• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengambilan Sampel

Dalam dokumen Pembentukan Karakter Melalui Penerapan M (Halaman 83-90)

INVENTARISASI PROTOZOA SEPANJANG ALIRAN SUNGAI DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2. Pengambilan Sampel

Alat-alat yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel dibawa ke stasiun pengambilan sampel. Sampel diambil di sungai dengan empat stasiun pengambilan sampel yaitu air sungai di Jl. Patenggangan, air sungai di belakang laboratorium Biologi Fakultas MIPA UNP, air sungai di belakang FT UNP dan air sungai yang berhubungan langsung dengan laut di daerah Jl. Parkit. Pengambilan sampel dilakukan pada siang hari. Pengambilan sampel tiap stasiun dilakukan dengan menggunakan pipa paralon yang dibenamkan secara vertikal sampai ke dasar sungai. Lalu air di dalam pipa paralon diaduk. Kemudian sampel air tersebut diambil sebanyak satu liter, dimasukkan ke dalam ember, dan disaring menggunakan saringan (mesh) ukuran 300µm. Sampel air yang telah disaring tadi diambil sebanyak 100 ml dan dimasukkan ke dalam botol sampel dan diberi formalin 4% sebanyak 10 tetes.

3. Pengamatan Morfologi

Dilakukan setelah dilakukan pengambilan sampel. Sampel air yang telah didapat diamati di bawah mikroskop binokuler (Leica DMD), dengan cara membuat preparat dari protozoa yang terkoleksi. Kemudian sampel protozoa difoto dengan kamera digital (Sony Steady Shot DSC-W310). Dilakukan identifikasi Protozoa yang ditemukan pada tiap stasiun, dengan menggunakan buku panduan Pennak (1978), Thorp and Covich (2001) dan buku-buku panduan lain yang relevan, yang diidentifikasi sampai tingkat genus. Data yang diperoleh dari pengamatan yang terdapat di tiap stasiun, dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan.

73

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari analisis dan identifikasi sampel, ditemukan 3 kelas dari Filum Protozoa yaitu Rhizopoda/ Sarcodina terdiri dari 5 Genus, Flagellata/ Mastigophora terdiri dari 4 Genus dan Ciliata/ Ciliophora terdiri dari 9 Genus, seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi Protozoa yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Sepanjang Aliran Sungai di Kampus UNP

Kelas Ordo Famili Genus

Sarcodina Arcellinida Monothalamida Actinopoda Amoebida Amoebida Trinematidae Amphitrematidae Acanthocystidae Mayorellidae Amoebidae Trinema Archerella Actinophrys Korotnevella Pelomyxa Mastigophora Rhizomastigida Dinoflagellida Euglenida Euglenida Mastigomoebidae Gymnodiniidae Euglenidae Euglenidae Mastigomoeba Gymnodinium Euglena Phacus Ciliophora Nassulida Peniculida Hymenostomatida Haptorida Heterotrichida Heterotrichida Mobilida Euplotida Stirotrichida Nassulidae Parameciidae Turaniellidae Didinae Balantiidae Stentoridae Trichodinadae Euplotidae Stichotrichidae Nassula Paramecium Colpidum Didinium Balantidium Stentor Trichodina Euplotes Stichotricha Hal ini terjadi karena sebagian besar ciliata hidup di air tawar, seperti menurut Anonimous (2011) Infusoria umumnya hidup di air tawar, misalnya di sawah-sawah yang banyak jeraminya. Makanannya terdiri dari bakteri, protozoa lain yang lebih kecil, ganggang renik, ragi dan detritus yang halus. Oleh karena itu Infusoria biasanya menghuni perairan-peraiaran yang tercemar, yang sedang mengalami proses pembusukan yang berat.

Berdasarkan uraian dan penyajian tabel diatas dapat diketahui bahwa sebaran Genus dan jumlah individu dari Filum Protozoa di stasiun II merupakan yang tertinggi dengan persentase sebaran Genus 72% dan jumlah individu 37% yaitu , sedangkan stasiun III memiliki sebaran Genus yang terendah yaitu 56% dan stasiun IV memiliki jumlah individu yang terendah yaitu 13%. Tingginya sebaran Genus pada stasiun II sangat dipengaruhi oleh faktor abiotik dilingkungan tersebut, seperti terlihat pada

74

Tabel 3 bahwa BOD pada stasiun II paling tinggi dibandingkan dari stasiun lainnya. Stasiun II ini berada di sungai samping laboratorium jurusan Biologi UNP dan dalam. Daerah ini menerima masukan dari stasiun I yang berada pada perumahan penduduk dan air got di sekitar kampus FMIPA yang dialirkan ke sungai ini. Keberadaan sungai ini juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah praktikum dari laboratorium. Substrat di stasiun ini berlumpur dan terdapat sampah seperti sisa makanan, plastik atau botol bekas. BOD yang tinggi menandakan bahwa pada diperairan tersebut aktifitas mikroorganisme tinggi, mengakibatkan kebutuhan oksigen tinggi. Menurut Mahida (1984 dalam Raharjo 2011), Aktivitas masukan limbah organik yang memerlukan degradasi oleh mikroorganisme juga berpengaruh terhadap nilai oksigen terlarut perairan karena proses pendegradasian sampah organik tersebut berlangsung secara aerob atau memerlukan oksigen. Ketersediaan oksigen yang cukup di perairan tersebut dapat menguntungkan makhluk hidup (protozoa) pada perairan. Pada habitat yang memiliki kondisi yang cocok terhadap organisme tersebut, maka jenis organisme yang mampu bertoleransi dan beradaptasi lebih besar dengan ketersediaan faktor fisika-kimia yang mendukung kehidupan organisme di dalamnya, sebaliknya habitat yang kondisinya kurang cocok menjadikan faktor pembatas bagi kehidupan dalam habitat perairan tersebut.

Tingginya jumlah individu pada stasiun II juga tidak terlepas dari faktor abiotik (Tabel 3) yang ada diperairan tersebut, karena organisme akan mendominasi suatu perairan apabila ia mampu bertahan pada perairan tercemar tersebut. Menurut Sinaga (2009), tekanan karena buangan bahan organik dan anorganik mengakibatkan terjadinya pembatasan variasi pada jenis organisme, yang berarti hanya beberapa jenis saja yang mampu hidup pada kondisi tersebut. Pengaruh dari substrat dan adanya bahan kimia beracun akan menurunkan jumlah bahkan menghilangkan beberapa jenis organisme pada daerah tersebut. Perbedaan batas toleransi antara populasi dan faktor – faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan berkompetisisi. Jika kondisi lingkungan perairan menurun karena pencemaran maka jenis organisme yang tidak toleran terhadap kondisi tersebut akan menurun populasinya dan sebaliknya. Jenis-jenis organisme yang dapat bertahan tersebut biasanya akan mendominasi komunitasnya.

Hasil pengamatan menunjukan bahwa adanya perbedaan sebaran genus antar stasiun. Sebaran Genus dan jumlah individu di stasiun I ditemukan 12 Genus dengan

75

jumlah individu 75, di stasiun II ditemukan 13 Genus dengan jumlah individu 111, Protozoa di stasiun III ditemukan 10 Genus dengan jumlah individu 74, di stasiun IV ditemukan 11 Genus dengan jumlah individu 42, seperti tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran Genus dan Jumlah Individu dari Filum Protozoa yang Didapatkan pada Setiap Stasiun Sepanjang Aliran Sungai di Kampus UNP

No Nama genus Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV Jumlah

1 Trinema 1 - - - 1 2 Archerella - 4 - - 4 3 Actynophrys 20 22 8 15 65 4 Korotnovella 8 15 9 7 39 5 Pelomyxa 11 5 3 2 21 6 Mastigomoeba 2 1 - - 3 7 Gymnodinium 1 2 5 1 9 8 Euglena 11 11 2 6 30 9 Phacus - 4 - - 4 10 Nassula - - 4 1 5 11 Paramecium - 1 - - 1 12 Colpidium - 1 - - 1 13 Didinium 1 - - 2 3 14 Balantidium - - 2 1 3 15 Stentor 7 7 14 4 32 16 Trichodina 7 23 14 1 45 17 Euplotes 5 15 13 2 35 18 Stichotricha 1 - - - 1 Jumlah 75 111 74 42 302

Berdasarkan tabel diatas dapat juga diketahui Genus yang selalu ditemukan disetiap stasiun (Frekuensi Absolut) pada masing- masing Kelas dan jumlah individu tertinggi. Pada Kelas Rhizopoda terdapat 3 genus (Actynophrys, Korotnovella dan Pelomyxa) dari 5 Genus yang ada kelas Flagellata terdapat 2 Genus (Gymnodinium dan Euglena) dari 4 Genus yang ada tetapi pada genus Gymnodinium jumlah individunya rendah, Sedangkan Kelas Ciliata terdapat 3 Genus (Euplotes,Stentor dan Trichodina) dari 9 Genus yang ada. Menurut Mahida (1984 dalam Raharjo 2011), kondisi kimia-fisika lingkungan suatu habitat perairan akan berpengaruh terhadap

76

keanekaragaman jenis organisme yang hidup di dalamnya, karena kemampuan adaptasi dan batas toleransi setiap jenis organisme terhadap kondisi habitatnya berbeda.

Parameter fisik lingkungan perairan sungai yang diukur pada penelitian ini meliputi: suhu air, pH air, oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO), Biologycal Oxygen Demand (BOD) dan kekeruhan air. Dari empat kali pengambilan sampel, rata-

rata nilai DO yang ditemukan berkisar antara 8,32-10,84. Sedangkan rata-rata nilai BOD antara 2,52-5,29. Nilai rata-rata suhu air sungai dari empat stasiun berkisar antara 29,75-31,250C. Derajat keasaman air sungai antara 5,75-6, dan kedalaman sungai antara 18,25-44,5cm seperti tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Data faktor kimia-fisika air sungai di kampus UNP

Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV

DO 9,07125 10,8355 8,818 8,317 BOD 3,5285 5,29125 3,778 2,52475 Suhu (0C) 29,75 30,375 30,5 31,25 pH 5,75 6 6 5,75 Kekeruhan (cm) 44,5 37,5 24 18,25 PENUTUP

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: ditemukan 3 kelas dari Filum Protozoa yaitu Rhizopoda/ Sarcodina terdiri dari 5 Genus, Flagellata/ Mastigophora terdiri dari 4 Genus dan Ciliata/ Ciliophora terdiri dari 9 Genus dg 302 individu. Ciliata/ciliophora memiliki jumlah genus tertinggi. Stasiun II memiliki sebaran Genus dan jumlah individu tertinggi dibandingkan dengan stasiun lain yaitu dengan sebaran Genus 72% dan jumlah individu 37%. Pada setiap stasiun ditemukan adanya genus yang selalu muncul (Frekuensi Absolut). Pada Kelas Rhizopoda adalah genus Actynophrys, Korotnovella dan Pelomyxa. Pada Kelas Flagellata adalah Genus Gymnodinium dan Euglena tetapi pada genus Gymnodinium jumlah individunya rendah. Pada Kelas Ciliata terdapat Genus Euplotes, Stentor dan Trichodina. Disarankan penelitian ini dilanjutkan dengan menghitung kelimpahan masing masing Kelas.

77

DAFTAR PUSTAKA

Annonimous. 2010a. Protozoa. Wasetiawan. (http: //blog. unila. ac. id/ wasetiawan),

diunduh tanggal 5 April 2010.

__________. 2010b. Protozoa. Wikipedia. (http: //id. wikipedia. org/ wiki/ Protozoa),

diunduh tanggal 5 April 2010.

__________. 2010c. Pengantar Protozoologi. (http: //cahscient. files. wordpress. com/

2008/ 08/ textbook- mikrobiologi17. doc), diunduh tanggal 10 April 2010. __________. 2010d. Protista. (http: //www. ittelkom. ac.id/ admisi/ elearning/ prog3.

php? proses= 1 & kd= Bio- 010501 &bab =Protista &judul= Biologi & rincian= Ciri-Ciri & kd_ judul= Bio- 01 & kode_ bab= 05 & kode_ sub= 01), diunduh tanggal 20 September 2010.

__________. 2010e. Peta Informasi Bencana Sumatera Barat. (http: //opensource.

telkomspeedy. com/ map/), diunduh tanggal 20 November 2010.

__________. 2010f. Universitas Negeri Padang. (http: //id. wikipedia. org/ wiki/

Universitas_ Negeri_ Padang), diunduh tanggal 30 November 2010.

__________. 2011a. pH air. (http: //www. puretrex. com/ home/ ak_ k _ph_air.html),

diunduh tanggal 29 Mei 2011.

__________. 2011b. Amphisiella sp. (http: //www. pirx. com/ droplet/ gallery/

amphisiella. html), diunduh tanggal 14 Juni 2011.

__________. 2011c. Chilomonas sp. (http: //www. pirx. com/ droplet/ gallery/

chilomonas. html), diunduh tanggal 21 Juni 2011.

Alaerts, G., dan Santika S. M. 1984. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.

Darwis. 2002. Taksonomi Avertebrata. Padang: Biologi FMIPA UNP.

Dharmawan, A. 2004. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Hadisubroto, T. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Kastawi, Y. 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.

Levine, N. D. 1995. Protozoologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Magurran, Anne E.. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. New Jersey:

78

McNaughton, S.J. dan Wolf, L.L.. 1998. Ekologi Umum Edisi Kedua. Yogyakarta:

Gadjah Mada Unversity Press.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Novriyanti, Ernie. 2011. Keragaman Diatom Sepanjang Aliran Sungai Sekitar Kampus Universitas Negeri Padang. Jurnal. Padang: Jurusan Biologi FMIPA, UNP.

Pennak, R. W, et all. 1978. Fresh-Water Invertebrates Of The United States Second Editon. New York: A Wiley-Interscine Publication.

Raharjo, A. S.. 2011. Keanekaragaman, Densitas dan Distribusi Bentos di Perairan Sungai Pepe Surakarta. Skripsi dipublikasikan. (http: //www. digilib. uns.

ac. id/upload/dokumen/51121905200908461.pdf), diunduh tanggal 9 Juni 2011.

Razak, A. dan Arief, A.. 2006. Buku Ajar Pengetahuan Lingkungan II (Suatu Pendekatan Jalinan Fungsional). Padang: Universitas Negeri Padang.

Razak, A dan Irma L. E.. 2011. Penuntun Praktikum Ekologi Lahan Basah. Padang:

Universitas Negeri Padang.

Salladien, B. 1985. Geografi Jilid I. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Suwignyo, S. dkk. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya.

Thorp, J. H and A. P Covich. 2001. Ecology and Classification of North American Freshwater Invertebrates. Second Edition. San Diego: Academic Press.

Tim Kashiko. 2004. Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: Kashiko.

Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan. Yogyakata: Beta Offset.

Wellyanto, S. L. 2010. Sistem Klasifikasi Kingdom. (http: //sandrolubis. wordpress. com/ 2008/ 04/ 29/ sistem-klasifikasi-kingdom/), diunduh tanggal 18 November 2010

79

PENGARUH PEMBERIAN SARI NANAS (ANANAS COMUSUS) TERHADAP

Dalam dokumen Pembentukan Karakter Melalui Penerapan M (Halaman 83-90)

Dokumen terkait