• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan-pendekatan Pembangunan Pertanian

BAB II URAIAN TEORITIS

2.3. Pembangunan Pertanian

2.3.3. Pendekatan-pendekatan Pembangunan Pertanian

Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam upaya pelaksanaan pembangunan pertanian, yakni:

a) Program Peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Sektor Pertanian

Bagi Negara-negara sedang berkembang, pembangunan pertanian pada abad-21 bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan juga harus mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan menunjang sistem tersebut. Peningkatan sumber daya manusia disini tidak dibatasi maknanya dalam artian peningkatan produktivitas mereka saja, namun yang tidak kalah penting adalah untuk meningkatkan kemampuan para petani agar dapat lebih berperan dalam berbagai proses pembangunan.

Selama ini masalah produktivitas pertanian di negara-negara sedang berkembang selalu didekati dengan pendekatan ekonomi. Berbagai program, misalnya program kredit bagi petani, telah diciptakan oleh pemerintah negara-negara yang sedang berkembang untuk mendorong petani agar meningkatkan produktivitas mereka. Akan tetapi, program-program itu belum mampu memecahkan masalah tersebut secara tuntas. Produktivitas petani tetap rendah, dan kalaupun meningkat maka peningkatan tersebut relatif kecil.

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Hal ini menyebabkan orang meragukan pendapat yang menyederhanakan masalah produktivitas hanya sebagai masalah insentif. Di samping merupakan masalah insentif ekonomi, masalah rendahnya produktivitas juga merupakan masalah kurangnya insentif politik dalam artian tersumbatnya partisipasi petani dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut pembangunan nasional pada umunya, dan pembangunan pertanian disebabkan oleh tidak adanya suatu organisasi yang memiliki kekuatan politik untuk memperjuangkan kepentingan petani di forum nasional, di negara-negara yang sedang berkembang. Di samping itu, rendahnya produktivitas juga disebabkan oleh adanya ketimpangan dalam pemilikan tanah. Atas dasar pertimbangan di atas, maka peningkatan sumber daya manusia dalam sektor pertanian tidak hanya diarahkan pada peningkatan produktivitas petani, namun harus diarahkan pula pada peningkatan partisipasi politik petani dalam setiap proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka, melalui organisasi petani yang mandiri. Dengan kata lain, suatu sistem pertanian yang berkelanjutan harus didukung sebuah organisasi petani yang mandiri dan mempunyai kekuatan politik yang dapat memperjuangkan aspirasi kaum tani. Hal ini berarti bahwa pembangunan harus pula mengemban misi mendemokratisasikan lingkungan sosial, politik, dan ekonomi nasional pada umunya, khususnya pada tingkat masyarakat pertanian. Dalam kaitannya dengan demokratisasi sistem politik, sosial, dan ekonomi tersebut, maka land reform merupakan bagian integeral dari suatu model pembangunan pertanian pada abad-21.

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Peranan pemerintah dalam pembangunan pertanian menyangkut hal-hal sebagai berikut:

1. Kebijaksanaan Pertanian

Kebijaksanaan pertanian yang lebih spesfik meliputi berbagai bidang yang penting diantaranya adalah:

a) Kebijaksanaan harga

Kebijaksanaan harga ini merupakan kebijaksanaan terpenting di banyak negara dan biasanya digabung dengan kebijaksaan pendapatan sehingga disebut kebijaksanaan

harga dan pendapatan (price and income policy). Segi harga dari kebijaksanaan itu

bertujuan untuk mengadakan stabilisasi harga, sedangkan dari segi pendapatannya bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun. Kebijaksanaan harga dapat mengandung suatu pemberian suatu penyangga (support) atas harga-harga hasil pertanian supaya tidak terlalu merugikan petani atau langsung mengandung sejumlah subsidi tertentu bagi petani. Secara teoritis kebijaksanaan harga dapat dipakai mencapai tiga tujuan yaitu:

1. Stabilisasi harga hasil-hasil pertanian terutama pada tingkat petani

2. Meningkatkan pendapatan petani melalui perbaikan dasar tukar (term of

trade)

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

b) Kebijaksanan pemasaran

Untuk melindungi petani produsen, pemerintah dapat mengeluarkan kebijaksanaan-kebijaksanaan khusus dalam kelembagaan perdagangan dengan tujuan yang sama, tetapi dengan tekanan pada perubahan mata rantai pemasaran dari produsen ke konsumen, dengan tujuan utama untuk memperkuat daya saing petani. Masalah yang dihadapi di negara kita adalah kurangnya kegairahan berproduksi pada tingkat petani, tidak ada keinginan untuk mengadakan penanaman baru dan usaha-usaha lain untuk menaikkan produksi karena persentase harga yang diterima oleh petani relatif rendah dibandingkan dengan bagian yang diterima golongan-golongan lain. Badan-badan pemasaran yang dibentuk dimaksudkan untuk memberikan jaminan harga minimum yang stabil pada petani.

c) Kebijaksanaan struktural

Kebijaksanaan struktural dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan pengusahaan alat-alat pertanian yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik maupun sosial ekonomi. Kebijaksanaan struktural ini hanya dapat terlaksana dengan kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang dimaksud disini tidak mudah mencapainya dan biasanya memakan waktu yang lama karena sifat usaha tani yang tidak saja merupakan unit usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian dari kehidupan petani dengan segala aspeknya.

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

2. Diversifikasi Pertanian

Pada dasarnya yang dimaksud dengan diversifikasi atau penganekaragaman pertanian adalah usaha untuk mengganti atau meningkatkan hasil pertanian yang monokoultur (satu jenis tanaman) ke arah pertanian yang bersifat multikultur (banyak macam). Diversifikasi yang demikian disebut diversifikasi horizontal. Disamping itu dikenal pula diversifikasi vertical yaitu usaha untuk memajukan industri-industri pengolahan hasil-hasil pertanian yang bersangkutan.

Salah satu pertimbangan utama dari usaha diversifikasi adalah stabilisasi dalam pendapatan pertanian dan menghindarkan ketergantunagan pada satu atau dua jenis komoditi saja. Keputusan untuk mengadakan diversifikasi harus didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan harapan harga, permintaan, dan penawaran. Keputusan untuk mengadakan diversifikasi memerlukan perhitungan untung-rugi yang tidak mudah. Keuntungan-keuntungan yang mungkin didapat dari diversifikasi dapat dibagi empat yaitu dari segi permintaan, penawaran, nutrisi, dan tujuan pembangunan. Dari segi permintaan, kenaikan dapat diharapkan baik dalam negeri maupun luar negeri selama tanaman diversifikasi benar-benar mempunyai elastisitas pendapatanyang lebih besar. Dari segi penawaran, diversifikasi dapat mendatangkan kenaikan pendapatan pada petani karena sistem tumpang sari atau pertanian campuran semuanya dapat dilakukan pada tanah yang sama. Juga bagi pemerintah diversifikasi dapat mengurangi beban untuk mengadakan pengawasan produksi atas komoditi yang berlebihan. Pada waktu yang bersamaan produksi tanaman-tanaman yang mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi akan terdorong sehingga kesehatan

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

penduduk dapat naik. Akhirnya dari segi tujuan pembangunan pembangunan ekonomi keseluruhan, diversifikasi sangat bermanfaat.

3. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pertanian adalah proses memutuskan apa yang hendak dilakukan oleh pemerintah mengenai tiap kebijaksanaan dan kegiatan yang mempengaruhi pembangunan pertanian selama jangka waktu tertentu. Perencanaan pertanian yang dilakukan pemerintah adalah menyangkut rencana kebijaksanaan produksi yang berhubungan dengan kebijaksanaan pertanian serta perencanaan nasional bidang pertanian dengan memperhatikan kondisi daerah.

b) Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis mampu dipakai sebagai salah satu pendekatan dari pembangunan pertanian di Indonesia yang disebabkan karena peran agribisnis yang mampu meningkatkan pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja, ekspor, pertumbuhan industry yang lain, dan meningkatkan nilai tambah. Disamping itu juga memiliki keterkaitan tehadap pengembangan sumber daya manusia (SDM), pembangunan berwawasan lingkungan, serta wilayah pembangunan pertanian.

Agroindustri adalah suatu satu cabang industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai proses yang menghasilkan produk petanian di tingkat primer, maka kaitannya dengan industri dapat berkaitan ke belakang (backward linkage) maupun (fordward linkage).

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Beberapa pengelompokan peranan agroindustri dalam proses pembangunan nasional dapat diuraikan sebagai berikut: (Soeharjo, 1991)

1. Agrobisnis sebagai pioner yang didukung oleh sektor pertanian;

2. Agroindustri sebagai pendorong ekspor hasil pertanian;

3. Agroindustri untuk subsitusi impor;

4. Pemanfaatan potensi permintaan keluarga tani;

5. Penyesuaian peawaran sektor pertanian;

6. Pengembangan agroindustri sebagai penampung diversifikasi dan transformasi struktur perekonomian;

7. Agroindustri penggerak pembangunan desa.

c) Orientasi Ekspor Sektor Pertanian

Dalam setiap perencanaan tentang pembangunan, pertanian selalu ditekankan baik oleh pemerintah maupun pakar ekonomi pertanian di negara-negara berkembang. Salah satu alasan adalah sektor pertanian harus mampu menyumbang devisa negara. Selain itu terdapat suatu asumsi bahwa ekspor dapat meningkatkan kehidupan petani. Namun dalam era liberisasi ekonomi, masalahnya tidak sesederhana yang digambarkan di atas. Kuatnya teori atau logika yang mendasari pendapat bahwa sektor pertanian harus mampu menyumbang devisa, menurut Vandana Shiva (1996) dapat mengarah pada suatu keharusan bagi negara-negara yang sedang berkembang untuk sekaligus juga mengekspor ecological capital yang dilestarikan selama ini.

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Dokumen terkait