• Tidak ada hasil yang ditemukan

         Terjemahnya :

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

f. Metode melalui cerita, ialah metode untuk memberi dorongan psikologi kepada umat manusia. Landasan pada QS.Hud :120

                  Terjemahnya :

Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. g. Metode perumpamaan, ialah metode yang digunakan untuk

mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Landasan pada QS.Al-Baqarah : 17

                  Terjemahnya :

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat.

1. Pengertian Pendidikan Islam

Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani (1987:13) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu yang dilandasi oleh nilai-nilai Islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan dilandasi dengan nilai-nilai pendidikan Islam.

Mohammad Athiyah Al-Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima yang asasi bagi pendidikan Islam, yaitu: a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan

bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.

b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan dan keduniaan saja, tetapi ia menaruh perhatian pada kedua-duanya sekaligus dan ia memandang persiapan untuk kedua kehidupan itu sebagai tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan.

c. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu. Pada waktu pendidik muslim menaruh perhatian kepada pendidikan agama dan akhlak serta mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhirat dan mempersiapkan untuk mencari rezeki, mereka juga menumbuhkan perhatian pada sains, sastra, kesenian dalam berbagai jenisnya.

d. Menyiapkan pelajar dari segi professional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi, teknis dan perusahaan tertentu,

supaya dapat mencari rezeki dalam hidup dan hidup dengan mulia disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.

e. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau spiritual semata, tetapi menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum dan aktivitasnya. Pendidik muslim memandang kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan agama Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik dunia maupun akhirat.

Dalam satu riwayat dijelaskan pula pentingmya Pendidikan agama Islam pada diri setiap manusia dan pengarahan mengenai pentingnya beragama sejak masih kecil. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

Artinya :

Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Alquran, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Alquran akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)

2. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam

Ruqaiyah M. (2006: 12) berpendapat bahwa:Nilai-nilai pendidikan Islam adalah ada pada determinasi yang terdiri dari cara pandang, aturan dan norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu berkaitan dengan akidah, ibadah, syariah, dan akhlak.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah ciri khas, sifat yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang dianut oleh agama Islam.

3. Tujuan Pendidikan Islam

Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun tujuan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui syariat Islam.

Adapun Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan agama Islam, karena tujuan agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan. Dengan demikian tujuan pendidikan agama Islam adalah suatu harapan yang diinginkan oleh pendidikan Islam itu sendiri.

Menurut Muhammad Quthb dalam Ahmad Tafsir (2004:48) tujuan umum pendidikan Islam adalah manusia yang bertaqwa. Itulah manusia yang baik menurutnya.

Menurut M.Arifin (2008:12) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam adalah terciptanya manusia berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya dalam masyarakat.

Sebagaimana dalam QS Al-Hujurat (49: 12)

                                    Terjemahnya :

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Sedangkan menurut M. Arifin, (2008: 12) mengemukakan bahwa: “Tujuan pendidikan agama Islam adalah terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya dalam masyarakat.”

Khalifah Umar Bin Khattab pernah berpesan kepada umat Islam mengenai pentingnya mencari ilmu :

“barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsipa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu”

Penetapan tujuan pendidikan agama Islam dapat dipahami, karena manusia menurut agama Islam adalah makhluk ciptaan Tuhan (Allah SWT), yang dengan sendirinya harus mengabdi. Pendidikan ini mendorong aspek tersebut ke arah keutamaan serta tercapainya kesempurnaan hidup. Tujuan ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah yang berserah diri kepada Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam Firman Allah SWT. QS. Al-An’am (6:162)

          Terjemahnya:

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Memahami pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah ingin membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sebagai tujuan hidup manusia itu sendiri serta merupakan aktualisasi dari hubungan manusia dengan Tuhan pencipta, hubungan manusia dengan sesama manusia serta hubungan alam raya ini.

Menurut Haryanto Al- Fandi (2011:130) menyatakan bahwa dalam konsep Islam mencari ilmu (belajar) adalah keharusan bagi setiap muslim tanpa terkecuali. Hal ini tidak terlepas dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia, yaitu pendidikan penyerahan diri secara ikhlas kepada Sang Khalik yang mengarah pada tercapainya kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat.

Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Dzariyat (51:56):

       Terjemahnya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Landasan pada hadits Rasulullah SAW:

Artinya :

“Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu mengamalkannya. (HR. Abu Hasan)

Atas dasar itu, pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan dalam Islam haruslah sejalan dengan pandangan hidup muslim, yaitu Alquran yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat universal dan Sunnah sebagai penjabaran Alquran.

a. Alquran

Secara etimologi, Alquran berarti bacaan dan secara terminologi Alquran adalah firman-firman Allah SWT yang telah diwahyukan kepada

Nabi Muhammad Saw dengan perantara Malaikat Jibril a.s. dalam konsepsi Islam, Alquran merupakan sumber ajaran (hukum) yang pertama dan yang paling utama. Kedudukan Alquran sebagai sumber ajaran dalam Islam di antaranya dapat dilihat dari kandungan firman Allah dalam Q.S. Ali-Imran (3:138):        Terjemahnya:

“(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”

Alquran merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), spiritual (keruhanian), material (kejasmanian), dan alam semesta. Kelebihan Alquran diantaranya terletak pada metode yang menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya , Alquran mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa mengesakan Allah, serta mengimani hari akhir sehingga Alquran mengetuk akal dan sekaligus hati.

b. Sunnah (Hadis)

Abdurrahman An-Nahlawi (2002:29) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, sunnah memiliki manfaat pokok. Antara lain As-sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam Rasulullah saw. dengan para sahabat atau pun anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan. Landasannya pada Hadits Rasulullah SAW:

Artinya :

Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap amal perbuatannya. (H.R Ibnu Abdul Barr)

c. Ijtihad

Selain Alquran dan sunnah, ijtihad juga dapat dijadikan sebagai landasan pendidikan Islam. Kata ijtihad berasal dari kata

ijtihada-yajtahidu-ijtihadan yang berarti mengerahkan segala kemampuan untuk

menanggung beban.

5. Nilai-nilai dalam Pendidikan Islam

Ada tiga tanggung jawab guru dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam:

a. Nilai Aqidah

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu aqada-yakidu, aqdan yang artinya mengumpulkan atau mengokohkan. Dari kata tersebut dibentuk kata Aqidah.

Aqidah ialah keyakinan hidup dalam arti khas yaitu pengikraran yang bertolak dari hati.

Dalam pembinaan nilai-nilai aqidah ini memiliki pengaruh yang luar biasa pada kepribadian anak, pribadi anak tidak akan didapatkan selain dari orang tuanya. Pembinaan tidak dapat diwakili dengan sistem

pendidikan yang matang. Jadi aqidah adalah sebuah konsep yang mengimani manusia seluruh perbuatan dan prilakunya dan bersumber pada konsepsi tersebut. Aqidah Islam dijabarkan melalui rukun iman dan berbagai cabangnya seperti tauhid ulluhiyah atau penjauhan diri dari perbuatan syirik, aqidah Islam berkaitan pada keimanan. Anak pada usia 6 sampai 12 tahun harus mendapatkan pembinaan aqidah yang kuat, sebab apabila anak telah dewasa mereka tidak terombang-ambing oleh lingkungan mereka. Penanaman aqidah yang mantap pada diri anak akan membawa anak kepada pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Abdurrahman An-Nahlawi (2002: 84) mengungkapkan bahwa “keimanan merupakan landasan aqidah yang dijadikan sebagai guru, ulama untuk membangun pendidikan agama Islam”. Masa terpenting dalam pembinaan aqidah anak adalah masa kanak-kanak dimana pada usia ini mereka memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki pada masa sesudahnya, guru memiliki peluang yang sangat besar dalam membentuk, membimbing dan membina anak, apapun yang diberikan dan ditanamkan dalam jiwa anak akan bisa tumbuh dengan subur, sehingga membuahkan hasil yang bermanfaat bagi orang tua kelak.

Firman Allah dalam QS An-Nisa( 4: 136)

                    

         Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah SWT turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah SWT turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa setiap orang mukmin mesti beriman kepada hal-hal yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Keyakinan kepada hal-hal yang ditetapkan oleh Allah tersebut disebut sebagai aqidah. Dalam Islam keyakinan terhadap hal-hal yang diperintahkan Allah SWT dikenal dengan rukun iman yang terdiri dari beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir dan Qadha dan Qadhar dari Allah.

Dalam menanamkan kepercayaan seperti yang telah disebutkan di atas maka guru sebagai pendidik di sekolah harus memiliki tanggungjawab yang berat agar membimbing dan mengarahkan peserta didik melalui berbagai upaya dan pendekatan agar memiliki keyakinan yang jelas terhadap agamanya. Penanaman keyakinan terhadap aqidah agama Islam terhadap peserta didik tidak hanya menjadi pengetahuan semata, akan tetapi nilai-nilai aqidah tersebut dapat diimplementasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Ibadah adalah suatu wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah SWT Ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan. Keimanan merupakan pundamen, sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimanan tersebut.

Dari sudut kebahasaan, “ibadat” (Arab: ‘ibadah, mufrad; ibadat,

jamak) berarti pengabdian (seakar dengan kata Arab ‘abd yang berarti

hamba atau budak), yakni pengabdian (dari kata “abdi”, abd) atau penghambaan diri kepada Allah SWT, Tuhan yang maha Esa. Karena itu dalam pengertiannya yang lebih luas, ibadat mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini, termasuk kegiatan duniawi sehari-hari, jika kegiatan itu dilakukan dengan sikap batin serta niat pengabdian dan penghambaan diri kepada Tuhan, yakni sebagai tindakan bermoral.

Abu A’alal Maududi (1994: 107) menjelaskan pengertian ibadah sebagai berikut: “Ibadah berasal dari kata Abd yang berarti pelayan dan budak. Jadi hakikat ibadah adalah penghambaan. Sedangkan dalam arti terminologinya ibadah adalah usaha mengikuti hukum dan aturan- aturan Allah SWT dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan perintahnya, mulai dari akil balig sampai meninggal dunia”.

Dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan, karena ibadah merupakan bentuk perwujudan dari keimanan. Dengan demikian kuat atau lemahnya ibadah

seseorang ditentukan oleh kualitas imannya. Semakin tinggi nilai ibadah yang dimiliki akan semangkin tinggipula keimanan seseorang. Jadi ibadah adalah cermin atau bukti nyata dari aqidah.

Firman Allah SWT dalam surat Taha ayat 132:

                Terjemahnya:

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, kamilah yang memberikan rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa”.

Jika ditinjau lebih lanjut ibadah pada dasarnya terdiri dari dua macam yaitu: Pertama; Ibadah ‘Am yaitu seluruh perbuatan yang

dilakukan oleh setiap muslim dilandasi dengan niat karena Allah SWT Ta’ala. Kedua; Ibadah Khas yaitu suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan perintah dari Allah SWT dan Rasul-Nya.

c. Nilai Pendidikan Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari khuluqun, yang secara bahasa berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa akhlak berhubungan dengan aktivitas manusia dalam hubungan dengan dirinya dan orang lain serta lingkungan sekitarnya.

“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.

Jadi, Akhlak merupakan suatu sifat mental manusia dimana hubungan dengan Allah SWT dan dengan sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Baik atau buruk akhlak disekolah tergantung pada pendidikan yang diberikan oleh gurunya. Landasan hadisnya adalah:

Artinya :

Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Dari hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pentingnya pendidikan Islam ditanamkan sejak anak tersebut masih kecil dan tidak kalah pentingnya peranan orangtua dalam mendidik sang anak agar dikemudian hari tidak ingkar dari Islam.

BAB III

Dokumen terkait