• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Kata pendidikan agama Islam terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan agama Islam. Pendidikan berasal dari kata didik yang diberi awalan pe- dan akhiran -an yang mengandung arti perbuatan (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani yaitu pedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris yaitu education yang berarti pengembangan dan bimbingan. Sedangkan dalam bahasa Arab istilah ini sering di terjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan (Ramayulis, 2008:1).

Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam adalah usaha sadar generasi orang tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dengan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT (Majid, 2006:130).

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan

antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI, 2002:3).

Sementara itu pengertian lebih spesifik tentang pendidikan agama Islam diberikan (Syafaat, 2008:16) pendidikan agama Islam yaitu usaha yang berupa pengajaran, bimbingan, dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan, baik pribadi maupun kehidupan masyarakat.

Dari beberapa pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha menyiapkan peserta didik atau anak-anak untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia dalam kehidupanya.

2. Tujuan pendidikan agama Islam

Makna tujuan secara etimologi adalah “arah, maksud atau haluan”, secara terminologi, tujuan berarti “sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”. Oleh H. M. Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses pendidikan Islam adalah “idealism (cita-cita) yang mengandung nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam secara bertahab” (Arief, 2002:19). Menjadikan manusia menjadi manusia insan kamil.

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu:

a. Dimensi keimanan terhadap agama Islam.

b. Dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan terhadap agama Islam.

c. Dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan anak-anak dalam menjalankan ajaran agama Islam.

d. Dimensi pengalamannya dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah di imani, dipahami dan dihayati atau di internalisasi olah anak-anak itu mampu menumbuhkan motifasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta mengaktualisasikan dan merealisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan agama Islam yaitu untuk mencapai keseimbangan kepribadian setiap individu dan untuk mencapai tujuan tersebut orang tua harus memilih cara atau metode yang tepat sesuai karakter anaknya.

3. Kedudukan Pendidikan Agama

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik dan mengangkat mereka ke derajat yang lebih tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan kehidupanya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan mendorong mereka untuk berbuat yang mulia.

Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti hawa nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah SWT, serta berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta mencintai, tolong menolong dan nasehat menasehati.

Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari sejak dini sampai akhir hayat. Pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka serta berkepribadian baik dalam kehidupanya. Dengan pendidikan agama, anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan kewajiban sebagai umat beragama, sehingga mereka mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.

4. Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga

Setiap orang tua tentu mendambakan anaknya menjadi anak yang shaleh, serta memberikan kesenangan dan kebanggaan kepada mereka. Kehidupan anak tidak lepas dari keluarga (orang tua), karena sebagian besar waktu anak terletak dalam keluarga. Peran orang tua paling mendasar didalam mendidik agama kepada anak-anak. Mereka adalah sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena dari orang tualah anak pertama kali menerima pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan agama. Adapun peranan orang tua dapat dibedakan menjadi dua macam :

a. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga

Dari orang tualah anak-anak menerima pendidikan dan bentuk pertama dari pendidikan itu terdapat dalam keluarga, oleh karena itu orang tua memegang peranan penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak. Agar pendidikan anak dapat berhasil dengan baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua antara lain:

1. Mendidik dengan ketauladanan (contoh)

Memberikan arahan, nasihat, memerintahkan, melarang, tidak menjamin kesuksesan dalam mendidik anak kecil. Bahkan umumnya, langkah seperti itu saja justru memancing anak menolak dan jiwa mereka sempit untuk melakukan sesuatu yang diinginkan, cara yang baik dan benar adalah dengan menanamkan nilai dalam jiwa melalui cara praktis yaitu keteladanan (Aulia, 2007:45). Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling

efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual, dan sosial.

Seorangpendidik atau orang tua merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, sebab tingkah laku dan sopan santunya akan ditiru, bahkan semua keteladanya itu akan melekat pada diri dan perasaannya. Apabila kita memperhatikan cara Luqman mendidik anaknya yang terdapat dalam surat Luqman ayat 15, bahwa nilai-nilai agama selalu menghiasi mulai dari penampilan pribadi Luqman yang beriman, beramal sholeh, bersyukur kepada Allah SWT dan bijaksana dalam segala hal.

Selanjutnya yang dididik dan di nasehatkan kepada anaknya adalah kebulatan iman kepada Allah SWT semata, akhlak dan sopan santun terhadap orang tua, kepada sesama dan taat beribadah. Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orang tua selaku pemberi contoh yang ideal kepada anak-anaknya, harus sering terlihat oleh anak-anak dalam melakukan shalat, bergaul dengan sopan santun, berbicara dengan lemah lembut dan lain sebagainya, karena semua itu nanti akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak-anak.

2. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan

Setiap anak dalam keadaan suci, artinya dia dilahirkan di atas fitroh bertauhid dan beriman kepada Allah SWT. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan

kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta menumbuhkan dan mengajak anak ke dalam tauhid murni dan akhlak mulia.

Diantara kebiasaan Al Banna Rahimahullah adalah melandaskan pembinaan melalui metode tidak langsung, metode menyampaikan tanpa meminta, ini banyak dilakukan, khususnya di bulan ramadhan. Jika beliau datang ke rumah dan beristirahat sebentar, beliau bangun beberapa waktu sebelum maghrib, dia memanggil anak-anaknya dengan mengumandangkan Al-Qur’an (Aulia, 2007:47). Hendaklah orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya.

Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat, sehingga akan masuk menjadi bagian dari pribadinya. Abdullah Nashin Ulwan mengemukakan, pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan merupakan salah satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya (Ulwan, 1992:65). Disinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu cara atau metode yang mempunyai peranan yang sangat besar sekali dalam menanamkan pendidikan pada anak sebagai upaya membina akhlaknya.

Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika anak tumbuh besar dan dewasa, dia akan terbiasa melaksanakan

ajaran-ajaran agama dan tidak merasa berat melakukanya. Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan yang nantinya membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.

3. Mendidik dengan nasehat

Diantara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan anak, mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat. Sebab nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakekat sesuatu dan mendorong menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta dengan membekali prinsip-prinsip Islam (Ulwan, 1995:66). Nasehat yang tulus akan membekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan berpikir.

Nasehat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan meninggalkan bekas yang dalam. Al-Qur’an telah menegaskan pengertian ini dalam banyak ayatnya dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan dan kata-kata yang mengandung petunjuk dan nasehat yang tulus (Ulwan, 1995:70). Nasehat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak-anak tentang gejala hakekat serta menghiasinya dengan akhlak mulia.

Nasehat orang tua jauh lebih baik dari pada orang lain, Karena orang tualah yang selalu memberikan kasih sayang serta contoh perilaku yang baik kepada anaknya. Disamping memberikan

bimbingan serta dukungan ketika anak mendapatkan kesulitan atau masalah begitupun sebaliknya ketika anak mendapatkan prestasi 4. Mendidik dengan pengawasan

Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk aqidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan jasmani ataupun dalam hal belajarnya. Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan untuk melihat langsung bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-harinya baik dilingkungan keluarga maupun sekolah.

Dilingkungan keluarga hendaknya anak tidak selalu dimarahi apabila dia berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik. Sedangkan dilingkungan sekolah, pertama-tama anak hendaklah diantar ketika dia pergi kesekolah, begitu pula setelah pulang sekolah hendaknya ditanya kembali pelajaran yang dia dapat dari gurunya. 5. Peran pendidikan agama bagi anak

Chairil Mustafidz dalam bukunya pendidikan yang kaffah bagi anak kita (2009:29-58) membaginya sebagai berikut:

a. Peranan pendidikan agama dalam menciptakan generasi yang loyal Anak-anak kita adalah pemimpin di masa mendatang. Mereka adalah “subbanal yaum wa rijalal-ghadad”, karena di pundak merekalah terletak tanggung jawab dan amanat yang besar. Maju

mundurnya sebuah bangsa, dengan kebudayaan dan peradabannya, adalah sangat bergantung pada kualitas generasi muda.

Rasulluah SAW sangat besar konsentrasinya dalam membina generasi muda, mempersiapkan mereka memanggul tanggung jawab, mengemban risalah dan amanah, guna menjunjung kalimat-kalimat Allah SWT. Pendidikan agama berusaha membangun karakter generasi muda dan membentuk jiwa, mental, akhlak, fisik, serta membentuk ruh keimanan yang kuat.

Pendidikan agama berupaya membentuk karakter generasi muda yang kuat, kokoh, dan berkepribadian Islami, serta loyal dan setia kepada kepentingan agama. Pendidikan agama juga menyerukan kepada generasi muda untuk selalu mempergunakan waktu sebaik-baiknya sebab waktu yang lewat tidak akan datang kembali.

b.Peran pendidikan agama dalam menciptakan generasi yang memiliki keutamaan dan kemuliaan

Diantara milyaran makhluk yang Allah SWT ciptakan di dunia ini, manusialah yang paling sempurna. Dari segi biologis maupun dari kerangka psikologisnya. Manusia tercipta memang paling sempurna dan lengkap. Manusia dikaruniai akal pikiran, yang dengannya ia bisa berfikir, sehingga mengerti segala sesuatu. Dengan akal pikiran pula bisa memilah dan memilih segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.

Manusia akan memiliki drajat yang tinggi, bahkan melebihi tingginya dera jat malaikat, bila ia mampu mempergunakan akal pikirannya untuk sesuatu yang positif, menurut apa yang telah digariskan oleh Allah SWT dalam syariat agama Islam. Tetapi manusia juga bisa mengalami kemunduran, kemerosotan, bahkan kehinaan yang melebihi hewan, bila ia tidak mengoptimalkan daya pikir akalnya, yang pada akhirnya membawanya kepada hal-hal negatif, yang di luar koridor syariat Islam.

Dan karena manusia telah Allah SWT dengan sebaik-baiknya ciptaan (ahsana taqwim), semestinya kita mampu menjaga posisi ini. Pada dasarnya Allah SWT juga menganjurkan kita untuk senantiasa menjaganya, agar kita tidak terjerumus ke dalam lubang “asfala safilin” sebuah kehinaan dan kenistaan yang diterima oleh manusia akibat dari perbuatannya sendiri.

Untuk itulah seharusnya manusia mampu meningkatkan kadar ketaqwaannya kepada Allah SWT. Sehingga ia tetap berada pada posisi yang mulia. Taqwa adalah jalan keluar yang paling tepat dan benar. Yang diperlukan manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

c. Peran pendidikan dalam menciptakan generasi pilihan

Allah SWT telah memilih umat Islam sebagai umat pilihan, sebagai umat yang terbaik, yang diperuntukkan bagi segenap

manusia. Hal ini bisa terwujud dengan ajaran-ajaran yang Allah SWT wahyukan kepada nabi-Nya, berupa kitab suci Al-Qur’an.

Ada beberapa alasan mengapa Allah SWT menjadikan umat Islam sebagai umat pilihan, khaira ummah. Di antara tujuan Allah SWT tersebut ialah untuk mengemban kitab suci, kitab yang tidak akan mampu disentuh oleh kebatilan dari arah manapun, sekaligus melaksanakan isinya, beramar ma’ruf nahi munkar.

d. Peran pendidikan agama dalam menciptakan ukhuwah islamiyah Ukhuwah atau persaudaraan adalah hal yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita, karena dengan persaudaraan, kekuatan kita akan bertambah. Ukhuwah juga merupakan sesuatu yang diwajibkan oleh pendidikan agama, terutama dalam berdakwah, menyeru kepada manusia untuk menjaga izzah (kehormatan) Islam dan kaum muslimin. Ukhuwah juga mendasari sendi-sendi kehidupan bermasyarakat kita, agar sesama kita tercipta suasana yang harmonis, jauh dari permusuhan dan persengketaan. e. Peran pendidikan agama dalam menciptakan generasi ber akhlakul

karimah

Al-Quran menjelaskan cara-cara untuk membentuk akhlak manusia seperti: shalat, mengajak orang untuk berbuat baik, mencegah perbuatan yang mungkar, nasihat yang baik, ajakan kepada keutamaan, kisah-kisah keteladanan, dan lain-lain. Uswatun khasanah yang ada pada diri Rasulluah SAW juga merupakan

implementasi akhlakul karimah. Menjadi contoh teladan dan figur yang ideal. Adalah sebuah kewajiban bagi kita generasi muda untuk menjadikan Rasulluah SAW sebagai panutan di dalam segala aspek kehidupan.

f. Peran pendidikan dalam menciptakan generasi yang selalu optimis Generasi yang optimis ialah generasi yang selalu memandang segala aspek kehidupan ini dengan rasa dan penuh pengharapan yang baik, dan melihat sesuatu dengan penglihatan yang positif. Tidak pernah merasa rendah harapan apalagi putus harapan.

Dalam Al-Qur’an ada nas-nas yang menerangkan bahwa putus harapan dalam melaksanakan agama Allah SWT adalah haram. Sebab putus asa dapat membunuh orang, mengalahkan setiap kepahlawanan, dan yang jelas putus asa dapat mematikan sebuah generasi.

g. Peran pendidikan agama dalam menciptakan generasi yang selalu bersabar

Sabar ialah perilaku kekuatan jiwa yang positif yang mendorong seseorang untuk menguasai segala kelemahan dan membawanya kepada ketegaran dan keteguhan hati dalam menghadapi halangan, rintangan, dan cobaan.

Sikap kuat dalam menahan kesabaran ialah ketika ia mampu mengekang gejolak emosi dan mempertahankan jiwa untuk sabar dalam menghadapi kesulitan atau nafsu yang selalu memerintahkan

kepada kejelekan, kesesatan, kezaliman, dan kekufuran. Sabar ketika kita menghadapi problematika kehidupan serta sabar ketika kita tertimpa musibah.

Allah SWT akan memberi kabar gembira kepada mereka yang mampu menahan emosi dirinya yang bergejolak dengan sabar. Allah SWT berjanji akan memberikan surga, sebaik-baiknya tempat tinggal di akhirat, bagi orang-orang yang mampu bersabar. Dalam nas-nash Al-Qur’an dan Hadits menerangkan bahwa karakter manusia belum bisa dikatakan kamil (sempurna) sebelum ia memiliki sifat sabar dan dapat menguasai kesabarannya.

6. Materi pendidikan agama Islam

Jika dipandang secara umum materi pendidikan agama Islam itu adalah semua ajaran agama Islam itu sendiri, mulai dari konsep aqidah atau keesaan Allah, ibadah, muamalah, sampai pada akhlak yang kesemuanya terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulluah SAW. Oleh sebab itu ruang lingkup pengajaran agama Islam itu sangat luas, karena meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh sebab itu penulis merujuk pada konteks pengajaran agama Isam yang secara umum dikemukakan oleh Prof. Dr. Zakiyah Darajat sebagai berikut: 1). Pengajaran keimanan. 2). Pengajaran akhlak. 3). Pengajaran ibadah. 4). Pengajaran fiqh. 5). Pengajarah ushul fiqh. 6). Pengajaran qiraat Al-Qur’an. 7). Pengajaran ilmu tafsir. 8). Pengajaran tafsir. 9). Pengajaran hadits. 10). Pengajaran ilmu hadits. 11).

Pengajaran sejarah. 12). Pengajaran tarikh tasyri’. Darajat (2008: 59 -117).

7. Proses pendidikan

Proses pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu sama lainnya saling berhubungan. Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersediannya sarana-prasarana serta biaya yang cukup, jika tidak di tunjang dengan pengelolaan yang handal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal.

Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, dan mikro. Pengelolaan proses dalam lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang lazimnya dituangkan dalam bentuk UU pendidikan, peraturan pemerintah, SK mentri, SK dirjen, serta dokumen-dokumen pemerintah tentang pendidikan tingkat nasional yang lain.

Pengelolaan dalam ruang lingkup meso merupakan implikasi kebijakan-kebijakan nasional kedalam kebijakan operasional dalam

ruang lingkup wilayah dibawah tanggung jawab Kakanwil dan Depdikbud.

Pengelolaan dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlangsung di dalam lingkungan sekolah ataupun kelas, sanggar-sanggar belajar, dan satuan-satuan pendidikan lainnya dalam masyarakat. Dalam ruang lingkup ini kepala sekolah, guru, tutor, tenaga-tenaga di dalam pengelolaan pendidikan untuk menciptakan kualitas proses dan pencapaian hasil pendidikan ( http// are-us-chemist.blogspot.com).

Dokumen terkait