• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 Pendapatan dan Distribusi Pendapatan Petan

Pendapatan usaha tani yaitu pendapatan yang diperoleh dari usaha bertani dalam hal ini yaitu usaha tani padi sawah. Jika dinilai dari produksi dalam bentuk gabah kering panen (GKP), maka pendapatan bersih (net profit) usaha tani padi sawah yaitu selisih antara nilai penjualan GKP (jumlah produksi dikalikan dengan harga GKP) dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya padi. Rata- rata pendapatan bersih aktual (riil) – dimana biaya sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga tidak dihitung sebagai biaya yang harus dibayarkan oleh petani sebagai komponen biaya – untuk petani padi sawah yang menerapkan metode konvensional yaitu sebesar Rp 15 119 429 per hektar per musim, sedangkan pendapatan petani yang menerapkan metode SRI yaitu Rp 15 710 783 per hektar per musim tanam.

Berdasarkan hasil survey, keragaan sumber pendapatan rumah tangga petani padi sawah di lokasi penelitian baik yang menerapkan metode konvenisonal maupun metode SRI dapat disajikan pada Gambar 5.7.

Gambar 5.6, menunjukkan bahwa 68.09% sumber pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Indramayu berasal dari usaha tani padi sawah, 9.70% bersumber dari usaha tani selain padi (palawija dan buah), 4.12% bersumber dari berburuh tani (buruh panen dan buruh tenaga kerja), 8.38% bersumber dari gaji PNS, 4.24% bersumber dari berdagang dan 5.47% bersumber dari sumber lainnya (buruh diluar sektor pertanian). Pendapatan rata-rata rumah tangga petani padi SRI per tahun yaitu Rp 47 751 414 atau sekitar Rp 3 979 285 untuk tiap bulannya, dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4.2 orang maka pendapatan per kapita untuk petani padi sawah yang menerapkan metode SRI sebesar Rp 947 449 per bulan. Sedangkan pendapatan rata-rata rumah tangga petani padi konvensional

yaitu Rp 34 546 741 per tahun atau sekitar 2 878 895 rupiah per bulan, dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 3.5 orang maka rata-rata pendapatan per kapita untuk petani padi sawah yang menerapkan metode konvensional yaitu sebesar Rp 822 541 per bulan.

UT Padi Sawah 68,09% UT Non Padi 9,70% Buruh Tani 4,12% PNS 8,38% Dagang 4,24% Lainnya 5,47%

Sumber: Hasil pengolahan data (2013)

Gambar 5.7 Sumber pendapatan petani padi di Kabupaten Indramayu Guna mengetahui apakah rata-rata pendapatan rumah tangga petani SRI berbeda nyata atau tidak dengan rata-rata pendapatan petani konvensional maka dilakukan uji beda nyata secara statistik. Berdasarkan hasil uji beda rata-rata menunjukkan bahwa nilai t hitung sebesar -2.02 lebih kecil dari t tabel sebesar 2.28 (|- t hitung| < t tabel) dan nilai p-value sebesar 0.046 lebih kecil dari derajat kesalahan 5% (p-value < α) maka dari data tersebut untuk menolak H0 atau menerima H1, yang artinya bahwa rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi SRI dalam satu tahun berbeda nyata secara statistik dengan rata-rata pendapatan rumah tangga petani konvensional pada taraf kepercayaan 95% (α = 5%). Proses uji beda rata-rata pendapatan rumah tangga petani dapat dilihat pada Lampiran 3.

Distribusi pendapatan rumah tangga petani (total pendapatan dalam satu tahun) dapat digambarkan melalui gambar dotplot dan boxplot. Gambar 5.8 dan Gambar 5.9 menggambarkan distribusi (penyebaran) pendapatan rumah tangga petani. Pendapatan rumah tangga petani konvensional terendah yaitu sebesar Rp 4 779 000 per tahun dan petani SRI sebesar Rp 19 697 000 per tahun, sedangkan pendapatan tertinggi petani konvensional sebesar Rp 142 310 000 per tahun dan petani SRI Rp 150 980 000 per tahun.

Berdasarkan Gambar 5.8 menunjukkan bahwa, dari 60 petani konvensional sebanyak 30 (50%) petani responden, pendapatan berada pada kisaran antara Rp 20 000 000 sampai dengan Rp 40 000 000 per tahun dengan nilai tengah (median) pendapatan yaitu Rp 25 186 250. Dari gambar boxplot terlihat ada data pencilan (outlier) dimana pendapatan pertahunnya lebih dari Rp 100 000 000, hal ini disebabkan oleh luas garapan lahan sawah petani tersebut lebih dari 2 hektar. Sedangkan untuk petani SRI, 50% pendapatan petani berkisar antara Rp 25 000 000 sampai dengan Rp 45 000 000 per tahunnya dengan nilai tengah (median)

140000000 120000000 100000000 80000000 60000000 40000000 20000000 1 2 Pendapatan (Rp/tahun) 1 : K o n v e n si o n a l; 2 : S R I

pendapatan Rp 41 396 500. Dari gambar boxplot terlihat adanya data pencilan (outlier) dimana pendapatan per tahunnya melebihi Rp 125 000 000, ini disebabkan karena petani tersebut memiliki sumber pendapatan lain yang cukup besar yaitu sebagai PNS dan usaha tani padi konvensional. Data pencilan (outlier) tersebut akan menyebabkan rendahnya tingkat pemerataan atau distribusi pendapatan petani, selain itu akan menyebabkan tingginya nilai rata-rata pendapatan sehingga nilai rata-rata pendapatannya menjadi bias ke atas, tidak sesuai dengan realita yang sebenarnya.

Gambar 5.8 Dotplot pendapatan rumah tangga petani padi konvensional dan SRI

2 1 160000000 140000000 120000000 100000000 80000000 60000000 40000000 20000000 0 1: Konvensional; 2: SRI P e n d a p a ta n P e ta n i ( R p /t a h u n )

Boxplot Pendapatan Petani Konvensional dan SRI

Gambar 5.9 Boxplot pendapatan rumah tangga petani padi konvensional dan SRI Penyebaran (distribusi) pendapatan petani baik petani konvensional maupun SRI ditujukkan untuk mengetahui tingkat pemerataan pendapatan antar petani, apakah sudah terjadi pemerataan atau sebaliknya terjadi kesenjangan pendapatan. Dari hasil analisis Indeks Gini (IG) menunjukkan bahwa: 1) nilai IG untuk petani padi konvensional sebesar 0.62, hal ini menandakkan adanya ketimpangan pendapatan yang sangat timpang. Salah satu penyebabnya diduga akibat adanya perbedaan penguasaan lahan yang mencolok, dari data survey kisaran luas penguasaan lahan berkisar antara 0.08–2.80 hektar serta adanya perbedaan intensitas pertanaman (IP) padi antara responden. IP padi petani konvensional ada yang 300 (3 kali tanam dalam 1 tahun) sebanyak 8 responden(13.33%), ada yang 200 (2 kali tanam dalam 1 tahun) sebanyak 43 responden (71.67%) dan ada yang 100 (1 kali tanam dalam 1 tahun) sebanyak 9 responden (15.00%). Ketimpangan

pendapatan petani konvensional juga didukung dengan nilai Rasio Kuznets yaitu sebesar 2.90, interpretasinya yaitu kelompok pendapatan tinggi, pendapatannya 2.90 kali lebih besar dari kelompok pendapatan terendah. Rasio Kuznets menggambarkan tingkat ketimpangan pendapatan antara 40% kelompok pendapatan terendah dengan 20% kelompok pendapatan tertinggi setelah diurutkan dan dibagi menjadi 5 kelompok pendapatan (kuintil). 2) nilai IG untuk petani padi SRI sebesar 0.48, menandakkan adanya tingkat ketimpangan pendapatan yang sedang, dengan nilai Rasio Kuznets sebesar 1.89, maknanya yaitu kelompok berpendapatan tinggi, pendapatannya 1.89 kali lebih besar dari kelompok pendapatan terendah. Penghitungan nilai Indeks Gini dan Rasio Kuznets dapat dilihat pada Lampiran 4.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P e rs e n ta se P e n d a p a ta n (% )

Persentase Penerima Pendapatan (%)

Garis Pemerataan Petani SRI Petani Konvensional

Gambar 5.10 Kurva Lorenzs pendapatan petani padi di Kabupaten Indramayu Gambar 5.10 menggambarkan tingkat perbedaan (ketimpangan) pendapatan rumah tangga petani baik petani padi konvensional maupun petani padi SRI. Semakin besar luas daerah antara garis pemerataan dan Kurva Lorenz menunjukkan tingkat ketimpangan pendapatan semakin timpang, begitu sebaliknya. Ketimpangan pendapatan petani padi SRI lebih kecil (lebih merata) jika dibandingkan dengan petani padi konvensional, salah satunya disebabkan karena kisaran luas penguasaan lahan petani SRI lebih kecil yaitu antara 0.29 – 2.0 hektar. Oleh karena itu sangat beralasan bila ketidakmerataan pendapatan rumah tangga di perdesaan yang berbasis pertanian berkaitan erat dengan ketidakmerataan struktur penguasaan lahan pertanian (Nurmanaf, 2002). Selain itu, petani SRI memiliki intensitas pertanaman (IP) padi yang hampir sama (97.67%) yaitu 200 (2 kali tanam dalam 1 tahun), hanya 1 petani responden (3.33%) yang IP padi-nya 100 (1 kali tanam dalam 1 tahun), sehingga pendapatan yang diperoleh dari usaha tani padi sawah lebih merata ketimbang petani konvensional.

Dokumen terkait