• Tidak ada hasil yang ditemukan

LPE PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

B. Pendapatan Perkapita dan Daya Bel

Pendapatan perkapita sering dipakai sebagai indikator untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan dapat dikatan bertambah baik. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDRB per kapita. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Jumlah penduduk yang dipakai dalam perhitungan ini adalah estimasi penduduk tahun 2014 dari hasil proyeksi penduduk.

Tabel 2.2 PDRB Perkapita Kabupaten Subang Tahun 2010-2014 (Rupiah)

Tahun Harga *) Berlaku

(1) (2) 2010 10.809.728 2011 11.479.006 2012 12.393.629 2013 13.321.068 2014 ** 14.090.470 Ket. **) angka sangat sementara

Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa secara umum PDRB perkapita yang diterima penduduk Kabupaten Subang baik PDRB perkapita dengan migas maupun tanpa migas dan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sehingga menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduknya mengalami peningkatan.

Pada tahun 2013 dan 2014 PDRB perkapita dengan migas atas dasar harga berlaku sebesar Rp. . 13.321.068. dan Rp. 14.090.470. Nilai ini menunjukkan bahwa setiap individu di Kabupaten Subang memiliki pendapatan per tahun rata-rata sekitar 14 jutaan rupiah per tahunnya. Namun nilai ini belum menggambarkan secara riil daya beli masyarakat Kabupaten Subang secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung adalah berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku dan masih mengandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat

Indeks Daya Beli, sebagai komponen lainnya pembentuk IPM merupakan indikator yang sangat fluktuatif dan bersifat dinamis, sebab indeks ini sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal. Namun yang paling penting dalam menyikapi kondisi ini adalah bagaimana kemampuan daerah untuk menghadapi tekanan eksternal dengan meningkatkan kemampuan

ekonomi internal masyarakat. Terdapat beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap dinamika naik turunnya kekuatan daya beli masyarakat yakni pendapatan dan nilai inflasi. Untuk tahun 2011 - 2014 daya beli Kabupaten Subang mencapai berturut-turut sebesar 631.29, 634,87, 636.80 dan 639.13. Secara perangkaan daya beli Kabupaten Subang telah melampaui target dalam RPJMD yang ditargetkan tahun 2014 mencapai Rp. 636.80 sebagaimana grafik di bawah ini.

Grafik 2.10. Daya Beli Kab. Subang Tahun 2011 – 2014

2011 2012 2013 2014 626.00 628.00 630.00 632.00 634.00 636.00 638.00 640.00 631.29 634.87 636.80 639.13

Daya Beli

Sumber: BPS Tahun 2014

Grafik 2.11. Indek Daya Beli Tahun 2009-2014

2009 2010 2011 2012 2014 60.5 61 61.5 62 62.5 63 63.5 64 64.5 65 61.89 62.42 62.69 63.52 64.51

**) Tahun 2014 angka sangat sementara

Sumber: BPS Tahun 2014

Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia, karena berkait erat dengan sosial ekonomi.

Di sisi lain, pertumbuhan penduduk selalu terkait dengan masalah ketenagakerjaan dan lapangan kerja. Dengan pertambahan penduduk usia kerja akan meningkatkan angkatan kerja, tetapi apabila yang terjadi pertambahan penduduk bukan usia kerja akan meningkatkan beban tanggungan angkatan kerja.

Meningkatnya angkatan kerja sebaiknya di imbangi dengan kesempatan kerja. Hanya saja kesempatan kerja formal yang tersedia sangat terbatas, sehingga peranan sektor informal memberikan peluang yang baik dalam menciptakan lapangan kerja yang mandiri. Sektor informal yang bercirikan pekerja dengan pendidikan rendah, jam kerja tak teratur dan pendapatan yang rendah memerlukan pemecahan diantaranya melalui program-program yang dapat meningkatkan keterampilan dan produktifitas sehingga mempu meningkatkan kemampuan dalam berusaha. Selanjutnya yang patut mendapat kajian lebih mendalam adalah penurunan jumlah penduduk yang bekerja, peningkatan jumlah pencari kerja, peningkatan penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Fenomena peningkatan penduduk yang bersekolah merupakan investasi positif akan tetapi peningkatan mengurus rumah tangga dan lainnya menandakan bahwa pembangunan kesetaraan gender dalam bidang tenaga kerja masih belum optimal.

Ada tiga unsur yang sering terkait dengan masalah kesempatan kerja, yaitu pertama, golongan umur penduduk yang akan menuntut kesempatan kerja pada saat sekarang dan waktu yang akan datang; kedua, laju peningkatan golongan umur tertentu dalam pertambahan angkatan kerja di masa yang akan datang; ketiga, pengaruh perkembangan ekonomi yang mampu menyerap angkatan kerja lebih banyak. Oleh karena itu, untuk memberikan kontribusi yang besar pada angkatan kerja, maka upaya yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan akan lebih menguntungkan dibanding upaya lainnya.

Dalam paparan data serial pada grafik di bawah memperlihatkan secara faktual fenomena aktivitas perekonomian Kabupaten Subang dalam menyerap pasar kerja mengalami fluktuatif, dimana angka tertinggi dicapai di tahun 2012 yang mencapai 67,57 % namun pada tahun 2013 menurun menjadi 63,26 % dan meningkat kembali pada tahun 2014 mencapai 68,44%. Adapun dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) memperlihatkan pola yang sedikit berbeda, di mana puncak pengangguran dalam kurun waktu 2009 – 2014 terjadi pada tahun 2011 yang mencapai 9,1 % termasuk mereka yang sedang mencari pekerjaan secara aktif. Hal ini disebabkan selain kesempatan kerja yang relatif rendah juga disebabkan bahwa komposisi penduduk di usia 15 -64 pada tahun 2011 mencapai 66.54%. Hal ini mengandung konsekuensi

bahwa pada saat kesempatan kerja rendah sementara permintaan terhadap pasar kerja meningkat, maka cenderung pengangguran akan meningkat.

Grafik 2.12. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2009-2014 2009 2010 2011 2012 2013 2014 59.00 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00 65.00 66.00 67.00 68.00 69.00 62.47 62.91 62.24 67.57 63.26 68.44 TPAK (%)

2.13. Tingkat Pengangguran Tahun 2009-2014

2009 2010 2011 2012 2013 2014 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 7.76 8.72 9.10 8.01 7.42 8.01 TPT (%) Sumber : BPS Kab.Subang

Dari data serial yang dipaparkan maka interprestasi yang muncul adalah masalah pengangguran merupakan suatu masalah serius bagi Kabupaten Subang dan harus menjadi perhatian semua stakeholder, mengingat dampak paling buruk yang akan terjadi adalah dapat

menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Di mana efek berantai dari kondisi tersebut adalah munculnya ketidak-mampuan rumahtangga (masyarakat) untuk menyekolahkan anak- anaknya. Yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kemiskinan.

2.2.1.2 FOKUS KESEJAHTERAAN SOSIAL 1. Pendidikan

Salah satu komponen krusial dalam kompilasi IPM. ialah indeks pendidikan, di mana indeks ini terdiri atas dua komponen krusial, yaitu rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf untuk penduduk yang berusia 15 tahun ke atas.

Dokumen terkait