• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

1. Proses Belajar Mengajar

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Proses Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Proses pendidikan formal di sekolah meliputi dua aspek utama, yang pertama adalah aspek belajar dan yang kedua adalah aspek mengajar. Banyak teori dan pendapat yang beragam mengenai makna kedua aspek tersebut. Belajar merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran karena dengan belajarlah seseorang mampu mengembangkan pemahaman dan potensi dirinya untuk mencapai prestasi. Proses belajar dapat dilakukan oleh setiap orang baik di lingkungan pendidikan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Di bawah ini akan disajikan pengertian atau definisi belajar ataupun mengajar menurut beberapa ahli.

Menurut Martinis Yamin (2008 : 122), mendefinikan bahwa ”Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru”. Hal senada juga

diungkapkan oleh Sulistyorini (2009 : 6) ”Belajar adalah sebagai proses untuk

merubah diri seseorang (siswa) agar memiliki pengetahuan, sikap dan tingkah laku melalui latihan baik latihan yang penuh dengan tantangan atau melalui

berbagai pengalaman yang telah terjadi”. Berkaitan pula dengan pengertian

belajar, Stephen B. Klein (1996 : 2) menyatakan, ”Learning can be defined as an

experiential process resulting in a relatively permanent change in behavior that cannot be explained by temporary states, maturation, or innate responses tendencies” yang berarti bahwa belajar merupakan proses pengalaman yang menghasilkan perubahan tingkah laku secara permenen yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan keadaan sementara, kematangan anak atau kecenderungan pembawaan lahir. Paul A. Kirscher, John Sweller & Richard E. Clark (2006) mengungkapkan bahwa, ”Learning, in turn, is defined as a change in long-term memory” yaitu bahwa belajar merupakan perubahan ingatan jangka panjang.

commit to user

Sedangkan dalam pandangan konstruktivisme (Daniel Muijs & David Reynolds,

2008: 98), ”Belajar adalah tentang membantu murid untuk mengkonstruksikan

makna mereka sendiri, bukan tentang ’mendapatkan jawaban yang benar’ karena

dengan cara seperti ini murid dilatih untuk mendapatkan jawaban yang benar

tanpa benar-benar memahami konsepnya”.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa tujuan dari belajar adalah mengubah tingkah laku menjadi lebih baik melalui pengalaman yang dialami sendiri dalam ingatan jangka panjangnya. Belajar merupakan suatu perubahan pada sikap dan tingkah laku yang meliputi proses lahir maupun batin untuk memperoleh pengalaman yang lebih baik dan tertanam dalam benak seseorang. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa belajar merupakan pencarian makna yaitu siswa secara aktif berusaha mengkontruksi makna dan pemahamannya sendiri secara mendalam.

b. Pengertian Mengajar

Aspek utama yang kedua dalam pendidikan formal adalah mengajar. Menurut Arnie Fajar yang dikutip Sulistyorini (2009 : 33) dalam bukunya

mengemukakan bahwa ”Mengajar adalah memberikan sesuatu dengan cara

membimbing dan membantu kegiatan kepada seseorang (siswa) dalam mengembangkan potensi-potensi intelektual (emosional serta spiritual) sehingga

potensi-potensi tersebut dapat berkembang secara optimal”. Mengajar menurut

pandangan kontruktivistik bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan mengajar merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya (Martinis Yamin, 2008

: 3). Hal senada diungkapkan William Burton (Sulistyorini, 2009 : 35), ”Teaching

is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupul learn” yang berarti bahwa mengajar adalah kegiatan membimbing aktivitas belajar, bertujuan untuk membantu siswa dalam belajarnya. Dari beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa mangajar merupakan kegiatan membimbing siswa dalam belajar untuk membangun pengetahuannya sendiri. Dengan kata lain, mengajar dapat dikatakan sebagai bentuk membelajarkan siswa.

commit to user

Menurut pandangan kontruktivisme, ”Mengajar adalah tentang

memberdayakan pelajar, dan memungkinkan pelajar untuk menemukan dan

melakukan refleksi terhadap pengalaman-pengalaman realistis” (Daniel Muijs dan

David Reynolds, 2008 : 99). Hal ini akan memberikan pembelajaran yang nyata (asli) dan memberikan pemahaman yang lebih nyata terhadap siswa bila dibandingkan hanya sekedar mentransfer materi kepada siswa secara abstrak. Pengertian ini mengisyaratkan bahwa guru dan siswa harus saling berinteraksi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran. Kontruksi pengetahuan yang dilakukan guru, bukan semata bersifat individual. Namun, dapat dilakukan suatu interaksi sosial, baik dengan teman, guru atau dengan yang lain. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu disusun dalam suatu kegiatan sosial yaitu dengan mendorong adanya situasi kerja atau diskusi bersama.

Dari beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa mengajar merupakan aktivitas mengorganisasi untuk menciptakan kondisi dimana terjadi interaksi aktif antara guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa mampu membangun pengetahuannnya sendiri. Dalam hal ini seorang guru berperan sebagai fasilitator yang membantu proses belajar siswa serta mengarahkan pemahaman siswa.

c. Pengertian Pembelajaran

“Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu

seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru” (Syaiful

Sagala, 2009 : 61). Sedangkan dalam UUSPN No 20 tahun 2003 menyatakan

bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Maka dari itu, pembelajaran

merupakan kegiatan yang dirancang untuk membuat siswa belajar aktif terhadap sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

Untuk menjadi pribadi yang mandiri, setiap manusia memerlukan sejumlah kecakapan dan keterampilan tertentu yang harus dikembangkan melalui proses belajar mengajar. Richard I. Arends (2001:18) mengatakan,”...the ultimate purpose of teaching is to assist students to become independent and self-regulated learners”. Maka dari itu, dapat diketahui bahwa tujuan utama dari pembelajaran

commit to user

adalah untuk membantu siswa menjadi mandiri dan mampu belajar sendiri. Oleh karena itu, melalui proses pembelajaran inilah diharapkan dalam diri siswa akan mempunyai kecakapan, kemandirian dan keterampilan tertentu sehingga akan membentuk pribadi yang cukup terintegrasi dalam diri siswa.

Dokumen terkait