i
PENGEMBANGAN BAHAN AJARMENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA PEKERJAAN ORANG TUAKU UNTUK SISWA
KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Fransiska Dhean Meilani
NIM: 101134045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJARMENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA PEKERJAAN ORANG TUAKU UNTUK SISWA
KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Fransiska Dhean Meilani
NIM: 101134045
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini aku persembahkan untuk: TUHAN YESUS KRISTUS
“ Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena
nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah
yang menghibur aku.”
(Mazmur 23: 3-4)
Bapak dan Ibuku tercinta
Bapak Antonius Tugi dan Ibu Bernadheta Sumartini yang selalu mendukung, mendoakan, dan mempercayaiku.
Adikku tercinta Vinsensius Dean Subekti yang selalu memberi keceriaan dan semangat
Simbah Topawiro tercinta
Yang sealalu memberi semangat untuk selalu belajar. Keluarga besar Mentoikromo
Mbokde Tempe, Mbokde Duwur, Mbokde Ndek, Pakde Tokol, Pakde Sir Mba Nining, Mba Eli, Mas Aji, Mas Samsul, Sekar, Gayuh, Nada dan Febi
Mas Andi “Tuyul” Gunawan
yang selalu memberi semangat, mendukung dan menghibur waktu sedih, terimakasih atas cinta dan sayang yang telah diberikan.
Keluarga besar Padepokan Tari Giyan Laksita Bapak Agus Santoso, Ibu Waryanti, Mba Agi, Dek Bondan
Sahabat Grisadha
Mas Agus, Diana, Siska, Mei, Aya, Dike, Desi, Mba Lukita, Tiara, dan Mas Heru Sahabat Kost Barada
Afi, Melisa, Delly, Mba Galih, Metta, Clara, Mba Gendiz, Mba Ratna & semua. Sahabat kelas B PGSD USD angkatan 2010
yang selalu saling memberikan semangat untuk belajar bersama terima kasih atas semangat, perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang kalian
berikan.
Sahabat Robertus Widianto terimakasih atas bantuan dan waktu yang diberikan
v
MOTTO
Gusti Mboten Sare
Semua indah pada waktunya
Ajining diri ana ing lathi
Ajining raga ana ing busana
Kembangkan Kreatifitas
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN BAHAN AJARMENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA PEKERJAAN ORANG TUAKU UNTUK SISWA
KELAS IV SEKOLAH DASAR
Fransiska Dhean Meilani Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 Subtema Pekerjaan Orang Tuaku untuk siswa Kelas IV Sekolah Dasar, dan (2) untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan bahan ajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Penelitian ini menggunakan prosedur pengembangan hasil modifikasi langkah-langkah Kemp dengan langkah-langkah Borg dan Gall. Prosedur penelitian ini terdiri dari 7 langkah yaitu, (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) perbaikan desain, (6) uji coba desain, dan (7) perbaikan desain, hingga menghasilkan desain akhir berupa bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 Subtema Pekerjaan Orang Tuaku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Uji coba produk dilakukan pada 10 siswa kelas IV SDN Jambusari 02 tahun pelajaran 2013/ 2014 dan dilaksanakan pada bulan April 2014. Instrumen yang digunakan adalah pedoman wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk mengetahui kebutuhan awal guru akan bahan ajar, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar kurikulum, dua guru kelas IV SD yang telah melaksanakan Kurikulum 2013 dan 10 siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Hasil penelitian ini merupakan hasil validasi pakar kurikulum, dua guru kelas IV SD yang telah melaksanakan Kurikulum 2013, dan uji coba lapangan di SDN Jambusari 02. Skor yang didapat dari pakar kurikulum adalah 4,46, guru kelas IV SD I 4,14, guru kelas IV SD II 4,62, dan uji coba lapangan pada 10 siswa kelas IV SD adalah 4,7. Berdasarkan skor-skor tersebur diperoleh skor rata-rata
4,48 dengan kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Dengan demikian bahan ajar layak digunakan untuk pembelajaran siswa kelas IV Sekolah Dasar mengacu Kurikulum 2013.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF TEACHING MATERIALS BASED
ON CURRICULUM 2013 SUBTHEME
“PEKERJAAN ORANG
TUAKU” FOR 4
THGRADE OF ELEMENTARY SCHOOL
STUDENTS.
Fransiska Dhean Meilani Universitas Sanata Dharma
2014
This reseach begins from the teacher’s needed about teaching materials
besed on Curriculum 2013. This reseach aims to (1) describe procedures of development of teaching materials based on Curriculum 2013 Subtheme
“Pekerjaan Orang Tuaku” for 4th Grade of Elementary School, and (2) describe the product qualify of teaching materials development.
The type of this research is kind of Reseach and Development (R&D). this reseach uses the development procedure of modified result by Kamp and Bord & Gall. The procedure of this research consists of 7 steps, they are: (1) analizing potential and issue, (2) colecting data, (3) designing product (prototipe), (4) making validation, (5) designing revision, (6) making an experiment of the design, and (7) designing revision, until produce a final product design in a form of
teaching materials based on Curriculum 2013 with the Subtheme “Pekerjaan Orang Tuaku” for 4th Grade of Elementary School Students. Subjects in the trial
design are 10 students of 4th grade in Jambusari 02 Elementary School that was
done on April in the second semester of 2013/ 2014 academic year. Instrument in this research are intervews and quesionnarires. Intervews are used to analyze the needed of teaching materials, whilh the quesionnarires are used to validate the
quality of teaching materials by the curriculum expert, two teacheres in 4th grade
Elementary School, and 10 students in 4th grade of Elementary School.
The result of this research is the result of validation expert and trial in Jambusari 02 Elementary School. The score that is obtained from the expert curriculum is 4,46, the first teacher gets 4,14, the second teacher gets 4,62, and the
trial toward 10 students in 4th grade of Elementary School gets 4,7. Based on that
score, the reseacher’ obtains the score average is about 4,48, that belongs to “very good” category. This result is observed based on some criteria: (1) aim and approach, (2) design and organizing, (3) contain, (4) topic, and (5) methodology. Therefore, the teaching materials are proper to be used in a learning activity based
on Curriculum 2013 for 4th Grade Elementary School Students.
Keywords : method of development reseach, teaching materials, curriculum
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM 2013
SUBTEMA PEKERJAAN ORANG TUAKU UNTUK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR” sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini disusun
demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di
Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dorongan, perhatian
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin
penelitian.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selakuk Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan dorongan, motivasi, dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang
dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
xi
5. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd., Selaku dosen penguji, terimakasih atas
saran dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Para dosen dan staf PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang
telah diberikan.
7. Bapak Rusmawan, S.Pd., M.Pd., Bapak Rasimin, S.Pd., M.Pd., dan
Bapak Sujarno Hadi Saputro, S.Pd yang telah meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk bersedia menjadi validator dalam penelitian dan
pengembangan ini.
8. Ibu Eni Amborowati, S.Pd., selaku kepala SDN Jambusari 02 yang telah
memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.
9. Bapak Rasimin, S.Pd., M.Pd., selaku guru kelas IV SDN Jambusari 02
yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
10. Siswa-siswa kelas IV SDN Jambusari 02 yang dapat bekerja sama dalam
pelaksanaan penelitian.
11. Orang tuaku yang terkasih, Bapak Antonius Tugi dan Ibu Bernadheta
Sumartini, Adikku Vinsensius Dean Subekti, Simbah Topawiro, serta
keluarga besar Mentoikromo yang telah memberikan dukungan,
kepercayaan dan kasih sayang.
12. Andi Gunawan, terimakasih atas sayang, cinta, dukungan, perhatian dan
semangat yang selalu diberikan.
13. Sahabat-sahabatku: Mas Agus, Diana, Siska, Mba Mei, Desi, Aya, Dike,
xii
Dian, Mas Galih, Mas Kechup, terimakasih atas bantuan, perhatian dan
motivasi yang kalian berikan, kalian luar biasa.
14. Teman-teman seperjuanganku: Tika, Beni, Ima, Fajar, Elita, Een, Elan,
Agnes, Nina, Vitus, Bintang, Dian, Anggun, Nurul, Media, Terry, Dodik,
Tama, Tri, Rama, Ade kalian luar biasa.
15. Sahabat Robertus Widianto terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
16. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan namanya
satu persatu, terima kasih.
Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi banyak pihak. Penulis menyadari karya ini masih banyak
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membengun sangat penulis
harapkan.
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR BAGAN ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Batasan Istilah ... 7
xiv
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Kajian Teori ... 9
2.1.1 Kurikulum 2013 ... 9
2.1.1.1 Pengertian Kurikulum ... 9
2.1.1.2 Faktor-Faktor Pengembangan Kurikulum 2013 ... 10
2.1.1.3 Karakteristik Kurikulum 2013 ... 12
2.1.1.4 Tujuan Kurikulum 2013 ... 13
2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif ... 13
2.1.2.1 Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif ... 14
2.1.2.2 Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif ... 16
2.1.2.3 Model-Model Pendekatan Tematik Integratif ... 17
2.1.2.4 Tahap-Tahap Pendekatan Tematik Integratif ... 19
2.1.3 Pendekatan Saintifik ... 20
2.1.3.1 Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ... 20
2.1.3.2 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Integratif... 21
2.1.4 Penilaian Otentik ... 24
2.1.3.1 Hakikat Penilaian Otentik ... 24
2.1.4.2 Karakteristik Penilaian Otentik ... 25
2.1.4.3 Macam-Macam Penilaian Otentik ... 26
2.1.5 Pendidikan Karakter ... 27
2.1.5.1 Hakikat Pendidikan Karakter ... 27
2.1.5.2 Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar ... 29
2.1.6 Pemilihan Bahan Ajar ... 31
xv
2.2 Penelitian yang Relevan ... 36
2.3 Kerangka Berpikir ... 39
2.4 Pertanyaan Peneliti ... 41
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 43
3.1 Jenis Penelitian ... 43
3.2 Prosedur Pengembangan ... 44
3.2.1 Potensi dan Masalah ... 45
3.2.2 Pengumpulan Data ... 45
3.2.3 Desain Produk ... 46
3.2.4 Validasi Produk ... 46
3.2.5 Revisi Desain ... 47
3.2.6 Uji Coba Desain ... 47
3.2.7 Revisi Desain ... 47
3.3 Jadwal Penelitian ... 48
3.4 Uji Coba Produk ... 48
3.4.1 Subjek Uji Coba ... 49
3.5 Instrumen Penelitian ... 49
3.5.1 Jenis Data Uji Coba ... 49
3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 49
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 50
xvi
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
4.1 Hasil Penelitian ... 54
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan ... 54
4.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 58
4.1.2.1 Silabus ... 59
4.1.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 59
4.1.2.3 Kerangka Bahan Ajar ... 61
4.1.2.4 Bahan Ajar ... 61
4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 64
4.1.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum dan Revisi Produk ... 65
4.1.3.2 Data Validasi Guru Kelas IV SD dan Revisi Produk ... 66
4.1.3.3 Data Validasi Lapangan dan Revisi Produk ... 68
4.1.4 Kajian Produk Akhir ... 70
4.2 Pembahasan ... 70
BAB 5 PENUTUP ... 76
5.1 Kesimpulan ... 76
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 77
5.3 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 48
Tabel 3.2 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 51
Tabel 3.3 Kriteria Skor Skala Lima ... 55
Tabel 4.1 Daftar Pertanyaan Wawancara Survei Kebutuhan ... 54
Tabel 4.2 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 64
Tabel 4.3 Kriteria Skor Skala Lima ... 64
Tabel 4.4 Komentar Pakar Kurikulum dan Revisi ... 66
Tabel 4.5 Komentar Dua Guru Kelas IV SD dan Revisi ... 68
xviii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Model Pengembangan Bahan Ajar milik Jerrold E Kemp ... 32
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Wawancara ... 83
Lampiran 2. Jaring-Jaring Tema 4. Berbagai Pekerjaan ... 85
Lampiran 3 Jaring-Jaring Mingguan dan Harian ... 86
Lampiran 4. Silabus ... 94
Lampiran 5. RPP ... 137
Lampiran 6. Instrumen Validasi Pakar ... 205
Lampiran 7. Instrumen Validasi Guru Kelas IV SD ... 213
Lampiran 8. Instrumen Persepsi Siswa ... 225
Lampiran 9. Hasil Validasi ... 248
Lampiran 10. Surat Ijin Melakukan Wawancara ... 249
Lampiran 11. Surat Ijin Melakukan Penelitian ... 251
Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 252
Lampiran 13. Foto-Foto Kegiatan Penelitian ... 253
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap satuan pendidikan bertugas menjadi landasan pembentukan pribadi
masing-masing peserta didik. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003). Banyak hal yang bisa dilakukan
oleh setiap satuan pendidikan untuk mengantar peserta didiknya menjadi manusia
yang siap menghadapi tantangan jaman. Pendidikan dapat mengantar peserta didik
menjadi manusia yang berkualitas melalui media pembelajaran, fasilitas belajar,
kualitas pengajar, bahan ajar yang ada di sekolah, serta lingkungan sekolah yang
kondusif, selain itu peserta didik dapat belajar mengenai berbagai ilmu
pengetahuan dan membentuk karakter.
Kondisi nyata saat ini, perilaku sadisme, kekerasan, premanisme,
kejahatan, perselingkuhan, penyelahgunaan obat terlarang dan korupsi yang telah
membudaya dalam sebagian masyarakat bahkan dikalangan artis dan pejabat,
dipertontonkan melalui tayangan televisi yang mudah dilihat oleh anak. Melalui
media masa seperti koran dan internet, peneliti menemukan sebagian kasus yang
dialami oleh para pelajar yakni narkoba, geng motor, pelecehan seksual, dan
perjudian. Contoh-contoh yang telah diterangkan erat kaitannya dengan kualitas
Kondisi menyedihkan seperti di atas dapat diperbaiki melalui peningkatan
kualitas pendidikan nasional di setiap satuan pendidikan. Supaya satuan
pendidikan dapat menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan
sesuai dengan tujuan pendidikan, maka dibutuhkan suatu kurikulum. Kurikulum
merupakan suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, dan juga
sebagai perangkat tujuan yang akan di capai (Sukmadinata, 2011: 27). Pengertian
kurikulum juga dijabarkan dalam UU No.20 Tahun 2003, kurikulum merupaka
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian
kurikulum diatas (Sukmadinata, 2011; UU No.20 Tahun 2003), maka dengan
adanya kurikulum, sekolah harus mampu menjadi tempat belajarbagi peserta didik
supaya memiliki kompetensi yang benar-benar matang.
Selama Indonesia merdeka, beberapa kali dilakukan pergantian kurikulum,
mulai dari Kurikulum 1947 sampai dengan Kurikulum 2006. Hal tersebut
menunjukan bahwa sektor pendidikan di tanah air belum mampu mengatasi
ketertinggalan bangsa dalam mengikuti kompetensi regional maupun global
(Abdullah, 2007). Mulai tahun pelajaran 2013/2014 Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan tengah melakukan implementasi Kurikulum 2013. Banyak pro dan
kontra muncul terhadap implementasi kurikulum ini, namun Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Muhammad Nuh menyimpulkan bahwa orang-orang
mempertanyakan Kurikulum 2013 adalah kerena adanya perbedaan cara pandang
atau belum memahami secara utuh konsep kurikulum berbasis kompetensi yang
Kurikulum 2013 akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afetif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi (Mulyasa, 2013: 65). Kurikulum 2013 perlu dikembangkan, dalam
rangka pemenuhan kebutuhan kompetensi Abad 21, dimana Sumber Daya
Manusia Indonesia yang memasuki usia produktif melimpah. Investasi Sumber
Daya Manusia yang dimiliki bangsa Indonesia ini dapat diperoleh melalui
pendidikan. Pendidikan yang tinggi dapat memperluas pengetahuan masyarakat
dan mempertinggi rasionalitas pemikiran. Melalui pendidikan, masyarakat dapat
mengambil langkah yang rasional dalam bertindak atau mengambil keputusan
(Atmananti, 2005).
Peneliti melakukan wawancara kepada tiga guru kelas IV Sekolah Dasar
yang telah ditunjuk kementrian pendidikan untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai sejauh mana
pemahaman guru dan pelaksanaan Kurikulum 2013. Hasil wawancara dengan
guru kelas IV SDN Babarsari pada Jumat, 13 September 2013 pukul 09.00-09.15
WIB, diperoleh informasi bahwa Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baik.
Guru mengatakan bahwa pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik dan
pengintegrasian pendidikan karakter dalam proses pembelajaran baik bagi
perkembangan siswa. Siswa belajar secara nyata melalui kegiatan-kegiatan
langsung. Guru mengatakan bahwa bahan ajar yang tersedia masih perlu
dikembangkan lagi serta membutuhkan suplemen tambahan. Informasi lain yang
diperoleh adalah materi yang terdapat pada bahan ajar masih dangkal sehingga
Wawancara kedua dilakukan di SDN Jambusari 02 pada Senin, 16
September 2013 pukul 08.35-08.50 WIB. Guru kelas IV SDN Jambusari 02
mengatakan bahwa belum mampu mengembangkan bahan ajar secara mandiri,
sejauh ini hanya menggunakan buku-buku pelajaran yang sudah ada sebagai
suplemen tambahan. Bahan ajar yang tersedia sudah baik, namun masih ada yang
perlu dikembangkan dan diperbaiki lagi. Wawancara ketiga dilakukan pada guru
kelas IV SD Jampirasa 1 pada Senin, 23 September 2013 pukul 07.30-08.21 WIB.
Pemahaman guru terhadap Kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang tematik,
dimana muatan pelajaran tidak terpisah-pisah karena anak-anak balum akan
mengkonsep dirinya pada satu muatan pelajaran. Pemahaman guru terhadap
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang menggunakan pendekatan saintifik,
pendidikan karakter dan penilain otentik. Menurut guru kelas IV SD Jampirasa 01
penilaian dalam Kurikulum 2013 baik, karena mengutamakan proses
pembelajaran, namun banyaknya penelitian yang harus dilaksanakan, guru
membutuhkan waktu lebih banyak untuk menilai masing-masing siswa. Saran
yang disampaikan beliau pada bahan ajar yang sudah ada adalah perbaikan pada
beberapa pengetikan atau penulisan yang salah pada bahan ajar. Guru
membutuhkan suplemen lain untuk mendukuk kelengkapan materi di setiap
muatan pelajarannya. Guru SD Jampirasa 1 memanfaatkan media internet untuk
melengkapi materi-materi yang ada di dalam bahan ajar.
Salah satu komponen penting dalam pembelajaran pada sebuah kurikulum
adalah bahan ajar. Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat,
maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran (Prastowo, 2013: 298). Pemilihan bahan ajar merupakan sesuatu
yang esensial. Bahan ajar yang digunakan guru harus tepat dan informatif untuk
mendukung materi yang sedang diajarkan (Cunningsworth, 1995:1). Terdapat
kriteria pemilihan bahan ajar menurut Cunningsworth (1995:3-4) yang dapat
digunakan sebagai evaluasi bahan ajar. Kriteria tersebut adalah adanya (1) aims
and approaches atau tujuan dan pendekatan, (2) design and organization atau
desain dan pengorganisasian, (3) content atau isi, (4) topic atau topik, dan (5)
methodology atau metodologi.
Pada implementasi Kurikulum 2013, guru melaksanakan pembelajaran
berdasarkan buku panduan guru dan buku panduan siswa yang telah disiapkan
oleh tim pengembang kurikulum (Mulyasa, 2013: 80). Buku pedoman siswa yang
banyak dikenal sebagai Buku Siswa atau bahan ajar, berisi jabaran usaha minimal
yang harus dilakukan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan
(Kemendikbud, 2013). Buku panduan siswa tersebut masih harus dikembangkan
oleh guru sesuai dengan konteks atau lingkungan sekolah. Oleh sebab itu, guru
harus dapat memperkaya bahan ajar dengan kreasi dalam bentuk
kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber pada lingkungan sosial dan
alam (Kemendikbud, 2013).
Berdasarkan beberapa hal mengenai bahan ajar dalam Kurikulum 2013
serta hasil wawancara dengan guru kelas IV SD pelaksana Kurikulum 2013,
peneliti akan mengembangkan buku siswa dalam sebuah bahan ajar mengacu
Kurikulum 2013. Pengembangan bahan ajar ini terbatas pada Subtema Pekerjaan
dikembangkan dalam satu Subtema terdiri dari 6 pembelajaran selama satu
minggu.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013
Subtema Pekerjaan Orangtuaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk pengembangan bahan ajar mengacu Kurikulun
2013 Subtema Pekerjaan Orangtuaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar mengacu
Kurikulum 2013 Subtema Pekerjaan Orang Tuaku untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk pengembangan bahan ajar
mengacu Kurikulun 2013 Subtema Pekerjaan Orang Tuaku untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa sebagai calon guru semakin terampil dalam mengolah dan
mengembangkan bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas
IV Sekolah Dasar.
Guru Sekolah Dasar memperoleh dan dapat menggunakan bahan ajar
mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar yang telah
dikembangkan oleh mahasiswa.
1.4.3 Bagi Sekolah
Sekolah dapat memperoleh bahan ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk
siswa Kelas IV Sekolah Dasar yang telah dikembangkan oleh mahasiswa.
1.4.4 Bagi Prodi PGSD
Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk
mengembangkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
tema dan subtema yang terdiri dari unsur; tema, subtema, Kompetensi Inti
(KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran, uraian
materi, kegiatan pembelajaran, refleksi, aksi/ tindakan siswa, rangkuman
materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, serta daftar pustaka.
1.5.2 Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang
digunakan di dalam Kurikulum 2013, dimana muatan pembelajaran
menyatu dalam kegiatan aktif dan memberi pengalaman langsung kepada
anak yang dirancang berdasarkan tema/subtema sehingga materi
1.5.3 Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2013 yang terdiri dari kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
1.5.4 Pendidikan Karakter adalah proses pembelajaran nilai-nilai moral
kehidupan yang ada dalam diri seseorang.
1.5.5 Penilaian Otentik adalah penilaian terhadap aspek sikap spiritual, sikap
sosial, keterampilan dan pengetahuan yang digunakan dalam Kurikulum
2013.
1.5.6 Subtema Pekerjaan Orangtuaku adalah salah satu subtema dalam tema 4:
Berbagai Pekerjaan pada Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar.
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
Spesifikasi produk yang akan dihasilakan adalah sebagai berikut:
1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan
pribadi siswa (karakter, keterampilan, dan intelektual) yang nampak dalam
perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan
pendekatan sains.
1.6.4 Bahan ajar berbasis budaya lokal.
1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.
9
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Kurikulum 2013
2.1.1.1Pengertian Kurikulum
Sekolah sebagai sebuah masyarakat kecil yang merupakan sarana bagi
peserta didik untuk melangsungkan pembelajaran yang demokratis dan
menyenangkan (Mulyasa, 2013: 6). Iklim sekolah yang tepat dibutuhkan sebuah
kurikulum yang tepat pula. Konsep kurikulum sebagai sebuah substansi,
kurikulum dipandang sebagai suatu sistem rencana kegiatan belajar bagi
murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin di capai
(Sukmadinata, 2011:27). Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu (UU No.20 Tahun 2003). Berdasarkan kedua pengertian
kurikulum (Sukmadinata, 2011; UU No. 20 Tahun 2003) yang telah dijabarkan,
diharapkan dapat menjadi suatu substansi, sistem persekolahan dan suatu bidang
studi yang tepat bagi peserta didik.
Kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun pelajaran
2013/2014.Kurikulum 2013 diberlakukan untuk memenuhi dimensi rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran dan dimensi cara yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran (Kemendikbud, 2013). Kesuksesan
koordinasi berbagai pihak. Pihak sekolah, orang tua, masyarakat dan pemerintah,
baik di dalam merencanakan, melaksanakan, meupum mengevaluasi serta
pengawasannya diharapkan dapat saling terkait (Mulyasa, 2013: 12)
2.1.1.2Faktor-Farktor Pengembangan Kurikulum 2013
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dilakukannya pengembangan
kurikulum baru Kurikulum 2013. Berikut ini faktor-faktor pengembangan
Kurikulum 2013 seperti yang dijabarkan Kemendikbud (2013: 1-3):
1. Tantangan Internal
Tantangan internal yang dimaksud adalah kondisi pendidikan dan
perkembangan penduduk Indonesia. Kondisi pendidikan dikaitkan dengan adanya
Standar Nasional Pendidikan yang terdiri dari (1) standar isi, (2) standar proses,
(3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)
standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan, (7) standar pembiyaan, dan
(8) standar penilaian pendidikan. Perkembangan penduduk Indonesia berkaitan
dengan melimpahnya Sumber Daya Manusia. Tantangan besarnya adalah
bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang
melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumber daya manusia yang
memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi
beban.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan dan
pengembangan kurikulum adalah antara lain arus globalisasi dan berbagai isu.
kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat
internasional.
3. Penyempurnaan Pola Pikir
Ada beberapa pola pikir yang disempurnakan dalam Kurikulum 2013 ini,
yaitu: (1) pola pembelajaran yang berpusat pada guru diubah menjadi
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki
pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang
sama. (2) pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) pembelajaran
interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam-sumber/
media lain). (3) pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat
dihubingi dan diperoleh melalui internet). (4) pola pembelajaran pasif menjadi
pembelajaran aktif ( pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan
model pembelajaran pendekatan sain). (5) pola belajar sendiri menjadi belajar
kelompok (berbasis tim), (6) pola pembelajaran alat tunggal menjadi
pembelajaran berbasis alat multimedia. (7) pola pembelajaran berbasis massal
menjadi kebutuhan pelanggan (user) dengan memperkuat pengembangan potensi
khusus yang dimiliki setiap peserta didik. (8) pola pembelajaran ilmu pengetahuan
tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak
(multidiscipline), dan (9) pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
4. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola yang sesuai dengan
kurikulum satuan pendidikan. Penguatan tata kelola yang dilakukan adalah (1) tata
penguatan menajemen sekolah melalui penguatan kemampuan menejemen kepala
sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader), dan (3) penguatan
sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses pembelajaran.
5. Penguatan Materi
Penguatan mateti dilakukan dengan memperdalam materi yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.
2.1.1.3Karakteristik Kurikulum 2013
Kemendikbud (2013: 3-4) menerangkan karakteristik Kurikulum 2013
adalah (1) mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan intelektual
dan psikomotor, (2) sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang
dipelajari di sekolah kemasyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber
belajar, (3) mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat, (4) memberi
waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan,
dan keterampilan, (5) kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar muatan pelajaran, (6)
kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing element)
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran
dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi
saling memperkuat, dan memperkaya antar muatan pelajaran dan jenjang
pendidikan.
2.1.1.4Tujuan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (Kemendikbud, 2013:
4).
2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran yang dilaksanakan di setiap satuan pendidikan, diharap
memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan
kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan
peserta didik dimana terdapat dimensi ke Tuhanan, keindividualan, kesosialan,
dan moral. Pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif,
pemersatunya adalah tema. Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan Tematik
Terpadu, dimana pembelajaran dirangkai dan dipadukan menggunakan tema
(Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan istilah Tematik Integratif yang sama artinya dengan Tematik
2.1.2.1Karakteristik Pendekatan Tematik Integratif
Dalam menerapkan pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik
integratif, guru perlu manampilkan karakteristik tematik integratif untuk
membedakan dengan pembelajaran lain. Hajar (2013: 43-56), menerangkan
bahwa karakteristik pendekatan Tematik Integratif adalah: (1) pembelajaran
berpusat pada peserta didik, (2) kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman
langsung pada para peserta didik, (3) guru tidak memisahkan antar muatan
pelajaran secara jelas, (4) menyajikan konsep-konsep dari berbagai materi
pelajaran dengan tujuan supaya pemahaman para peserta didik terhadap materi
pelajaran tidak parsial atau sepotong-potong. (5) fleksibel, yang berarti ada
keterkaitan antara peserta didik dengan lingkungan sekitarnya, (6) hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik, dimana guru
harus memberi kesempatan seluas-luasnya kapada peserta didik untuk
memaksimalkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki, dan menyesuaikan
kegiatan pembelajaran dengan minat dan kebutuhan para peserta didik. (7)
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan, (8)
mengembangkan komunikasi peserta didik, (9) mengembangkan kemampuan
metakognisi peserta didik, (10) dan lebih menekankan proses daripada hasil.
Trianto (2007: 13-15) juga menerangkan bahwa dalam pembelajaran
tematik integratif sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik.
Karakteristik tersebut yaitu: (1) holistik, yang berarti bahwa pembelajaran
terintegrasi memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu fenomena dari
segala sisi, (2) bermakna, terbentuknya jalinan antar konsep, yang dapat peserta
siswa memahami suatu hal dari kegiatan atau pengalaman yang dialami sendiri,
(4) dan aktif, pembelajaran tematik integratif menekankan keaktifan siswa dalam
pembelajaran, baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional supaya
pembelajaran optimal. Trianto (2007: 11) juga menerangkan bahwa tahap
perkembangan anak adalah dunia nyata sehingga dimulai dari hal nyata, yang
dapat guru kemas dalam sebuah tema pembelajaran.
Selain kedua tokoh diatas (Hajar, 2013 & Trianto, 2007), Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (2013) menjelaskan beberapa karakteristik
pendekatan Tematik Integratif yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, yaitu:
pembelajaran berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung
pada peserta didik, pemisahan antara muatan pelajaran tidak begitu jelas atau
menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan, menyajikan konsep dari
berbagai muatan pelajaran dalam suatu proses pembelajaran, bersifat luwes atau
adanya keterpaduan antar muatan pelajaran, serta hesil pembelajaran dapat
berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak melalui penilaian proses
dan hasil belajarnya.
Dari ketiga karakteristik yang telah dijelaskan oleh tokoh diatas (Hajar,
2013, Triyanto, 2007 &Kemendikbud, 2013) dapat disimpulkan bahwa
karakteristik pendekatan tematik integratif antara lain: (1) pelajaran berpusat pada
peserta didik, (2) pembelajaran memberikan pengalaman langsung pada peserta
didik sehingga materi yang diterima otentik dari lingkungan yang nyata, dan
bersifat holistik, karena peserta didik memahami suatu hal secara menyeluruh, (3)
pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu nampak jelas, dimana
pembelajaran yang satu dengan yang lain saling terkait melalui konsep-konsep
yang sesuai, (5) bersifat luwes atau fleksibel, dimana kegiatan pembelajaran yang
dirancang oleh guru tidak kaku, (6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai
dengan minat dan kebutuhan peserta didik melalui penilaian proses dan hasil
belajar, (7) pembelajaran menuntut siswa aktif melalui kegiatan belajar sambil
bermain, serta (8) pembelajaran yang dirancang sebaiknya mengembangkan
komunikasi dan kemampuan metakognisi peserta didik.
2.1.2.2Fungsi dan Tujuan Pendekatan Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif dalam Kurikulum 2013 berfungsi untuk
memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami
konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat
belajar peserta didik, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang
kontekstual dan bermakna bagi peserta didik (Kemendikbud, 2013). Selain fungsi
pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik integratif, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan (2013: 8) menjelaskan tujuan pembelajaran tematik
integratif. Tujuan dari pendekatan tematik integratif adalah:
1. Mudah memutuskan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.
2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan
pelajaran dalam tema yang sama.
3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan.
4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan
5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran
lain.
6. Lebih terasa manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam
konteks tema yang jelas.
7. Guru dapat menghemat waktu, karena muatan pelajaran yang disajikan secara
terintegrasi dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3
pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.
8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan
menggunakan sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.
2.1.2.3Model-Model Pendekatan Integratif
Dilihat dari cara memadukan konsep, keterampilan, topik, dan unit
tematiknya, menurut Forgarty (1991) dalam Hernawan, Resmini, & Andayani
(2007) & Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2013) terdapat sepuluh model
dalam merencanakan pembelajaran. Kesepuluh model tersebut adalah model
penggalan, model keterhubungan, model sarang, model urutan, model bagian,
model jaring laba-laba, model galur, model terpadu, model celupan, dan model
jaringan. Model yang pertama adalah model penggalan (Fragmented), model ini
ditandai oleh ciri pemanduan yang hanya terbatas pada satu muatan pelajaran saja.
Dalam pembelajaran butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah
pada waktu yang berbeda-beda.
pelajaran tertentu. Ketiga,model sarang (nested), ini merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep keterampilan melalui sebuah kegiatan
pembelajaran. Keempat, model urutan (sequenced), merupakan model pemaduan
topik-topik antar muatan pelajaran yang berbeda secara paralel. Topik-topik
tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi waktu yang sama.
Kelima, model bagian (shared), merupakan model pemanduan pembelajaran
akibat adanya overlapping konsep atau ide pada dua muatan pelajaran atau lebih.
Keenam, model jaring laba-laba (webbed), model ini paling popiler, dan paling banyak digunakan. Model ini bertolak dari pendekatan tematik sebagai pemandu
bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema dapat mengkaitkan kegiatan
pembelajaran baik dalam muatan pelajaran maupun lintas muatan pelajaran.
Ketujuh,model galur (threaded), ini merupakan model pemaduan bentuk
keterampilan. Bentuk ini berfokus pada apa yang disebut meta-curriculum.
Kedelapan, model terpadu (integrated), merupakan pemaduan sejumlah topik dari muatan pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik
tertentu. Kesembilan, model celupan (immersed), model ini dirancang untuk
membantu peserta didik dalam menyaring dan memadukan berbagai pengalaman
dan pengetahuan dihubungkan dengan situasi pemakaiannya. Kesepuluh, model
jaringan (networked), ini merupakan model pemaduan pembelajaran yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsep maupun tuntutan bentuk
keterampilan baru.
Bahan ajar sebagai produk pengembangan dalam penelitian yang
mengacu Kurikulum 2013 ini menggunakan model webbed. Dimana muatan
masing-masing muatan pelajaran disatukan dalam sebuah tema. Di dalam
Kurikulum 2013, kelas IV terdiri dari sembilan tema, yang terbagi dalam dua
semester.
2.1.2.4Tahap-Tahap Pendekatan Tematik Integratif
Sebelum melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan tematik
integratif, perlu mengetahui bagaimana tahap-tahap merancang pembelajaran
dengan pendekatan tematik integratif. Rencana kegiatan pembelajaran yang akan
dibuat harus benar-benar matang karena dapat mempengaruhi hasil belajar peserta
didik. Menurut Hajar (2013: 59-80), ada beberapa tahap yang sebaiknya
diperhatikan dalam merancang pembelajaran dengan pendekatan tematik
integratif, diantaranya adalah memilih tema pelajaran, mengorganisasikan tema
menggunakan jaring-jaring topik, mengumpulkan bahan atau sumber belajar,
mendesain kegiatan pembelajaran, kemudian implementasi pembelajaran.
Tema dapat ditentukan oleh pembuat kebijakan, guru atau ditetapkan
bersama oleh guru dan peserta didik (Kemendikbud, 2013). Memilih tema
pelajaran tidak sembarangan, sebaiknya memperhatikan topik-topik dalam
kurikulum, isu-isu faktual yang menarik bagi peserta didik, berdasarkan
masalah-masalah yang dialami atau ada di lingkungan peserta didik, berdasarkan
peristiwa-peristiwa khusus yang diadakan di sekolah, serta minat atau kesukaan peserta
didik (Hajar, 2013: 58-60). Di dalam Kurikulum 2013, tema telah ditentukan oleh
Tim Penyusun Kurikulum Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Tema
Sumber belajar yang akan digunakan guru dalam pembelajaran yang
menggunakan pendekatan tematik integratif berbeda dengan pembelajaran lain
yang hanya menggunakan buku paket sebagai bahan. Sumber yang dapat guru
pergunakan antara lain media masa cetak, sumber visual, literature, atau artefak
(Hajar, 2013: 74-75). Sumber-sumber tersebut bisa yang sudah dikenal oleh
peserta didik maupun yang belum. Dari penggunaan sumber belajar yang
beraneka ragam, pengetahuan dan pengalaman peserta didik akan lebih kaya.
2.1.3 Pendekatan Saintifik
Pembelajaran yang terjadi di kelas, menekankan pada perkembangan
sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Para ilmuan, lebih
mengedepankan penalaran induktif dari pada penalaran deduktif. Penalaran
induktif adalah, cara pikir dengan memandang fenomena atau situasi spesifik
untuk kemudian menarik simpulan secara menyeluruh. Sedangkan, penalaran
deduktif adalah cara pikir dengan memandang fenomena atau situasi yang umum
yang kemudian menarik kesimpulan yang lebih spesifik. Proses pembelajaran
dalam Kurikulum 2013 menitik beratkan pada esensi pendekatan saintifik
(Kemendikbud, 2013).
2.1.2.1Kriteria Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik, perlu memiliki
kriteria tertentu yang membedakan dengan pembelajaran lain. Ada beberapa
kriteria yang ada pada pendekatan saintifik, antara lain: muatan pembelajaran
penalaran, penjelasan guru, respon peserta didik dan interaksi antara guru dan
peserta didik terbebas dari pemikiran subjektif, mendorong peserta didik untuk
berpikir kritis. Kriteria yang selanjutnya yakni, mendorong dan menginspirasi
peserta didik untuk berpikir hipotetik, mendorong dan menginspirasi peserta didik
untuk memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola pikir rasional serta
objektif, pembelajaran berdasarkan pada konsep, teori, dan fakta empiris yang
dapat dipertanggung jawabkan, dan yang terakhir yakni tujuan pembelajaran
dirumuskan secara sederhana, jelas dan sistem penyajiannya menarik
(Kemendikbud, 2013).
2.1.2.2Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif
Pembelajaran pendekatan saintifik memiliki lima langkah pembelajaran,
yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Muatan pelajaran dalam
pembelajaran yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh karena itu
langkah-langkah tersebut tidak selalu harus ada pada setiap pembelajaran atau setiap
muatan pembelajaran. Berikut ini ulasan mengenai kelima langkah pembelajaran
tematik integratif dengan pendekatan saintifik (Kemendikbud, 2013).
1. Mengamati
Kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh guru sebaiknya memberi
makna bagi para peserta didik. Metode mengamati memiliki keunggulan tertentu
bagi peserta didik, seperti menyajikan media objek secara nyata sehingga peserta
didik senang dan tertantang. Oleh karena itu rasa ingin tahu pada masing-masing
dalam beberapa langkah. Langkah-langkah tersebut adalah (1) menentukan objek
yang akan diamati, (2) membuat pedoman pengamatan sesuai dengan objek yang
akan diamati, (3) menentukan secara jelas data-data yang perlu diamati, (4)
menentukan tempat pelaksanaan pengamatan, (5) menentukan cara yang tepat dan
jelas supaya pengamatan berjalan lancar, dan (6) menentukan cara yang
digunakan untuk mencatat data pengamatan.
Kegiatan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran pasti
melibatkan siswa. Selain langkah-langkah pengamatan, guru perlu menentukan
bentuk pengamatan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Ada tiga bentuk
keterlibatan peserta didik dalam melakukan pengamatan. Pertama, pengamatan
biasa. Pada pengamatan ini peserta didik sebagai subjek pengamatan, dimana
peserta didik tidak melibatkan diri dengan objek pengamatan. Kedua,pengamatan
terkendali. Sama seperti pengamatan biasa namun dalam pengamatan ini objek
pengamatan ditempatkan pada ruangan khusus yang telah dikendalikan, sehingga
termuat nilai-nilai percobaan atau eksperimen. Ketiga, pengamatan partisipatif,
pada pengamatan model ini, peserta didik terlibat secara langsung dengan objek
yang diamati (Kemendikbud, 2013).
Selain bentuk-bentuk pengamatan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan oleh guru dan peserta didik. Cermat, objektif dan jujur serta fokus
pada objek yang diamati, untuk kepentingan pembelajaran. Homogenitas atau
heterogenitas subjek, objek atau situasi yang diamati. Guru dan peserta didik perlu
memahami apa yang hendak dilakukan untuk membuat catatan atau hasil
2. Menanya
Pembelajaran di kelas maupun di luar kelas tidak lepas dari kegiatan
bertanya. Kemendikbud (2013), menerangkan ada beberapa fungsi bertanya.
Fungsi bertanya antara lain, membangkitkan rasa ingin tahu, minat dan perhatian
peserta didik terhadap suatu pembelajaran, mendorong dan menginspirasi peserta
didik untuk belajar mengembangkan pertanyaan yang dibuat dari dan untuk
dirinya sendiri, mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, membangkitkan
keterampilan peserta didik dalam bidang komunikasi, mendorong partisipasi
peserta didik dalam kegiatan kelompok, mendorong sikap keterbukaan untuk
menerima dan memberi masukan atau gagasan pada orang lain, dan melatih
kesantunan dalam berbicara.
Kegiatan bertanya di dalam pembelajaran, harus memiliki tujuan yang
jelas. Ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik, diantaranya adalah pertanyaan
harus singkat dan jelas, menginspirasi jawaban, memiliki fokus, bersifat probling
atau divergen, bersifat validatif atau penguatan, memberi kesempatan peserta
didik untuk berpikir ulang, merangsang peningkatan tuntutan kemampuan
kognitif, dan merangsang proses interaksi (Kemendikbud, 2013).
3. Mengumpulkan Informasi
Mengumpulkan informasi merupakan salah satu tindak lanjut dari kegiatan
bertanya. Peserta didik mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai sumber
yang ada di lingkungan melalui berbagai cara. Melalui kegiatan ini peserta didik
dilatih untuk menghubungkan antara informasi yang satu dengan yang lainnya.
yang lain, diharapkan peserta didik mampu membuat kesimpulan dari hal yang
diamati atau dipertanyakan (Kemendikbud, 2013).
4. Mengasosiasikan
Maksud dari mengasosiasikan dapat diartikan dengan mengolah informasi.
Informasi-informasi yang telah peserta didik temukan selanjutnya akan diolah
untuk mendapatkan kesimpulan. Pengertian lain, mengasosiasikan adalah
menautkan sesuatu pada barang lain atau orang (KBBI, 2008: 94). Pengolahan
informasi dapat berupa menambah sampai mengolah informasi yang bersifat
mencari solusi berdasarkan sumber-sumber yang ada (Kemendikbud, 2013). Dari
pengertian mengasosiasikan tersebut (KBBI, 2008 & Kemendikbud, 2013) dapat
disimpulkan bahwa mengasosiasikan merupakan kegiatan mengolah dan
mengaplikasikan suatu materi pelajaran terhadap suatu permasalahan.
5. Mengkomunikasikan
Banyak hal yang telah peserta didik peroleh dari kegiatan mengamati,
bertanya, mencari informasi dan mengolah informasi yang ada. Kegiatan-kegiatan
yang telah dilalui peserta didik sebaiknya diceritakan atau dituliskan sebagai
bentuk komunikasi. Peserta didik perlu dibiasakan mengemukakan pendapat atau
mengkomunikasikan hasil belajarnya (Kemendikbud, 2013).
2.1.4 Penilaian Otentik
2.1.3.1Hakikat Penilaian Otentik
Di dalam dunia pendidikan, kita sering mendengar istilah penilaian.
Menurut Arikunto (2012: 3), penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan
penilaian dilakukan setelah dilakukan pengukuran. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran (Arikunto, 2012: 3).
Penilaian otentik digunakan untuk mengetahui proses dan hasil belajar
peserta didik. Penilaian otentik menitik beratkan pada kemampuan peserta didik
untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna
(Nurgiyantoro, 2011: 23). Penilaian tidak hanya menekankan pada pengetahuan
yang dimiliki peserta didik, namun juga untuk mengetahui bagaimana kinerja
serta sikap dari masing-masing peserta didik.
2.1.3.2Karakteristik Penilaian Otentik
Dilaksanakannya implementasi Kurikulum 2013, Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan (2013) menyusun panduan teknis penilaian di Sekolah Dasar.
Penilaian dalam Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakteristik (Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2013, 5). Pertama,belajar tuntas. Pandangan yang
digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat mencapai kompetensi
yang ditentukan, asalkan peserta didik mendapat bantuan yang tepat dan diberi
waktu sesuai kebutuhan.
Kedua, otentik. Penilaian otentik mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Penilaian menggunakan berbagai cara dan kriteria yang
menyeluruh. Di dalam penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui
peserta didik nemun lebih mengutamakan mengukur apa yang dapat dilakukan
oleh peserta didik. Ketiga, berkesinambungan. Yang dimaksud dengan penilaian
berkesinambungan adalah penilaian yang dilakukan secara terus menerus dan
Keempat, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi. Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek,
pengamatan, maupun penilaian diri. Kelima, berdasarkan acuan kriteria.
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan dengan kelompoknya atau siswa
lain di dalam kelasnya namun dibandingkan dengan kriteria yang telah ditentukan.
Kriteria tersebut misalnya KKM. Dengan adanya kriteria, guru dapat segera
mengetahui peserta didik mana yang belum dapat menguasai materi atau
kemampuan tertentu.
2.1.3.3Macam-Macam Penilaian Otentik
Ada banyak tugas dan kegiatan penilaian yang dapat dikelompokkan
kedalam penilaian otentik. Menurut Nurgiyantoro (2011: 34-38) ada enam jenis
penilaian otentik. (1) Penilaian Kinerja. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk
menguji kemampuan peserta didik dalam mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan, menguji apa yang mereka ketahui dan dapat dilakukan sebagaimana
ditemukan dalam situasi nyata dan dalam konteks tertentu. (2) Wawancara lisan.
Dalam penilaian ini terjadi tanya jawab antara pihak yang diwawancarai yakni
peserta didik dengan pewawancara atau guru. Di dalam penilaian ini, ketepatan
atau kejelasan informasi yang disampaikan.
(3) Pertanyaan terbuka. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan
pertanyaan atau tugas pada peserta didik. Pertanyaan yang diberikan pada peserta
didik harus dibatasi supaya jawaban yang dilontarkan peserta didik sesuai dengan
pertanyaan. (4) Menceritakan kembali teks atau cerita. Penilaian ini untuk
Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan karya peserta didik yang
dikumpulkan secara sengaja, terencana, dan sistematik yang kemudian dianalisis
secara cermat untuk menunjukkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik
setiap waktu. (6) Proyek. Proyek merupakan bentuk penugasan yang
menghasilkan karya tertentu yang dilakukan secara berkelompok dalam kaitanya
dengan penilaian hasil pembelajaran. Hasil kerja akhir suatu proyek dapat berupa
laporan.
2.1.5 Pendidikan Karakter
2.1.4.1Hakikat Pendidikan Karakter
1. Pendidikan
Banyak persoalan yang kita jumpai di bidang pendidikan. Dalam bagian
ini akan digali mengenai hakikat pendidikan dan tujuan pendidikan, dimana akan
menjadi dasar bagi pendidikan karakter. Dari asal-usul katanya pendidikan
diartikan sebagai sebuah proses menumbuhkan, mengembangkan, mendewasakan,
dan menata diri seseorang seperti yang disimpulkan oleh Koesoema (2007:53).
Selain itu pendidikan juga merupakan proses pengembangan potensi diri
seseorang (Koesoema,2007:53). Sama seperti yang diutarakan Koesoema (2007)
pendidikan dalam UU No. 20 tahun 3003 merupakan usaha membimbing diri
seseorang supaya tertata dan berkembang menjadi individu yang berkompeten dan
beraklak.
Berbagai usaha telah ditempuh setiap satuan pendidikan untuk
mencerdaskan siswanya baik dalam bidang akademik maupun nonakademik.
diupayakan pemerintah untuk dapat dipelajari di sekolah supaya tujuan sistem
pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 3
mengenai fungsi pendidikan nasional yang mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab (UU No. 20 tahun 2003 pasal 3), jadi tujuan akhir dari pendidikan bukan
hanya sekedar gelar pendidikan atau keahlian para peserta didik akan tetapi
nilai-nilai hati nurani yang terasah baik.
2. Karakter
Sering kita dengar kata karakter dalam dunia pendidikan dan kehidupan
bermasyarakat. Karakter dipahami sebagai nilai-nilai universal perilaku manusia
yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan,
diri sendiri, sesama manusia maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam
pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan, berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat (Suyadi, 2013:5-6). Sama
seperti yang diungkapkan Lickona (2012:81) Karakter merupakan nilai dalam
tindakan seseorang. Nilai atau tindakan yang ada pada diri seseorang tersebut bisa
baik atau buruk.
Baik buruknya tindakan seseorang bisa saja dikatakan sebagai bawaan
lahir yang sudah melekat sejak awal. Tindakan baik yang sudah melekat pada diri
dianggap buruk yang sebaiknya diperbaiki. Usaha-usaha yang ditempuh
pemerintah dalam dunia pendidikan banyak salah satunya memasukkan karakter
dalam proses pembelajaran di sekolah sehingga diharapkan siswa memiliki
kepribadian yang baik, sesuai ungkapan Koesoema (2007:80) bahwa karakter erat
kaitannya dengan kepribadian seseorang.
2.1.4.2Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai upaya sadar dan terencana
dalam mengetahui kebenaran atau kebaikan, mencintainya dan melakukan dalam
kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013:6) Tujuan pendidikan karakter adalah
terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap atau nilai
hidup yang dimilikinya. Jadi pendidikan karakter dapat dilakukan dengan
pendidikan nilai (Adisusilo, 2012:78)
Banyak permasalahan siswa yang terjadi di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Sekolah harus pintar membuat suatu perubahan. Lickona (2012:55)
sekolah harus bekerja lebih keras dalam menyikapi perubahan yang terjadi di
dalam keluarga yang mempengaruhi beban sekolah sebagai media pendidik
moral.Keluarga dan sekolah harus mau bekerjasama dalam terlaksananya
pendidikan karakter. Akan lebih baik jika siswa selalu mendapatkan pendidikan
karakter di keluarga saat mereka ada di rumah bersama orang tua, dan di sekolah
saat mereka ada di sekolah. Ketika dirumah siswa pun harus mendapat teladan
dari orang tua bagaimana mereka sebaiknya bersosialisasi dengan lingkungan
masyarakat di sekitar rumah, dengan tetangga dan teman di rumah misalnya. Jika
yang telah dimiliki akan luntur karena tidak mendapat dukungan dari keluarga
yang pada dasarnya sebagai tumpuan siswa berkembang. Pendidikan karakter bisa
dikatakan penting. Pendidikan karakter penting, karena memiliki empat alasan
(Maksudin, 2013: 52). Pertama, karakter adalah bagian esensial manusia, oleh
karena itu harus didikkan. Kedua, saat ini karakter generasi muda bahkan juga
orang tua merosot keberadaannya. Ketiga, terjadi detolisasi kehidupan yang
diukur dengan uang. Keempat, karakter merupakan salah satu bagian manusia
yang menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan bangsa.
Lalu bagaimana kaitannya antara pendidikan karakter di sekolah dengan
moral, nilai, agama, dan kewarganegaraan yang ada di sekolah? Dalam hal ini
Koesoema (2012:205) menyimpulkan bahwa pendidikan karakter yang ada di
sekolah menyaratkan adanya pendidikan moral, pendidikan agama dan kesadaran
akan nilai-nilai religius. Nilai-nilai moral yang ada dalam pendidikan agama
sebaiknya tumbuh bersamaan dengan nilai-nilai kebangsaan sehingga terjalin
kesatuan masyarakat yang dapat mendukung perkembangan individu dalam
mengembangkan kehidupan sosial. Upaya pemerintah dalam menerapkan
pembelajaran pendidikan karakter di sekolah sudah ada, hal tersebut nampak pada
UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
menyebutkan “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,...” Kata watak yang ada dalam undang-undang
tersebut didukung dengan adanya komponen pengembangan diri dalam struktur
kurikulum yang biasanya terdapat pembiasaan diri siswa di sekolah (Kurikulum,
2.1.6 Pemilihan Bahan Ajar
Salah satu komponen penting dalam pembelajaran pada sebuah kurikulum
adalah bahan ajar. Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat,
maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai siswa dan akan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran (Prastowo, 2013: 298). Pemilihan bahan ajar merupakan sesuatu
yang esensial. Bahan ajar yang digunakan guru harus tepat dan informatif untuk
mendukung materi yang sedang diajarkan (Cunningsworth, 1995:1). Terdapat
kriteria pemilihan bahan ajar menurut Cunningsworth (1995:3-4) yang dapat
digunakan sebagai evaluasi bahan ajar. Kriteria tersebut adalah adanya (1) aims
and approaches atau tujuan dan pendekatan, (2) design and organization atau
desain dan pengorganisasian, (3) content atau isi, (4) topic atau topik, dan (5)
methodology atau metodologi.
2.1.7 Model Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar di kelas. Pembuatan bahan ajar disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, oleh karena itu dalam menyusun suatu bahan
ajar dibutuhkan suatu model pengembangan bahan ajar yang dikembangkan
berdasarkan langkah-langkah penyusunannya. Model pengembangan bahan ajar
menurut Jerrold E. Kemp yang telah direvisi, merupakan pengembangan yang
kontinum (Trianto, 2009: 179). Tiap langkah pengembangan berhubungan
Identifikasi Masalah
Pembelajaran
Analisis Siswa
Pelayanan Pendukung
Pemilihan Media atau Sumber Belajar
Strategi Pembelajaran
Analisis Tugas
Merumuskan Indikator
Penyusunan Instrumen Evaluasi Revisi Perangkat
Pembelajaran
Evaluasi Formatif
Rev
isi
Rev
isi
Evaluasi Formatif
dari titik manapun dalam siklus. Berikut ini model pengembangan bahan ajar yang
digunakan dalam penelitian ini:
Bagan 2.1 Model Pengembangan Bahan Ajar milik Jerrold E. Kemp (Trianto, 2009: 179)
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran(Instructional Problems)
Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan antara tujuan
kurikulum dengan fakta yang berlaku di lapangan saat ini baik yang menyengkut
model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk
mencapai pembelajaran (Trianto, 2009: 180). Indikasi adanya sebuah masalah