• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan Usaha Ayam Broiler

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan usahatani yang diterima merupakan balas jasa untuk tenaga kerja, modal keluarga yang dipakai dan pengelolaan yang dilakukan oleh seluruh keluarga.

Besarnya peranan kemitraan dalam pendapatan dapat terlihat dari besarnya sumbangan pendapatan yang diperoleh dari hasil penjualan ayam broiler terhadap pendapatan peternak. Pendapatan yang diterima peternak akan dibedakan menjadi dua yakni pendapatan atas biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan atas biaya total (pendapatan total). Pendapatan atas biaya tunai adalah selisih antara penerimaan tunai usahatani dan biaya tunai usahatani. Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah selisih penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam satu periode usahatani.

65 Perhitungan pendapatan atas biaya total dan pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh peternak dalam satu periode usahatani termasuk salah satu tolak ukur keberhasilan usahatani. Sedangkan analisis imbangan penerimaan dan biaya produksi (R/C Ratio) menilai efisiensi usahatani yang dilaksanakan oleh peternak mitra dan peternak non mitra.

Total biaya yang dikeluarkan oleh peternak mitra jauh lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan oleh peternak non mitra. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah harga kontrak yang ditetapkan oleh CV TMF untuk biaya produksi jauh lebih besar dari harga pasar yang dapat diperoleh peternak non mitra. Sementara untuk total penerimaan yang diperoleh peternak mitra jauh lebih besar dari total penerimaan peternak non mitra. Hal ini dikarenakan peternak mitra mendapatkan beberapa bonus dari CV TMF. Perhitungan analisis usahatani ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perhitungan Pendapatan Peternak Mitra dan Non Mitra

No Uraian Satuan Peternak Mitra Peternak Non Mitra 1 Total Biaya Tunai (a) Rp 64.158.400 53.458.500 2 Total Biaya Diperhitungkan (b) Rp 4.175.000 3.445.000

3 Total Biaya (c) Rp 68.333.400 56.903.500

4 Total Penerimaan (d) Rp 71.178.173,5 58.510.875 5 Pendapatan Atas Biaya Tunai Rp 7.019.773,5 5.052.375 6 Pendapatan Atas Biaya Total Rp 2.644.773,5 1.607.375

7 Ratio Biaya Tunai 1,11 1,09

8 Ratio Biaya Total 1,04 1,02

Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa pendapatan peternak mitra lebih besar dibandingkan peternak non mitra baik pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya total yang diterima oleh peternak mitra sebesar Rp.2.644.773,5 per periode jauh lebih besar dari peternak non mitra yang hanya memperoleh Rp.1.607.375 per periode. Pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak mitra juga lebih besar dari peternak non mitra. Perbedaan total biaya dan pendapatan yang diperoleh peternak mitra dan non mitra tidak hanya dikarenakan peternak non

66 mitra yang masih kurang pembinaan dan pemahaman dalam mengefisienkan faktor–faktor input produksi seperti pakan, obat–obatan dan vaksin. Akan tetapi hal tersebut juga dipengaruhi oleh bonus–bonus yang diberikan oleh perusahaan, sehingga meningkatkan jumlah penerimaan peternak mitra.

Adanya selisih biaya total dan penerimaan antara peternak mitra dan peternak non mitra menunjukan bahwa pengusahaan ternak ayam oleh peternak mitra jauh lebih menguntungkan karena memiliki jumlah panen yang lebih besar dengan harga yang lebih tinggi. Selain itu juga peternak mitra dapat menghemat biaya pemeliharaan budidaya ternak ayam dibandingkan peternak non mitra. Hal ini berarti dengan tingkat biaya yang hampir sama, ternyata peternak mitra lebih besar mendapatkan keuntungan.

Tingkat keuntungan antara peternak mitra dan non mitra juga dapat dilihat dari besarnya R/C rasio. Rasio atas biaya tunai peternak mitra sebesar 1,11 dan peternak non mitra hanya memperoleh sebesar 1,09. Rasio atas biaya total juga diperoleh lebih tinggi oleh peternak mitra yaitu sebesar 1,03 dan 1,02 untuk R/C ratio peternak non mitra. Hal ini berarti penerimaan yang diperoleh peternak mitra dan non mitra lebih besar daripada tiap unit biaya yang telah dikeluarkan. Sama halnya dengan R/C rasio atas biaya total peternak mitra dan non mitra yang lebih besar juga dari satu. Sehingga dapat dikatakan bahwa usahatani yang dijalankan oleh peternak mitra dan non mitra menguntungkan. Akan tetapi peternak mitra memiliki R/C rasio lebih besar dibandingkan dengan peternak non mitra baik R/C rasio atas biaya tunai ataupun R/C rasio atas biaya total. Hal ini berarti usahatani ayam peternak mitra lebih efisien dibandingkan dengan usaha ternak yang dijalankan oleh peternak non mitra. Berdasarkan hasil penghitungan secara usahatani tersebut, maka dapat dilihat bahwa dengan adanya kemitraan dapat meningkatkan pendapatan peternak ayam.

Meskipun usaha ternak dilakukan dengan skala 5.000 ekor. Akan tetapi jika dibudidayakan dengan baik dan sesuai prosedur, maka hasil yang didapatkan juga memuaskan. Pendapatan peternak mitra dan non mitra sangat dipengaruhi bagaimana peternak tersebut dapat mengelola ayam dengan sebaik–baiknya, memperhatikan kesehatan ayam agar dapat menekan angka kematian pada ayam, dan menjaga kondisi ayam agar nafsu makan semakin meningkat, sehingga

67 menghasilkan bobot ayam yang berat, tentu disertai dengan penggunaan pakan yang seefisien mungkin

Secara keseluruhan pada kasus peternak mitra dan peternak non mitra, keuntungan yang lebih besar didapat oleh peternak mitra. Tidak hanya dalam keuntungan materi, akan tetapi pembinaan dan pengawasan dalam masa pemeliharaan yang dilakukan oleh pihak perusahaan inti sangat membantu peternak mitra mengefisienkan input–input produksi untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Berdasarkan perhitungan statistik uji–t didapatkan hasil bahwa ada perbedaan pendapatan tunai antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra. Hal ini dapat dilihat dari p-value yang diperoleh sebesar 0,004 lebih kecil dari nilai α yang ditentukan, yaitu 0,05.

Hasil serupa juga diperoleh bahwa ada perbedaan pendapatan total antara peternak yang bermitra dengan peternak yang tidak bermitra. Nilai p–value yang didapatkan sebesar 0,001 lebih kecil dari nilai α yaitu 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nyata pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak mitra dan peternak non mitra. Pada lampiran 9 dapat dilihat hasil uji statistik uji–t.

68 VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

Kemitraan yang dijalankan oleh CV Tunas Mekar Farm dengan peternak mitra Cibinong dijalankan dengan pola inti plasma. Kemitraan ini telah berjalan selama enam tahun. Kerjasama ini lebih menekankan pada kerjasama penjualan hasil dan bimbingan teknis. Kemitraan ini bermanfaat bagi kedua belah pihak yaitu bagi perusahaan adalah menambah mitra usaha yang loyal terhadap perusahaan. Sedangkan untuk peternak mitra adalah adanya bantuan modal, jaminan pasar, jaminan harga, dan bimbingan teknis.

Kemitraan berperan dalam mempengaruhi struktur biaya usaha ternak ayam. Berdasarkan hasil analisis usahatani peternak mitra dan non mitra menunjukan bahwa ada perbedaan total biaya, penerimaan, dan juga pendapatan. Total biaya peternak mitra dan non mitra berbeda. Biaya tunai peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan peternak non mitra, sehingga ada indikasi bahwa peternak non mitra lebih banyak mengakses input dari pasar. Adanya kemampuan terhadap akses input dari pasar akan memungkinkan usahatani tersebut untuk lebih baik dalam berproduksi. Biaya yang diperhitungkan antara peternak mitra dan peternak non mitra mengalami perbedaan. Hal ini berarti bahwa kemitraan juga mempengaruhi biaya yang diperhitungkan oleh peternak.

Hasil analisis usahatani membuktikan bahwa kemitraan antara CV TMF dengan peternak mitra Cibinong dapat meningkatkan penerimaan peternak mitra, dimana total penerimaan peternak mitra lebih besar apabila dibandingkan dengan total penerimaan yang diperoleh peternak non mitra. Perbedaan tingkat penerimaan akan berpengaruh terhadap pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total peternak mitra maupun peternak non mitra, dimana pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total yang diterima peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total peternak non mitra.

Kemitraan juga berperan penting dalam tingkat efisiensi usaha ternak ayam. Usahatani peternak mitra dinilai lebih efisien dibandingkan dengan peternak non mitra. Hal ini terlihat dari R/C rasio yang dihasilkan peternak mitra bernilai lebih besar dari R/C rasio peternak non mitra.

69 Dengan adanya kemitraan yang dijalankan antara CV TMF dan peternak mitra Cibinong memberikan dampak yang positif bagi kedua pihak. Manfaat yang diterima peternak mitra adalah pelayanan dan bimbingan secara teknis yang bertujuan untuk membantu peternak dalam mengefisiensikan sarana produksi ternak yang digunakan untuk kelangsungan usaha beternak ayam broiler. Berbeda halnya dengan peternak non mitra yang dirasa masih kurang dalam mengefisiensikan penggunaan sarana produksi ternak. Kemitraan juga berperan terhadap perbedaaan tingkat penerimaan yang diterima oleh peternak mitra yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap pendapatan peternak mitra.

Berdasarkan uji statistik kemitraan berperan dalam pendapatan peternak. Hal tersebut dapat dilihat bahwa hasil perhitungan uji–t terhadap pendapatan atas biaya tunai, p-value = 0,004 dan p–value pendapatan atas biaya total diperoleh sebesar 0,001. Nilai p–value yang diperoleh atas pendapatan tunai dan pendapatan total lebih kecil dari nilai α yang ditentukan, yaitu 0,05. Hasil ini menunjukan bahwa dengan adanya kemitraan yang dijalankan oleh CV TMF berbeda nyata dalam pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total peternak mitra dibanding peternak yang berusaha secara mandiri.

8.2. Saran

Kerjasama kemitraan yang dijalankan oleh CV TMF dan peternak mitra Cibinong cukup baik. Kontrak perjanjian yang bersifat tidak memberatkan kedua belah pihak digunakan untuk memperjelas kewajiban dan juga hak masing– masing pelaku kemitraan. Adanya kontrak perjanjian membantu peternak sebagai pembelajaran dalam melakukan bisnis, sehingga akan ada perkembangan pemikiran peternak untuk berproduksi lebih tinggi. Dengan kerjasama yang berkesinambungan diharapkan CV TMF dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja perusahaan dalam membimbing peternak mitra dan membantu peternak meningkatkan taraf hidup. Perusahaan inti harus memperbaiki komunikasi dua arah antara perusahaan dengan peternak mitra Cibinong agar terjawab semua apa yang menjadi kendala bagi peternak mitra dan perusahaan. Penambahan bantuan sarana produksi seperti alat–alat peternakan diperlukan untuk mempermudah peternak dalam menjalankan proses produksi.

70 DAFTAR PUSTAKA

Daniel, Weyne W, Dayne M. Editor. 1990. Applied Non Parametric Statistics. Ed Ke–2. Boston : PWS–Kent Publishing Company.

Deshinta, M. 2006. Peranan Kemitraan terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler. (kasus kemitraan : PT Sierd Produce dengan Peternak di Kabupaten Sukabumi). [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Firwiyanto, Moerojie. 2008. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak

terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan Kota Depok) [Skripsi]. Bogor. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Hafsah, M. J. 1999. Kemitraan Usaha : Konsepsi dan Strategi. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan.

Hernanto, Fadholi. 1991. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya

Jumin, Hasan Basri. 2008. Dasar–dasar Agronomi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Jakarta.

Puspitasari, A. 2008. Pengaruh Kemitraan Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Petani Kakao (kasus : Petani di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Jogjakarta. [Skripsi]. Bogor. Departemem Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Rachmina, Dwi dan Burhanudin. 2008. Panduan Penelitian Proposal dan Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Rachmiyanti. 2009. Analisis Perbandingan Usahatani Padi Organik Metode System Rice of Interfication (SRI) dengan Padi Konvensional (Kasus Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rasyaf, Muhammad. 2009. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya.

71 Ridwan. 2008. Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dengan Padi

Anorganik (Kasus Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) [Skripsi]. Bogor. Program Sarjana ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rochman, Cecep Ali Aysin. 2008. Evaluasi Kemitraan Pemuda Tani Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Usahatani. (Studi Kasus di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis Depok, Jawa Barat). [Skripsi]. Departemem Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Romdhoni, Edi. 2003. Analisis Pendapatan dan tingkat Kepuasan peternak terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Ras di Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Sarwanto, C. 2004. Kemitraan, Produksi dan Pendapatan Peternakan Rakyat Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo). [Tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sarwo, B. 2008. Beternak Ayam Buras. Jakarta : Penebar Swadaya.

Soeharja, A dan D. Patong. 1973. Sendi–Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Bogor. Departemen Ilmu–Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Soekartawi. 2002. Analisis usahatani. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Soekartawi, Soeharja A. L. Dillon John, Hardeker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan

Penelitian untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta : Universitas Indonesia.

Soetrisno, Loekman. 1998. Pertanian pada Abad Ke–21. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sujonohadi, Kliwon dan Ade Iwan Setiawan. 2009. Ayam Kampung Petelur. Jakarta : Penebar Swadaya.

Suratiyah, Ken. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sutadisastra, Kedi, Yusmichad Yusdja ,Masdjidij Siregar, Ketut Kariyasa. 2006. Diversifikasi Usahatani dan Konsumsi : Suatu Alternatif Peningkatan dan Kesejahteraan Rumah Tangga Petani. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor.

Dokumen terkait