tahun 2015 dan realisasi semester I 2016 disajikan pada Tabel 3.1.

Penerimaan Perpajakan 1.489.255,5 535.103,0 35,9 705.315,8 47,4 1.539.166,2 522.008,1 33,9 1.017.158,2 66,1

a. Pendapatan Pajak Dalam Negeri 1.439.998,6 517.987,5 36,0 687.491,3 47,7 1.503.294,7 504.689,3 33,6 998.605,5 66,4 1) Pendapatan Pajak Penghasilan 679.370,1 280.039,9 41,2 322.268,1 47,4 855.842,7 286.817,4 33,5 569.025,3 66,5 - Pendapatan PPh Migas 49.534,8 27.292,0 55,1 22.379,5 45,2 36.345,9 16.321,1 44,9 20.024,9 55,1 - Pendapatan PPh Nonmigas 629.835,3 252.747,9 40,1 299.888,6 47,6 819.496,8 270.496,3 33,0 549.000,4 67,0 2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 576.469,2 174.501,1 30,3 249.209,7 43,2 474.235,3 169.166,1 35,7 305.069,3 64,3 3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 26.689,9 481,4 1,8 28.768,6 107,8 17.710,6 715,7 4,0 16.994,9 96,0 4) Pendapatan Cukai 145.739,9 60.440,0 41,5 84.201,3 57,8 148.091,2 43.997,7 29,7 104.093,6 70,3 5) Pendapatan Pajak Lainnya 11.729,5 2.524,9 21,5 3.043,4 25,9 7.414,9 3.992,4 53,8 3.422,5 46,2

b. Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional 49.256,9 17.115,5 34,7 17.824,4 36,2 35.871,5 17.318,8 48,3 18.552,7 51,7 1) Pendapatan Bea Masuk 37.203,9 15.192,7 40,8 16.020,1 43,1 33.371,5 16.031,3 48,0 17.340,2 52,0 2) Pendapatan Bea Keluar 12.053,0 1.922,8 16,0 1.804,3 15,0 2.500,0 1.287,5 51,5 1.212,5 48,5

TABEL 3.1

PERKEMBANGAN PENERIMAAN PERPAJAKAN TAHUN 2015-2016 *)

(miliar rupiah) % thd

APBNP Semester II 2015

% thd APBNP APBNP APBNP% thd 2016

% thd APBNP Semester I Semester II Prognosis Uraian APBNP Semester I 535,1 705,3 522,0 1.017,2 132,5 123,2 112,1 133,0 0,4 11,6 0,6 1,4 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 Smt. I Smt. II Smt.I Prognosis Smt. II 2015 2016 GRAFIK 3.1

REALISASI PENDAPATAN NEGARA TAHUN 2015-2016

Penerimaan Perpajakan PNBP Penerimaan Hibah

Triliun Rp

Penerimaan perpajakan terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional. Pendapatan pajak dalam negeri terdiri atas pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, cukai, dan pajak lainnya. Pajak perdagangan internasional terdiri atas bea masuk dan bea keluar. Realisasi pendapatan perpajakan tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci dalam paragraf berikut.

Pendapatan Pajak Dalam Negeri

Sampai dengan semester I tahun 2016, realisasi pendapatan pajak penghasilan mencapai Rp286.817,4 miliar atau 33,5 persen dari target APBNP tahun 2016. Pencapaian tersebut berarti meningkat 2,4 persen jika dibandingkan dengan pencapaian semester I tahun 2015. Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan PPh migas sebesar Rp16.321,1 miliar (44,9 persen dari target APBNP tahun 2016) dan pendapatan PPh nonmigas Rp270.496,3 miliar (33,0 persen dari target APBNP tahun 2016).

Perlambatan pertumbuhan pendapatan pajak penghasilan dipengaruhi oleh perkembangan kondisi ekonomi antara lain: (i) belum optimalnya pertumbuhan ekonomi domestik; (ii) rendahnya permintaan dari negara maju; (iii) melambatnya aktivitas perdagangan internasional; (iv) rendahnya harga minyak mentah dunia; dan (v) kecenderungan menurunnya harga komoditas di pasar internasional.

Realisasi pendapatan pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) sampai dengan semester I tahun 2016 mencapai sebesar Rp169.166,1 miliar atau 35,7 persen dari target APBNP tahun 2016. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, pencapaian pendapatan PPN dan PPnBM menurun 3,1 persen. Penurunan pendapatan PPN dan PPnBM secara nominal pada semester I tahun 2016 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan oleh belum optimalnya pertumbuhan ekonomi sehingga berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan konsumsi domestik.

Realisasi pendapatan pajak bumi dan bangunan (PBB) sampai dengan semester I tahun 2016 mencapai sebesar Rp715,7 miliar atau 4,0 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2016. Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam semester I tahun 2015, pencapaian realisasi pendapatan PBB dalam semester I 2016 menunjukkan adanya peningkatan sebesar 48,7 persen. Peningkatan tersebut berkaitan dengan sudah mulai diterimanya setoran penerimaan PBB migas dari KKKS pada semester I tahun 2016.

Sampai dengan semester I tahun 2016, pendapatan cukai mencapai sebesar Rp43.997,7 miliar atau 29,7 persen dari target APBNP tahun 2016. Jumlah tersebut mengalami penurunan 27,2 persen jika dibandingkan dari kinerjanya dalam semester I tahun 2015. Rendahnya capaian pendapatan cukai semester I tahun 2016 antara lain dipengaruhi oleh pemberlakuan PMK Nomor 20/PMK.04/2015 tentang Penundaan Pembayaran Cukai untuk Pengusaha Pabrik atau Importir Barang Kena Cukai yang Melaksanakan Pelunasan dengan Cara Pelekatan Pita Cukai sehingga importir atau pengusaha barang kena cukai tidak dapat melakukan penundaan pembayaran cukai melewati tahun anggaran 2015. Realisasi pendapatan pajak lainnya sampai dengan semester I tahun 2016 mencapai sebesar Rp3.992,4 miliar atau 53,8 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2016. Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam periode yang sama tahun 2015, pencapaian pendapatan pajak lainnya mengalami peningkatan sebesar 58,1 persen.

Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

Sampai dengan semester I tahun 2016, realisasi pendapatan bea masuk mencapai sebesar Rp16.031,3 miliar atau 48,0 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2016. Apabila dibandingkan dengan kinerjanya dalam periode yang sama tahun 2015, pencapaian

penerimaan bea masuk mengalami peningkatan sebesar 5,5 persen. Peningkatan kinerja pendapatan bea masuk disebabkan oleh dampak dari pemberlakuan Peraturan Menteri

Keuangan Nomor 132/PMK.010/2015 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan

Pembebanan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor yang mulai efektif sejak Juli 2015 dimana beberapa barang telah dikenakan kenaikan tarif atas bea masuk impornya.

Sampai dengan semester I tahun 2016, pendapatan bea keluar mencapai sebesar Rp1.287,5 miliar atau 51,5 persen dari target APBNP tahun 2016. Realisasi bea keluar lebih rendah sebesar 33,0 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Rendahnya pencapaian pendapatan bea keluar tahun 2016 disebabkan oleh masih rendahnya harga referensi produk CPO (harga di bawah USD750/MT) sehingga dikenakan tarif bea keluar nol persen.

Pencapaian pendapatan pajak dalam negeri tahun 2016 juga didukung oleh pelaksanaan kebijakan perpajakan yang dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu, Pemerintah tetap berupaya agar target penerimaan perpajakan dapat tercapai dengan melaksanakan berbagai kebijakan di bidang perpajakan tahun 2016 antara lain: (a) peningkatan kepatuhan wajib pajak, terutama kepatuhan wajib pajak orang pribadi usaha dan wajib pajak badan, antara lain melalui pembinaan dan pengawasan terhadap wajib pajak; (b) peningkatan

tax ratio dan tax buoyancy melalui kegiatan ekstensifikasi, intensifikasi, peningkatan

efektivitas penegakan hukum, perbaikan administrasi, penyempurnaan regulasi, termasuk melalui upaya penagihan dan pemeriksaan pajak, serta peningkatan kapasitas Direktorat Jenderal Pajak; (c) peningkatan tax coverage melalui penggalian potensi perpajakan pada beberapa sektor unggulan seperti sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi serta sektor jasa keuangan; (d) penguatan dan perluasan basis data perpajakan, baik data internal maupun eksternal, melalui: (1) digitalisasi SPT dan implementasi e-SPT dan e-filing; (2) implementasi e-tax invoice di seluruh Indonesia; (3) implementasi cash register dan electronic data capturing (EDC) yang online dengan administrasi perpajakan; (4) implementasi penghimpunan data dari instansi, lembaga, asosiasi, dan pihak lain; serta (e) kebijakan pengampunan pajak dalam rangka optimalisasi pendapatan perpajakan dan penguatan tax base perpajakan di Indonesia.

Di bidang kepabeanan dan cukai, selanjutnya langkah-langkah yang sedang ditempuh oleh Pemerintah pada tahun 2016 antara lain: (a) kebijakan penyesuaian tarif cukai rokok; (b) penyesuaian tarif minuman mengandung etil alcohol (MMEA); (c) peningkatan implementasi pintu tunggal nasional Indonesia (Indonesia National Single Window); (d) implementasi penuh sistem pembayaran penerimaan negara melalui billing system Modul

Penerimaan Negara Generasi 2; (e) Intensifikasi penindakan pelanggaran kepabeanan

dengan patroli laut; (f) optimalisasi pengawasan ekspor antara lain melalui pengawasan modus antarpulau, penguatan fungsi laboratorium dan audit eksportir; serta (g) sinergi dengan Ditjen Pajak antara lain dalam hal integrasi Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), serta pertukaran data.

3.2.1.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak Semester I Tahun 2016

Sampai dengan semester I tahun 2016, realisasi PNBP mencapai sebesar Rp112.104,1 miliar atau 45,7 persen dari target dalam APBNP tahun 2016. Pencapaian tersebut lebih rendah 15,4 persen apabila dibandingkan dengan pencapaiannya pada realisasi periode yang sama pada tahun sebelumnya. Menurunnya realisasi PNBP tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya penerimaan SDA minyak bumi dan gas bumi akibat rendahnya rata-rata harga ICP dan realisasi lifting migas serta masih rendahnya harga komoditas dunia khususnya batubara dan juga penundaan kenaikan tarif royalti batubara sehingga berdampak pada

Realisasi penerimaan SDA migas sampai dengan semester I tahun 2016 mencapai sebesar Rp18.458,2 miliar atau 26,9 persen dari target dalam APBNP tahun 2016. Realisasi tersebut mengalami penurunan sebesar 56,7 persen bila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2015. Lebih rendahnya realisasi penerimaan SDA migas terutama dipengaruhi oleh rendahnya harga ICP serta rendahnya realisasi lifting migas pada semester pertama tahun 2016.

Sementara itu realisasi penerimaan SDA nonmigas dalam semester I tahun 2016 mencapai sebesar Rp8.920,9 miliar atau 40,9 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2016. Jumlah tersebut terdiri atas realisasi penerimaan pertambangan mineral dan batubara Rp6.836,8 miliar (41,3 persen dari target APBNP tahun 2016), penerimaan kehutanan Rp1.674,8 miliar (42,2 persen dari target APBNP tahun 2016), penerimaan pertambangan panas bumi Rp236,5 miliar (37,5 persen dari target APBNP tahun 2016), dan penerimaan perikanan Rp172,7 miliar (24,9 persen dari target APBNP tahun 2016). Realisasi penerimaan SDA nonmigas lebih rendah sebesar 34,6 persen jika dibandingkan realisasi semester I tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh belum optimalnya penerimaan SDA nonmigas pada semester I tahun 2016 diakibatkan oleh masih rendahnya harga komoditi khususnya batubara serta turunnya volume penjualan batubara berkalori sedang.

Penerimaan SDA pertambangan mineral dan batubara dalam semester I tahun 2016 mencapai Rp6.836,8 miliar atau menurun 39,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan realisasi tersebut terutama disebabkan karena turunnya pendapatan royalti yang disebabkan oleh rendahnya harga acuan batubara (rata-rata harga batubara acuan Januari-Mei) di pasar internasional dari USD64,0 per MT pada semester I tahun 2015 menjadi US$51,9 per MT pada semester I tahun 2016.

Pendapatan SDA kehutanan dalam semester I tahun 2016 adalah sebesar Rp1.674,8 miliar atau mencapai 42,2 persen dari targetnya. Realisasi SDA kehutanan mengalami penurunan sebesar 8,7 persen dari targetnya, secara nominal realisasi semester I tahun 2016 juga lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.834,0 atau sebesar 38,9 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2015. Rendahnya realisasi pendapatan SDA Kehutanan disebabkan oleh menurunnya volume produksi kayu bulat yang dihasilkan oleh perusahaan sektor kehutanan. Penurunan tersebut sebagai dampak dari penurunan sebagian besar harga pasaran kayu bulat.

Penerimaan Negara Bukan Pajak 269.075,4 132.450,7 49,2 123.177,8 45,8 245.083,6 112.104,1 45,7 132.979,5 54,3 a. Pendapatan SDA 118.919,1 56.301,0 47,3 44.670,8 37,6 90.524,4 27.379,1 30,2 63.145,3 69,8 1) Pendapatan Migas 81.364,9 42.666,8 52,4 35.503,7 43,6 68.688,1 18.458,2 26,9 50.229,9 73,1 - Pendapatan SDA Minyak bumi 61.584,0 24.369,0 39,6 23.618,4 38,4 51.328,1 18.458,2 36,0 32.869,9 64,0 - Pendapatan SDA Gas Bumi 19.780,9 18.297,8 92,5 11.885,3 60,1 17.360,0 0,1 0,0 17.360,0 100,0

2) Pendapatan Nonmigas 37.554,3 13.634,3 36,3 9.167,2 24,4 21.836,3 8.920,9 40,9 12.915,4 59,1 - Pendapatan Pertambangan Mineral dan Batubara 31.678,5 11.381,0 35,9 6.302,0 19,9 16.539,9 6.836,8 41,3 9.703,1 58,7 - Pendapatan Kehutanan 4.713,3 1.834,0 38,9 2.322,5 49,3 3.972,7 1.674,8 42,2 2.297,8 57,8 - Pendapatan Perikanan 578,8 37,4 6,5 41,9 7,2 693,0 172,7 24,9 520,3 75,1 - Pendapatan Panas Bumi 583,7 381,9 65,4 500,8 85,8 630,7 236,5 37,5 394,2 62,5 b. Pendapatan Bagian Laba BUMN 36.956,5 27.491,9 74,4 10.151,8 27,5 34.164,0 24.843,3 72,7 9.320,7 27,3 c. Pendapatan PNBP Lainnya 90.109,6 36.990,6 41,1 44.706,8 49,6 84.124,0 41.810,9 49,7 42.313,1 50,3 d. Pendapatan BLU 23.090,2 11.667,1 50,5 23.648,4 102,4 36.271,2 18.070,8 49,8 18.200,4 50,2 *) Perbedaan angka di belakang koma karena pembulatan

Sumber : Kementerian Keuangan

% thd

APBNP Semester II Prognosis APBNP% thd TABEL 3.2

PERKEMBANGAN PENERIMAAN BUKAN PAJAK TAHUN 2015-2016 *)

(miliar rupiah) Uraian

2015 2016

Realisasi pendapatan SDA perikanan dalam semester I tahun 2016 mencapai Rp172,7 miliar atau 24,9 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2016, realisasi tersebut mengalami peningkatan sebesar 362,4 persen jika dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2015. Hal ini terutama diakibatkan oleh adanya kenaikan tarif PNBP baru pada tahun 2016.

Sampai dengan semester I tahun 2016, realisasi pendapatan SDA panas bumi hanya mencapai Rp236,5 miliar atau 37,5 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2016, realisasi pendapatan SDA panas bumi menurun 38,1 persen dari realisasi tahun sebelumnya yang mencapai Rp381,9 miliar atau 65,4 persen dari targetnya dalam APBNP tahun 2015. Lebih rendahnya realisasi penerimaan panas bumi pada semester I tahun 2016 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya terutama disebabkan oleh adanya bencana alam yang dialami oleh Star Energy sehingga menyebabkan penurunan produksi dan

deductible cost yang menjadi lebih tinggi.

Realisasi pendapatan bagian laba BUMN sampai dengan semester I tahun 2016 mencapai Rp24.843,3 miliar atau 72,7 persen dari target dalam APBNP tahun 2016. Realisasi tersebut mengalami penurunan sebesar 9,6 persen apabila dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun 2015 yang mencapai Rp27.491,9 miliar atau 74,4 persen terhadap targetnya dalam APBNP tahun 2015. Penurunan realisasi ini dikarenakan terlambatnya pelaksanaan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT PLN (Persero) Tahun Buku 2015, sehingga PT PLN (Persero) yang sebelumnya diperkirakan dapat menyetor dividen pada semester I menjadi tertunda ke semester II.

Sementara itu, realisasi PNBP Lainnya sampai dengan semester I tahun 2016 mencapai sebesar Rp41.810,9 miliar atau 49,7 persen dari target dalam APBNP tahun 2016. Realisasi PNBP Lainnya tersebut mengalami peningkatan sebesar 13,0 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi PNBP lainnya pada semester I tahun 2016 tersebut antara lain berasal dari penjualan hasil tambang (Rp5,289,30 miliar), Pendapatan Penggunaan Spektrum dan Frekuensi Radio (Rp2.523,89 miliar), Pendapatan Kepolisian (Rp1.854,18 miliar), dan Penerimaan atas Penempatan Uang Negara di BI (Rp1.480,09 miliar). Realisasi PNBP Lainnya antara lain dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Sumber: Kementerian Keuangan

Selanjutnya, realisasi pendapatan BLU sampai dengan semester I tahun 2016 mencapai Rp18.070,8 miliar atau 49,8 persen dari target dalam APBNP tahun 2016. Realisasi tersebut meningkat 54,9 persen bila dibandingkan dengan realisasinya pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp11.667,1 miliar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya satuan kerja (satker) Pemerintah yang telah berubah bentuk menjadi unit BLU. Pemerintah akan terus berupaya untuk meningkatkan target PNBP di sepanjang tahun

APBNP Sm t. I APBNP% thd Sm t.II APBNP% thd APBNP Sm t. I APBNP% thd Prognosis Sm t. II APBNP% thd

Penjualan Hasil Tambang 20.534,2 4.284,0 20,9 7 .664,7 37 ,3% 13.566,2 5.289,30 39,0% 8.27 6,9 61,0% Pendapatan Penggunaan Spektrum Radio 12.897 ,4 3.7 59,2 29,1 9.138,2 7 0,8% 12.97 0,4 2.523,89 19,5% 10.446,5 80,5% Pendapatan Kepolisian 4.167 ,9 1.7 51,7 42,0 1.816,9 43,6% 4.696,0 1.854,18 39,5% 2.841,8 60,5% Penempatan Uang Negara di BI 2.606,9 2.684,2 103,0 1.560,0 59,8% 2.500,0 1.480,09 59,2% 1.019,9 40,8% Lainnya 49.903,2 24.511,5 49,1 24.527 ,0 49,1% 50.391,4 30.663,3 60,9% 19.7 28,1 39,1%

T OT AL 90.109,6 36.990,6 41,1 44.7 06,8 49,6% 84.124,0 41.810,8 49,7 % 42.313,2 50,3%

2015 2016

PNBP Lainny a a.l. :

TABEL 3.3

REALISASI PNBP LAINNYA TAHUN 2015-2016 (miliar rupiah)

untuk menahan turunnya laju lifting migas; (b) optimalisasi penerimaan royalti (iuran produksi) dari pertambangan mineral dan batubara; (c) mempercepat proses penyelesaian piutang iuran tetap, iuran produksi/royalti, dan dana hasil penjualan batubara (DHPB) yang belum terselesaikan; (d) pengenaan tarif iuran produksi/royalti mineral bukan

logam; (e) intensifikasi dan ekstensifikasi sumber PNBP yang dikelola oleh K/L; dan (f)

kebijakan payout ratio yang tepat untuk mendukung penguatan permodalan BUMN dalam peningkatan kapasitas, terutama untuk investasi capital expenditure.