• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan dalam Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Pembangunan ekonomi yang ada di negara maju maupun negara berkembang pada umumnya bertumpu pada sumberdaya alam dan produktivitas sistem alami (lingkungan). Tujuan yang ingin dicapai dari pembangunan ekonomi tersebut adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melaiui produksi barang-barang dan jasa konvensional dengan memanfaatkan sumberdaya alam sebagai konsekuensi dari pembangunan itu akan terjadi pertumbuhan ekonomi. Pada sisi lain pertumbuhan ekonomi tersebut sering diikuti oleh tekanan yang makin berat pada sistem alami (sumberdaya alam) dan dampak negatif pada kualitas lingkungan (degradasi). Oleh sebab itu untuk meghindarai dampak negatif yang tidak diinginkan itu, maka pembangunan ekonomi harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga dapat melestarikan produktivitas jangka panjang sistem alami.

Dixon (1986), baik di negara maju maupun di negara berkembang kegiatan pembangunan ekonomi masih belum diberikan perhatian yang cukup untuk memelihara sistem alami dari kualitas lingkungan. Hal ini disebabkan oleh suatu pandangan, bahwa antara pertumbuhan ekonomi dan kualitas lingkungan merupakan alternatif-alternatif kerusakan dalam kualitas lingkungan merupakan

biaya yang harus dibayar dari adanya pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dengan kata lain terjadinya degradasi lingkungan adalah merupakan biaya yang harus dibayar dengan adanya pertumbuhan ekonomi. Pandangan ini adalah pandangan yang menyesatkan, sebab kalau pembangunan ekonomi dan kualitas lingkungan diberikan perhatian yang seimbang, maka kondisi tersebut tidak akan terjadi.

Pada hakekamya kemunduran yang terjadi pada sistem alami dan kualitas lingkungan adalah merupakan kehilangan kesempatan untuk memanfaatkannya atau munculnya tambahan biaya memanfaatkannya. Hal inilah yang disebut oleh Field (1997) sebagai konsep opportunity cost, yaitu biaya yang harus diperhitungkan akibat hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan suatu sumberuaya tertentu atau munculnya tambahan untuk memanfaatkannya, karena sumberdaya tersebut telah diputuskan untuk digunakan pada tujuan yang lain. Untuk menentukan nilai moneter dari hilangnya kesempatan untuk memanfaatkan suatu sumberdaya dan lingkungan atau timbulnya tambahan biaya untuk memanfaatkannya, perlu dilakukan pendekatan yang hati-hati

Penilaian ini sangat penting artinya, karena akan menentukan apakah suatu kebijakan lingkungan efektif atau tidak dan menjadi dasar yang penting untuk mengembangkan pembangunan yang berwawasan lingkungan, disamping faktor- faktor sosial, ekonomi, dan politik yang menyertainya (Yakin, 1997).

Menurut Munasinghe (1992), secara koseptual nilai ekonomi total (total economic value) dari suatu sumberdaya terdiri atas; (1) nilai guna (use value), dan (2) nilai bukan guna (non-use value). Nilai guna termasuk didalamnya nilaiguna langsung (direct use value), nilai guna tak langsung (indirect use value), dan nilai pilihan (option value), nilai guna potensial (potential use value) Sehingga secara matematis nilai ekonomi total dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut: NET = NG + NBG

NET = (NGL + NGTL + NP) + NBG di mana:

NET =Nilai Ekonomi Total NG = Nilai Guna

NBG = Nilai Bukan Guna NGL = Nilai Guna Langsung

NGTL = Nilas Guna Tak Iangsung NP =Nilai Pilihan

Secara skematis pengelompokan nilai ekonomi suatu sumberdaya bila dikaitkan dengan tingkat tengabilitas penilaian individu dapat dibuat seperti gambar berikut ini (Gambar 3).

Gambar 3 Pengelompokan atribut nilai ekonomi untuk penilaian lingkungan (diadopsi dari Pearce 1994)

Nilai guna langsung ditentukan oleh kontribusi suatu asset lingkungan membuat produksi dan konsumsi sekarang. Nilai guna tidak langsung adalah keuntungan yang diperoleh secara mendasar dari fungsi jasa yang disediakan lingkungan untuk mendukung produksi dan konsumsi sekarang. Selanjutnya nilai pilihan secara mendasar adalah kelebihan yang mana konsumen bersedia untuk membayar atas suatu asset yang tidak digunakan, untuk menghindari resiko dan

Nilai Pilihan Nilai Keberadaan Nilai Non Guna Lain

Manfaat fungsional

Nilai guna langsung dan tak langsung Masa Y.a.d Nilai dari keberadaan yang dipertahankan Hasil yang dapat dikumsumsi secara langsung • Makanan • Biomassa • Rekreasi • Kesehatan • Fungsi Ekologi • Flood Control • Storm Protection • Keanekaragaman Hayati • Habitat tekonservasi • Habitat • Spesies langka Nilai Ekonomi Total

Nilai Guna Nilai Bukan Guna

Nilai Guna Langsung

Nilai Guna Tak Langsung

ketidak bersediaanya pada masa yang akan datang. Akhirnya nilai eksistensi adalah nilai yang diberikan oleh individu terhadap keberadaan barang lingkungan tertentu yang didasarkan pada etika norma tertentu.

Selanjutnya Opschor (1989 di dalam Yakin, 1997) menambahkan satu kelompok/kategori nilai yaitu nilai masa depan (Begues value), nilai masa depan diberikan oleh seorang individu terhadap sumberdaya karena sumberdaya tersebut dapat digunakan untuk generasi yang akan datang, misalnya spesies, alam dan sebagainya.

Teknik Penilaian

Konsep dasar dari hakekat penilaian ekonomi dari semua teknik yang ada bertumpu pada kesediaan membayar atau WTP dari individu untuk suatu jasa liungkungan atau sumberdaya alam. Kesediaan untuk membayar itu sendiri didasarkan pada daerah yang berada di bawah kurva permintaan seperti diilustrasikan pada gambar berikut ini (Gambar 4).

Nilai D A p E B C D(S1) F G D(So) 0 X0 X1

Gambar 4 Peningkatan manfaat dengan perbaikan kualitas asset lingkungan

Gambar 4 memperlihatkan bahwa kurva D (So) mengindikasikan permintaan untuk suatu sumberdaya lingkungan (misalnya jumlah kunjungan perbulan), Xo adalah tingkat permintaan original pada harga p (misalnya biaya perjalanan termasuk nilai dari waktu yang dikeluarkan untuk perjalanan). Total WTP atau nilai dari jasa yang disediakan oleh sumberdaya lingkungan diukur oleh

daerah OABF yang teriri dari dua komponen utama, yaitu daerah OEBF atau (pXo), yang menggambarkan biaya total, dan dua yaitu daerah EBA yang disebut sebagai daerah surplus konsumen atau keuntungan bersih. Titik A menunjukan harga batas pada permintaan 0 atau tidak ada.

Selanjutnya jika kualitas lingkungan diperbaiki,maka sebagai responnya permintaan akan meningkat, dimana kurva D (So) akan berpindah ke D (S1), tingkat permintaan yang baru adalah X1 (diasumsikan harga tetap P), maka total WTP sama dengan daerah ODCG dan keuntungan bersih yang baru adalah sebesar daerah EDC. Dengan demikian maka perbaikan kualitas lingkungan akan menghasilkan suatu tambahan peningkatan nilai sumberdaya lingkungan sebesar daerah ABCD.

Untuk melakukan penilaian terhadap SDAL sampai sekarang telah banyak teknik yang berkembang dalam pemilihan teknik yang akan digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan sistem alam yang akan dinilai.

Menurut Hufschmidt, et al.(1983), secara garis besarnya penilaian manfaat dari perubahan kualitas lingkungan dapat dibaigi atas tiga katagori, yaitu (1) teknik yang langsung didasarkan pada nilai pasar atau produktivitas, (2) teknik yang menggunakan nilai pasar barang substitusi atau pelengkap/komplementer, dan (3) pendekatan yang menggunakan teknik survey.

Dalam menggunakan teknik penilaian ini, pertama-tama harus dilihat apakah nilai pasar dari suatu sumberdaya tersedia atau tidak. Jika tersedia, maka sebaiknya menggunakan nilai pasar tetapi jika tidak tersedia maka dapat digunakan nilai pasar barang substitusi. Bila penggunaan nilai pasar substitusi belum bisa dilakukan, maka baru digunakan teknik survey.

Berkaitan nilai pasar atau produktivitas lebih menitik beratkan pada nilai ekonomi dampak kualitas lingkungan pada sistem alami atau sistem buatan manusia. Dampak pada sistem ini dicerminkan oleh tingkat produktivitas sistem (komponen fisik dan manusia) dan dalam produk yang berasal dari padanya dan yang masuk dalam transaksi pasar. Sedangkan yang termasuk kedalam kategori pasar pengganti adalah barang/jasa yang dipasarkan sebagai pengganti jasa lingkungan, nilai milik, biaya perjalanan dan nilai pasar yang lain.

Teknik penilaian berdasarkan survai mempercayakan kepada survai langsung kesediaan konsumen untuk membayar (WTP) untuk menentukan nilai suatu sistem alami atas jasa lingkungan. Pendekatan ini mencari ukuran pilihan konsumen dalam situasi hipotesis dan bukan berdasarkan pada perilaku konsumen dalam situasi nyata. Yang termasuk dalam pendekatan ini adalah pendekatan permainan penawaran,pendekatan permainan alih tukar, pendekatan pilihan tanpa biaya, teknik penilaian prioritas dan teknik penilaian Delpi.

Selanjutnya Munasinghe (1992) telah menyusun matrik taksonomi dari teknik penilaian SDAL berdasarkan perilaku yang aktual dan yang potensial seperti Tabel 1

Tabel 1 Taksonomi Teknik Penilaian Yang Relevan (Diadopsi dari Manasinghe 1992)

Keterangan Pasar

Konvensional Pasar Implisit

Pasar Yang Dibangun Berdasarkan Perilaku yang aktual Efek Produksi Efek Kesehatan Biaya Depensif Biaya Preventif Biaya Perjalanan Perbedaan Upah Nilai Kepemilikan Barang Pasar Pengganti Pasar Artifisial Berdasarkan Perilaku potensial Biaya Pengganti Proyek Bayangan Penilaian Konti- Ngensi Lain-lain Penjelasan:

• Teknik Efek Produksi adalah suatu teknik penilaian ekonomi terhadap jasa lingkungan yang didasarkan pada perubahan yang terjadi pada produksi, baik bersifat peningkatanmaupunpenurunan. Berdasarkan teknik ini nilai jasa perbaikan lingkunan adalah sebesar tambahan produksi yang terjadi (dalam unit) akibat adanya upaya perbaikan kualitas lingkungan dikali dengan harga per unit atau sebesar nilai kerugian yang dapat dihindari dari upaya perbaikan kualitas lingkungan tersebut. Harga per unit yang dimaksud disini adalah harga pengganti (replacement cost), bukan harga jual, karena dalam harga jual sudah termasuk keuntungan yang diharapkan.

Teknik Efek Kesehatan adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang dikaitkan dengan kondisi kesehatan masyarakat. Berdasarkan metode ini nilai jasa lingkungan dihitung sebesar biaya berobat (biaya dokter, beli obat-obatan, dll) yang dikeluarkan masyarakat untuk penyembuhan penyakit yang ditimbulkan oleh penurunan kualitas lingkungan.

Teknik Biaya Pertahanan adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang dikaitkan dengan jumlah biaya dikeluarkan untuk mempertahankan kualitas berada pada suatu tingkat tertentu.

Teknik Biaya Pencegahan adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan.

Teknik Biaya Perjalanan adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan untuk sumberdaya rekreasional. Penggunaan metode ini memanfaatkan informasi tentang waktu dan pengeluaran moneter yang dilakukan oleh para pengunjung suatu tempat rekreasi untuk mengadakan perjalanan ke dan dari tempat rekreasi. Teknik ini adalah untuk memprediksi kurva permintaan untuk pemakaian suatu tempat rekreasi baik yang menggunakan pungutan masuk maupun tidak.

Teknik Perbedaan Upah adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang dikaitkan dengan kondisi lingkungan kerja. Upah yang tinggi akan diberikan pada pekerja yang bekerja pada daerah yang kualitas lingkungan tempat (kota) kerja yang kurang baik, sebagai perangsang agar orang mau bekerja di sana. Teknik ini pertama kalli digunakan oleh Mayer dan Leone (1977) di dalan Hufschmidt et al.,(1983) yang didasarkan pada suatu pandangan bahwa perbedaan dalam upah berbagai kota ditafsirkan sebagai cerminan WTP (dalam bentuk upah lebih rendah) untuk hidup dan bekerja di kota dengan kondisi lingkungan dan kenikmatan lain yang lebih tinggi, atau Willingness to accept (WTA) (dalam bentuk upah lebih tinggi) untuk hidup dan bekerja di kota dengan kondisi lingkungan yang kurang baik.

Teknik Nilai Milik adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang didasarkan pada anggapan bahwa perubahan dalam kualitas lingkungan sekitar akan mempengaruhi aliran manfaat milik pada waktu yang akan datang

(diasumsikan faktor-faktor yang lain tetap) atau harga jualnya akan mengalami perubahan. Menurut Rosen (1970, di dalam Hufschmidt et al., 1983), harga kenikmatan didefenisikan sebagai harga tersirat karakteristik suatu milik (misalnya luas, lokasi, kualitas, dan karakteristik unit perumahan) dan dipertanyakan pada para pelaku ekonomi dari harga berbagai milik yang diamati dan jumlah tertentu karakteristik yang berhubungan dengan hak tersebut.

Teknik Barang Pasar Pengganti, adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan yang didasarkan pada nilai atau harga barang untuk penyediaan barang-barang sebagai pengganti jasa lingkungan atau sumberdaya alam. • Teknik Pasar Artifisial, adalah suatu teknik penilaian jasa lingkungan dengan

jalan menciptakan pasar tiruan untuk menentukan WTP untuk suatu barang atau jasa lingkungan.

Teknik Biaya Pengganti, adalah suatu teknik yang dapat digunakan bila manfaat sosial bersih pemanfaatan tertentu tak dapat diperkirakan secara langsung. Berdasarkan metode ini, nilai barang atau jasa lingkungan dihitung sebesar biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti atau membuat barang atau jasa lingkungan dapat memberikan manfaat yang setara dengan sebelumnya.

Teknik Proyek bayangan, adalah suatu teknik penilaian untuk mengukur nilai lingkungan yang terkena dampak dari proyek asli dengan jalan membuat sebuah proyek bayangan untuk mengganti aset lingkungan tersebut.

Pariwisata

Gilbert (1990), dalam Vanhove, (2005) meyebutkan bahwa pariwisata adalah kegiatan wisata yang meliputi kegiatan perjalanan ketempat tujuan atau komonitas yang terkenal dalam jangka waktu singkat dalam rangka mwujudkan kepuasan konsumen untuk satuatau kombinasi kegiatan

Rekreasi

Menurut Soekadijo (2000) rekreasi adalah kegiatan menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia, kegiatan tersebut bisa olahraga, membaca, mengerjakan hobi juga bisa dengan tamasya singkat.

Permintaan Rekreasi

Permintaan rekreasi adalah banyaknya kesempatan rekreasi yang diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan partisipasi masyarakat dalam kegiatan rekreasi secara mum yang dapat diharapkan (Douglas 1970). Permintaan dalam rekreasi dapat berupa benda bebas yang didapat tanpa membelinya, tetapi menjadi daya tarik bagi wisatawan sebagai objek pariwisata, misalnya pemandangan yang indah, cahaya matahari, danau, pantai.

Menurut Wahab (1992) permintaan rekreasi dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu: 1) Permintaan potensial, yaitu sejumlah orang yang memenuhi unsur-unsur pokok suatu perjalanan dan karena itu mereka dalam kondisi yang siap untuk berpergian. 2) Permintaan aktual, yaitu orang-orang yang secara nyata berpergian ke suatu daerah tujuan wisata.

Hedonic Price Method

Metode HDM adalah melakukan estimasi nilai implisit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan dengan permintaan barang dan jasa (Fauzi,2004). Misal permintaan rumah di tepi danau banyak ditentukan oleh karakteristik yang dihasilkan dari danau tersebut. Metode biaya hedonik dapat digunakan untuk estimasi manfaat ekonomi atau biaya ekonomi yang berhubungan dengan : 1) kualitas lingkungan meliputi polusi udara, polusi air dan polusi suara. 2) keindahan lingkungan seperti pemandangan yang indah/estetis atau kedekatan dengan tempat rekreasi (King. M.D. dan Mazzota, 2000).

Metode HDM mempunyai asumsi-asumsi dasar sebagai berikut (Turner et al., 1994): 1) harga yang diamati merupakan cermin kondisi keseimbangan pasar yang sesungguhnya. 2) baik pihak penjual maupun pembeli mempunyai pengetahuan yang sempurna mengenai komponen-komponen yang ada, baik barang yang ada pasarnya maupun barang yang tidak ada pasarnya, serta menganggap bahwa konsumen dalam hal ini adalah pengunjung akan bereaki terhadap perubahan-perubahan yang berpengaruh pada tempat wisata tersebut. 3) bahwa kesediaan membayar dari individu untuk suatu atribut tidak dipengaruhi oleh atribut yang lain.

Kesulitan metode biaya hedonik adalah (1) pengukuran manfaat rekreasi dilihat dari perubahan lingkungan selalu menimbulkan bias dari nilai sebenarnya, (2) metode biaya hedonik hanya dapat diaplikasikan bila rumahtangga atau responden yang tingal di tempat itu mengetahui biaya atau manfaat tanda-tanda lingkungan dan mereka mampu membatasi lokasi tempat mereka untuk memilih atau kombinasi sifat lingkungan yang mereka inginkan.

Contingent Valuation Method

Metode CVM merupakan sebuah metode dalam mengumpukan informasi mengenai preferensi individu atau kesediaan membayar atau WTP dengan pertanyaan secara langsung (Haab dan McConnel, 2002). Pendekatan ini disebut contingent (tergantung) karena pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun (Fauzi,2004) CVM pertama kali diperkenalkan oleh Davis (1963) dalam penelitian mengenai perilaku perburuan di Miami. Pendekatan ini populer pertengahan 1970-an ketika pemerintah Amerika Serikat mengadopsi pendekatan ini untuk studi-studi sumberdaya alam.

Metode CVM sering digunakan untuk mengukur nilai pasif (nilai non pemanfaatan) sumberdaya alam atau nilai keberadaan. CVM bertujuan untuk mengetahui keinginan membayar atau WTP dan keinginan menerima (Willingness to accept) terhadap kerusakan lingkungan (Fauzi, 2004).

Menurut Garrod dan Willis (1999), Metode Kontingensi (CVM) adalah suatu metode yang digunakan untuk memperoleh tanggapan terhadap WTP sesorang untuk kualitas lingkungan yang berdasarkan pada kondisi hypothetical market. Metode ini menanyakan berapa kesediaan membayar mereka untuk memperoleh suatu manfaat. CVM memiliki dua kelebihan, yaitu 1) pada kasus tertentu metode ini merupakan satu-satunya teknik yang dapat mengukur suatu manfaat, 2) Metode ini dapat diaplikasikan pada berbagai kebijakan lingkungan.

Pendekatan CVM lebih fleksibel dan dapat digunakan bila data biaya perjalanan tidak dapat diperoleh. Namu CVM memiliki beberapa kelemahan . Kelemahan yang utama adalah timbulnya bias (Fauzi, 2004). Bias ini terjadi jika nilai yang overstate dan understate secara sistematis dari nilai yang sebenarnya. Sumber bias terutama disebabkan oleh dua hal, yaitu :

1. Bias yang disebabkan oleh strategi yang keliru. Hal ini terjadi karena pada saat dilakukan wawancara dan dalam kuisioner dinyatakan bahwa responden akan dipungut fee untuk perbaikan lingkungan, sehingga akan timbul kecenderungan pada responden untuk memberi nilai understate dari nilai fee tersebut, dan sebaliknya.

2. Bias yang disebabkan oleh rancangan penelitian. Biasini bisa terjadi jika informasi yang diberikan kepada responden mengandung hal-hal yang kontroversial.

Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran sumberdaya yang tidak dapat dipasarkan yang mendekati nilai sebenarnya, jika pasar dari sumberdaya non-market tersebut benar-benar ada. Pasar hipotetik sedapat mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotesis yang digunakan untuk pembayaran.

Asumsi dasar dari metode CVM adalah, bahwa individu-individu memahami benar pilihan mereka dan bahwa mereka cukup familiar konsidi lingkungan yang dinilai, dan bahwa apa yang dikatakan orang adalah sungguh- sungguh apa yang akan mereka lakukan jika pasar untuk sumberdaya non-market (lingkungan) benar-benar terjadi.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam metode CVM ada enam (Hanley dan Spash, 1993) :

1. Membuat pasar hipotesis 2. Memberikan tawaran

3. Mengestimasi nilai tengah WTP atau WTA 4. Estimasi kurva penawaran

5. Mengagregasi data

6. Evaluasi penggunaan CVM

Travel Cost Method (TCM)

Metode biaya perjalanan dapat dikatakan metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung terhadap sumberdaya alam. Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka.

Prinsip dari metode ini mengkaji biaya-biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi tersebut.

Metode biaya perjalanan dapat digunakan unuk mengukur manfaat dan biaya akibat (Fauzi, 2004) :

a. Perubahan biaya akses (tiket masuk) bagi suatu tempat rekreasi b. Penambahan tempat rekreasi baru

c. Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi d. Penutupan tempat rekreasi yang ada

Tujuan dari TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan (use value) dari sumberdaya alam melalui pendekatan Proxy. Biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai Proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya alam (Fauzi, 2004). Waktu dan biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung merupakan harga untuk masuk ke tempat rekreasi. Keinginan membayar seseorang dapat diduga berdasarakan jumlah perjalanan yang disebabkan biaya perjalanan tiap pengunjung yang berbeda-beda, analisis ini digunakan untuk menduga WTP seseorang berdasarkan jumlah permintaan pada tiap harga yang berbeda.

Pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu dan bukan dari rekreasi pada umumnya . Pendekatan biaya perjaanan (TCM) adalah suatu cara menilai barang yang tidak memiliki harga (Hufschimdt et al ., 1987). Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya bersifat dapat dipisahkan. Artinya, fungsi permintaan dari kegiatan-kgiatan yang berlangsung di lokasi yang menjadi objek penelitian tidak dipngaruhi oleh permintaan kegiatan rileks, seperti menonton televisi, dan belanja (Fauzi, 2004).

Secara umum, terdapat dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM (Fauzi, 2004), yaitu:

1. Pendekatan sederhana melalui zonasi, yaitu pendekatan yang relatif simpel dan murah karena data yang diperlukan relatif lebih banyak menggunakan data sekunder dan beberapa data sederhana dariresponden saat survey. Tempat rekreasi dibagi dalam beberapa zona kunjungan dan diperlukan data jumlah

pengunjung per tahun untuk memperoleh data kunjungan per 1000 penduduk. Dengan memperoleh data ini dan jarak, waktu perjalanan, serta biaya setiap perjalanan per satuan jarak (km), maka diperoleh biaya perjalanan secara keseluruhan dan kurva permintaan kunjungan ke tempat wisata.

2. Pendekatan indvidual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survey, metodologi pendekatan individual TCM secara prinsip sama dengan sistem zonasi, namum pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh melalui survey dan teknik statistik yang relatif kompleks. Kelebihan metode ini adalah hasil yang lebih akurat.

Kelebihan metode biaya perjalanan (TCM) menurut King dan Mazzotta tahun 2000, adalah : 1) metode biaya perjalanan menggunakan teknik empiris konvensional, yang digunakan oleh ahli ekonomi untuk mengukur nilai-nilai ekonomi berdasarkan harga pasar, 2) metode biaya perjalanan mengacu pada sikap dan tindakan yang nyata dan benar-benar pengunjung lakukan pada situasi hipotetik, 3) metode ini mudah dilakukan, 4) survey di tempat akan mendapatkan contoh yang benar, 5) hasil dari metode ini mudah untuk dijelaskan.

Metode biaya perjalanan memeiliki beberapa kelemahan diantaranya :1) Metode biaya perjalanan (TCM) dibangun berdasarkan asumsi bahwa setiap individu hanya memiliki satu tujuan untuk mengunjungi tempat wisata yang dituju, 2) Metode biaya perjalanan tidak membedakan individu yang memang dating dari kalangan pelibur (holiday makers) dan mereka datang dari wilayah setempat, 3) pengukuran nilai dari waktu

2.8. Kebijakan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Dokumen terkait