• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan Audit KAP AAJ

3. PROFIL KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN KLIEN

4.1. Pendekatan Audit KAP AAJ

Dalam melakukan audit, KAP AAJ memiliki pendekatan audit, seperti yang terlihat pada gambar 4.1, yang menjelaskan mengenai tahap-tahap yang harus dilakukan KAP AAJ dalam melakukan jasa audit pada suatu perusahaan.

Gambar 4.1. Pendekatan Audit KAP AAJ

4.1.1. Client Acceptance and Re-evaluation

Pada tahap ini, auditor memahami latar belakang dari perusahaan untuk mengestimasi engagement risk yang mungkin terjadi. Client acceptance dilakukan untuk klien baru sedangkan re-evaluation dilakukan untuk klien lama KAP AAJ. Proses re-evaluation dilakukan untuk mengevaluasi kembali klien lama dengan risiko yang baru yang mungkin terjadi akibat adanya perubahan kondisi ataupun prosedur yang diterapkan oleh klien. Bagi PT XYZ, tahun 2012 merupakan tahun kedua menjadi klien KAP AAJ sehingga KAP AAJ hanya melakukan proses re-evaluation.

4.1.2. Preplanning / Understanding the Client’s Business

Setelah melakukan re-evaluation, tahap berikutnya yakni preplanning atau perencanaan pendekatan audit. Pada tahap ini, auditor melakukan pemahaman kembali mengenai bisnis klien. Karena KAP AAJ menggunakan risk-based audit, maka setiap tahun auditor akan selalu me-review bisnis kliennya. Review yang dilakukan didukung pula dengan adanya permanent file dari tahun audit sebelumnya. Permanent file ini disimpan dan dikelola dengan baik oleh KAP AAJ serta dapat digunakan untuk penugasan audit pada tahun-tahun ke depan. Dari data yang ada, auditor memastikan kepada manajemen PT XYZ apakah terdapat perubahan struktur ataupun prosedur yang terjadi.

Sebelum berjalannya fieldwork, auditor melakukan penilaian akan kemungkinan terjadinya fraud. Auditor menilai bahwa risiko fraud PT XYZ cenderung tinggi terutama pada bagian bahan baku karena jumlahnya yang banyak dan penyusunannya yang tidak rapi. Terkait dengan risiko bisnis, auditor menilai risiko bisnis PT XYZ terkait dengan fluktuasi nilai tukar mata uang asing yang dapat mempengaruhi harga pokok penjualan serta gross profit margin dari PT XYZ dikarenakan bahan baku serta penjualan dari produk berkaitan dengan transaksi dengan luar negeri. Pengendalian internal PT XYZ terhadap asetnya terutama pabrik dan gudang dinilai masih lemah terutama terkait keamanan. Selain itu, sistem penyimpanan benang tidak tertata rapi sehingga memiliki risiko kehilangan yang cukup tinggi.

Terkait dengan akun piutang usaha, dalam penilaian pengendalian internal terkait risiko akuntansi, auditor menilai pencatatan akuntansi PT XYZ tidak berisiko karena perusahaan sudah menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia serta didukung adanya karyawan accounting yang memahami dengan baik akuntansi perusahaannya. Selain itu, bukti-bukti terkait dengan siklus penjualan terdokumentasikan secara lengkap.

4.1.3. Audit Planning and Risk Materiality Analysis

Pada tahap ini, auditor melakukan penetapan atas materialitas serta penetapan financial statements worksheet areas. Pertimbangan atas kedua prosedur ini memutuskan tingkat risiko dari luasnya pemeriksaan audit atas laporan keuangan klien yang akan mempengaruhi prosedur audit selanjutnya. 1. Penetapan materialitas

Dalam menetapkan materialitas, auditor mengacu pada Best Practices Memo yaitu suatu panduan penentu materialitas yang diterbitkan oleh Head of Audit KAP AAJ secara berkala. Berdasarkan RSM AAJ Audit Manual Versi 2010.1, materialitas secara kuantitatif ditentukan pada tingkat laporan keuangan sebagai panduan dalam merancang prosedur audit dan mengevaluasi temuan audit. Untuk menentukan overall materiality, auditor harus melakukan langkah-langkah berikut ini:

a. Menentukan pengguna utama dari laporan keuangan.

b. Menentukan benchmark/patokan (elemen laporan keuangan atau ukuran keuangan lainnya yang diturunkan dari elemen laporan keuangan) yang paling penting bagi pengguna utama.

c. Menentukan overall materiality dengan menggunakan persentase yang sesuai dengan patokan yang telah dipilih.

Sesuai dengan manual yang ada, dalam menentukan overall materiality, auditor harus menggunakan salah satu dari patokan antara lain:

Total assets atau revenueNet assets

Persentase yang diterapkan berbeda-beda tergantung dari kategori klien pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Persentase berdasarkan Kategori Klien

Types of Clients Percentage

Significant and High Risk Clients (except Bank and Financial Institution):  Total assets or Revenues

 Net Assets

 Normalized income from continuing operations before taxes

0.5 % 3.0 % 5.0 % Bank and Financial Institution:

 Total Assets or Revenues  Net Assets

0.5 % 3.0 % Low Risk Clients:

 Total assets or Revenues  Net Assets

 Normalized income from continuing operations before taxes

1.25 % 4 % 7.5 %

Sumber: Best Practices Memo KAP AAJ 8 Desember 2010

Sebelum menetapkan materialitas, auditor terlebih dahulu menilai risiko dari PT XYZ. Auditor menetapkan bahwa PT XYZ memiliki risiko rendah dengan beberapa pertimbangan yakni pengguna utama dari laporan keuangan hanyalah pihak manajemen PT XYZ, klien merupakan perusahaan tertutup bukan perusahaan publik (Tbk.), serta klien bukan merupakan perusahaan dengan akuntabilitas publik. Dalam menentukan patokan, total asset dipilih auditor sebagai patokan karena auditor melihat dari sisi pemakai laporan keuangan dan rencana perusahaan di masa yang akan datang yaitu:

a. Pemakai laporan keuangan perusahaan adalah pihak manajemen dan pihak kreditur.

b. Pada 30 Juni 2012, Perusahaan memiliki pinjaman ke Bank BCA dan UOB Dari dua alasan diataslah auditor menetapkan total asset PT XYZ patokan untuk materiality limit.

Tabel 4.2. Perhitungan Overall Materiality

Overall Materiality Percentage OM

TA 3,091,625,227,965 1.25% 38,645,315,350

Sumber: Working Paper Materiality Limit PT XYZ June 2012

Setelah melakukan perhitungan overall materiality dalam tabel 4.2, kemudian hasil Rp38.645.315.350,- tersebut menjadi patokan dalam perhitungan performance materiality. Perhitungan performance materiality perlu dilakukan untuk menentukan apakah suatu akun bernilai material atau tidak, sehingga digunakan sebagai batas materialitas untuk akun piutang usaha.

Tabel 4.3. Perhitungan Performance Materiality

OM Percentage PM

38,645,315,350 80% 30,916,252,280

Sumber: Working Paper Materiality Limit PT XYZ June 2012

Auditor kemudian menghitung materiality net of allowance yang merupakan batas materialitas transaksi yaitu sebesar Rp11,593,594,605,- yang didapat dari pengurangan antara overall materiality dengan allowance for undetected material misstatement sebesar 70% dan menghitung nilai materiality threshold adalah 3% x Rp38,645,315,350,- = Rp 1,159,359,460,-. Nilai materiality threshold inilah yang menjadi batas maksimum apakah salah saji pada suatu akun tertentu bernilai material atau tidak. Apabila salah saji yang ditemukan nilainya berada di bawah nilai materiality threshold maka auditor mengumpulkannya ke dalam summary of unadjusted yang berisi akun-akun salah saji dan tidak dilakukan adjustment.

2. Penetapan financial statements worksheet areas

Setelah penetapan materialitas dilakukan, selanjutnya auditor akan menilai apakah saldo setiap akun-akun PT XYZ termasuk high risk material, low risk material, atau tidak material. Penentuan ini akan berpengaruh terhadap luasnya pemeriksaan audit dari setiap akun klien. Prosedur ini tidak dilakukan karena

auditor biasanya langsung melanjutkan ke tahap fieldwork setelah penentuan materialitas.

4.1.4. Fieldwork / Conduct the Audit

Pada tahapan ini, auditor akan melakukan evaluasi serta pengujian pengendalian dari PT XYZ serta melakukan pengujian substantive. Segala prosedur-prosedur audit untuk tiap-tiap akun yang telah direncanakan sebelumnya dilaksanakan saat tahapan ini. Prosedur audit terkait akun piutang yang merupakan fokus dari laporan magang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

4.1.5. Completion and Reporting

Setelah melaksanakan keseluruhan prosedur audit untuk PT XYZ, pada bagian akhir auditor akan melakukan penilaian terhadap going concern dari perusahaan, pengevaluasian salah saji yang ditemukan selama pelaksanaan audit. Selain itu, auditor juga akan menetapkan opini apa yang akan diberikan kepada PT XYZ atas pelaksanaan audit laporan keuangannya.

Dokumen terkait