• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran yang dilaksanakan di setiap satuan pendidikan, diharap memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan peserta didik dimana terdapat dimensi ke Tuhanan, keindividualan, kesosialan, dan moral. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif, pemersatunya adalah tema. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan Tematik Terpadu, dimana pembelajaran dirangkai dan dipadukan menggunakan tema (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah Tematik Integratif yang sama artinya dengan Tematik Terpadu.

2.1.2.1Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif

Dalam menerapkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif, guru perlu manampilkan karakteristik tematik integratif untuk membedakan dengan pembelajaran lain. Hajar (2013: 43-56), menerangkan bahwa karakteristik pendekatan Tematik Integratif adalah: (1) pembelajaran berpusat pada peserta didik, (2) kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada para peserta didik, (3) guru tidak memisahkan antar muatan pelajaran secara jelas, (4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai materi pelajaran dengan tujuan supaya pemahaman para peserta didik terhadap materi pelajaran tidak parsial atau sepotong-potong. (5) fleksibel, yang berarti ada keterkaitan antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya, (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, dimana guru harus memberi kesempatan seluas-luasnya kapada peserta didik untuk memaksimalkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki, dan menyesuaikan kegiatan pembelajaran dengan minat dan kebutuhan para peserta didik. (7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, (8) mengembangkan komunikasi peserta didik, (9) mengembangkan kemampuan metakognisi peserta didik, (10) dan lebih menekankan proses daripada hasil.

Trianto (2007: 13-15) juga menerangkan bahwa dalam pembelajaran tematik integratif sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut yaitu: (1) holistik, yang berarti bahwa pembelajaran terintegrasi memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi, (2) bermakna, terbentuknya jalinan antar konsep, yang dapat peserta didik manfaatkan untuk menyelesaikan berbagai masalah, (3) otentik, berarti

siswa memahami suatu hal dari kegiatan atau pengalaman yang dialami sendiri, (4) dan aktif, pembelajaran tematik integratif menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional supaya pembelajaran optimal. Trianto (2007: 11) juga menerangkan bahwa tahap perkembangan anak adalah dunia nyata sehingga dimulai dari hal nyata, yang dapat guru kemas dalam sebuah tema pembelajaran.

Selain kedua tokoh diatas (Hajar, 2013 & Trianto, 2007), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menjelaskan beberapa karakteristik pendekatan Tematik Integratif yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, yaitu: pembelajaran berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung pada peserta didik, pemisahan antara muatan pelajaran tidak begitu jelas atau menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan, menyajikan konsep dari berbagai muatan pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat luwes atau adanya keterpaduan antar muatan pelajaran, serta hesil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak melalui penilaian proses dan hasil belajarnya.

Dari ketiga karakteristik yang telah dijelaskan oleh tokoh diatas (Hajar, 2013, Triyanto, 2007 &Kemendikbud, 2013) dapat disimpulkan bahwa karakteristik pendekatan tematik integratif antara lain: (1) pelajaran berpusat pada peserta didik, (2) pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada peserta didik sehingga materi yang diterima otentik dari lingkungan yang nyata, dan bersifat holistik, karena peserta didik memahami suatu hal secara menyeluruh, (3) pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu nampak jelas, dimana materi-materi pelajaran menyatu dalam kegiatan yang dirancang oleh guru. (4)

pembelajaran yang satu dengan yang lain saling terkait melalui konsep-konsep yang sesuai, (5) bersifat luwes atau fleksibel, dimana kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru tidak kaku, (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik melalui penilaian proses dan hasil belajar, (7) pembelajaran menuntut siswa aktif melalui kegiatan belajar sambil bermain, serta (8) pembelajaran yang dirancang sebaiknya mengembangkan komunikasi dan kemampuan metakognisi peserta didik.

2.1.2.2Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran tematik integratif dalam Kurikulum 2013 berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar peserta didik, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang kontekstual dan bermakna bagi peserta didik (Kemendikbud, 2013). Selain fungsi pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 8) menjelaskan tujuan pembelajaran tematik integratif. Tujuan dari pendekatan tematik integratif adalah:

1. Mudah memutuskan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan

pelajaran dalam tema yang sama.

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan

5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran lain.

6. Lebih terasa manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam

konteks tema yang jelas.

7. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan pelajaran yang disajikan secara

terintegrasi dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan

menggunakan sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.2.3Model-Model Pendekatan Integratif

Dilihat dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit tematiknya, menurut Forgarty (1991) dalam Hernawan, Resmini, & Andayani (2007) & Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) terdapat sepuluh model dalam merencanakan pembelajaran. Kesepuluh model tersebut adalah model penggalan, model keterhubungan, model sarang, model urutan, model bagian, model jaring laba-laba, model galur, model terpadu, model celupan, dan model

jaringan. Model yang pertama adalah model penggalan (Fragmented), model ini

ditandai oleh ciri pemanduan yang hanya terbatas pada satu muatan pelajaran saja. Dalam pembelajaran butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada waktu yang berbeda-beda.

Kedua, model keterhubungan (connected), model ini dilandasi atas anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk muatan

pelajaran tertentu. Ketiga,model sarang (nested), ini merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan

pembelajaran. Keempat, model urutan (sequenced), merupakan model pemaduan

topik-topik antar muatan pelajaran yang berbeda secara paralel. Topik-topik tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi waktu yang sama.

Kelima, model bagian (shared), merupakan model pemanduan pembelajaran

akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua muatan pelajaran atau lebih.

Keenam, model jaring laba-laba (webbed), model ini paling popiler, dan paling banyak digunakan. Model ini bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema dapat mengkaitkan kegiatan pembelajaran baik dalam muatan pelajaran maupun lintas muatan pelajaran.

Ketujuh,model galur (threaded), ini merupakan model pemaduan bentuk

keterampilan. Bentuk ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.

Kedelapan, model terpadu (integrated), merupakan pemaduan sejumlah topik dari muatan pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik

tertentu. Kesembilan, model celupan (immersed), model ini dirancang untuk

membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman

dan pengetahuan dihubungkan dengan situasi pemakaiannya. Kesepuluh, model

jaringan (networked), ini merupakan model pemaduan pembelajaran yang

mengandaikan kemungkinan pengubahan konsep maupun tuntutan bentuk keterampilan baru.

Bahan ajar sebagai produk pengembangan dalam penelitian yang

mengacu Kurikulum 2013 ini menggunakan model webbed. Dimana muatan

masing-masing muatan pelajaran disatukan dalam sebuah tema. Di dalam Kurikulum 2013, kelas IV terdiri dari sembilan tema, yang terbagi dalam dua semester.

2.1.2.4Tahap-Tahap Pendekatan Tematik Integratif

Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan tematik integratif, perlu mengetahui bagaimana tahap-tahap merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif. Rencana kegiatan pembelajaran yang akan dibuat harus benar-benar matang karena dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Menurut Hajar (2013: 59-80), ada beberapa tahap yang sebaiknya diperhatikan dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik integratif, diantaranya adalah memilih tema pelajaran, mengorganisasikan tema menggunakan jaring-jaring topik, mengumpulkan bahan atau sumber belajar, mendesain kegiatan pembelajaran, kemudian implementasi pembelajaran.

Tema dapat ditentukan oleh pembuat kebijakan, guru atau ditetapkan bersama oleh guru dan peserta didik (Kemendikbud, 2013). Memilih tema pelajaran tidak sembarangan, sebaiknya memperhatikan topik-topik dalam kurikulum, isu-isu faktual yang menarik bagi peserta didik, berdasarkan masalah-masalah yang dialami atau ada di lingkungan peserta didik, berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus yang diadakan di sekolah, serta minat atau kesukaan peserta didik (Hajar, 2013: 58-60). Di dalam Kurikulum 2013, tema telah ditentukan oleh Tim Penyusun Kurikulum Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Tema untuk masing-masing kelas berbeda-beda.

Sumber belajar yang akan digunakan guru dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif berbeda dengan pembelajaran lain yang hanya menggunakan buku paket sebagai bahan. Sumber yang dapat guru pergunakan antara lain media masa cetak, sumber visual, literature, atau artefak (Hajar, 2013: 74-75). Sumber-sumber tersebut bisa yang sudah dikenal oleh peserta didik maupun yang belum. Dari penggunaan sumber belajar yang beraneka ragam, pengetahuan dan pengalaman peserta didik akan lebih kaya.

Dokumen terkait