• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema pekerjaan orang tuaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema pekerjaan orang tuaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
277
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJARMENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA PEKERJAAN ORANG TUAKU UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Fransiska Dhean Meilani

NIM: 101134045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJARMENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA PEKERJAAN ORANG TUAKU UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Fransiska Dhean Meilani

NIM: 101134045

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan untuk: TUHAN YESUS KRISTUS

“ Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena

nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah

yang menghibur aku.”

(Mazmur 23: 3-4)

Bapak dan Ibuku tercinta

Bapak Antonius Tugi dan Ibu Bernadheta Sumartini yang selalu mendukung, mendoakan, dan mempercayaiku.

Adikku tercinta Vinsensius Dean Subekti yang selalu memberi keceriaan dan semangat

Simbah Topawiro tercinta

Yang sealalu memberi semangat untuk selalu belajar. Keluarga besar Mentoikromo

Mbokde Tempe, Mbokde Duwur, Mbokde Ndek, Pakde Tokol, Pakde Sir Mba Nining, Mba Eli, Mas Aji, Mas Samsul, Sekar, Gayuh, Nada dan Febi

Mas Andi “Tuyul” Gunawan

yang selalu memberi semangat, mendukung dan menghibur waktu sedih, terimakasih atas cinta dan sayang yang telah diberikan.

Keluarga besar Padepokan Tari Giyan Laksita Bapak Agus Santoso, Ibu Waryanti, Mba Agi, Dek Bondan

Sahabat Grisadha

Mas Agus, Diana, Siska, Mei, Aya, Dike, Desi, Mba Lukita, Tiara, dan Mas Heru Sahabat Kost Barada

Afi, Melisa, Delly, Mba Galih, Metta, Clara, Mba Gendiz, Mba Ratna & semua. Sahabat kelas B PGSD USD angkatan 2010

yang selalu saling memberikan semangat untuk belajar bersama terima kasih atas semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian

berikan.

Sahabat Robertus Widianto terimakasih atas bantuan dan waktu yang diberikan

(6)

v

MOTTO

Gusti Mboten Sare

Semua indah pada waktunya

Ajining diri ana ing lathi

Ajining raga ana ing busana

Kembangkan Kreatifitas

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJARMENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA PEKERJAAN ORANG TUAKU UNTUK SISWA

KELAS IV SEKOLAH DASAR

Fransiska Dhean Meilani Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 Subtema Pekerjaan Orang Tuaku untuk siswa Kelas IV Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan bahan ajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah Kemp dengan langkah-langkah Borg dan Gall. Prosedur penelitian ini terdiri dari 7 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) perbaikan desain, (6) uji coba desain, dan (7) perbaikan desain, hingga menghasilkan desain akhir berupa bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 Subtema Pekerjaan Orang Tuaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Uji coba produk dilakukan pada 10 siswa kelas IV SDN Jambusari 02 tahun pelajaran 2013/ 2014 dan dilaksanakan pada bulan April 2014. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk mengetahui kebutuhan awal guru akan bahan ajar, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar kurikulum, dua guru kelas IV SD yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 dan 10 siswa kelas IV Sekolah Dasar.

Hasil penelitian ini merupakan hasil validasi pakar kurikulum, dua guru kelas IV SD yang telah melaksanakan Kurikulum 2013, dan uji coba lapangan di SDN Jambusari 02. Skor yang didapat dari pakar kurikulum adalah 4,46, guru kelas IV SD I 4,14, guru kelas IV SD II 4,62, dan uji coba lapangan pada 10 siswa kelas IV SD adalah 4,7. Berdasarkan skor-skor tersebur diperoleh skor rata-rata

4,48 dengan kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Dengan demikian bahan ajar layak digunakan untuk pembelajaran siswa kelas IV Sekolah Dasar mengacu Kurikulum 2013.

(10)

ix

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIALS BASED

ON CURRICULUM 2013 SUBTHEME

“PEKERJAAN ORANG

TUAKU” FOR 4

TH

GRADE OF ELEMENTARY SCHOOL

STUDENTS.

Fransiska Dhean Meilani Universitas Sanata Dharma

2014

This reseach begins from the teacher’s needed about teaching materials

besed on Curriculum 2013. This reseach aims to (1) describe procedures of development of teaching materials based on Curriculum 2013 Subtheme

Pekerjaan Orang Tuaku” for 4th Grade of Elementary School, and (2) describe the product qualify of teaching materials development.

The type of this research is kind of Reseach and Development (R&D). this reseach uses the development procedure of modified result by Kamp and Bord & Gall. The procedure of this research consists of 7 steps, they are: (1) analizing potential and issue, (2) colecting data, (3) designing product (prototipe), (4) making validation, (5) designing revision, (6) making an experiment of the design, and (7) designing revision, until produce a final product design in a form of

teaching materials based on Curriculum 2013 with the Subtheme “Pekerjaan Orang Tuaku” for 4th Grade of Elementary School Students. Subjects in the trial

design are 10 students of 4th grade in Jambusari 02 Elementary School that was

done on April in the second semester of 2013/ 2014 academic year. Instrument in this research are intervews and quesionnarires. Intervews are used to analyze the needed of teaching materials, whilh the quesionnarires are used to validate the

quality of teaching materials by the curriculum expert, two teacheres in 4th grade

Elementary School, and 10 students in 4th grade of Elementary School.

The result of this research is the result of validation expert and trial in Jambusari 02 Elementary School. The score that is obtained from the expert curriculum is 4,46, the first teacher gets 4,14, the second teacher gets 4,62, and the

trial toward 10 students in 4th grade of Elementary School gets 4,7. Based on that

score, the reseacher’ obtains the score average is about 4,48, that belongs to “very good” category. This result is observed based on some criteria: (1) aim and approach, (2) design and organizing, (3) contain, (4) topic, and (5) methodology. Therefore, the teaching materials are proper to be used in a learning activity based

on Curriculum 2013 for 4th Grade Elementary School Students.

Keywords : method of development reseach, teaching materials, curriculum

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013

SUBTEMA PEKERJAAN ORANG TUAKU UNTUK SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR” sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini disusun

demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di

Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dorongan, perhatian

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Bapak Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin

penelitian.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selakuk Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan dorongan, motivasi, dan perhatian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang

dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

(12)

xi

5. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd., Selaku dosen penguji, terimakasih atas

saran dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen dan staf PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang

telah diberikan.

7. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd., Bapak Rasimin, S.Pd., M.Pd., dan

Bapak Sujarno Hadi Saputro, S.Pd yang telah meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran untuk bersedia menjadi validator dalam penelitian dan

pengembangan ini.

8. Ibu Eni Amborowati, S.Pd., selaku kepala SDN Jambusari 02 yang telah

memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.

9. Bapak Rasimin, S.Pd., M.Pd., selaku guru kelas IV SDN Jambusari 02

yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu dalam

pelaksanaan penelitian.

10. Siswa-siswa kelas IV SDN Jambusari 02 yang dapat bekerja sama dalam

pelaksanaan penelitian.

11. Orang tuaku yang terkasih, Bapak Antonius Tugi dan Ibu Bernadheta

Sumartini, Adikku Vinsensius Dean Subekti, Simbah Topawiro, serta

keluarga besar Mentoikromo yang telah memberikan dukungan,

kepercayaan dan kasih sayang.

12. Andi Gunawan, terimakasih atas sayang, cinta, dukungan, perhatian dan

semangat yang selalu diberikan.

13. Sahabat-sahabatku: Mas Agus, Diana, Siska, Mba Mei, Desi, Aya, Dike,

(13)

xii

Dian, Mas Galih, Mas Kechup, terimakasih atas bantuan, perhatian dan

motivasi yang kalian berikan, kalian luar biasa.

14. Teman-teman seperjuanganku: Tika, Beni, Ima, Fajar, Elita, Een, Elan,

Agnes, Nina, Vitus, Bintang, Dian, Anggun, Nurul, Media, Terry, Dodik,

Tama, Tri, Rama, Ade kalian luar biasa.

15. Sahabat Robertus Widianto terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

16. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya

satu persatu, terima kasih.

Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

berguna bagi banyak pihak. Penulis menyadari karya ini masih banyak

kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membengun sangat penulis

harapkan.

(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Istilah ... 7

(15)

xiv

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Teori ... 9

2.1.1 Kurikulum 2013 ... 9

2.1.1.1 Pengertian Kurikulum ... 9

2.1.1.2 Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum 2013 ... 10

2.1.1.3 Karakteristik Kurikulum 2013 ... 12

2.1.1.4 Tujuan Kurikulum 2013 ... 13

2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif ... 13

2.1.2.1 Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif ... 14

2.1.2.2 Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif ... 16

2.1.2.3 Model-Model Pendekatan Tematik Integratif ... 17

2.1.2.4 Tahap-Tahap Pendekatan Tematik Integratif ... 19

2.1.3 Pendekatan Saintifik ... 20

2.1.3.1 Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 20

2.1.3.2 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Integratif... 21

2.1.4 Penilaian Otentik ... 24

2.1.3.1 Hakikat Penilaian Otentik ... 24

2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik ... 25

2.1.4.3 Macam-Macam Penilaian Otentik ... 26

2.1.5 Pendidikan Karakter ... 27

2.1.5.1 Hakikat Pendidikan Karakter ... 27

2.1.5.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar ... 29

2.1.6 Pemilihan Bahan Ajar ... 31

(16)

xv

2.2 Penelitian yang Relevan ... 36

2.3 Kerangka Berpikir ... 39

2.4 Pertanyaan Peneliti ... 41

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Prosedur Pengembangan ... 44

3.2.1 Potensi dan Masalah ... 45

3.2.2 Pengumpulan Data ... 45

3.2.3 Desain Produk ... 46

3.2.4 Validasi Produk ... 46

3.2.5 Revisi Desain ... 47

3.2.6 Uji Coba Desain ... 47

3.2.7 Revisi Desain ... 47

3.3 Jadwal Penelitian ... 48

3.4 Uji Coba Produk ... 48

3.4.1 Subjek Uji Coba ... 49

3.5 Instrumen Penelitian ... 49

3.5.1 Jenis Data Uji Coba ... 49

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 49

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 50

(17)

xvi

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Hasil Penelitian ... 54

4.1.1 Data Analisis Kebutuhan ... 54

4.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 58

4.1.2.1 Silabus ... 59

4.1.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 59

4.1.2.3 Kerangka Bahan Ajar ... 61

4.1.2.4 Bahan Ajar ... 61

4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 64

4.1.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum dan Revisi Produk ... 65

4.1.3.2 Data Validasi Guru Kelas IV SD dan Revisi Produk ... 66

4.1.3.3 Data Validasi Lapangan dan Revisi Produk ... 68

4.1.4 Kajian Produk Akhir ... 70

4.2 Pembahasan ... 70

BAB 5 PENUTUP ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 77

5.3 Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 48

Tabel 3.2 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 51

Tabel 3.3 Kriteria Skor Skala Lima ... 55

Tabel 4.1 Daftar Pertanyaan Wawancara Survei Kebutuhan ... 54

Tabel 4.2 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 64

Tabel 4.3 Kriteria Skor Skala Lima ... 64

Tabel 4.4 Komentar Pakar Kurikulum dan Revisi ... 66

Tabel 4.5 Komentar Dua Guru Kelas IV SD dan Revisi ... 68

(19)

xviii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Model Pengembangan Bahan Ajar milik Jerrold E Kemp ... 32

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Wawancara ... 83

Lampiran 2. Jaring-Jaring Tema 4. Berbagai Pekerjaan ... 85

Lampiran 3 Jaring-Jaring Mingguan dan Harian ... 86

Lampiran 4. Silabus ... 94

Lampiran 5. RPP ... 137

Lampiran 6. Instrumen Validasi Pakar ... 205

Lampiran 7. Instrumen Validasi Guru Kelas IV SD ... 213

Lampiran 8. Instrumen Persepsi Siswa ... 225

Lampiran 9. Hasil Validasi ... 248

Lampiran 10. Surat Ijin Melakukan Wawancara ... 249

Lampiran 11. Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 251

Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 252

Lampiran 13. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ... 253

(21)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap satuan pendidikan bertugas menjadi landasan pembentukan pribadi

masing-masing peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003). Banyak hal yang bisa dilakukan

oleh setiap satuan pendidikan untuk mengantar peserta didiknya menjadi manusia

yang siap menghadapi tantangan jaman. Pendidikan dapat mengantar peserta didik

menjadi manusia yang berkualitas melalui media pembelajaran, fasilitas belajar,

kualitas pengajar, bahan ajar yang ada di sekolah, serta lingkungan sekolah yang

kondusif, selain itu peserta didik dapat belajar mengenai berbagai ilmu

pengetahuan dan membentuk karakter.

Kondisi nyata saat ini, perilaku sadisme, kekerasan, premanisme,

kejahatan, perselingkuhan, penyelahgunaan obat terlarang dan korupsi yang telah

membudaya dalam sebagian masyarakat bahkan dikalangan artis dan pejabat,

dipertontonkan melalui tayangan televisi yang mudah dilihat oleh anak. Melalui

media masa seperti koran dan internet, peneliti menemukan sebagian kasus yang

dialami oleh para pelajar yakni narkoba, geng motor, pelecehan seksual, dan

perjudian. Contoh-contoh yang telah diterangkan erat kaitannya dengan kualitas

(22)

Kondisi menyedihkan seperti di atas dapat diperbaiki melalui peningkatan

kualitas pendidikan nasional di setiap satuan pendidikan. Supaya satuan

pendidikan dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan

sesuai dengan tujuan pendidikan, maka dibutuhkan suatu kurikulum. Kurikulum

merupakan suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, dan juga

sebagai perangkat tujuan yang akan di capai (Sukmadinata, 2011: 27). Pengertian

kurikulum juga dijabarkan dalam UU No.20 Tahun 2003, kurikulum merupaka

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian

kurikulum diatas (Sukmadinata, 2011; UU No.20 Tahun 2003), maka dengan

adanya kurikulum, sekolah harus mampu menjadi tempat belajarbagi peserta didik

supaya memiliki kompetensi yang benar-benar matang.

Selama Indonesia merdeka, beberapa kali dilakukan pergantian kurikulum,

mulai dari Kurikulum 1947 sampai dengan Kurikulum 2006. Hal tersebut

menunjukan bahwa sektor pendidikan di tanah air belum mampu mengatasi

ketertinggalan bangsa dalam mengikuti kompetensi regional maupun global

(Abdullah, 2007). Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan tengah melakukan implementasi Kurikulum 2013. Banyak pro dan

kontra muncul terhadap implementasi kurikulum ini, namun Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan, Muhammad Nuh menyimpulkan bahwa orang-orang

mempertanyakan Kurikulum 2013 adalah kerena adanya perbedaan cara pandang

atau belum memahami secara utuh konsep kurikulum berbasis kompetensi yang

(23)

Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,

inovatif, dan afetif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang

terintegrasi (Mulyasa, 2013: 65). Kurikulum 2013 perlu dikembangkan, dalam

rangka pemenuhan kebutuhan kompetensi Abad 21, dimana Sumber Daya

Manusia Indonesia yang memasuki usia produktif melimpah. Investasi Sumber

Daya Manusia yang dimiliki bangsa Indonesia ini dapat diperoleh melalui

pendidikan. Pendidikan yang tinggi dapat memperluas pengetahuan masyarakat

dan mempertinggi rasionalitas pemikiran. Melalui pendidikan, masyarakat dapat

mengambil langkah yang rasional dalam bertindak atau mengambil keputusan

(Atmananti, 2005).

Peneliti melakukan wawancara kepada tiga guru kelas IV Sekolah Dasar

yang telah ditunjuk kementrian pendidikan untuk melaksanakan Kurikulum 2013.

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai sejauh mana

pemahaman guru dan pelaksanaan Kurikulum 2013. Hasil wawancara dengan

guru kelas IV SDN Babarsari pada Jumat, 13 September 2013 pukul 09.00-09.15

WIB, diperoleh informasi bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baik.

Guru mengatakan bahwa pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik dan

pengintegrasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran baik bagi

perkembangan siswa. Siswa belajar secara nyata melalui kegiatan-kegiatan

langsung. Guru mengatakan bahwa bahan ajar yang tersedia masih perlu

dikembangkan lagi serta membutuhkan suplemen tambahan. Informasi lain yang

diperoleh adalah materi yang terdapat pada bahan ajar masih dangkal sehingga

(24)

Wawancara kedua dilakukan di SDN Jambusari 02 pada Senin, 16

September 2013 pukul 08.35-08.50 WIB. Guru kelas IV SDN Jambusari 02

mengatakan bahwa belum mampu mengembangkan bahan ajar secara mandiri,

sejauh ini hanya menggunakan buku-buku pelajaran yang sudah ada sebagai

suplemen tambahan. Bahan ajar yang tersedia sudah baik, namun masih ada yang

perlu dikembangkan dan diperbaiki lagi. Wawancara ketiga dilakukan pada guru

kelas IV SD Jampirasa 1 pada Senin, 23 September 2013 pukul 07.30-08.21 WIB.

Pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang tematik,

dimana muatan pelajaran tidak terpisah-pisah karena anak-anak balum akan

mengkonsep dirinya pada satu muatan pelajaran. Pemahaman guru terhadap

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menggunakan pendekatan saintifik,

pendidikan karakter dan penilain otentik. Menurut guru kelas IV SD Jampirasa 01

penilaian dalam Kurikulum 2013 baik, karena mengutamakan proses

pembelajaran, namun banyaknya penelitian yang harus dilaksanakan, guru

membutuhkan waktu lebih banyak untuk menilai masing-masing siswa. Saran

yang disampaikan beliau pada bahan ajar yang sudah ada adalah perbaikan pada

beberapa pengetikan atau penulisan yang salah pada bahan ajar. Guru

membutuhkan suplemen lain untuk mendukuk kelengkapan materi di setiap

muatan pelajarannya. Guru SD Jampirasa 1 memanfaatkan media internet untuk

melengkapi materi-materi yang ada di dalam bahan ajar.

Salah satu komponen penting dalam pembelajaran pada sebuah kurikulum

adalah bahan ajar. Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat,

maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

(25)

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran (Prastowo, 2013: 298). Pemilihan bahan ajar merupakan sesuatu

yang esensial. Bahan ajar yang digunakan guru harus tepat dan informatif untuk

mendukung materi yang sedang diajarkan (Cunningsworth, 1995:1). Terdapat

kriteria pemilihan bahan ajar menurut Cunningsworth (1995:3-4) yang dapat

digunakan sebagai evaluasi bahan ajar. Kriteria tersebut adalah adanya (1) aims

and approaches atau tujuan dan pendekatan, (2) design and organization atau

desain dan pengorganisasian, (3) content atau isi, (4) topic atau topik, dan (5)

methodology atau metodologi.

Pada implementasi Kurikulum 2013, guru melaksanakan pembelajaran

berdasarkan buku panduan guru dan buku panduan siswa yang telah disiapkan

oleh tim pengembang kurikulum (Mulyasa, 2013: 80). Buku pedoman siswa yang

banyak dikenal sebagai Buku Siswa atau bahan ajar, berisi jabaran usaha minimal

yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan

(Kemendikbud, 2013). Buku panduan siswa tersebut masih harus dikembangkan

oleh guru sesuai dengan konteks atau lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, guru

harus dapat memperkaya bahan ajar dengan kreasi dalam bentuk

kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber pada lingkungan sosial dan

alam (Kemendikbud, 2013).

Berdasarkan beberapa hal mengenai bahan ajar dalam Kurikulum 2013

serta hasil wawancara dengan guru kelas IV SD pelaksana Kurikulum 2013,

peneliti akan mengembangkan buku siswa dalam sebuah bahan ajar mengacu

Kurikulum 2013. Pengembangan bahan ajar ini terbatas pada Subtema Pekerjaan

(26)

dikembangkan dalam satu Subtema terdiri dari 6 pembelajaran selama satu

minggu.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013

Subtema Pekerjaan Orangtuaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.2.2 Bagaimana kualitas produk pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulun

2013 Subtema Pekerjaan Orangtuaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu

Kurikulum 2013 Subtema Pekerjaan Orang Tuaku untuk siswa kelas IV

Sekolah Dasar.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan bahan ajar

mengacu Kurikulun 2013 Subtema Pekerjaan Orang Tuaku untuk siswa

kelas IV Sekolah Dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa sebagai calon guru semakin terampil dalam mengolah dan

mengembangkan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas

IV Sekolah Dasar.

(27)

Guru Sekolah Dasar memperoleh dan dapat menggunakan bahan ajar

mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar yang telah

dikembangkan oleh mahasiswa.

1.4.3 Bagi Sekolah

Sekolah dapat memperoleh bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk

siswa Kelas IV Sekolah Dasar yang telah dikembangkan oleh mahasiswa.

1.4.4 Bagi Prodi PGSD

Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk

mengembangkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa

kelas IV Sekolah Dasar.

1.5 Batasan Istilah

1.5.1 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap

tema dan subtema yang terdiri dari unsur; tema, subtema, Kompetensi Inti

(KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, uraian

materi, kegiatan pembelajaran, refleksi, aksi/ tindakan siswa, rangkuman

materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, serta daftar pustaka.

1.5.2 Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang

digunakan di dalam Kurikulum 2013, dimana muatan pembelajaran

menyatu dalam kegiatan aktif dan memberi pengalaman langsung kepada

anak yang dirancang berdasarkan tema/subtema sehingga materi

(28)

1.5.3 Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.

1.5.4 Pendidikan Karakter adalah proses pembelajaran nilai-nilai moral

kehidupan yang ada dalam diri seseorang.

1.5.5 Penilaian Otentik adalah penilaian terhadap aspek sikap spiritual, sikap

sosial, keterampilan dan pengetahuan yang digunakan dalam Kurikulum

2013.

1.5.6 Subtema Pekerjaan Orangtuaku adalah salah satu subtema dalam tema 4:

Berbagai Pekerjaan pada Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah

Dasar.

1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Spesifikasi produk yang akan dihasilakan adalah sebagai berikut:

1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan

pribadi siswa (karakter, keterampilan, dan intelektual) yang nampak dalam

perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.

1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.

1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan

pendekatan sains.

1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.

1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.

(29)

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kurikulum 2013

2.1.1.1Pengertian Kurikulum

Sekolah sebagai sebuah masyarakat kecil yang merupakan sarana bagi

peserta didik untuk melangsungkan pembelajaran yang demokratis dan

menyenangkan (Mulyasa, 2013: 6). Iklim sekolah yang tepat dibutuhkan sebuah

kurikulum yang tepat pula. Konsep kurikulum sebagai sebuah substansi,

kurikulum dipandang sebagai suatu sistem rencana kegiatan belajar bagi

murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin di capai

(Sukmadinata, 2011:27). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu (UU No.20 Tahun 2003). Berdasarkan kedua pengertian

kurikulum (Sukmadinata, 2011; UU No. 20 Tahun 2003) yang telah dijabarkan,

diharapkan dapat menjadi suatu substansi, sistem persekolahan dan suatu bidang

studi yang tepat bagi peserta didik.

Kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun pelajaran

2013/2014.Kurikulum 2013 diberlakukan untuk memenuhi dimensi rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran dan dimensi cara yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Kemendikbud, 2013). Kesuksesan

(30)

koordinasi berbagai pihak. Pihak sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah,

baik di dalam merencanakan, melaksanakan, meupum mengevaluasi serta

pengawasannya diharapkan dapat saling terkait (Mulyasa, 2013: 12)

2.1.1.2Faktor-Farktor Pengembangan Kurikulum 2013

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dilakukannya pengembangan

kurikulum baru Kurikulum 2013. Berikut ini faktor-faktor pengembangan

Kurikulum 2013 seperti yang dijabarkan Kemendikbud (2013: 1-3):

1. Tantangan Internal

Tantangan internal yang dimaksud adalah kondisi pendidikan dan

perkembangan penduduk Indonesia. Kondisi pendidikan dikaitkan dengan adanya

Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari (1) standar isi, (2) standar proses,

(3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)

standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiyaan, dan

(8) standar penilaian pendidikan. Perkembangan penduduk Indonesia berkaitan

dengan melimpahnya Sumber Daya Manusia. Tantangan besarnya adalah

bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang

melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang

memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi

beban.

2. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan dan

pengembangan kurikulum adalah antara lain arus globalisasi dan berbagai isu.

(31)

kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat

internasional.

3. Penyempurnaan Pola Pikir

Ada beberapa pola pikir yang disempurnakan dalam Kurikulum 2013 ini,

yaitu: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru diubah menjadi

pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki

pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang

sama. (2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) pembelajaran

interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam-sumber/

media lain). (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring

(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat

dihubingi dan diperoleh melalui internet). (4) pola pembelajaran pasif menjadi

pembelajaran aktif ( pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan

model pembelajaran pendekatan sain). (5) pola belajar sendiri menjadi belajar

kelompok (berbasis tim), (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi

pembelajaran berbasis alat multimedia. (7) pola pembelajaran berbasis massal

menjadi kebutuhan pelanggan (user) dengan memperkuat pengembangan potensi

khusus yang dimiliki setiap peserta didik. (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan

tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak

(multidiscipline), dan (9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum

Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola yang sesuai dengan

kurikulum satuan pendidikan. Penguatan tata kelola yang dilakukan adalah (1) tata

(32)

penguatan menajemen sekolah melalui penguatan kemampuan menejemen kepala

sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader), dan (3) penguatan

sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.

5. Penguatan Materi

Penguatan mateti dilakukan dengan memperdalam materi yang sesuai

dengan kebutuhan peserta didik.

2.1.1.3Karakteristik Kurikulum 2013

Kemendikbud (2013: 3-4) menerangkan karakteristik Kurikulum 2013

adalah (1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual

dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual

dan psikomotor, (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan

pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang

dipelajari di sekolah kemasyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber

belajar, (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat, (4) memberi

waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,

dan keterampilan, (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas

yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar muatan pelajaran, (6)

kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing element)

kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran

dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi

(33)

saling memperkuat, dan memperkaya antar muatan pelajaran dan jenjang

pendidikan.

2.1.1.4Tujuan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013:

4).

2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran yang dilaksanakan di setiap satuan pendidikan, diharap

memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,

pengayaan, atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan

kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan

peserta didik dimana terdapat dimensi ke Tuhanan, keindividualan, kesosialan,

dan moral. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif,

pemersatunya adalah tema. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan Tematik

Terpadu, dimana pembelajaran dirangkai dan dipadukan menggunakan tema

(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan istilah Tematik Integratif yang sama artinya dengan Tematik

(34)

2.1.2.1Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif

Dalam menerapkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik

integratif, guru perlu manampilkan karakteristik tematik integratif untuk

membedakan dengan pembelajaran lain. Hajar (2013: 43-56), menerangkan

bahwa karakteristik pendekatan Tematik Integratif adalah: (1) pembelajaran

berpusat pada peserta didik, (2) kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman

langsung pada para peserta didik, (3) guru tidak memisahkan antar muatan

pelajaran secara jelas, (4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai materi

pelajaran dengan tujuan supaya pemahaman para peserta didik terhadap materi

pelajaran tidak parsial atau sepotong-potong. (5) fleksibel, yang berarti ada

keterkaitan antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya, (6) hasil

pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, dimana guru

harus memberi kesempatan seluas-luasnya kapada peserta didik untuk

memaksimalkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki, dan menyesuaikan

kegiatan pembelajaran dengan minat dan kebutuhan para peserta didik. (7)

Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, (8)

mengembangkan komunikasi peserta didik, (9) mengembangkan kemampuan

metakognisi peserta didik, (10) dan lebih menekankan proses daripada hasil.

Trianto (2007: 13-15) juga menerangkan bahwa dalam pembelajaran

tematik integratif sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik.

Karakteristik tersebut yaitu: (1) holistik, yang berarti bahwa pembelajaran

terintegrasi memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari

segala sisi, (2) bermakna, terbentuknya jalinan antar konsep, yang dapat peserta

(35)

siswa memahami suatu hal dari kegiatan atau pengalaman yang dialami sendiri,

(4) dan aktif, pembelajaran tematik integratif menekankan keaktifan siswa dalam

pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional supaya

pembelajaran optimal. Trianto (2007: 11) juga menerangkan bahwa tahap

perkembangan anak adalah dunia nyata sehingga dimulai dari hal nyata, yang

dapat guru kemas dalam sebuah tema pembelajaran.

Selain kedua tokoh diatas (Hajar, 2013 & Trianto, 2007), Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menjelaskan beberapa karakteristik

pendekatan Tematik Integratif yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, yaitu:

pembelajaran berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung

pada peserta didik, pemisahan antara muatan pelajaran tidak begitu jelas atau

menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan, menyajikan konsep dari

berbagai muatan pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat luwes atau

adanya keterpaduan antar muatan pelajaran, serta hesil pembelajaran dapat

berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak melalui penilaian proses

dan hasil belajarnya.

Dari ketiga karakteristik yang telah dijelaskan oleh tokoh diatas (Hajar,

2013, Triyanto, 2007 &Kemendikbud, 2013) dapat disimpulkan bahwa

karakteristik pendekatan tematik integratif antara lain: (1) pelajaran berpusat pada

peserta didik, (2) pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada peserta

didik sehingga materi yang diterima otentik dari lingkungan yang nyata, dan

bersifat holistik, karena peserta didik memahami suatu hal secara menyeluruh, (3)

pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu nampak jelas, dimana

(36)

pembelajaran yang satu dengan yang lain saling terkait melalui konsep-konsep

yang sesuai, (5) bersifat luwes atau fleksibel, dimana kegiatan pembelajaran yang

dirancang oleh guru tidak kaku, (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai

dengan minat dan kebutuhan peserta didik melalui penilaian proses dan hasil

belajar, (7) pembelajaran menuntut siswa aktif melalui kegiatan belajar sambil

bermain, serta (8) pembelajaran yang dirancang sebaiknya mengembangkan

komunikasi dan kemampuan metakognisi peserta didik.

2.1.2.2Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif

Pembelajaran tematik integratif dalam Kurikulum 2013 berfungsi untuk

memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami

konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat

belajar peserta didik, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang

kontekstual dan bermakna bagi peserta didik (Kemendikbud, 2013). Selain fungsi

pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 8) menjelaskan tujuan pembelajaran tematik

integratif. Tujuan dari pendekatan tematik integratif adalah:

1. Mudah memutuskan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan

pelajaran dalam tema yang sama.

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan

berkesan.

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan

(37)

5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi

nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran

lain.

6. Lebih terasa manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam

konteks tema yang jelas.

7. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan pelajaran yang disajikan secara

terintegrasi dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3

pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan

menggunakan sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

2.1.2.3Model-Model Pendekatan Integratif

Dilihat dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit

tematiknya, menurut Forgarty (1991) dalam Hernawan, Resmini, & Andayani

(2007) & Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) terdapat sepuluh model

dalam merencanakan pembelajaran. Kesepuluh model tersebut adalah model

penggalan, model keterhubungan, model sarang, model urutan, model bagian,

model jaring laba-laba, model galur, model terpadu, model celupan, dan model

jaringan. Model yang pertama adalah model penggalan (Fragmented), model ini

ditandai oleh ciri pemanduan yang hanya terbatas pada satu muatan pelajaran saja.

Dalam pembelajaran butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah

pada waktu yang berbeda-beda.

(38)

pelajaran tertentu. Ketiga,model sarang (nested), ini merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan

pembelajaran. Keempat, model urutan (sequenced), merupakan model pemaduan

topik-topik antar muatan pelajaran yang berbeda secara paralel. Topik-topik

tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi waktu yang sama.

Kelima, model bagian (shared), merupakan model pemanduan pembelajaran

akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua muatan pelajaran atau lebih.

Keenam, model jaring laba-laba (webbed), model ini paling popiler, dan paling banyak digunakan. Model ini bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu

bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema dapat mengkaitkan kegiatan

pembelajaran baik dalam muatan pelajaran maupun lintas muatan pelajaran.

Ketujuh,model galur (threaded), ini merupakan model pemaduan bentuk

keterampilan. Bentuk ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.

Kedelapan, model terpadu (integrated), merupakan pemaduan sejumlah topik dari muatan pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik

tertentu. Kesembilan, model celupan (immersed), model ini dirancang untuk

membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman

dan pengetahuan dihubungkan dengan situasi pemakaiannya. Kesepuluh, model

jaringan (networked), ini merupakan model pemaduan pembelajaran yang

mengandaikan kemungkinan pengubahan konsep maupun tuntutan bentuk

keterampilan baru.

Bahan ajar sebagai produk pengembangan dalam penelitian yang

mengacu Kurikulum 2013 ini menggunakan model webbed. Dimana muatan

(39)

masing-masing muatan pelajaran disatukan dalam sebuah tema. Di dalam

Kurikulum 2013, kelas IV terdiri dari sembilan tema, yang terbagi dalam dua

semester.

2.1.2.4Tahap-Tahap Pendekatan Tematik Integratif

Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan tematik

integratif, perlu mengetahui bagaimana tahap-tahap merancang pembelajaran

dengan pendekatan tematik integratif. Rencana kegiatan pembelajaran yang akan

dibuat harus benar-benar matang karena dapat mempengaruhi hasil belajar peserta

didik. Menurut Hajar (2013: 59-80), ada beberapa tahap yang sebaiknya

diperhatikan dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik

integratif, diantaranya adalah memilih tema pelajaran, mengorganisasikan tema

menggunakan jaring-jaring topik, mengumpulkan bahan atau sumber belajar,

mendesain kegiatan pembelajaran, kemudian implementasi pembelajaran.

Tema dapat ditentukan oleh pembuat kebijakan, guru atau ditetapkan

bersama oleh guru dan peserta didik (Kemendikbud, 2013). Memilih tema

pelajaran tidak sembarangan, sebaiknya memperhatikan topik-topik dalam

kurikulum, isu-isu faktual yang menarik bagi peserta didik, berdasarkan

masalah-masalah yang dialami atau ada di lingkungan peserta didik, berdasarkan

peristiwa-peristiwa khusus yang diadakan di sekolah, serta minat atau kesukaan peserta

didik (Hajar, 2013: 58-60). Di dalam Kurikulum 2013, tema telah ditentukan oleh

Tim Penyusun Kurikulum Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Tema

(40)

Sumber belajar yang akan digunakan guru dalam pembelajaran yang

menggunakan pendekatan tematik integratif berbeda dengan pembelajaran lain

yang hanya menggunakan buku paket sebagai bahan. Sumber yang dapat guru

pergunakan antara lain media masa cetak, sumber visual, literature, atau artefak

(Hajar, 2013: 74-75). Sumber-sumber tersebut bisa yang sudah dikenal oleh

peserta didik maupun yang belum. Dari penggunaan sumber belajar yang

beraneka ragam, pengetahuan dan pengalaman peserta didik akan lebih kaya.

2.1.3 Pendekatan Saintifik

Pembelajaran yang terjadi di kelas, menekankan pada perkembangan

sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Para ilmuan, lebih

mengedepankan penalaran induktif dari pada penalaran deduktif. Penalaran

induktif adalah, cara pikir dengan memandang fenomena atau situasi spesifik

untuk kemudian menarik simpulan secara menyeluruh. Sedangkan, penalaran

deduktif adalah cara pikir dengan memandang fenomena atau situasi yang umum

yang kemudian menarik kesimpulan yang lebih spesifik. Proses pembelajaran

dalam Kurikulum 2013 menitik beratkan pada esensi pendekatan saintifik

(Kemendikbud, 2013).

2.1.2.1Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik, perlu memiliki

kriteria tertentu yang membedakan dengan pembelajaran lain. Ada beberapa

kriteria yang ada pada pendekatan saintifik, antara lain: muatan pembelajaran

(41)

penalaran, penjelasan guru, respon peserta didik dan interaksi antara guru dan

peserta didik terbebas dari pemikiran subjektif, mendorong peserta didik untuk

berpikir kritis. Kriteria yang selanjutnya yakni, mendorong dan menginspirasi

peserta didik untuk berpikir hipotetik, mendorong dan menginspirasi peserta didik

untuk memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir rasional serta

objektif, pembelajaran berdasarkan pada konsep, teori, dan fakta empiris yang

dapat dipertanggung jawabkan, dan yang terakhir yakni tujuan pembelajaran

dirumuskan secara sederhana, jelas dan sistem penyajiannya menarik

(Kemendikbud, 2013).

2.1.2.2Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif

Pembelajaran pendekatan saintifik memiliki lima langkah pembelajaran,

yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan

mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Muatan pelajaran dalam

pembelajaran yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh karena itu

langkah-langkah tersebut tidak selalu harus ada pada setiap pembelajaran atau setiap

muatan pembelajaran. Berikut ini ulasan mengenai kelima langkah pembelajaran

tematik integratif dengan pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013).

1. Mengamati

Kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebaiknya memberi

makna bagi para peserta didik. Metode mengamati memiliki keunggulan tertentu

bagi peserta didik, seperti menyajikan media objek secara nyata sehingga peserta

didik senang dan tertantang. Oleh karena itu rasa ingin tahu pada masing-masing

(42)

dalam beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah (1) menentukan objek

yang akan diamati, (2) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan objek yang

akan diamati, (3) menentukan secara jelas data-data yang perlu diamati, (4)

menentukan tempat pelaksanaan pengamatan, (5) menentukan cara yang tepat dan

jelas supaya pengamatan berjalan lancar, dan (6) menentukan cara yang

digunakan untuk mencatat data pengamatan.

Kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran pasti

melibatkan siswa. Selain langkah-langkah pengamatan, guru perlu menentukan

bentuk pengamatan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Ada tiga bentuk

keterlibatan peserta didik dalam melakukan pengamatan. Pertama, pengamatan

biasa. Pada pengamatan ini peserta didik sebagai subjek pengamatan, dimana

peserta didik tidak melibatkan diri dengan objek pengamatan. Kedua,pengamatan

terkendali. Sama seperti pengamatan biasa namun dalam pengamatan ini objek

pengamatan ditempatkan pada ruangan khusus yang telah dikendalikan, sehingga

termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen. Ketiga, pengamatan partisipatif,

pada pengamatan model ini, peserta didik terlibat secara langsung dengan objek

yang diamati (Kemendikbud, 2013).

Selain bentuk-bentuk pengamatan, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan oleh guru dan peserta didik. Cermat, objektif dan jujur serta fokus

pada objek yang diamati, untuk kepentingan pembelajaran. Homogenitas atau

heterogenitas subjek, objek atau situasi yang diamati. Guru dan peserta didik perlu

memahami apa yang hendak dilakukan untuk membuat catatan atau hasil

(43)

2. Menanya

Pembelajaran di kelas maupun di luar kelas tidak lepas dari kegiatan

bertanya. Kemendikbud (2013), menerangkan ada beberapa fungsi bertanya.

Fungsi bertanya antara lain, membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian

peserta didik terhadap suatu pembelajaran, mendorong dan menginspirasi peserta

didik untuk belajar mengembangkan pertanyaan yang dibuat dari dan untuk

dirinya sendiri, mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, membangkitkan

keterampilan peserta didik dalam bidang komunikasi, mendorong partisipasi

peserta didik dalam kegiatan kelompok, mendorong sikap keterbukaan untuk

menerima dan memberi masukan atau gagasan pada orang lain, dan melatih

kesantunan dalam berbicara.

Kegiatan bertanya di dalam pembelajaran, harus memiliki tujuan yang

jelas. Ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik, diantaranya adalah pertanyaan

harus singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probling

atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta

didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan

kognitif, dan merangsang proses interaksi (Kemendikbud, 2013).

3. Mengumpulkan Informasi

Mengumpulkan informasi merupakan salah satu tindak lanjut dari kegiatan

bertanya. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber

yang ada di lingkungan melalui berbagai cara. Melalui kegiatan ini peserta didik

dilatih untuk menghubungkan antara informasi yang satu dengan yang lainnya.

(44)

yang lain, diharapkan peserta didik mampu membuat kesimpulan dari hal yang

diamati atau dipertanyakan (Kemendikbud, 2013).

4. Mengasosiasikan

Maksud dari mengasosiasikan dapat diartikan dengan mengolah informasi.

Informasi-informasi yang telah peserta didik temukan selanjutnya akan diolah

untuk mendapatkan kesimpulan. Pengertian lain, mengasosiasikan adalah

menautkan sesuatu pada barang lain atau orang (KBBI, 2008: 94). Pengolahan

informasi dapat berupa menambah sampai mengolah informasi yang bersifat

mencari solusi berdasarkan sumber-sumber yang ada (Kemendikbud, 2013). Dari

pengertian mengasosiasikan tersebut (KBBI, 2008 & Kemendikbud, 2013) dapat

disimpulkan bahwa mengasosiasikan merupakan kegiatan mengolah dan

mengaplikasikan suatu materi pelajaran terhadap suatu permasalahan.

5. Mengkomunikasikan

Banyak hal yang telah peserta didik peroleh dari kegiatan mengamati,

bertanya, mencari informasi dan mengolah informasi yang ada. Kegiatan-kegiatan

yang telah dilalui peserta didik sebaiknya diceritakan atau dituliskan sebagai

bentuk komunikasi. Peserta didik perlu dibiasakan mengemukakan pendapat atau

mengkomunikasikan hasil belajarnya (Kemendikbud, 2013).

2.1.4 Penilaian Otentik

2.1.3.1Hakikat Penilaian Otentik

Di dalam dunia pendidikan, kita sering mendengar istilah penilaian.

Menurut Arikunto (2012: 3), penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan

(45)

penilaian dilakukan setelah dilakukan pengukuran. Mengukur adalah

membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran (Arikunto, 2012: 3).

Penilaian otentik digunakan untuk mengetahui proses dan hasil belajar

peserta didik. Penilaian otentik menitik beratkan pada kemampuan peserta didik

untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna

(Nurgiyantoro, 2011: 23). Penilaian tidak hanya menekankan pada pengetahuan

yang dimiliki peserta didik, namun juga untuk mengetahui bagaimana kinerja

serta sikap dari masing-masing peserta didik.

2.1.3.2Karakteristik Penilaian Otentik

Dilaksanakannya implementasi Kurikulum 2013, Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan (2013) menyusun panduan teknis penilaian di Sekolah Dasar.

Penilaian dalam Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik (Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, 5). Pertama,belajar tuntas. Pandangan yang

digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat mencapai kompetensi

yang ditentukan, asalkan peserta didik mendapat bantuan yang tepat dan diberi

waktu sesuai kebutuhan.

Kedua, otentik. Penilaian otentik mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Penilaian menggunakan berbagai cara dan kriteria yang

menyeluruh. Di dalam penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui

peserta didik nemun lebih mengutamakan mengukur apa yang dapat dilakukan

oleh peserta didik. Ketiga, berkesinambungan. Yang dimaksud dengan penilaian

berkesinambungan adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan

(46)

Keempat, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek,

pengamatan, maupun penilaian diri. Kelima, berdasarkan acuan kriteria.

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya atau siswa

lain di dalam kelasnya namun dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.

Kriteria tersebut misalnya KKM. Dengan adanya kriteria, guru dapat segera

mengetahui peserta didik mana yang belum dapat menguasai materi atau

kemampuan tertentu.

2.1.3.3Macam-Macam Penilaian Otentik

Ada banyak tugas dan kegiatan penilaian yang dapat dikelompokkan

kedalam penilaian otentik. Menurut Nurgiyantoro (2011: 34-38) ada enam jenis

penilaian otentik. (1) Penilaian Kinerja. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk

menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan sebagaimana

ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. (2) Wawancara lisan.

Dalam penilaian ini terjadi tanya jawab antara pihak yang diwawancarai yakni

peserta didik dengan pewawancara atau guru. Di dalam penilaian ini, ketepatan

atau kejelasan informasi yang disampaikan.

(3) Pertanyaan terbuka. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan

pertanyaan atau tugas pada peserta didik. Pertanyaan yang diberikan pada peserta

didik harus dibatasi supaya jawaban yang dilontarkan peserta didik sesuai dengan

pertanyaan. (4) Menceritakan kembali teks atau cerita. Penilaian ini untuk

(47)

Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang

dikumpulkan secara sengaja, terencana, dan sistematik yang kemudian dianalisis

secara cermat untuk menunjukkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik

setiap waktu. (6) Proyek. Proyek merupakan bentuk penugasan yang

menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok dalam kaitanya

dengan penilaian hasil pembelajaran. Hasil kerja akhir suatu proyek dapat berupa

laporan.

2.1.5 Pendidikan Karakter

2.1.4.1Hakikat Pendidikan Karakter

1. Pendidikan

Banyak persoalan yang kita jumpai di bidang pendidikan. Dalam bagian

ini akan digali mengenai hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan, dimana akan

menjadi dasar bagi pendidikan karakter. Dari asal-usul katanya pendidikan

diartikan sebagai sebuah proses menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan,

dan menata diri seseorang seperti yang disimpulkan oleh Koesoema (2007:53).

Selain itu pendidikan juga merupakan proses pengembangan potensi diri

seseorang (Koesoema,2007:53). Sama seperti yang diutarakan Koesoema (2007)

pendidikan dalam UU No. 20 tahun 3003 merupakan usaha membimbing diri

seseorang supaya tertata dan berkembang menjadi individu yang berkompeten dan

beraklak.

Berbagai usaha telah ditempuh setiap satuan pendidikan untuk

mencerdaskan siswanya baik dalam bidang akademik maupun nonakademik.

(48)

diupayakan pemerintah untuk dapat dipelajari di sekolah supaya tujuan sistem

pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3

mengenai fungsi pendidikan nasional yang mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab (UU No. 20 tahun 2003 pasal 3), jadi tujuan akhir dari pendidikan bukan

hanya sekedar gelar pendidikan atau keahlian para peserta didik akan tetapi

nilai-nilai hati nurani yang terasah baik.

2. Karakter

Sering kita dengar kata karakter dalam dunia pendidikan dan kehidupan

bermasyarakat. Karakter dipahami sebagai nilai-nilai universal perilaku manusia

yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan,

diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam

pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan, berdasarkan norma-norma

agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Suyadi, 2013:5-6). Sama

seperti yang diungkapkan Lickona (2012:81) Karakter merupakan nilai dalam

tindakan seseorang. Nilai atau tindakan yang ada pada diri seseorang tersebut bisa

baik atau buruk.

Baik buruknya tindakan seseorang bisa saja dikatakan sebagai bawaan

lahir yang sudah melekat sejak awal. Tindakan baik yang sudah melekat pada diri

(49)

dianggap buruk yang sebaiknya diperbaiki. Usaha-usaha yang ditempuh

pemerintah dalam dunia pendidikan banyak salah satunya memasukkan karakter

dalam proses pembelajaran di sekolah sehingga diharapkan siswa memiliki

kepribadian yang baik, sesuai ungkapan Koesoema (2007:80) bahwa karakter erat

kaitannya dengan kepribadian seseorang.

2.1.4.2Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar

Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana

dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukan dalam

kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013:6) Tujuan pendidikan karakter adalah

terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap atau nilai

hidup yang dimilikinya. Jadi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan

pendidikan nilai (Adisusilo, 2012:78)

Banyak permasalahan siswa yang terjadi di lingkungan keluarga dan

masyarakat. Sekolah harus pintar membuat suatu perubahan. Lickona (2012:55)

sekolah harus bekerja lebih keras dalam menyikapi perubahan yang terjadi di

dalam keluarga yang mempengaruhi beban sekolah sebagai media pendidik

moral.Keluarga dan sekolah harus mau bekerjasama dalam terlaksananya

pendidikan karakter. Akan lebih baik jika siswa selalu mendapatkan pendidikan

karakter di keluarga saat mereka ada di rumah bersama orang tua, dan di sekolah

saat mereka ada di sekolah. Ketika dirumah siswa pun harus mendapat teladan

dari orang tua bagaimana mereka sebaiknya bersosialisasi dengan lingkungan

masyarakat di sekitar rumah, dengan tetangga dan teman di rumah misalnya. Jika

(50)

yang telah dimiliki akan luntur karena tidak mendapat dukungan dari keluarga

yang pada dasarnya sebagai tumpuan siswa berkembang. Pendidikan karakter bisa

dikatakan penting. Pendidikan karakter penting, karena memiliki empat alasan

(Maksudin, 2013: 52). Pertama, karakter adalah bagian esensial manusia, oleh

karena itu harus didikkan. Kedua, saat ini karakter generasi muda bahkan juga

orang tua merosot keberadaannya. Ketiga, terjadi detolisasi kehidupan yang

diukur dengan uang. Keempat, karakter merupakan salah satu bagian manusia

yang menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan bangsa.

Lalu bagaimana kaitannya antara pendidikan karakter di sekolah dengan

moral, nilai, agama, dan kewarganegaraan yang ada di sekolah? Dalam hal ini

Koesoema (2012:205) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter yang ada di

sekolah menyaratkan adanya pendidikan moral, pendidikan agama dan kesadaran

akan nilai-nilai religius. Nilai-nilai moral yang ada dalam pendidikan agama

sebaiknya tumbuh bersamaan dengan nilai-nilai kebangsaan sehingga terjalin

kesatuan masyarakat yang dapat mendukung perkembangan individu dalam

mengembangkan kehidupan sosial. Upaya pemerintah dalam menerapkan

pembelajaran pendidikan karakter di sekolah sudah ada, hal tersebut nampak pada

UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

menyebutkan “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa,...” Kata watak yang ada dalam undang-undang

tersebut didukung dengan adanya komponen pengembangan diri dalam struktur

kurikulum yang biasanya terdapat pembiasaan diri siswa di sekolah (Kurikulum,

(51)

2.1.6 Pemilihan Bahan Ajar

Salah satu komponen penting dalam pembelajaran pada sebuah kurikulum

adalah bahan ajar. Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat,

maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dikuasai siswa dan akan digunakan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran (Prastowo, 2013: 298). Pemilihan bahan ajar merupakan sesuatu

yang esensial. Bahan ajar yang digunakan guru harus tepat dan informatif untuk

mendukung materi yang sedang diajarkan (Cunningsworth, 1995:1). Terdapat

kriteria pemilihan bahan ajar menurut Cunningsworth (1995:3-4) yang dapat

digunakan sebagai evaluasi bahan ajar. Kriteria tersebut adalah adanya (1) aims

and approaches atau tujuan dan pendekatan, (2) design and organization atau

desain dan pengorganisasian, (3) content atau isi, (4) topic atau topik, dan (5)

methodology atau metodologi.

2.1.7 Model Pengembangan Bahan Ajar

Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan

belajar mengajar di kelas. Pembuatan bahan ajar disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, oleh karena itu dalam menyusun suatu bahan

ajar dibutuhkan suatu model pengembangan bahan ajar yang dikembangkan

berdasarkan langkah-langkah penyusunannya. Model pengembangan bahan ajar

menurut Jerrold E. Kemp yang telah direvisi, merupakan pengembangan yang

kontinum (Trianto, 2009: 179). Tiap langkah pengembangan berhubungan

(52)

Identifikasi Masalah

Pembelajaran

Analisis Siswa

Pelayanan Pendukung

Pemilihan Media atau Sumber Belajar

Strategi Pembelajaran

Analisis Tugas

Merumuskan Indikator

Penyusunan Instrumen Evaluasi Revisi Perangkat

Pembelajaran

Evaluasi Formatif

Rev

isi

Rev

isi

Evaluasi Formatif

dari titik manapun dalam siklus. Berikut ini model pengembangan bahan ajar yang

digunakan dalam penelitian ini:

Bagan 2.1 Model Pengembangan Bahan Ajar milik Jerrold E. Kemp (Trianto, 2009: 179)

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran(Instructional Problems)

Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan antara tujuan

kurikulum dengan fakta yang berlaku di lapangan saat ini baik yang menyengkut

model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk

mencapai pembelajaran (Trianto, 2009: 180). Indikasi adanya sebuah masalah

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Pertanyaan Wawancara Survei Kebutuhan  ..........................  54
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima
Tabel 3.3 Kriteria Skor Skala Lima
+7

Referensi

Dokumen terkait

nya, jika kita punya sebuah bilangan nya, jika kita punya sebuah bilangan komposit (yang merupakan hasil kali komposit (yang merupakan hasil kali dari sejumlah bilangan prima),

Pemegang Saham dengan Kepemilikan < 5% Shares Ownership < 5% Bulan ini This Month Total sampai dengan Bulan ini Total up to this Month Dasar (Jumlah Saham)

Penerapan augmented reality pada buku media pembelajaran ini dilakukan dengan menggunakan software ARToolKit untuk menampilkan produk tiga dimensi (3D) alat transportasi

Program simulasi yang digunakan dalam menganalisis titik kritis dalam penelitian ini telah divalidasi melalui pengujian langsung pada kapal serupa yaitu KMP Sangke Palangga

Pengguna semakin mudah untuk mengingat, pertama dengan adanya kartu murojaah yang berisi potongan awal kata dalam satu ayat sehingga pengguna dapat terbantu saat

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tanaman inang yaitu tomat dan cabai dapat bersimbiosis dengan CMA yang ditandai dengan adanya kolonisasi pada masing-masing akar, berupa

Uji alat ukur dilakukan di Jakarta dan di Bantul, untuk uji alat ukur Ridha akan Takdir dilakukan kepada 10 kawan di Jakarta yang sepengetahuan penulis merupakan orang yang

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara jumlah pengangguran terhadap penduduk angkatan kerja. TPT Kalimantan Selatan keadaan Februari 2012 adalah 3,91