• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prespektif yang digunakan dalam menelaah kondisi SKPD berdasarkan kondisi daerah dalam upaya memecahkan masalah diantaranya:

Prespektif Sektor/Bidang Pelayanan

Sektor atau bidang pengembangan dapat diartikan sebagai fokus atau core competency yang dimiliki sebuah lembaga atau organisasi (SKPD) untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sektor menjadi salah satu titik kritis dalam peningkatan pelayanan publik berdasakan kebutuhan dasar, pengelolaan sumber daya, manajemen, sistem informasi dan aspek khusus dalam pencapaian tujuan dan target pembangunan. Umumnya sektor dilakukan melalui analisis objek, penyelesaian langsung pada pokok permasalahan, priotitas program dan kerangka kerja sesuai mandat atau tupoksi SKPD.

Analisis sektor atau bidang pelayanan berfokus pada identifikasi ragam kebutuhan spesifik sebagai respon langsung dalam menangani masalah tertentu, misalnya: pendidikan, kesehatan, kemiskinan atau infrastruktur. Analisis sektor lebih diarahkan pada upaya kajian sistematis terhadap pola perubahan perilaku, kepuasan, standar pelayanan, kinerja organisasi, control kualitas dan target pelayanan. Hal ini dilakukan agar SKPD dapat melakukan fungsi pelayanan berdasarkan tupoksinya secara efektif dan efisien, tidak terjadi kesalahan dalam menentukan sasaran program, distribusi, sistem layanan, agar masyarakat dapat merasakan langsung manfaatnya.

Perencanaan sektoral tidak hanya memperhatikan kondisi bidang atau aspek khusus pelayanan saja tetapi mempertimbangkan kondisi lain baik sosial-ekonomi, budaya, politik dan keamanan yang terjadi di wilayah bersangkutan, tetapi memperhatikan rencana strategis penataan sektor harus dilakukan secara berkesinambungan dan melibatkan aspek lainnya secara komprehensif di berbagai tingkatan pemerintahan. Disamping itu, analisis sektor benar-benar mempertimbangkan aspek kebijakan dan prioritas pembangunan, seperti MDGs, pengentasan kemiskinan, dan harmonisasi kelembagaan. Oleh karena itu, perencanaan sektoral memerlukan kerjasama, sinkronisasi dan koordinasi perencanaan antar-kelembagaan, sehingga tidak menimbulkan konflik kepentingan, pemanfaatan sumber daya dan inefisiensi.

Prespektif Tataruang dan Cakupan Wilayah Pelayanan

Ruang tidak didefinisikan sebagai fisik atau material semata, tetapi ruang merupakan suatu wadah interaksi sosial manusia dan mahkluk hidup lainnya dalam menyelenggarakan aktivitas untuk kelangsungan hidupnya. Agar terhindar dari konflik dalam pemanfaatan ruang, maka pengelolaan dan pemanfataan ruang harus direncanakan dan dikendalikan dengan melakukan analisis keruangan.

Analisis keruangan dalam profil pelayanan SKPD berfokus pada identifikasi ragam distribusi dan lokasi mencakup tinjauan terhadap dinamika dan gejala yang terjadi terkait bidang pelayanan sesuai dengan tugas dan fungsi kelembagaan. Misalnya kajian terhadap tingkat variasi kepadatan penduduk, pemanfaatan lahan, distribusi potensi dan pemanfaatan sumber daya serta studi kemiskinan. Prespektif kewilayahan akan menguji

pola distribusi yang ada sehingga pola ruang yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan berkesinambungan. Tidak terjadi kesalahan dalam menentukan lokasi dan peruntukan lahan yang dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem dan lingkungan. Pendekatan keruangan menyangkut pola, proses dan struktur dikaitkan dengan dimensi waktu maka analisisnya bersifat horizontal.

Kajian tata ruang dalam pelayanan SKPD tidak hanya memperhatikan kondisi sosial-ekonomi yang terjadi di wilayah yang menjadi cakupan kerja kelembagaan, tetapi memperhatikan rencana induk penataan ruang secara komprehensif di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota untuk menghindari konflik menyangku tataguna lahan. Selain itu, juga perlu memperhatikan perencanaan tata ruang yang dibuat oleh daerah yang berbatasan dengan wilayahnya. Oleh sebab itu diperlukan koordinasi perencanaan ruang antarwilayah dan antarsektor sehingga tidak menimbulkan konflik pemanfaatan ruang antarwilayah.

Prespektif Lingkungan

Kondisi lingkungan khususnya dibidang pertanahan di Indonesia sepanjang sejarah perkembangannya belum berubah dari zaman kolonialisme hingga kini. Sengketa dan ketimpangan pemilikan serta penguasaan tanah terus berlangsung dalam wujud baru dari apa yang disebut neo-kolonialisme. Keberadaan Undang-Undang Pokok Agraria, telah menjadi semangat dasar dalam penciptaan dan penataan kembali struktur pemanfaat tanah sesuai dengan proporsi yang disyaratkan dalam rangka pelestarian lingkungan. Kebijakan dalam pembangunan keberlanjutan lingkungan harus memperhatikan ambang batas di atas, yakni dengan melakukan studi kelayakan berupa Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau (AMDAL) yang diatur pada PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan dan Penataan Ruang Wilayah Pembangunan. Dengan adanya, AMDAL ini akan bisa mengukur tingkat suatu program/proyek pembangunan itu sesuai dengan kelayakan lingkungan. Seberapa besar dampak pembangunan dan dampak yang akan ditimbulkan sesuai dengan ambang batas. Kajian terhadap lingkungan dilakukan untuk mengukur sejauhmana penataan daerah mempertimbangkan dampak dan interaksi organisme hidup dalam suatu ekosistem. interaksi kehidupan manusia dengan faktor lain yang membentuk sistem tata ruang. Pendekatan ekologi dalam perencanaan merupakan penelaahan suatu gejala atau suatu masalah dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi. Dalam pendekatan ini analisis hubungan antarvariabel manusia dengan variabel lingkungan lebih ditekankan, sehingga dapat dikatakan bahwa analisisnya lebih dikenal sebagai analisis vertikal.

Prespektif Kewilayahan

Perkembangan konsep kewilayahan (regional development) digunakan untuk mengkaji berbagai gejala dan fenomena pembangunan kewilayahan dengan memanfaatkan informasi geospatial yang memiliki ragam keruangan yang secara kausalitas berhubungan langsung atau tidak langsung dengan lingkungan biotik,

dengan pengertian areal differentiation, yaitu suatu konsep interaksi yang menggambarkan hubungan antarwilayah akan berkembang didasarkan atas asumsi bahwa setiap wilayah memiliki karakteristik tersendidi yang berbeda antar wilayah satu dengan wilayah lain. Setiap hubungan atau interaksi antarwilayah memperhatikan aspek asesibilitas dan distribusi yang saling berpengaruh dan menimbulkan daya dorong terhadap wiayah lainnya. Setiap variabel kewilayahan dilakukan pengenalan tentang penyebaran fenomena tertentu dan interaksi antara variabel manusia dan lingkungan yang kemudian dkan menjadi bahan informasi dalam penentuan bentuk perancangan tata wilayah yang akan dibangun. Artinya proses analisis kewilayahan pada hakekatnya sebagai model prakiraan masa depan yang menentukan gambaran akhir suatu wilayah pengembangan .

Tahapan Kajian Profil SKPD

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan terhadap pemetaan daerah pembangunan dilakukan dalam beberapa tahapan. Kajian terhadap profil SKPD mencakup penelusuran informasi dan data tentang pengembangan wilayah melalui penyelenggaraan tugas dan fungsi sebagai berikut:

----Penyiapan data, informasi, dan program pembangunan sektoral baik wilayah 1.

maupun antarwilayah.

Analisis dan pengkajian sosial dan ekonomi regional termasuk kesenjangan 2.

antarwilayah yang menjadi cakupan kerja SKPD. Perumusan kebijakan pelayanan SKPD.

3.

Fasilitasi, koordinasi, dan kerjasama dalam rangka pengembangan pelayanan 4.

SKPD dan kerjasama pengembangan subregional, kerjasama antardaerah propinsi dan kabupaten, serta antarinstitusi.

Pemantauan, evaluasi, dan penilaian kinerja atas pelaksanaan rencana, kebijakan, 5.

dan program pelayanan SKPD.

Penyusunan rencana kerja pelaksanaan tugas dan fungsinya, serta evaluasi dan 6.

pelaporan pelaksanaannya.

Melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan pejabat fungsional perencana di 7.

Identifikasi Kondisi Umum, Analisis Potensi dan