• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3. Pendekatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang harus dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Maka dari itu, guru perlu mempertimbangkan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Membahas masalah pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari pengertian pendekatan dalam proses belajar

mengajar itu sendiri. ”Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh

oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan

instruksional tertentu” (Syaiful Sagala, 2009 : 68). Pendekatan pembelajaran ini

merupakan penjelas untuk mempermudah pengajaran materi bidang studi yang tersusun sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan, serta dengan membangun suasana belajar yang menyenangkan. Maka dari itu, pendekatan penting dalam proses balajar mengajar karena dengan adanya pendekatan yang tepat dalam proses belajar akan dapat meningkatkan hasil belajar.

a. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan

pembelajaran yang berkarakter mengkontruksi pemahaman siswa itu sendiri dan bukan hanya sekedar mentransfer pemahaman dari guru ke siswa semata. Menurut Tedjawati (2008 : 5) mengungkapkan bahwa

Konstruktivisme merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran berdasarkan keyakinan bahwa belajar merupakan hasil dari pembentukan (konstruksi) pengetahuan yang berlangsung dalam otak dengan cara membangun aturan-aturan dan model-model mental, yang bersifat individual, untuk memahami pengalaman-pengalamannya.

Hal senada seperti yang diungkapkan oleh Von Glasersfeld yang dikutip

Daniel Muijs dan David Reynolds (2008: 96) dalam bukunya, “Konstruktivisme

berakar pada asumsi bahwa pengetahuan, tidak peduli bagaimana pengetahuan itu didefinisikan, terbentuk didalam otak manusia, dan subjek yang berfikir tidak memiliki alternatif selain mengkontruksikan apa yang diketahuinya berdasarkan

pengalamannya sendiri”. Sedangkan dalam pandangan kontruktivisme, seperti

commit to user

perspective holds that knowledge is somewhat personal, and meaning is contructed by the learner through experience”. Berdasarkan hal tersebut, dalam pandangan kontruktivisme, pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki siswa harus dikontruksi siswa sendiri melalui pengalaman yang dilakukannya. Hal

senada diungkapkan pula oleh Charlotte Hua Liu & Robert Mattews (2005),”The

fact that constructivist ... that knowledge is not mechanically acquired, but actively constructed within the constrain and offerings of the learning environment ...” yaitu bahwa dalam pemahaman kontruktivisme, pengetahuan tidak secara penuh diperlukan, tetapi merupakan aktivitas mengkontruksi pengetahuan secara terbatas dalam suatu lingkungan belajar.

Matson dan Parson yang dikutip oleh Sabar Nurohman (2008: 126) menyebutkan bahwa setidaknya terdapat dua pemahaman dasar atas

konstruktivisme, “First, constructivism is a philosophical view or perspective on

how knowledge is aqcuired. Second, individuals construct knowledge to make sense of their world”. Pertama, kontruktivisme merupakan suatu pandangan tentang bagaimana pengetahuan dimiliki seseorang dan kedua, pengetahuan yang dibangun seseorang dalam dirinya dapat merasakan dunianya. Pengetahuan

bukanlah seperangkat kata – kata, konsep, teori, fakta atau kaidah yang hanya

untuk diambil dan diingat, tetapi pengetahuan harus dibangun sedikit demi sedikit yang kemudian dapat dikembangkan secara luas dalam konteks pengaplikasian ilmu pengetahuan tersebut

Atas dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses tertentu

sehingga siswa mampu “mengkontruksi” pengetahuannya, bukan sekedar

menerima pengetahuan langsung. Sehingga pengetahuan yang didapat bukan merupakan sesuatu bentuk jadi, melainkan melalui proses yang berkembang terus menerus. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja kepada siswa, tetapi harus

diinterpretasikan sendiri oleh masing – masing siswa. Dalam proses ini, keaktifan

siswa memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar (Student

Center). Dengan demikian, seorang guru mestinya berusaha menciptakan suasana belajar yang mampu mengkontruksikan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa untuk dapat mengkontruksi makna atau pemahamannya sendiri.

commit to user

Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi pengalaman yang dialami siswa secara mandiri. Sehingga dapat dipahami bahwa pendekatan konstruktivisme adalah proses pembentukan konsep ilmu pengetahuan yang melibatkan keaktifan siswa dengan kemampuan kognitif yang telah terbentuk sebelumnya dengan membentuk dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya dalam situasi dan pengalaman yang baru.

b. Strategi Pembelajaran Konstruktivisme

Tugas seorang guru adalah membantu siswa agar mampu mengkontruksi pengetahuannya sesuai dengan kondisi yang ada. Oleh karena itu, strategi seorang guru perlu disesuaikan dengan kondisi siswa dan lingkungannya. Pengembangan strategi mengajar konstruktivisme sangat beragam dan bersifat subjektif. Akan

tetapi, pada prinsipnya memiliki beberapa elemen yang sama. Elemen – elemen

tersebut dapat disarikan dari Daniel Muijs dan David Reynolds (2008: 99-104) sebagai berikut:

1) Mengkaitkan ide-ide dengan pengetahuan sebelumnya

Kegiatan ini dapat dilakukan pada awal sebuah topik atau materi baru, tetapi tidak hanya dibatasi pada bagian pelajaran itu saja. Tujuannya adalah guru dapat mengetahui seberapa besar siswa mengetahui tentang topik tersebut sebelum pembelajaran dimulai.

2) Kegiatan ekplorasi dan penyelesaian masalah

Kegiatan ini merupakan kunci pembelajaran konstruktivis yang

memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pemikiran dan pemahamannya. Menurut De Jager yang dikutip Daniel Muijs dan David

Reynolds (2008 : 102), “Kedua kegiatan ini memungkinkan siswa untuk

mengambangkan pemikiran dan pemaknaan (meanning-making) mereka,

dengan mengembangkan kombinasi-kombinasi ide baru dan dengan memikirkan tentang hasil-hasil hipotetik dari berbagai situasi dan kejadian

yang dibayangkan”.

Menurut sifat pembelajaran konstruktivisme, maka harus mendorong ekperimentasi, eksplorasi dan kecairan dalam kegiatan pembelajaran. Daniel Muijs & David Reynolds (2008:105-106) menjelaskan, secara garis besar

commit to user

pembelajaran konstruktivisme terdiri atas empat langkah pembelajaran, yang dapat disarikan sebagai berikut:

1) Fase Start

Pada fase ini guru memulai dengan mengukur pengetahuan siswa sebelumnya dan menetapkan sebagai kegiatan. Fase ini juga dikatakan sebagai proses apersepsi, dapat dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.

2) Fase Eksplorasi

Pada fase ini, kegiatan lebih bersifat ekploratif, melibatkan situasi dan bahan-bahan riil, dan memberikan kesempatan untuk bekerja kelompok. Kegiatan ini melibatkan siswa untuk mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung.

3) Fase Refleksi

Pada fase ini, siswa diminta untuk mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya kemudian menganalisis serta mendiskusikan apa yang telah mereka dikerjakan, baik dengan kelompok-kelompok sendiri atau dengan guru. Pada fase ini, guru berperan sebagai fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab. Melalui komentar dan pertanyaan yang diungkapkan baik oleh guru maupun siswa, dapat dirancang untuk mengkaitkan masalah-masalah tersebut dengan konsep kunci yang akan dieksplorasi.

4) Fase Aplikasi dan Diskusi

Pada fase ini, guru meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan temuan dan berusaha untuk menarik kesimpulan dari poin-poin kunci yang telah ditemukan. Guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial,

commit to user

dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas yang diberikan.

Langkah pembelajaran konstruktivisme diatas merupakan pokok yang ada dalam setiap pembelajaran konstruktivisme. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan masih dapat dilakukan suatu eksplorasi yang lebih mendalam untuk menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran yang akan berlangsung.

Dokumen terkait