• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORI

B. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural dalam penelitian karya sastra merupakan langkah awal untuk penelitian selanjutnya.(A. Teeuw, 1983:61). Analisis

commit to user

struktural merupakan tahap awal dalam penelitian karya sastra yang tidak dapat dihindari, karena analisis semacam ini baru memungkinkan pengertian yang optimal. Dresden berpendapat bahwa setiap penelitian sastra analisis struktural karya sastra yang ingin diteliti dari mana pun juga merupakan tugas prioritas, pekerjaan pendahuluan. Sebab sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebulatan instrinsik yang dapat digali dari karya sastra itu sendiri (Dresden dalam A.Teuw, 1983:61).

Analisis struktural ini merupakan prioritas pertama sebelum yang lain-lain (A.Teeuw, 1983:61) tanpa hal itu kebulatan makna instrinsik yang hanya dapat digali dari karya itu sendiri, tidak akan tertangkap. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat dipahami dan dinilai sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:125).

Strukturalisme pada dasarnya adalah cara berfikir tentang dunia yang berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur. Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang) merupakan susunan hubungan daripada susunan benda-benda.

Kodrat tiap unsur dalam struktur tersebut tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungan dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu (Hawkes, 1978:17-18 dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2007:119-120). Struktur dapat disimak dalam rangkaian entitas yang membangunnya, yaitu ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (Piaget via Hawkes, 1978:16 dalam Rachmat Djoko Pradopo, 2007:119).

commit to user

Analisis struktural dapat diperoleh makna total, dengan tidak mengabaikan gejala-gejala yang selalu berhubungan, yang diberikan pada keseluruhan makna dalam keterkaitan dan keterjalinan. Sedangkan analisis struktural memandang karya sastra sebagai keseluruhan yang bulat, dan saling berhubungan itu penggambara dalam bentuk tempat kejadian, waktu, dan sebagainya sebagaimana kejadian di dalam masyarakat. Bagian-bagian itu tidak dapat memiliki makna sendiri-sendiri. Makna itu timbul dari hubungan antar unsur yang terkait dalam situasi itu. Makna penuh sebuah kesatuan hanya dapat dipahami sepenuhnya apabila seluruh unsur pembentukannya terintegrasi ke dalam sebuah strutur. Perlu diketahui bahwa pembagian struktur atas unsur-unsurnya itu berbeda-beda antara ahli sastra yang satu dengan yang lain. Dalam menganalisis struktur Serat Pancalukita ini akan berpegang dari salah satu ahli sastra yaitu Roman Ingarden. Manurut Roman Ingarden unsur-unsurnya berdasarkan strata norma, yaitu lapis bunnyi, lapis arti, lapis dunia, lapis metafisis (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:14).

1. Lapis Bunyi (sound stratum)

Lapis norma yang pertama adalah lapis bunyi (sound stratum).

Apabila orang membaca puisi, maka yang terdengar itu ialah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan panjang. Tetapi, suara itu bukan hanya suara tak berarti. Suara sesuai dengan konvensi bahasa, disusun begitu rupa hingga menimbulkan arti. Dengan adanya

satuan-commit to user

satuan suara itu orang menangkap artinya (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:15).

Shahon Ahmad mengemukakan bahwa puisi terdapat unsur-unsur emosi, imjinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindra, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, perasaan yang bercampur baur. Ada tiga unsur pokok; pertama, hal yang meliputi pemikiran, ide, atau emosi;

kedua, bentuknya; dan ketiga ialah kesannya. Semuanya itu terungkap dengan media bahasa. Jadi, puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan. Puisi itu merupakan rekaman atau interprestasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:7).

Gaya bahasa dari segi bahasanya, dapat ditinjau berdasarkan pilihan kata-katanya, berdasarkan nada bahasanya, berdasarkan struktur kalimatnya, dan berdasarkan langsung tidaknya makna yang terdiri dari gaya bahasa retotis dan gaya bahasa kiasa (Gorys Keraf, 1984:117-136).

Pembahasan gaya bahasa yang terdapat dalam Serat Pancalukita akan dibahas berdasarkan tinjauan dari segi struktural kalimat, dan langsung tidaknya makna yang terbatas pada gaya bahasa retoris dan gaya kias, terbatas pada penggunaan gaya bahasa yang terdapat di dalam Serat Pancalukita.

commit to user

2. Lapis Arti (unit of meaning)

Lapis arti (unit of meaning), berupa rangkaian fonem, suku kata, kata, frase dan kalimat. Semuanya itu merupakan satuan-satuan arti. Rangkaian kalimat menjadi bait, bab, dan keseluruhan cerita ataupun keseluruhan sajak. (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:15).

Lapis arti adalah satuan arti yang dibangun oleh kata, gabungan kata dan kalimat. Teks Serat Pancalukita menurut bait dengan jumlah larik tetap sesuai metrumnya. Fungsi bait membagi teks menurut bagian-bagian yang lebih pendek. Sedangkan pola maknanya merupakan makan yang khas yaitu makna tambahan. Makna tersebut terjadi karena bentuk formatnya; adanya unsur kepuitisan bahasa dan unsur bunyi.

3. Lapis Objek

Lapis objek yaitu yang dikemukakan oleh latar, pelaku dan dunia pengarang. Dunia pengarang adalah ceritanya, yang merupakan dunia yang diciptakan oleh pengarang. Semuanya merupakan gabungan dan jalinan antara objek-objek yang dikemukakan, oleh latar, pelaku dan dunia pengarang (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:18).

4. Lapis Dunia

Lapis dunia, yang dipandang dari titk pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan tetapi terkandung di dalamnya (implied). Sebuah peristiwa dalam sastra dapat dikemukakan atau dinyatakan “ terdengar” atau

“terlihat” bahkan peristiwa yang sama. Misalnya suara dobrakan pintu

commit to user

dapat diperlihatkan aspek “luar” atau “dalam” watak. Misalnya pintu berbunyi halus dapat memberi sugesti wanita atau watak dalam si pembuka itu hati-hati. Keadaan sebuah kamar yang terlihat dapat memberikan sugesti watak orang yang tinggal di dalamnya (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:15).

Pemanfaatan bunyi baik vokal maupun konsonan dalam Serat Pancalukita disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan arti. Arti ini menjadi dasar adanya hal-hal yang dikemukakan menyeluruh. Ha-hal yang dikemukakan menunjuk pada dunia tertentu dalam pandangan pengarang Dunia yang dinyatakan adalah tentang keberadaan manusia di dunia, yang terangkum keseluruhan batinnya.

5. Lapis Metafisis

Lapis ini dapat memberikan suatu renungan bagi pembaca. Lapis metafisis berupa sifat-sifat metafisis yang sublim, yang tragis, mengerikan atau menakutkan dan yang suci dan sifat ini dapat memberi renungan (kontemplasi) kepada pembaca (Rachmat Djoko Pradopo, 2007:15).

Dokumen terkait