• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidik Berkarakter Tauladan Bagi Anak Didik Berkarakter

Dalam dokumen Pembentukan Karakter Melalui Penerapan M (Halaman 61-66)

PENDIDIKAN BERKARAKTER

4. Pendidik Berkarakter Tauladan Bagi Anak Didik Berkarakter

Anak adalah amanah dari Allah, dititipkan untuk hidup dan akan diminta pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah SWT. Pendidik sebagai orang tua anak didik di lembaga pendidikan ikut bertanggungjawab mewujudkan anak didiknya menjadi manusia-manusia yang cerdas, beriman, shaleh, dan bertakwa. Allah SWT berfirman : “ Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah ujian

51

(bagimu) dan di sisi Allah-lah pahala yang besar (QS. Ath-Thaghabun: 14-15). Subhanallah, pendidik yang telah membimbing anak didiknya menjadi orang yang cerdas dan shaleh, akan mendapat banyak amal-ibadah yang tertabung untuk kehidupan di akhirat kelak. Tabungan amal-ibadah itu tidak ternilai dengan apapun. Oleh karena itu, jika anak didik diharapkan rajin belajar dan beribadah, berakhlak mulia, namun si pendidik tidak mencontohkan dirinya menjadi sosok yang berpengetahuan luas dan rajin beribadah, maka hal tersebut tidak menjadi suri tauladan bagi anak didik untuk membentuk karakter yang cerdas dan shaleh. Menurut Ustadz Prof. Achmad Satori Ismail, MA, ”mencontohkan saja tidaklah cukup. Memberi contoh memang jalan yang terbaik dalam mendidik dan membentuk karakter siswa , tetapi kalau tidak diseru, tidak diajak, maka siswa –siswa tidak akan terpanggil untuk ikut melaksanakannya”.

Dalam upaya membentuk anak didik menjadi shaleh tersebut, maka pendidik perlu membimbing anak didik dengan pendekatan pendidikan karakter. Pendidikan berkarakter atau budi pekerti plus adalah suatu yang urgent untuk dilakukan. Orang yang berperilaku tidak jujur ataupun kejam dikatakan sebagai orang yang berkaraktek jelek, sedangkan orang yang berperilaku jujur dan suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Pendidikan karakter akan menumbuhkan kecerdasan emosi anak didik yang meliputi kemampuan mengembangkan potensi diri dan melakukan hubungan sosial dengan manusia lain. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak di bangku sekolah. Oleh karena itu, sebuah sistem pendidikan yang berhasil adalah pendidik memberi contoh tauladan agar dapat membentuk manusia-manusia berkarakter bangsa yang sangat diperlukan dalam mewujudkan negara yang tidak tercela.

5. Strategi Pembelajaran Holistik Pendidikan Karakter Bangsa

Dalam bahasa Inggris, holistik berasal dari kata holy dan healty. Orang yang

bijak itu biasanya disebut holinan, karena ia berkembang secara menyeluruh atau secara utuh. Pintar dan juga bermoral, tidak licik, tidak suka iri maupun dengki terhadap orang lain, dan tidak suka menghujat orang. Secara holistik, kesalahan yang terjadi pada diri seseorang dari berbagai aspek diperbaiki dan dikembangkan, sehingga

52

hal-hal yang salah itu, baik aspek emosi, kreativitas, kemampuan dan interaksi sosial, kognitif, motorik, dan afektifnya berkembang menjadi lebih baik.

Ratna Megawangi, pendiri Indonesia Heretage Foundation (IHF) berpendapat, bahwa pendidikan dinyatakan holistik karena hol artinya menyeluruh. Membangun manusia bukan hanya dimensi kognitif saja, tetapi juga menyeimbangkan fungsi otak kiri (hafalan) dan otak kanan, karena selama ini hanya otak kiri saja (hafalan) yang lebih diutamakan, sehingga membuat negara kita tidak berkembang dan output nya

belum bisa menjadi manusia seutuhnya.

Character Education Quality Standards merekomendasikan 11 prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif, yaitu: 1) Promosi nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter, 2) Identifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku, 3) Gunakan pendekatan proaktif dan efektif untuk membangun karakter, 4) Ciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian, 5) Beri kesempatan kepada anak didik untuk menunjukkan perilaku yang baik, 6) Miliki cakupan kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua anak didik, membangun karakter dan membantu mereka untuk sukses, 7) Usahakan tumbuhnya motivasi diri pada anak didik, 8) Fungsikan seluruh staf lembaga sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama, 9) Ada pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter, 10) Fungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter, dan 11) Evaluasi karakter lembaga, fungsi staf lembaga sebagai pendidik berkarakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan anak didik.

Keberhasilan program pembelajaran holistik pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik meliputi : 1) Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja; 2) Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri; 3) Menunjukkan sikap percaya diri; 4) Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas; 5) Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi; 6) Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif; 7) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif; 8) Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai

53

potensinya; 9) Menunjukkan kemampuan menganalisis/memecahkan masalah kehidupan sehari-hari; 10) Mendeskripsikan gejala alam dan sosial; 11) Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab; 12) Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia; 13) Menghargai karya seni dan budaya nasional; 14) Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya; 15) Menerapkan hidup bersih, sehat, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik; 16) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun; 17) Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; 18) Menghargai adanya perbedaan pendapat; 19) Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana; 20) Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana; 21) Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan lanjutan; dan 22) Memiliki jiwa kewirausahaan.

Pembelajaran holostik menerapkan teori-teori sosial, emosi, kognitif, fisik, moral, dan spiritual. Model ini diharapkan dapat membuat setiap anak didik untuk berkembang sebagai individu yang terintegrasi dengan baik (secara spiritual, intelektual, sosial, fisik, dan emosi, yang berpikir kreatif secara mandiri, dan bertanggung jawab). Strategi Pendidikan Holistik Berbasis Karakter dapat mempraktekkan model atau metode-metode pembelajaran berikut, yaitu: Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan; Pembelajaran yang Ramah Otak; Kecerdasan Emosi; Komunikasi Efektif; Penerapan Pendidikan 9 Pilar Karakter; Pembelajaran Kontekstual/Kooperatif; Pembelajaran Berbasis Pertanyaan; Manajemen Kelas Efektif; Pembelajaran Siswa Aktif; Aplikasi Model Karakter-Cerdas Klasikal; Aplikasi Model Karakter-Cerdas Kelompok; dan lain-lain.

PENUTUP

Model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter adalah model pendidikan yang memberikan rasa aman, menciptakan suasana belajar yang nyaman, dan menstimulasi suasana belajar yang kondusif. Model ini juga menyediakan alat bantu pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak didik. Pendidik dapat memberikan pengalaman belajar yang konkrit dan kontekstual, sehingga merangsang anak didik

54

belajar secara aktif, menyenangkan dan tanpa beban. Situasi dan kondisi ini memberi kesempatan yang luas pada anak didik untuk mengembangkan seluruh dimensi holistik yang dimilikinya sebagai diri seorang manusia. Pengembangan aspek kognitif (otak kiri atau hapalan), emosi, sosial, kreativitas, dan spiritualitas (otak kanan) secara keseluruhan tercakup dalam model pembelajaran holistik.

Model pembelajaran ini membentuk suasana kelas yang bersahabat, kebersamaan, saling mendukung, dan menghargai sesama temannya. Anak didik akan memiliki perasaan bahwa dirinya memiliki kemampuan, karena dalam strategi pembelajaran ini memberikan banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar nyata secara langsung. Perasaan dalam dirinya mampu berkembang dan menumbuhkan rasa percaya diri bahwa di masa depannya nanti ia akan berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Nur, Mohamad. 2008. Pembelajaran Kooperatif. Cetakan Kedua. Depdiknas Dirjen

Dikdasmen. LPMP Jawa Timur.

______________.2008. Model Pengajaran Langsung. Cetakan Kedua. Depdiknas

Dirjen Dikdasmen. LPMP Jawa Timur.

______________. 2008. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya. Pusat

Sains dan Matematika Sekolah Unesa.

______________. 2005. Strategi-strategi Belajar. Edisi 2. Surabaya. Pusat Sains dan

Matematika Sekolah Unesa.

Prayitno. 2009. Dasar Teori dan Praksis Pendidikan. Jakarta. PT. Grasindo.

Prayitno dan Belferik Mnullang. 2011. Pendidikan KARAKTER dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta. PT. Grasindo.

Prayitno, dkk. 2011. Panduan Pelaksanaan Pembelajaran Karakter-Cerdas Format Kelompok (PKC-Ko). Bagian 3. Padang. UNP Press.

Program Peningkatan Kualitas (Pelita SMP/MTs). 2009. Buku Petunjuk Guru Untuk Pembelajaran yang Lebih Baik. Jakarta. Japan International Cooperation

Agency (JICA)

Skutnabb-kangas, Tove (ed) 1995. Multilingualism for All. Lisse: Swets & Zeitlinger.

55

ANALISIS POLA HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KESUKARAN

Dalam dokumen Pembentukan Karakter Melalui Penerapan M (Halaman 61-66)

Dokumen terkait