• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan Usahatani dan R/C Ratio

Dalam dokumen FLORENT ROSTRINA IDANI H (Halaman 84-89)

karena petani sempit kurang mampu mengukur kebutuhan pupuk yang akan digunakan.

Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang dan pupuk kimia. Pupuk kandang yang digunakan berasal dari kotoran ternak yang telah diolah terlebih dahulu. Harga pupuk kandang adalah Rp 280 per kilogram. Pupuk kimia terdiri dari NPK dengan harga Rp 2.500 per kilogram, Urea dengan harga Rp 1.740 per kilogram, SP 36 dengan harga Rp 1.500 per kilogram, KCL dengan harga Rp 1.700 per kilogram, TSP dengan harga Rp 1.200 per kilogram, ZA dengan harga Rp 1.700 per kilogram, dan kapur Dolomit dengan harga Rp 300 per kilogram.

Dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman, pada umumnya petani melakukan kegiatan penyemprotan. Adapun jenis obat-obatan yang digunakan antara lain Curacrol, Lanet, Antracol, Pelengket, Atonik, Supergro, Decis, Cardan, Sevin, Agrimex, Winder, Delouise, Gandazil D, Gandazil B, Detan, Bion M, dan Puradan. Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam pengadaan pupuk dan obat-obatan pada petani luas dan petani sempit relatif sama. Hal tersebut tergantung pada kebiasaan petani dalam menggunakan pupuk dan obat-obatan.

Komponen biaya lain yang dikeluarkan oleh petani adalah biaya sewa lahan dan biaya perlengkapan. Sewa lahan yang dibebankan kepada petani berbeda berdasarkan lokasi dan keadaan lahan. Lahan yang dekat dengan pemukiman dan sumber air, biasanya dikenakan biaya sewa yang lebih mahal. Biaya perlengkapan yang dikeluarkan tergantung pada jenis perlengkapan yang digunakan. Perlengkapan yang digunakan oleh petani terdiri dari karung, mulsa, tali rapia, dan karet gelang. Karung digunakan sebagai wadah sayuran pada saat pemanenan, mulsa digunakan untuk menutupi bedengan cabai keriting pada saat persemaian, tali rapia untuk mengikatkan batang tanaman pada ajir yang dipasang agar tanaman tumbuh dengan tegak. Karet gelang digunakan untuk mengikat hasil panen kacang panjang, dimana satu ikat terdiri dari satu kilogram.

6.3 Pendapatan Usahatani dan R/C Ratio

Pendapatan usahatani merupakan salah satu indikator dari keberhasilan kegiatan usahatani. Pendapatan usahatani juga dapat memberikan gambaran mengenai keuntungan dari kegiatan usahatani. Pendapatan usahatani sayuran di

69 Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahatani yang dilakukan.

Selain analisis terhadap pendapatan usahatani, analisis R/C ratio juga dilakukan dalam penelitian ini untuk melihat berapa penerimaan yang akan diperoleh petani dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani sayuran. Analisis R/C ratio juga digunakan untuk melihat keberhasilan usahatani petani responden. Pendapatan usahatani dan R/C ratio per hektar golongan petani luas dan petani sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Pendapatan Usahatani Sayuran Per Hektar Golongan Petani Luas dan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011-Juli 2012

No Uraian Petani Luas Petani Sempit

MT I MT II MT III MT I MT II MT III 1 Penerimaan 40,928,202 26,265,659 61,005,878 50,230,471 49,370,664 43,943,541 2 Total Biaya 38,520,401 24,489,864 53,267,274 48,427,076 45,274,045 41,690,462 3 Pendapatan 2,407,801 1,775,795 7,738,604 1,803,395 4,096,619 2,253,078 4 R/C Ratio 1.06 1.07 1.15 1.04 1.09 1.05 5 R/C Ratio 1.10 1.06

Usahatani petani luas mampu memberikan keuntungan yang lebih tinggi daripada petani sempit. Hal ini dapat dilihat dari nilai pendapatan dan nilai R/C petani luas yang yang lebih besar daripada petani sempit. Pendapatan terbesar diperoleh oleh petani luas pada MT III, yaitu sebesar Rp 7.738.604. Hal ini terjadi karena pada musim tanam tersebut, petani luas melakukan kegiatan usahatani cabai keriting, dimana rata-rata nilai jual cabai keriting lebih tinggi dibandingkan sayuran lainnya. Sedangkan petani sempit tidak mengusahakan cabai keriting karena adanya keterbatasan lahan dan biaya yang cukup tinggi dalam mengusahakan cabai keriting.

Meskipun penerimaan petani sempit lebih besar dibandingkan dengan petani luas, namun pendapatan petani luas lebih besar daripada petani sempit. Hal tersebut terjadi karena total biaya yang dikeluarkan oleh petani sempit juga lebih besar. Seperti yang telah diuraikan pada Tabel 26, biaya input terbesar yang dikeluarkan oleh petani sempit adalah biaya tenaga kerja. Besarnya biaya tenaga

70

kerja yang dikeluarkan terjadi karena petani sempit berusaha untuk meningkatkan pendapatan usahataninya. Petani sempit melakukan perawatan berupa pemupukan dan penyemprotan pestisida dengan frekuensi yang lebih besar, sehingga membutuhkan tenaga kerja untuk melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan tenaga kerja tersebut berdampak pada bertambahnya biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan sehingga tingkat pendapatannya pun berkurang.

Berdasarkan nilai R/C yang diperoleh, penerimaan terhadap biaya yang dikeluarkan oleh petani luas dan petani kecil tidak berbeda jauh. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani luas memberikan penerimaan yang relatif sama dengan petani sempit. Nilai R/C petani luas adalah 1,10 yang artinya, dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,10. Sedangkan nilai R/C ratio petani sempit adalah 1,06 yang artinya, dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani sempit dapat menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,06.

Analisis pendapatan dan R/C ratio lebih jauh dianalisis per petani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keadaan usahatani per petani. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerimaan rata-rata, maksimal dan minimum petani sempit lebih besar daripada petani luas. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas usahatani sayuran yang dilakukan oleh petani sempit lebih tinggi daripada petani luas. Sedangkan biaya usahatani rata-rata petani sempit lebih besar daripada petani luas. Perbedaan biaya ini dipengaruhi oleh penggunaan input dan tenaga kerja usahatani. Selain itu, petani sempit juga memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada petani luas baik pada pendapatan rata-rata maupun pendapatan maksimumya. Nilai rata-rata R/C ratio petani luas adalah 1,17 dengan nilai maksimal sebesar 1,44 dan nilai minimal sebesar 0.65. Sedangkan nilai rata-rata R/C ratio petani sempit adalah 1,22 dengan nilai maksimal sebesar 1,65 dan nilai minimal sebesar 0,65. Hal ini menunjukkan bahwa petani sempit lebih efisien daripada petani luas jika dilihat dari R/C ratio rata-ratanya.

Perbedaan nilai R/C ratio petani luas dan petani sempit dapat dijelaskan dengan melihat faktor-faktor produksi yang digunakan. Penggunaan pupuk dan benih petani sempit lebih besar daripada petani luas. Penggunaan tenaga kerja petani sempit juga lebih banyak daripada petani luas. Hal ini menunjukkan bahwa

71

pemeliharaan yang dilakukan petani sempit lebih intensif sehingga mampu menghasilkan penerimaan yang besar. Hasil analisis pendapatan dan R/C ratio per petani dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Penerimaan, Biaya, Pendapatan, dan R/C Ratio Per Hektar Per Tahun

Petani Luas dan Petani Sempit di Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011-Juli 2012

No Uraian Petani Luas

n= 13 Petani Sempit n=17 1 Penerimaan Maksimal 155,775,000 197,320,000 Minimal 102,317,500 117,108,000 Rata-rata 128,199,738 134,731,396 2 Biaya Maksimal 199,942,667 282,276,583 Minimal 81,231,992 70,863,167 Rata-rata 115,416,198 117,077,921 3 Pendapatan Maksimal 42,675,708.33 64,872,541.67 Minimal (69,932,666.67) (99,899,916.67) Rata-rata 12,783,539.54 17,653,474.82 4 R/C Ratio Maksimal 1.44 1.65 Minimal 0.65 0.65 Rata-rata 1.17 1.22

Berdasarkan hasil perhitungan indeks diversifikasi, petani sempit memiliki nilai tingkat diversifikasi yang lebih tinggi daripada petani luas. Hal ini menunjukkan bahwa petani sempit lebih berdiversifikasi daripada petani luas. Akan tetapi, pendapatan usahatani petani luas lebih besar daripada petani sempit. Artinya, hubungan antara diversifikasi dengan tingkat pendapatan tidak selalu positif. Nilai rata-rata indeks diversifikasi petani luas adalah 0,769 dengan nilai minimal sebesar 0,723 dan nilai maksimal sebesar 0,820. Sedangkan nilai indeks diversifikasi petani sempit adalah sebesar 0,800 dengan nilai minimal sebesar 0,788 dan nilai maksimal sebesar 0,821. Nilai indeks diversifikasi petani luas dan petani sempit dapat diihat pada Tabel 29.

72

Tabel 29. Indeks Diversifikasi Usahatani Petani Luas dan Petani Sempit di

Kelompok Tani Pondok Menteng Agustus 2011-Juli 2012

Uraian Petani Luas Petani Sempit

(n=13) (n=17)

Minimal 0.723 0.788

Maksimal 0.820 0.821

Rata-rata 0.769 0.800

Pada tingkat usahatani, diversifikasi dilakukan dengan tujuan untuk menghindari faktor risiko dan ketidakpastian, baik terhadap produksi maupun harga. Oleh karena itu, apabila petani tidak hanya mengusahakan satu jenis komoditi tertentu, maka variasi pendapatan akan lebih banyak. Dengan demikian, diversifikasi merupakan keputusan yang tepat untuk mengurangi risiko usahatani.

Hasil perhitungan imbalan terhadap tenaga kerja (return to labor) dan imbalan terhadap modal (return to capital) petani luas dan petani sempit dapat dilihat pada Tabel 30. Berdasarkan Tabel 30 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata imbalan terhadap tenaga kerja petani luas maupun petani sempit lebih tinggi dari nilai upah rata-rata tenaga kerja di Kelompok Tani Pondok Menteng, yakni Rp 18.000 per hari. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan petani responden untuk melakukan kegiatan usahatani sayuran sudah tepat daripada menjadi buruh tani.

Hasil perhitungan Return to Capital menunjukkan bahwa pilihan petani responden untuk menginvestasikan modalnya pada kegiatan usahatani yang dilakukan sudah tepat. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata Return to Capital yang lebih besar daripada nilai suku bunga pinjaman yang berlaku, yakni 9.06 persen (Suku Bunga Dasar Kredit, September 2012, Bank Indonesia).

Tabel 30. Return to Labor dan Return to Capital Petani Luas dan Petani Sempit

Agustus 2011-Juli 2012

Uraian Petani Luas Petani Sempit

Return to Labor Return to Capital Return to Labor Return to Capital

Maksimal 42,368.28 175.26 40,122.42 126.63

Minimal 7,823.07 (56.33) 9,412.75 (144.55)

VII OPTIMALISASI POLA TANAM SAYURAN

Dalam dokumen FLORENT ROSTRINA IDANI H (Halaman 84-89)

Dokumen terkait