• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Sektor Pertanian Kabupaten Karo

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.3. Perkembangan Sektor Pertanian Kabupaten Karo

Sektor pertanian adalah penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Karo hingga saat ini. Hal tersebut dapat dipahami karena daerah Kabupaten Karo merupakan daerah pertanian dataran tinggi. Perkembangan ini dapat dilihat pada tabel 4.4 dimana pendapatan sektor pertanian setiap tahunnya mengalami peningkatan dari tahun 2000 sampai 2007.

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4.4.

Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Karo Tahun 2000-2007

Tahun

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000-2007

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 2000 1.393.107,08 1.393.107,08 2001 1.606.114,21 1.426.895,90 2002 1.722.479,32 1.447.069,23 2003 1.857.921,06 1.483.479,31 2004 1.999.807,24 1.515.066,51 2005 2.230.136,59 1.562.732,43 2006 2.370.583,64 1.624.938,75 2007 2.681.189,58 1.694.608,66

Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar dalam perekonomian Kabupaten Karo tidak lepas dari komoditi pertanian yang menjadi andalan. Adapun jenis tanaman yang dibudidayakan di Kabupaten Karo adalah jenis tanaman umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman padi. Sebagai gambaran atas kegiatan pertanian di Kabupaten Karo, perkembangan kegiatan pertanian dari tahun 2000-2006 adalah diuraikan seperti berikut ini.

Dari jenis tanaman umbi-umbian, tanaman jagung adalah merupakan tanaman yang paling dominan dimana pada tahun 2000 luas pertanaman jagung tercatat 64.859

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

ha, dan pada tahun 2006 seluas 50.135 ha. Walaupun terlihat adanya fluktuasi luas pertanaman jagung dari tahun 2000 hingga tahun 2006 namun jenis tanaman adalah tetap sebagai jenis tanaman terluas dalam tanaman umbi-umbian. Perkembangan luas dan produksi tanaman umbi-umbian dimaksud selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5.

Luas Tanam (Ha) dan Produksi Palawija (Ton) Kabupaten Karo Tahun 2000-2006

No Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

01 Luas Panen Jagung 64.859 48.733 49.854 52.997 43.959 39.805 50.135

02 Luas Panen Ketela Pohon 6 18 3 5 0 0 0

03 Luas Panen Ketela Rambat 636 563 473 1.028 816 540 210

04 Luas Panen Kacang Tanah 615 608 283 603 737 542 218

05 Luas Panen Kacang Hijau 147 111 43 99 15 17 79

06 Produksi Jagung 370.546 293.594 295.830 323.122 275.053 244.583 318.579

07 Produksi Ketela Pohon 112 166 54 90 0 0 0

08 Produksi Ketela Rambat 6230 5.550 4760 18.319 13.485 9.434 3.699

09 Produksi Kacang Tanah 788 1.321 476 1.206 1.414 882 547

10 Produksi Kacang Hijau 191 140 73 220 53 51 158

Sumber : BPS Kabupaten Karo 2005

Perkembangan produksi jagung di Kabupaten Karo adalah sebagai berikut: pada tahun 2000 produksi jagung adalah sebesar 370.546 ton, pada tahun 2001 sebesar 293.594 ton, tahun 2002 sebesar 295.830 ton, tahun 2003 produksi jagung sebesar 323.122 ton, dan pada tahun 2004, 2005, dan 2006 berturut-turut adalah 275.053 ton, 244.583 ton, dan 318.579 ton. Produksi jagung terlihat fluktuatif sesuai dengan fluktuasi luas penanamannya dan kondisi musim. Bila dilihat dari

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

produktivitas jagung per unit luas lahan tanaman maka terlihat adanya peningkatan produksi yakni pada tahun 2000 produksi rata-rata per hektar adalah 5.71 ton/ha, pada tahun 2001 menjadi 6.02 ton/ha, dan pada tahun 2006 menjadi 6.35 ton/ha.

Jenis tanaman lainnya yang juga cukup banyak dihasilkan petani di Kabupaten Karo ialah tanaman buah-buahan seperti jeruk, alpokat, mangga, sawo, durian, papaya, nenas dan lain sebagainya. Perkembangan produksi buah-buahan di Kabupaten Karo dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6.

Perkembangan Produksi Buah-buahan (Ton) Kabupaten Karo Tahun 2000-2006 No Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 01 Alpukat 567,92 632,15 615,60 883,15 647,25 477,40 755,40 02 Jeruk 350.154,75 337.143,60 372.695,80 377.212,10 472.222 542.237 588.706 03 Mangga 1.117,61 245,84 206,20 1.105,50 3.054 1.218 3.019 04 Sawo 393,00 33,45 85,07 282,18 518,60 557,70 819,24 05 Durian 317,84 371,81 1.404,75 1.552,50 1.050 530 1.442,10 06 Jambu Biji 142,94 91,51 58,12 47,45 32,30 27,70 37,37 07 Papaya 20,95 75,65 11,33 29,60 28 23,55 41,72 08 Pisang 1.366,14 1.993,72 3.334,00 10.004,60 834,40 8.406,38 6.223,45 09 Nenas 219,29 59,65 41,00 - 185,16 535,30 246,40 10 Kesemek 15,00 - 5,46 46,10 11 8,40 14,70 11 Marquisa 14,951,52 11.889,00 11.572,76 2.728,20 4.628,20 5.933,80 8.595,90 Sumber : BPS Kabupaten Karo 2005

Dari tabel 4.6 dapat dilhat bahwa produksi buah-buahan dari tahun ke tahun ada kecenderungan peningkatan, khususnya produksi buah jeruk peingkatannya cukup

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

signifikan yakni meningkat dari 350.154,75 ton pada tahun 2000 menjadi 337.143,60 ton pada tahun 2001, 372.695,80 ton pada tahun 2002 adalah 494.994 ton, pada tahun 2003 sebesar 472.222 ton, tahun 2004, 2005, dan 2006 secara berturut-turut adalah 542.237 ton, 588.706 ton, dan 588.823 ton.

Kabupaten Karo juga cukup terkenal sebagai penghasil sayur-sayuran di Propinsi Sumatera Utara bahkan menjadi andalan ekspor sebagai sumber devisa. Jenis sayur-sayuran yang dihasilkan dari Kabupaten Karo antara lain adalah bawang, kentang, sawi, kubis, wortel, tomat, buncis, dan lain sebagainya. Perkembangan produksi sayur-sayuran di Kabupaten Karo dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 selengkapya dapat dilihat pada tabel 4.7. Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa produksi sayur-sayuran di Kabupaten Karo dari tahun 2000 hingga tahun 2006 berfluktuasi yakni pada tahun 2000 produksi bawang merah sebesar 3.560 ton, tahun 2001 menurun menjadi 2.628 ton, tahun 2002 meningkat kembali menjadi 3.409 ton, tahun 2003 menjadi 1.647 ton dan pada tahun 2004 menurun menjadi 767 ton, pada tahun 2005 turun menjadi 657 ton dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 1.069 ton. Kecenderungan penurunan produksi sayur-sayuran disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya penyakit dan kondisi iklim serta kondisi pasar.

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4.7.

Perkembangan Produksi Sayur-sayuran (Ton) Kabupaten Karo Tahun 2000-2006

No Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

01 Bawang Merah 3.560 2.628 3.409 1.647 767 657 1.069

02 Bawang Putih 119 45 10 16 32 18 29

03 Bawang Daun/ Pere 21.014 15.889 11.629 20.106 32.397 21.258 20.450 04 Kentang 155.800 78.244 59.077 78.172 61.971 55.445 42.201 05 Kol 189.991 151.869 158.382 147.853 136.685 123.638 82.865 06 Petsai/ Sawi 70.543 50.063 57.968 66.197 56.117 53.989 41.467 07 Wortel 68.875 69.145 56.259 77.454 56.557 65.174 66.141 08 Cabe/ Lombok 62.800 60.576 34.054 44.886 28.701 31.386 27.677 09 Tomat 95.090 79.417 85.198 90.122 48.876 55.864 64.035 10 Buncis 28.752 67.109 25.119 40.150 29.512 26.671 19.251 11 Lobak 21.166 16.380 18.665 26.824 21.717 28.206 23.858 12 Labu Siam - 8.037 1.390 1.870 125 170 - 13 Arcis - 3.577 2.204 2.791 2.072 1.884 907

Sumber : BPS Kabupaten Karo 2007

Kabupaten Karo termasuk daerah yang swasembada beras hingga saat ini. Namun demikian ada kecenderungan akan terancam akibat pertambahan jumlah akibat terjadinya pengurangan kapasitas sumber daya air irigasi. Perkembangan luas tanam dan produksi padi ladang dan padi sawah di Kabupaten Karo terhitung mulai dari tahun 2000 hingga tahun 2006 ialah seperti diperlihatkan pada tabel 4.8.

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Tabel 4.8.

Luas Tanam dan Produksi Padi Ladang dan Sawah (Ha/ Ton) Kabupaten Karo

Tahun 2000-2006

Sumber: BPS Kabupaten Karo 2007

No Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1 Luas panen padi ladang 12.344 10.003 7.583 9.686 9.859 9.436 7.825 2 Luas panen padi sawah 14.954 12.123 13.475 12.582 10.335 8.529 10.617 3 Produksi padi 44.020 38.638 29.571 40.885 27.455 34.697 30.064

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa luas tanam padi ladang dari tahun 2000 sampai dengan 2006 ada kecenderungan penurunan yang diikuti dengan jumlah produksi padi sawah hingga tahun 2005 dan pada tahun 2006 meningkat, yakni 59.852 ha. Untuk produktivitas padi ladang dapat dilihat berturut-turut dari tahun 2000 sampai dengan 2006 adalah 44.020 ton/ha; 38.638 ton/ha; 29.571 ton/ha; 40.885 ton/ha; 37.455 ton/ha; 34.697 ton/ha; 30.064 ton/ha. Sementara itu produktivitas padi sawah berturut-turut dari tahun 2000 sampai dengan 2006 adalah 83.492 ton/ha; 69.700 ton/ha; 74.369 ton/ha; 67.318 ton/ha; 59.320 ton/ha; 47.272 ton/ha; 59.852 ton/ha. Dari perkembangan produktivitas tersebut di atas dapat dilihat bahwa ada terjadi peningkatan produktivitas yang merefleksikan adanya pengaruh keterampilan petani dalam budidaya tanaman padi.

Dalam rangka meningkatkan konsumsi protein hewani yang bersumber dari ternak dan hasil ikutannya di Kabupaten Karo, pemerintah daerah selalu berusaha meningkatkan produksi ternak baik melalui pembinaan ke lapangan maupun melalui bantuan-bantuan yang telah diberikan kepada masyarakat. Di bawah ini dapat kita lihat populasi ternak di Kabupaten Karo dari tahun 2000 sampai dengan 2006 sebagaimana terlihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9.

Perkembangan Populasi Ternak Rakyat (Ekor)

ladang 4 Produksi padi sawah 83.492 69.700 74.369 67.318 59.320 47.272 59.852 TOTAL 154.810 130.464 124.998 130.471 116.969 99.934 108.358

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009 Tahun 2000-2006 No Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 01 Sapi Potong 39.131 28.926 43.592 45.181 45.858 53.020 55.036 02 Sapi Perah - - 45 96 155 332 476 03 Kerbau 28.879 12.377 21.010 21.609 21.492 24.013 24.168 04 Kuda 216 178 300 311 345 356 357 05 Babi 24.751 21.815 23.873 24.575 25.993 37.538 42.188 06 Kambing 18.792 14.628 15.993 13.993 14.338 18.883 19.327 07 Ayam 1.347.438 507.665 1.302.235 1.340.576 1.344.464 1.382.246 971.572 08 Itik 22.804 13.740 13.051 13.647 14.293 21.589 21.717 Sumber : BPS Kabupaten Karo 2007

Dari tabel 4.9 di atas dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis ternak yaitu Ruminansia Monogastrik dan jenis unggas. Sedangkan Ruminansia dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Ruminansia besar (sapi potong, sapi perah, kerbau, kuda), Ruminansia kecil (kambing), sedangkan yang masuk Monogastrik adalah ternak babi dan yang termasuk unggas adalah ayam dan itik. Apabila dilihat dari kecenderungan populasi ternak di Kabupaten Karo dari tahun 2000 ke tahun 2001 ada tren penurunan populasi ternak. Populasi ternak Ruminansia sebesar 68.226 ekor pada tahun 2000, sedangkan pada tahun 2001 menjadi 41.481 ekor, akan tetapi mulai tahun2001 sampai dengan tahun 2006 terjadi peningkatan populasi kecuali ternak ayam yang mengalami penurunan sebagai dampak merebaknya penyakit flu burung.

Dalam rangka meningkatkan pendapatan dan konsumsi protein hewani yang bersumber dari ikan di Kabupaten Karo telah diupayakan intensifikasi, extensifikasi dan diversifikasi usaha. Perkembangan populasi ikan di Kabupaten Karo dari tahun

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

2000 hingga tahun 2006 selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.9. Dari tabel 4.9 tersebut di atas dapat dilihat bahwa secara umum produksi ikan di Kabupaten Karo ada kecenderungan menurun, hal ini dapat dilihat dari produksi ikan di jaring apung pada tahun 2000 produksi sebesar 10.50 ton, sedangkan pada tahun 2002 sudah menjadi 336.70 ton. Dari kondisi dapat dilihat bahwa dari semakin intensifnya usaha jaring apung di sekitar Danau Toba meliputi wilayah Desa Tongging, Desa Sibolangit serta Desa Sikodonkodon akan tetapi pada tahun-tahun berikutnya produksi ikan dari usaha jaring apung semakin menurun mengingat adanya wabah penyakit ikan (Herves Coy) yang dipelihara sehingga mengurangi kemauan masyarakat untuk memelihara ikan, disamping itu produksi benih ikan dari Balai Benih Ikan (BBI) Lokal Singgamanik telah menurun mengingat kolam-kolam pemijahan ikan di kolam tersebut sudah kurang mendukung untuk peningkatan produksi, sehingga perlu penanganan rehabilitasi kolam dan monik dengan harapan produksi benih ikan dapat ditingkatkan.

Tabel 4.10.

Produksi Ikan Menurut Tempat Pemeliharaan (Ton) Tahun 2000-2006

No Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

01 Kolam 336,00 336,00 325,00 315,00 149,00 145,21 146,00 02 Mina Padi 125,90 125,50 103,40 94,00 98,00 81,40 33,00 03 Keramba/ JA 10,50 10,50 336,70 257,00 250,00 250,00 109,00 Sumber : BPS Kabupaten Karo, 2007

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

Jumlah petani yang menekuni bidang perikanan cenderung stabil dan pada beberapa jenis usaha ada yang menurun. Jumlah rumah tangga (petani) yang menekuni perikanan terhitung dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2006 adalah seperti diperlihatkan pada tabel 4.11.

Tabel 4.11.

Banyaknya Rumah Tangga Perikanan (RTP) Kabupaten Karo Tahun 2000 - 2006 No Jenis Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 01 Kolam 513 513 513 310 275 268 270 02 Usaha Pembenihan Rakyat 47 47 47 43 43 43 43 03 Sungai 98 98 98 93 53 53 50 04 Danau 115 115 115 115 160 176 176

05 Balai Benih Ikan 1 1 1 1 1 1 1

06 Mina Padi 606 606 606 291 183 152 90

07

Check Dam/ Waduk

78 78 78 72 58 58 50

08 Jaring Apung 36 41 30 46 45 12 12

Jumlah 1.494 1.499 1.488 971 818 763 100 Sumber : BPS Kabupaten Karo 2007

Luhut Hamonangan : Prospek Pembangunan Sektor Pertanian Di Kabupaten Karo, 2009. USU Repository © 2009

4.3.1. Gambaran Sektor Kehutanan Kabupaten Karo

Luas wilayah administrasi Kabupaten Karo adalah 212.725 ha dan 99.278,8 ha (46,7%) diantaranya adalah hutan lindung. Kemudian hutan suaka alam ada seluas 7,00 ha, hutan produksi terbatas seluas 11.293 ha, hutan produksi seluas 17.497,6 ha dan luas hutan inliving adalah 2.236,8 ha. Sementara itu ditinjau dari tata guna lahan di lapangan saat ini ternyata luas lahan pertanian (lahan kering dan sawah) mencapai 185.878 ha (87,5%). Dengan demikian berarti bahwa sebagian hutan tersebut di atas telah berubah fungsi menjadi lahan pertanian atau permukiman.

Dokumen terkait