• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam proses pembelajaran sering dijumpai istilah pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model. Seorang guru perlu mengetahui makna istilah-istilah tersebut agar tidak kebingungan ketika akan menentukan perencanaan pembelajaran bagi siswa. Komalasari (2013: 54-57) memberikan definisi untuk istilah pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran serta sebagai berikut:

a. Pendekatan pembelajaran

Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang terhadap proses pembelajaran dan sifatnya masih umum. Pendekatan pembelajaran dikelompokkan menjadi 2 yakni pendekatan pembelajaran kontekstual dan pendekatan pembelajaran konvensional.

b. Strategi Pembelajaran

Stategi pembelajaran merupakan konsep mengenai keputusan-keputusan yang akan diambil dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini lebih mengarah pada konsep perencanaan. Sehubungan dengan pendekatan pembelajaran

lain belajar berbasis masalah, belajar berbasis inquiry, belajar berbasis kerja, belajar kooperatif, dll (Dikdasmen, 2003).

c. Metode Pembelajaran

Strategi pembelajaran bersifat konseptual, maka diperlukan alat atau cara untuk mengimplementasikannya. Cara untuk mengimplementasikan sebuah strategi pembelajaran disebut dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang sering dijumpai dalam pendekatan pembelajaran kontekstual antara lain adalah metode diskusi, metode demonstrasi, pengalaman lapangan, simulasi, dll. d. Teknik Pembelajaran

Teknik pembelajaran merupakan cara seseorang untuk mengimplementasikan metode pembelajaran secara lebih spesifik. Contohnya teknik yang digunakan oleh seorang guru untuk menerapkan metode ceramah di kelas dengan banyak murid 50 akan berbeda dengan kelas yang banyak muridnya hanya 25 siswa. e. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan rangkaian dari pendekatan, strategi, metode, dan teknik yang menjadi sebuah kesatuan utuh dalam pembelajaran. Model pembelajaran juga dapat dikatakan sebagai gambaran dari awal sampai akhir dari sebuah proses pembelajaran.

Menurut Nana Syaodih dan Erliana Syaodih (2012:105-106) diperlukan pertimbangkan dalam memilih pendekatan, metode, ataupun model dalam pembelajaran yang tepat. Kompenen yang dapat dijadikan pertimbangan antara lain:

b. karakteristik mata pelajaran c. kemampuan siswa

d. kemampuan guru.

Kesesuaian pendekatan, strategi, metode, dan model yang diterapkan pada proses pembelajaran akan memberikan hasil pembelajaran yang lebih efektif sehingga terwujud tujuan pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan situasi belajar. Dalam dunia pendidikan, pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian pengetahuan yang bersifat teoritis, namun perlu memperhatikan bagaimana pembentukan pengalaman belajar siswa agar mampu digunakan dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Para ahli pembelajaran telah menemukan berbagai macam pembelajaran yang dapat mendukung pemberian pengetahuan yang bersifat teoritis dan mengkaitkannya dengan permasalahan- permasalahan aktual yang terjadi di lingkungan siswa agar terbentuk pengalaman belajar yang menarik bagi siswa itu sendiri. Salah satu pembelajaran tersebut adalah pembelajaran kontekstual atau yang sering dikenal dengan pembelajaran Contextual Teaching and Learning.

Pembelajaran CTL dapat dikatakan sebagai sebuah pendekatan dimana pendetakan CTL termasuk ke dalam jenis pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa. Menurut Riyanto (2009:159) pendekatan pembelajaran contextual teaching and learning merupakan konsep pembelajaran yang dapat membantu guru untuk mengkaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia

dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Senada dengan hal tersebut Rusman (2011:190) menambahkan bahwa konsep pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bertujuan untuk membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang dipelajari dan menghubungkannya dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.

Menurut Rusman (2011:193-199) terdapat 7 komponen yang mendasari pendekatan pembelajaran CTL yakni sebagai berikut:

a. Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme merupakan paham yang menganut bahwa pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit oleh manusia yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Hal ini pula yang menjadi landasan berpikir dalam CTL. Implementasi konstruktivime dalam pembelajaran CTL berupa pengetahuan yang dibentuk oleh siswa dan diberi makna melalui pengalaman nyata. Teori konsep bukan berarti tidak penting, namun merupakan bagian dari pengalaman siswa untuk membantu siswa menemukan konsep atau pengetahuan sehingga dapat diaktualisasikan dalam kehidupan nyata.

Guru berperan untuk memfasilitasi serta membimbing siswa untuk mendapatkan makna dari setiap konsep yang dipelajari. Guru memerlukan wawasan yang luas serta media yang dapat merangsang siswa untuk aktif mencari, melakukan, dan menemukan sendiri kaitan antara konsep yang dipelajari dengan pengalamannya.

b. Menemukan (Inquiry)

Upaya menemukan di dalam pembelajaran bukan merupakan hasil dari proses mengingat fakta-fakta, namun lebih kepada bagaimana siswa menemukan suatu konsep dari pengalaman belajarnya. Proses menemukan sangat penting di dalam pembelajaran CTL karena hasil proses menemukan memiliki nilai kepuasan yang lebih tinggi dibanding proses pemberian. Hal ini memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa.

c. Bertanya (Questioning)

Pengetahuan lahir dari proses bertanya. Hal ini yang mendasari pentingnya proses bertanya dalam pembelajaran CTL. Guru hendaknya memfasilitasi proses bertanya baik itu melalui pertanyaan-pertanyaan yang dajukan oleh guru maupun media yang mendukung siswa melakukan proses bertanya. Guru dapat membimbing siswa melalui pertanyaan yang diajukan kepada siswa untuk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dengan pengalaman mereka.

Guru dapat memperoleh berbagai hal terkait pengetahuan siswa melalui proses bertanya, antara lain:

1) dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik 2) mengecek pemahaman siswa

3) membangkitkan respon siswa

4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa 5) mengetahui hal-hal yang diketahui siswa

7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa 8) menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar merupakan proses membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Tujuan masyarakat belajar adalah membangun hubungan komunikasi pembelajaran antar siswa sehingga dapat membantu siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar yang lebih bervariasi. Guru dapat mengimplementasikan kegiatan masyarakat belajar melalui proses diskusi.

e. Pemodelan (Modelling)

Pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berdapak pada sumber belajar yang digunakan oleh siswa. Guru tidak lagi menjadi satu- satunya sumber belajar yang dimiliki siswa. Pembuatan model dapat memenuhi harapan siswa secara menyeluruh dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru.

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir ke belakang tentang apa yang telah dilakukan di masa lalu atau yang baru saja dipelajari. Pembelajaran CTL memberikan ruang bagi siswa untuk melakukan proses refleksi dengan tujuan untuk mempermudah siswa mengaplikasikan pengetahuan yang telah dimiliki ke dalam dunia nyata. Hal ini dikarenakan refkesi membantu siswa untuk

menginternalisasikan pengalaman belajar yang telah diperoleh ke dalam setiap jiwa siswa.

g. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)

Menurut Hayat (2004:108) penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran siswa. Penilaian dalam pembelajaran CTL bertujuan untuk memberikan informasi terkait proses dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan. Melalui proses penilaian, guru dapat mengetahui kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa selama proses pembelajaran sehingga guru dapat malakukan upaya-upaya perbaikan dan penyempurnaan proses bimbingan belajar dalam langkah selanjutnya. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga guru dapat mengetahui tingkat kemampuan siswa sebenarnya.

Pembelajaran CTL memiliki karakteristik yang membedakannya dengan konsep pembelajaran lainnya. Menurut Hanafiah dan Cucu Suhana (2012:69) terdapat 10 karakteristik yang menonjol dari pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL yakni:

a. kerja sama antara peserta didik dan guru b. saling membantu antara peserta didik dan guru c. belajar dengan bergairah

d. pembelajaran terintegrasi secara kontekstual e. menggunakan multi media dan sumber belajar f. cara belajar siswa aktif

h. siswa kritis dan guru kreatif

i. dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa

j. laporan siswa bukan hanya buku rapor, tetapi juga hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain sebagainya.

Sanjaya (2006:161) mengemukakan terdapat beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran CTL dengan pendekatan pembelajaran konvensional diantaranya adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Perbedaan Pendekatan Pembelajaran CTL Dengan Pendekatan Pembelajaran Konvensional

No. Pendekatan pembelajaran CTL Pendekatan Pembelajaran Konvensional 1. Siswa merupakan subyek pembelajaran,

sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran

Siswa merupakan obyek pembelajaran, sehingga siswa kurang aktif dan hanya berperan sebagai penerima informasi. 2. Pembelajaran banyak dikaitkan dengan

kehidupan nyata.

Pembelajaran lebih bersifat teroritis dan abstrak.

3. Kemampuan diperoleh melalui pengalaman.

Kemampuan diperoleh melalui latihan- latihan.

4. Pengetahuan yang dimiliki siswa berkembang sesuai pengalaman, sehingga dapat terjadi perbedaan pemahaman antar siswa satu dengan siswa lainnya.

Pengetahuan yang dimiliki siswa bersifat absolut dan final karena dikonstruksi oleh orang lain.

Sejalan dengan Sanjaya, Rusman (2011:200) juga mengungkapkan bahwa perbedaan pendekatan CTL dengan konvensional terletak pada pada penekanannya. Pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai sedangkan pendekatan CTL

lebih menekankan pada skenario pembelajaran, yakni tahapan yang dilakukan guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pemebalajaran. Tujuh kompenen utama dalam pendekatan CTL menjadi ciri khas yang membedakan pendekatan CTL dengan pendekatan pembelajaran lainnya.

Pendekatan pembelajaran CTL menurut Depdiknas (Suprihatiningrum, 2014:178) merupakan konsep belajar dimana guru membantu dan mendorong siswa untuk membuat hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut, Suprihatiningrum (2014:179) menyatakan bahwa siswa akan mudah tertarik untuk memperhatikan konsep yang sedang dipelajari apabila dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-harinya. Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian Dewey (Suprihatiningrum, 2014:177) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika yang dipelajari terkait dengan apa yang diketahui dan yang terjadi di lingkungan sekelilingnya.

Dengan demikian pendekatan CTL merupakan pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa dengan ciri khusus yakni adanya keterkaitan antara apa yang dipelajari dengan konteks keidupan sehari-hari baik itu konteks pribadi, sosial, dan budaya serta memotivasi siswa untuk menemukan hubungan di antara keduanya. Pendekatan Contextual Teaching and Learning dapat memuat 7 komponen penting di dalamnya, antara lain; konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Metode pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran menggunakan pendekatan CTL adalah metode tugas, diskusi, tanya jawab, pemecahan masalah, dan latihan.

Dokumen terkait