• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU TERHADAP PENGUASAAN METODE PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTS AISYIAH SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU TERHADAP PENGUASAAN METODE PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTS AISYIAH SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

KASNAWIYAH NIM. 105 19 01360 11

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436 H / 2015 M

(2)

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi saudari Kasnawiyah NIM 105190136011 ”Peningkatan kompetensi paedagogik guru terhadap penguasaan metode pengajaran PAI di MTs Aisyiah Sungguminasa Kabupaten Gowa” telah diujikan pada hari Sabtu 14 Dzulqaidah 1436 H bertepatan dengan 29 Agustus 2015 M di hadapan tim penguji dan dinyatakan telah dapat diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, 14 Dzulqaidah 1436 H 29 Agustus 2015 M

DEWAN PENGUJI :

1. Ketua : Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. (………)

2. Sekretaris : Dr. Abd. Rahim Razaq, M. Pd. (………)

3. Tim Penguji : 1. Dra.Hj Nurhaeni DS. M.Pd (………...)

2. Drs. H. Abd. Samad Tahir (………)

3.Dr.Abd. Azis Muslimin S.Ag, M.Pd.I (………)

4.Markas Iskandar S.Ag, M.Pd. (………...)

Disahkan

Dekan Fakultas Agama Islam

Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NBM. 554 612

(3)

BERITA ACARA MUNAQASYAH

Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar telah mengadakan sidang Munaqasyah Pada:

Hari/Tanggal : Sabtu 14 Dzulqaidah 1436 H/29 Agustus 2015 M. Tempat : Kampus UNISMUH Makassar

Jl. Sultan Alauddin No. 259 (Gedung Iqra Lantai IV) Makassar. MEMUTUSKAN

Bahwa Saudari

Nama : KASNAWIYAH

NIM : 105 19 01360 11

Judul Skripsi : Peningkatan kompetensi paedagogik guru terhadap penguasaan metode pengajaran PAI di MTs Aisyiah Sungguminasa Kabupaten Gowa

Ketua Sekretaris

Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I Dr. Abd Rahim Razaq, M.Pd

NBM. 554 612 NIDN. 0920085901

Penguji I : Dra.Hj Nurhaeni DS. M.Pd (……….) Penguji II : Drs.H.Abd Samad Tahir (……….) Pembimbing I : Dr. Abd Azis Muslimin S.Ag, M.Pd.I (……….) Pembimbing II : Markas Iskandar S.Ag, M.Pd.I (……….) Makassar, 14 Dzulqaidah 1436 H

29 Agustus 2015 M Dekan Fakultas Agama Islam Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I NBM. 554 612

(4)

iv

PENINGKATAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK GURU TERHADAP PENGUASAAN METODE PENGAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MTS AISYIAH SUNGGUMINASA KABUPATEN GOWA adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip darikarya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 25 Agustus 2015

KASNAWIYAH 105 190 136011

(5)

v

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salam dan salawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu„alaihi wa

sallam, keluarganya, sahabatnya serta orang-orang yang senantiasa

mengikutinya sampai hari kiamat.

Atas berkat dan Rahmat-Nya jualah maka dengan mengarahkan segenap kemampuan maka skiripsi yang berjudul “peningkatan kompetensi paedagogik guru terhadap penguasaan metode pengajaran pendidikan agama islam” dapat dirampungkan sesuai dengan harapan.

Berkat dukungan dan semangat dan dorongan moral yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

1. Ayahanda Alimuddin dan Syarifah.B yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik, memotivasi dan membiayai penulis dengan penuh keikhlasan, ketahaban dan kesabaran.

2. Dr. H. Irwan Akib, M. Pd Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar beserta unsur yang terlibat di dalamnya, yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada kami untuk menuntut ilmu.

(6)

vi Islam.

5. Maryam M. Thi sebagai sekretaris Jurusan Fakultas Agama Islam.

6. Dr.Aziz Muslimin S.Ag, M.Pd.I dan Markas Iskandar, S. Ag, M. Pd.I selaku pembimbing skripsi

7. Bapak dan Ibu dosen Unismuh Makassar Khususnya dosen Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar.

8. Teman-teman di Fakultas Agama Islam khususnya teman sekelas angkatan 2011 yang telah membantu penulis dengan dukungan serta do‟a.

9. Serta semua pihak yang penulis tidak mampu sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, kepada Allah Swt. Kami memohon agar semua pihak yang telah memberikan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini senantiasa mendapat balasan yang setimpal di sisi-Nya, amin.

Makassar,25 Agustus 2015 Penyusun

(7)

x Muslimin dan Markas Iskandar)

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui cara meningkatkan kompetensi paedagogik guru di Mts Aisyiah Sungguminasa Kabupaten Gowa,untuk mengetahui penguasaan metode pengajaran dan untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam upaya penguasaan metode pengajaran.

Peneliti memilih penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan field research.. Pendekatan ini diambil karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah bukan dalam kondisi terkendali atau laboratories. Penelitian ini dilaksanakan di MTS AISYIAH Sungguminasa Kabupaten Gowa. Adapun objek pada penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Islam. Populasi yang diambil adalah guru Agama dan siswa yang ada d Mts Aisyiah Sungguminasa. Sampel dari guru sebanyak 5 orang dan siswa sebanyak 20 orang.

Hasil penelitian, kompetensi paedagogik guru PAI tercermin pada saat proses pembelajaran sehingga menumbuhkan hasrat belajar yakni 12 responden atau 60%. 8 responden atau 40% kadang-kadang dan 0% yang berpendapat tidak. Kompetensi paedagogik guru PAI berperan penting dalam memenuhi kebutuhan belajar siswa responden yang menjawab ya ada 16 orang atau 80%, dan yang menjawab kadang-kadang 4 responden atau 20% dan 0 yang menjawab tidak. Metode pengajaran yang diberikan oleh guru dapat memotivasi dalam belajar sehingga menumbuhkan optimisme dalam meraih cita-cita, 14 responden yang memilih ya atau 70%, sedangkan yang memilih kadang-kadang 6 responden atau 30 % dan 0% yang memilih tidak. Siswa memberi apresiasi dalam penerapan metode pengajaran yang diberikan oleh guru PAI, 11 responden yang memilih ya atau 55%, 8 responden atau 40% yang memilih kadang-kadang dan 1 responden atau 5% yang tidak memberikan apresiasi. Kadang-kadang siswa menemukan hal menarik pada saat proses belajar, 11 responden yang memilih kadang-kadang atau 55%, 7 responden yang memilih ya atau 35% dan 2 responden yang menyatakan tidak atau 10%. Lingkungan sekolah cukup kondusif dalam mendukung suasana proses belajar ditandai dengan 11 responden atu 55% yang menjawab ya. 8 responden atau 40% yang menjawab kadang-kadang dan 1 responden atau 5% menjawab tidak.

(8)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix ABSTRAK ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Paedagogik ... 8

B. Metode Pengajaran ... 12

C. Pendidikan Agama Islam ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Objek Penelitian ... 29

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Definisi Oprasional Variabel ... 30

E. Populasi dan Sampel ... 31

F. Instrumen Penelitian ... 32

G. Teknik Pengumpulan Data ... 33

H. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum MTS Aisyiah Sungguminasa... 35

(9)

v BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 65 B. SARAN ... 65 Daftar Pustaka ... 67 Lampiran

(10)

ix

Tabel.3 Gedung dan bangunan sekolah ... 40 Tabel.4 Keadaan guru Mts Aisyiah ... 45 Tabel.5 Petugas keamanan ... 46 Tabel.6 Kompetensi paedagogik guru PAI tercermin pada saat proses

pembelajaran sehingga menumbuhkan hasrat belajar... 47 Tabel.7 kompetensi paedagogik guru PAI berperan penting dalam

memenuhi kebutuhan belajar ... 48 Tabel.8 Metode yang duberikan oleh guru dapat memotivasi dalam

belajar sehingga dapat menumbuhkan optimisme meraih cita-cita ... 54 Tabel.9 Memberi apresiasi dalam penerapan metode pengajaran yang

diberikan guru PAI... 54 Tabel.10 Hal menarik yang ditemukan saat proses belajar ... 57 Tabel.11 Lingkungan sekolah cukup kondusif dalam mendukung suasana

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lain. Hal ini terbukti dengan dianugerahkannya akal pada manusia untuk berpikir. Seiring dengan tingkat berfikirnya manusia, maka pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Terlebih untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks dan menantang ini, masyarakat Indonesia perlu memiliki kepribadian, keterampilan dan kompetensi tertentu agar mereka dapat menghadapi dan dapat mengatasi kecenderungan yang tidak diinginkan serta dapat mendorong kecenderungan-kecenderungan yang diinginkan tumbuh dari tata kehidupan yang semakin mengglobal.

Dalam proses pendidikan sendiri mempunyai beberapa tujuan pendidikan diantaranya menggali dan mengembangkan potensi iman atau fitrah manusia dan membentuk manusia yang berakhlak mulia. Kesejahteraan bangsa Indonesia bukan lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas sehingga tuntutan untuk terus-menerus memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Mutu lulusan tidak cukup bila diukur dengan standar lokal saja, sebab perubahan global telah sangat besar mempengaruhi ekonomi suatu

(12)

bangsa. Agar peserta didik memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif sesuai dengan standar mutu nasional dan internasional, maka kurikulum perlu dikembangkan dengan pendekatan berbasis kompetensi. Hal ini dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan cara seperti itu, lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan daerah dan karakteristik peserta didik serta tetap memiliki fleksibilitas dalam melaksanakan kurikulum yang berdiversifikasi.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki peserta didik. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Hal ini harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir peserta didik tidak bisa diarahkan.

Basis kompetensi harus menjamin pertumbuhan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penguasaan keterampilan hidup dan pengembangan kepribadian Indonesia yang kuat dan berakhlak mulia.

(13)

Pendidikan agama harus terus diupayakan, dilaksanakan melalui proses pembelajaran, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Sedangkan untuk mengembangkan fikiran dan perasaan peserta didik dalam proses kependidikan agama perlu didesain model pembelajaran. Sehingga apa yang menjadi tujuan dari proses pembelajaran itu sendiri dapat dicapai. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

Harus kita sadari bahwa pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada umumnya masih menempatkan guru sebagai sumber ilmu pengetahuan. Metode cerita dan ceramah dianggap sebagai pilihan strategi pembelajaran yang bisa mengatasi masalah. Terutama untuk mata pelajaran ilmu Sosial atau Pendidikan Agama. Kebanyakan guru merasa kesulitan mencari cara pembelajaran yang efektif. Dari sini guru harus bisa memiliki strategi dan metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal. Selain itu guru harus bisa mengembangkan tugas yang paling utama yaitu UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik.

(14)

Ajaran Islam harus didekati secara ilmiah dan rasional. Karena dengan prinsip ini, ajaran Islam bukan hanya mudah dipahami dan diterima umat manusia, tetapi sekaligus melatih umat Islam menjadi kritis dan sehat penalarannya, dan lebih dari itu, ajaran Islam akan diterima berdasarkan kesadaran ilmiah yang benar.

Melihat dari semua permasalahan yang ada maka dibutuhkan tindakan yang mampu mencari jalan keluarnya. Salah satu solusi adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengaja perlu dipermantap.

Guru berperan dalam membentuk dan menentukan kualitas SDM di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan SDM berkualitas di masa yang akan datang, maka diperlukan guru yang berkualitas pula. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan meningkatkan kompetensinya.

Kompetensi merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk berkinerja unggul. Kompetensi lebih dari sekedar pengetahuan dan keterampilan (skill). Kompetensi juga melibatkan kemampuan untuk memenuhi tuntutan yang kompleks dengan menggambarkan dan

(15)

memobilisasi sumber daya psikososial (skill dan attitudes) dalam konteks tertentu.

Seorang guru perlu meningkatkan kompetensi paedagogik yang dimilikinya, karena Kompetensi pedagogik mengedepankan kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengeplementasikan pembelajaran, menilai proses hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Menurut peraturan tentang guru, bahwasanya kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik.

MTS AISYIAH Sungguminasa Kabupaten Gowa adalah salah satu sekolah berbasis Islam dan tercatat sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah. MTS AISYIAH Sungguminasa Kabupaten Gowa memiliki jumlah peserta didik yang cukup banyak. Peserta didik di MTS AISYIAH Sungguminasa Kabupaten Gowa menggali informasi seputar pelajaran di kelas dan didampingi oleh guru-gurunya. Apabila guru tidak mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan maka terciptalah suasana belajar yang membosankan dan pada akhirnya peserta didik akan mengalami masa sulit dalam belajar.

(16)

Berdasarkan fenomena yang terjadi maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian lebih mendalam dalam hal ini sekaligus berusaha memahami berbagai hal yang berkaitan dengan pentingnya peningkatan kompetensi paedagogik guru terhadap penguasaan metode pengajaran PAI di MTS AISYIAH Sungguminasa Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana meningkatkan kompetensi paedagogik guru di MTS AISYIAH Sungguminasa Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana penguasaan metode pengajaran PAI di Mts Aisyiah Sungguminasa Kabupaten Gowa?

3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam upaya penguasaan metode pengajaran?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah yang ada, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui cara meningkatkan kompetensi paedagogik guru di MTS AISYIAH Sungguminasa Kabupaten Gowa.

2. Mengetahui penguasaan metode pengajaran PAI di Mts Aisyiah Sungguminasa Kabupaten Gowa

(17)

3. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam upaya penguasaan metode pengajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dan berusaha dicapai dalam melakukan penelitian ini antara lain :

1. Penelitian ini akan memberikan pemahaman mengenai cara meningkatkan kompetensi paedagogik guru di MTS AISYIAH Sungguminasa

2. Penelitian ini akan memberikan informasi kepada akademis mengenai tingkat penguasaan metode pengajaran PAI oleh guru agama di MTS AISYIAH Sungguminasa

3. Penelitian ini akan memberikan konstribusi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, sekaligus mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam upaya penguasaan metode pengajaran.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kompetensi Paedagogik

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan.

Kompetensi menurut Abd Majid adalah Seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu.

Kompetensi paedagogik sesuai dengan UU RI Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 dan PP Nomor 19/2005 adalah kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan mengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

Kompetensi paedagogik merujuk pada kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak, sedangkan pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengeplementasikan pembelajaran, menilai proses hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan.

Glasser dalam Nana Sudjana (1991) menyebutkan bahwa ada 4 hal yang harus dikuasai oleh guru, yakni :

(19)

1. Menguasai bahan pengajaran

2. Kemampuan mendiagnosa tingkah laku siswa 3. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran 4. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa.

Jika disederhanakan, maka minimal 2 hal yang harus dimiliki serta dikuasai oleh seorang guru agar pembelajaran bisa berjalan secara efektif dan bermakana, yaitu:

a. Menguasai materi /bahan ajar

Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus menguasai bahan apa yang akan diajarkan sekaligus sebagai bahan-bahan apa yang mendukung jalannya proses belajar mengajar dengan modal menguasai bahan, guru akan dapat menyampaikan materi perjalanan dinamis.

Bahan pelajaran adalah substansi yang disampaikan dalam proses belajar mengajar. Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan peserta didik dengan wibawanya, sehingga peserta didik percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran.

Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2002), Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh gurtu sesuai dengan profesi keahliannya (disiplin ilmunya).

(20)

Sedangkan bahan pelajaran pelengkap atau penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pelajaran pokok. Bahan pelajaran ini biasanya bahan yang terlepas dari disiplin keilmuan guru, tetapi dapat digunakan sebagai bahan penunjang dalam penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat memberikan motivasi kepada sebagian besar atau semua peserta didik. Tidak kalah pentingnya sikap seorang guru dalam proses pembelajaran. Dalam hadits Rasulullah SAW dijelaskan :

Artinya :

Dari Umar Ibnul Khattab R.A beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Pelajarilah olehmu ilmu pengetahuan dan pelajarilah pengetahuan itu dengan tenang dan sopan, rendah hatilah kami kepada orang yang belajar kepadanya” (H.R Abu Nu’aim)

Ibrahim & Nana Syaodih (2003), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan bahan pelajaran :

1) Bahan pengajaran hendaknya sesuai dengan/menunjang tercapainya tujuan instruksional

2) Bahan pengajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan siswa secara umumnya

3) Bahan pengajaran hendaknya terorganisasi secara sistematik dan berkesinambungan.

(21)

4) Bahan pengajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.

b. Menguasai ilmu mendidik

Selain menguasai materi, seorang guru juga harus menguasai ilmu mendidik. Tanpa penguasaan ilmu mendidik, pembelajaran tidak akan bermakna.

Beberapa hal yang termasuk dalam kawasan ilmu mendidik yang harus dikuasai oleh seorang guru, berikut ini:

1) Ilmu tentang dasar-dasar pendidikan 2) Ilmu tentang metode mengajar 3) Ilmu tentang media

4) Ilmu tentang kelas 5) Ilmu tentang waktu

6) Ilmu tentang karakteristik peserta didik 7) Ilmu tentang strategi belajar mengajar

Jadi, dapat disimpulkan bahwa banyak hal-hal pokok yang wajib dimiliki oleh seorang guru hingga bisa dikatakan sebagai tenaga pendidik profesional. Dengan menguasai ilmu-ilmu di atas maka guru dengan mudah mentransformasikan ilmu kepada peserta didik pada saat proses belajar berlangsung. Seorang guru yang pandai memainkan perannya di kelas maka akan memberikan daya tarik tersendiri kepada peserta didik, sehingga mereka akan tertantang untuk lebih giat dalam menuntut ilmu.

(22)

B. Metode Pengajaran 1. Pengertian metode

Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Kata mengajar sendiri berarti memberi pelajaran. Jadi metode mengajar adalah cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang ditetapkan.

Menurut Mohd.Athiyahal-Absyi, metode mengajar adalah jalan yang kita ikuti untuk memberi pemahaman kepada murid-murid terhadap segala macam pelajaran dalam segala mata pelajaran.

Menurut Syaiful B.Djamarah (1995), metode memiliki kedudukan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar, menyiasati perbedaan individual anak didik dan untuk mencapaitujuan pembelajaran. 2. Ciri-ciri umum metode pengajaran yang baik

Terdapat beberapa ciri dari sebuah metode pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:

a. berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran akhlak Islami yang mulia

b. bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi.

c. bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis

(23)

d. tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi

e. memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengembangkan materi f. memberikan keleluasan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya g. mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat

dalam keseluruhan proses pembelajaran. 3. Macam-macam metode pengajaran

a. Metode ceramah, ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Berdasarkan hadits Rasulullah SAW :

( Artinya :

Dari Abdillah bin Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Tulislah, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar dari mulut ini kecuali kebenaran. (HR. Abu Daud)

b. Metode tanya jawab, ialah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru. Landasan pada QS Al Baqarah : 215                 

(24)

        Terjemahnya :

Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." dan apa saja kebaikan yang kamu buat, Maka Sesungguhnya Allah Maha mengetahuinya.

c. Metode diskusi, ialah salah satu cara mendidik yang berupaya memecahkan masalah yang dipahami, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasi untuk memperkuat pendapatnya.

d. Metode suri teladan, ialah ucapan, perbuatan dan contoh tingkah laku yang baik dalam hal apaun. Maka hal itu merupakan suatu amaliyah yang paling penting dan paling berkesan, baik bagi pendidikan anak, maupun dalam kehidupan dan pergaulan manusia sehari-hari. Landasan pada QS.Al Ahzab : 21

                  Terjemahnya :

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

e. Metode pendidikan melalui nasehat, ialah cara mendidik yang bertumpu pada bahasa baik lisan maupun tulisan. Landasan pada QS.Al-Ashar : 3

(25)

          Terjemahnya :

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

f. Metode melalui cerita, ialah metode untuk memberi dorongan psikologi kepada umat manusia. Landasan pada QS.Hud :120

                   Terjemahnya :

Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. g. Metode perumpamaan, ialah metode yang digunakan untuk

mengungkapkan suatu sifat dan hakikat dari realitas sesuatu. Landasan pada QS.Al-Baqarah : 17

                  Terjemahnya :

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat.

(26)

1. Pengertian Pendidikan Islam

Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani (1987:13) menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengubah tingkah laku individu yang dilandasi oleh nilai-nilai Islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan dilandasi dengan nilai-nilai pendidikan Islam.

Mohammad Athiyah Al-Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan lima yang asasi bagi pendidikan Islam, yaitu: a. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan

bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.

b. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan dan keduniaan saja, tetapi ia menaruh perhatian pada kedua-duanya sekaligus dan ia memandang persiapan untuk kedua kehidupan itu sebagai tujuan tertinggi dan terakhir bagi pendidikan.

c. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu. Pada waktu pendidik muslim menaruh perhatian kepada pendidikan agama dan akhlak serta mempersiapkan diri untuk kehidupan dunia dan akhirat dan mempersiapkan untuk mencari rezeki, mereka juga menumbuhkan perhatian pada sains, sastra, kesenian dalam berbagai jenisnya.

d. Menyiapkan pelajar dari segi professional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat menguasai profesi, teknis dan perusahaan tertentu,

(27)

supaya dapat mencari rezeki dalam hidup dan hidup dengan mulia disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.

e. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau spiritual semata, tetapi menaruh perhatian pada segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum dan aktivitasnya. Pendidik muslim memandang kesempurnaan manusia tidak akan tercapai kecuali dengan memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan agama Islam berarti sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik dunia maupun akhirat.

Dalam satu riwayat dijelaskan pula pentingmya Pendidikan agama Islam pada diri setiap manusia dan pengarahan mengenai pentingnya beragama sejak masih kecil. Berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

Artinya :

Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta membaca Alquran, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi Alquran akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya” (H.R Ad-Dailami)

(28)

2. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Islam

Ruqaiyah M. (2006: 12) berpendapat bahwa:Nilai-nilai pendidikan Islam adalah ada pada determinasi yang terdiri dari cara pandang, aturan dan norma yang ada pada pendidikan Islam yang selalu berkaitan dengan akidah, ibadah, syariah, dan akhlak.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa nilai-nilai pendidikan Islam adalah ciri khas, sifat yang melekat yang terdiri dari aturan dan cara pandang yang dianut oleh agama Islam.

3. Tujuan Pendidikan Islam

Karena pendidikan Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan, Allah telah menyusun tujuan pendidikan yang jelas bagi seluruh manusia melalui syariat Islam.

Adapun Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan agama Islam, karena tujuan agama adalah agar manusia memiliki keyakinan yang kuat dan dapat dijadikan sebagai pedoman hidupnya yaitu untuk menumbuhkan pola kepribadian yang bulat dan melalui berbagai proses usaha yang dilakukan. Dengan demikian tujuan pendidikan agama Islam adalah suatu harapan yang diinginkan oleh pendidikan Islam itu sendiri.

Menurut Muhammad Quthb dalam Ahmad Tafsir (2004:48) tujuan umum pendidikan Islam adalah manusia yang bertaqwa. Itulah manusia yang baik menurutnya.

(29)

Menurut M.Arifin (2008:12) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Agama Islam adalah terciptanya manusia berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya dalam masyarakat.

Sebagaimana dalam QS Al-Hujurat (49: 12)

                                    Terjemahnya :

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

Sedangkan menurut M. Arifin, (2008: 12) mengemukakan bahwa: “Tujuan pendidikan agama Islam adalah terciptanya manusia yang berilmu pengetahuan tinggi, dimana iman dan takwanya menjadi pengendali dalam penerapan atau pengaruhnya dalam masyarakat.”

Khalifah Umar Bin Khattab pernah berpesan kepada umat Islam mengenai pentingnya mencari ilmu :

“barangsiapa yang menghendaki kebaikan di dunia maka dengan ilmu. Barangsipa yang menghendaki kebaikan di akhirat maka dengan ilmu. Barangsiapa yang menghendaki keduanya maka dengan ilmu”

(30)

Penetapan tujuan pendidikan agama Islam dapat dipahami, karena manusia menurut agama Islam adalah makhluk ciptaan Tuhan (Allah SWT), yang dengan sendirinya harus mengabdi. Pendidikan ini mendorong aspek tersebut ke arah keutamaan serta tercapainya kesempurnaan hidup. Tujuan ini merupakan cerminan dan realisasi dari sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia keseluruhannya. Sebagai hamba Allah yang berserah diri kepada Khaliknya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencipta-Nya untuk merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam Firman Allah SWT. QS. Al-An’am (6:162)

          Terjemahnya:

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

Memahami pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah ingin membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sebagai tujuan hidup manusia itu sendiri serta merupakan aktualisasi dari hubungan manusia dengan Tuhan pencipta, hubungan manusia dengan sesama manusia serta hubungan alam raya ini.

(31)

Menurut Haryanto Al- Fandi (2011:130) menyatakan bahwa dalam konsep Islam mencari ilmu (belajar) adalah keharusan bagi setiap muslim tanpa terkecuali. Hal ini tidak terlepas dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia, yaitu pendidikan penyerahan diri secara ikhlas kepada Sang Khalik yang mengarah pada tercapainya kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat.

Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Dzariyat (51:56):

       Terjemahnya:

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Landasan pada hadits Rasulullah SAW:

Artinya :

“Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah tidak akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu mengamalkannya. (HR. Abu Hasan)

Atas dasar itu, pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan pendidikan dalam Islam haruslah sejalan dengan pandangan hidup muslim, yaitu Alquran yang merupakan nilai-nilai luhur yang bersifat universal dan Sunnah sebagai penjabaran Alquran.

a. Alquran

Secara etimologi, Alquran berarti bacaan dan secara terminologi Alquran adalah firman-firman Allah SWT yang telah diwahyukan kepada

(32)

Nabi Muhammad Saw dengan perantara Malaikat Jibril a.s. dalam konsepsi Islam, Alquran merupakan sumber ajaran (hukum) yang pertama dan yang paling utama. Kedudukan Alquran sebagai sumber ajaran dalam Islam di antaranya dapat dilihat dari kandungan firman Allah dalam Q.S. Ali-Imran (3:138):        Terjemahnya:

“(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”

Alquran merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan (sosial), moral (akhlak), spiritual (keruhanian), material (kejasmanian), dan alam semesta. Kelebihan Alquran diantaranya terletak pada metode yang menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya , Alquran mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa mengesakan Allah, serta mengimani hari akhir sehingga Alquran mengetuk akal dan sekaligus hati.

b. Sunnah (Hadis)

Abdurrahman An-Nahlawi (2002:29) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, sunnah memiliki manfaat pokok. Antara lain As-sunnah mampu menjelaskan konsep dan kesempurnaan pendidikan Islam Rasulullah saw. dengan para sahabat atau pun anak-anak sebagai sarana penanaman keimanan. Landasannya pada Hadits Rasulullah SAW:

(33)

Artinya :

Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Carilah ilmu sekalipun di negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat menaungkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap amal perbuatannya. (H.R Ibnu Abdul Barr)

c. Ijtihad

Selain Alquran dan sunnah, ijtihad juga dapat dijadikan sebagai landasan pendidikan Islam. Kata ijtihad berasal dari kata

ijtihada-yajtahidu-ijtihadan yang berarti mengerahkan segala kemampuan untuk

menanggung beban.

5. Nilai-nilai dalam Pendidikan Islam

Ada tiga tanggung jawab guru dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam:

a. Nilai Aqidah

Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu aqada-yakidu, aqdan yang artinya mengumpulkan atau mengokohkan. Dari kata tersebut dibentuk kata Aqidah.

Aqidah ialah keyakinan hidup dalam arti khas yaitu pengikraran yang bertolak dari hati.

Dalam pembinaan nilai-nilai aqidah ini memiliki pengaruh yang luar biasa pada kepribadian anak, pribadi anak tidak akan didapatkan selain dari orang tuanya. Pembinaan tidak dapat diwakili dengan sistem

(34)

pendidikan yang matang. Jadi aqidah adalah sebuah konsep yang mengimani manusia seluruh perbuatan dan prilakunya dan bersumber pada konsepsi tersebut. Aqidah Islam dijabarkan melalui rukun iman dan berbagai cabangnya seperti tauhid ulluhiyah atau penjauhan diri dari perbuatan syirik, aqidah Islam berkaitan pada keimanan. Anak pada usia 6 sampai 12 tahun harus mendapatkan pembinaan aqidah yang kuat, sebab apabila anak telah dewasa mereka tidak terombang-ambing oleh lingkungan mereka. Penanaman aqidah yang mantap pada diri anak akan membawa anak kepada pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Abdurrahman An-Nahlawi (2002: 84) mengungkapkan bahwa “keimanan merupakan landasan aqidah yang dijadikan sebagai guru, ulama untuk membangun pendidikan agama Islam”. Masa terpenting dalam pembinaan aqidah anak adalah masa kanak-kanak dimana pada usia ini mereka memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki pada masa sesudahnya, guru memiliki peluang yang sangat besar dalam membentuk, membimbing dan membina anak, apapun yang diberikan dan ditanamkan dalam jiwa anak akan bisa tumbuh dengan subur, sehingga membuahkan hasil yang bermanfaat bagi orang tua kelak.

Firman Allah dalam QS An-Nisa( 4: 136)

                    

(35)

         Terjemahnya:

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah SWT turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah SWT turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”

Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa setiap orang mukmin mesti beriman kepada hal-hal yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Keyakinan kepada hal-hal yang ditetapkan oleh Allah tersebut disebut sebagai aqidah. Dalam Islam keyakinan terhadap hal-hal yang diperintahkan Allah SWT dikenal dengan rukun iman yang terdiri dari beriman kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari Akhir dan Qadha dan Qadhar dari Allah.

Dalam menanamkan kepercayaan seperti yang telah disebutkan di atas maka guru sebagai pendidik di sekolah harus memiliki tanggungjawab yang berat agar membimbing dan mengarahkan peserta didik melalui berbagai upaya dan pendekatan agar memiliki keyakinan yang jelas terhadap agamanya. Penanaman keyakinan terhadap aqidah agama Islam terhadap peserta didik tidak hanya menjadi pengetahuan semata, akan tetapi nilai-nilai aqidah tersebut dapat diimplementasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

(36)

Ibadah adalah suatu wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah SWT Ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan. Keimanan merupakan pundamen, sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimanan tersebut.

Dari sudut kebahasaan, “ibadat” (Arab: ‘ibadah, mufrad; ibadat,

jamak) berarti pengabdian (seakar dengan kata Arab ‘abd yang berarti

hamba atau budak), yakni pengabdian (dari kata “abdi”, abd) atau penghambaan diri kepada Allah SWT, Tuhan yang maha Esa. Karena itu dalam pengertiannya yang lebih luas, ibadat mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini, termasuk kegiatan duniawi sehari-hari, jika kegiatan itu dilakukan dengan sikap batin serta niat pengabdian dan penghambaan diri kepada Tuhan, yakni sebagai tindakan bermoral.

Abu A’alal Maududi (1994: 107) menjelaskan pengertian ibadah sebagai berikut: “Ibadah berasal dari kata Abd yang berarti pelayan dan budak. Jadi hakikat ibadah adalah penghambaan. Sedangkan dalam arti terminologinya ibadah adalah usaha mengikuti hukum dan aturan- aturan Allah SWT dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan perintahnya, mulai dari akil balig sampai meninggal dunia”.

Dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ajaran Islam yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan, karena ibadah merupakan bentuk perwujudan dari keimanan. Dengan demikian kuat atau lemahnya ibadah

(37)

seseorang ditentukan oleh kualitas imannya. Semakin tinggi nilai ibadah yang dimiliki akan semangkin tinggipula keimanan seseorang. Jadi ibadah adalah cermin atau bukti nyata dari aqidah.

Firman Allah SWT dalam surat Taha ayat 132:

                Terjemahnya:

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, kamilah yang memberikan rizki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertaqwa”.

Jika ditinjau lebih lanjut ibadah pada dasarnya terdiri dari dua macam yaitu: Pertama; Ibadah ‘Am yaitu seluruh perbuatan yang dilakukan oleh setiap muslim dilandasi dengan niat karena Allah SWT Ta’ala. Kedua; Ibadah Khas yaitu suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan perintah dari Allah SWT dan Rasul-Nya.

c. Nilai Pendidikan Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari khuluqun, yang secara bahasa berarti: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa akhlak berhubungan dengan aktivitas manusia dalam hubungan dengan dirinya dan orang lain serta lingkungan sekitarnya.

“Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan- perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.

(38)

Jadi, Akhlak merupakan suatu sifat mental manusia dimana hubungan dengan Allah SWT dan dengan sesama manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Baik atau buruk akhlak disekolah tergantung pada pendidikan yang diberikan oleh gurunya. Landasan hadisnya adalah:

Artinya :

Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Dari hadits di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya pentingnya pendidikan Islam ditanamkan sejak anak tersebut masih kecil dan tidak kalah pentingnya peranan orangtua dalam mendidik sang anak agar dikemudian hari tidak ingkar dari Islam.

(39)
(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan field

research.. Pendekatan ini diambil karena dalam penelitian ini berusaha

menelaah fenomena sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah bukan dalam kondisi terkendali atau laboratoris Lexy J Moleong, (2002:3) mendefenisikan “pendekatan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTS AISYIAH Sungguminasa Kabupaten Gowa, dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut adalah sekolah berbasis Islam dan sepatutnya guru PAI memiliki kapasitas yang memadai. Objek pada penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Islam dan siswa.

C. Variabel Penelitian

Kata Variabel berasal dari dari Bahasa Inggris “variable” yang berarti ubahan faktor tidak tetap atau gejala yang dapat berubah. Menurut Sutrisno Hadi dalam Suharsimi Arikunto (2010:159) mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi Misalnya jenis kelamin karena

(41)

jenis kelamin mempunyai variasi seperti laki-laki, perempuan dan berat badan. Sehingga variabel adalah obyek penelitian yang bervariasi.

Hatch dan Farhady dalam Sugiono (2014) mengemukakan bahwa variabel sebagai atribut seseorang, atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain. Diberikan contoh, tingkat aspirasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja, dan lain-lain.

Adapun penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu:

1. Variabel terikat (Dependent variabel) kompetensi paedagogik guru.

2. Variabel bebas (Independent variabel) yaitu penguasaan metode pengajaran pendidikan agama Islam.

D. Defenisi Operasional Variabel

1. Kompetensi paedagogik adalah : kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan mengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

2. Penguasaan metode pengajaran pendidikan agama Islam adalah : cara-cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang ditetapkan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kompetensi paedagogik adalah kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan mengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

(42)

Kompetensi paedagogik yang telah dimiliki oleh guru membantu guru dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang ditetapkan.

E. Populasi dan sampel 1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.

Tabel 1

Keadaan Populasi

NO POPULASI JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 GURU 10 19 29

2 SISWA 124 248 372

Sumber Data : Kantor tata usaha MTS Aisyiah Sungguminasa Kab.Gowa 2015

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2014: 63) pengertian sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat

(43)

diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian menjelaskan, berdasarkan penetapan jika subyeknya berjumlah atau lebih dari 100 orang maka diambil antara 10-15 % atau 20-25 %. Tetapi apabila populasi kurang dari 100, maka diambil keseluruhannya. Pada penelitian kali ini jumlah 5 sampel diambil dari guru dan 20 sampel dari siswa.

Tabel 2

Keadaan Sampel

NO POPULASI JENIS KELAMIN JUMLAH

LAKI-LAKI PEREMPUAN

1 GURU 2 3 5

2 SISWA 7 13 20

Sumber Data : Kantor tata usaha MTS Aisyiah Sungguminasa Kab.Gowa 2015

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menyaring informasi yang dapat menggambarkan variabel-variabel penelitian. Suatu instrumen harus teruji validitas dan realibilitasnya agar dapat memperoleh data yang valid dan reliabel pula.

Adapun instrumen yang peneliti gunakan adalah:

1. Pedoman Observasi. Arikunto dalam Rosnina (2005: 23) Metode observasi adalah “suatu aktivitas yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu subjek menggunakan seluruh alat indra. Jadi, dapat disimpulkan bahwa observasi merupakan suatu proses

(44)

yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, tingkah laku. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

2. Pedoman wawancara. Arikunto dalam Rosnina (2005: 23) Wawancara adalah “sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai.” Pada teknik wawancara, yang digunakan pada penelitian ini ialah pedoman wawancara terstruktur, yaitu peneliti ketika melaksanakan tatap muka dengan informan menggunakan pedoman wawancara. Adapun alat yang digunakan antara lain ATK dan alat perekam.

3. Catatan dokumentasi. Arikunto dalam Rosnina 2005: 24, mengatakan bahwa:Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang yang tertulis. Metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil/hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Jadi dapat disimpulkan bahwa catatan dokumentasi merupakan alat yang digunakan untuk mencatat/ mengumpulkan data dari beberapa dokumen. Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis.

(45)

4. Angket. Arikunto dalam Rosnina (2005: 22). Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden atau hal-hal yang diketahui. Angket berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh responden.

G. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu: 1. Tahap Persiapan.

Pada tahap ini penulis terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang dibutuhkan seperti menyiapkan proposal penelitian, menyusun instrumen penelitian, mengurus surat izin untuk penelitian kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian Field research, yaitu penelitian lapangan di MTS AISYIAH Sungguminasa Kab.Gowa.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik observasi untuk memperoleh gambaran pelaksanaan penguasaan metode pengajaran Pendidikan Agama Islam sebagai upaya peningkatan kompetensi paedagogik guru.

Adapun tahapan pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu : 1. Persiapan, mengkaji bahan pustaka, dan memperluas fokus

perhatian.

2. Memilih lokasi lapangan dan memperoleh akses untuk masuk dalam lokasi tersebut.

(46)

3. Memulai di tempat penelitian dan menjalin hubungan sosial dengan orang yang diteliti.

4. Memilih peran sosial.

5. Mengumpulkan data di lapangan.

6. Menganalisis data, mengembangkan sistem kerja.

7. Memfokuskan pada aspek-aspek khusus dari setting yang diamati dan melakukan pengambilan sampel secara teoritis.

8. Melakukan wawancara.

9. Meninggalkan lokasi, menyelesaikan analisis, dan menulis laporan penelitian lapangan.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelittian ini dilakukan dengan analisis field

research . Field research merupakan penelitian yang termasuk dalam

penelitian kualitatif . Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap keadaan, fakta, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan apa adanya. Analisis field research untuk pengolahan data hasil penelitian yang dimaksud untuk menjawab, merumuskan masalah tersebut.

Tujuan dari penelitian field research searah dengan rumusan masalah serta pertanyaan penelitian/identifikasi masalah. Hal ini disebabkan tujuan dari penelitian ini akan menjawab pertanyaan yang sebelumnya dikemukakan oleh rumusan masalah serta pertanyaaan penelitian/identifikasi masalah.

(47)

BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTS AISYIYAH Sungguminasa 1. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

Visi :

Visi Sekolah adalah membentuk siswa (i) yang berkualitas dalam IMTAQ dan IPTEK.

Misi:

Misi MTS Aisyiyah Sungguminasa Gowa ini adalah unggul dalam prestasi berdasarkan Iman dan Takwa.

Adapun Misi tersebut Adalah Sebagai berikut:

a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif kearah perkembangan siswa secara optimal

b. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat dikembangkan dalam penguasaan IPTEK.

c. Melatih dan membiasakan siswa untuk melaksanakan tata krama, tata tertib, dan adat istiadat dalam kehidupan sosial sekolah dan budaya bangsa.

d. Menumbuhkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama, sehingga menjadi sumber kearifan dan perilaku.

2. Profil Sekolah

a. Riwayat Singkat pendirian dan pembinaan

(48)

Mts Aisyiyah berdiri pada tahun 1976 berlokasi di sungguminasa Gowa di bawah asuhan Aisyiyah cabang sungguminasa. Sekolah ini didirikan sebagai salah satu amal usaha dari Aisyiyah cabang sungguminasa untuk mendirikan cabang di bidang pendidikan.

Sejak berdirinya hingga sekarang, MTs. Aisyiyah Sungguminasa Gowa telah dipimpin oleh tiga kepala sekolah, yaitu: Drs. Borahima, M.Pd. Dra. Hj. Musdalifah Wahab dan Aziz Masang, S.Ag., M.Si

b. Fasilitas

Sebagai sekolah menengah, Mts Aisyiyah Sungguminasa Gowa memiliki Fasilitas Yang dapat dikategorikan sangat memadai dan mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar yang kondusif. Adapun fasilitas yang dimiliki Mts Aisyiyah Sungguminasa Gowa, Yaitu: perpustakaan, Ruang BP, Aula, Ruang tata Usaha, ruang belajar, ruang guru, ruang Kepala Sekolah dan Mushollah.

1) Gedung Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa Mts Aisyiyah Sungguminasa Gowa terletak dijalan Balla Lompoa no. 26 sungguminasa, sekitar 100 meter sebelah barat Balla Lompoa. Sekitar 20 meter sebelah barat terdapat gedung dakwah muhammadiyah sungguminasa. Gedung ini digunakan oleh dua sekolah yakni MTS aisyiyah dan SMP Aisyiyah dan juga sebelahan dengan Madrasah Aliyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa.

(49)

Ruang Kelas di MTs Aisyiyah Sungguminasa cukup tertata dengan baik meskipun beberapa gambar yang dianggap sering menjadi hiasan kelas seperti gambar presiden dan wakil presiden, lambang garuda danlain sebagainya masih jarang terlihat menghiasi dinding kelas. Untuk MTs sendiri menggunakan Ruangan sebanyak 6 Ruangan. Untuk kelas VII a, VIIb, VIIc menggunakan ruangan diwaktu pagi, sementara dengan ruangan yang sama diisi oleh kelas IX a, IX b, IX c diwaktu siang. Sedangkan untuk ruang kelas VIII berada dilantai 2 gedung sebelah selatan yang mana dilantai satu digunakan oleh siswa(i) SMP Aisyiyah Sungguminasa. Tiap ruangan terdapat 24 bangku dan tempat duduk dengan jumlah siswa 20 – 48 siswa.

3) Perpustakaan

Perpustakaan MTs. Aisyiyah Sungguminasa terletak di lantai dasar agak kebelakang sehingga suasananya sangat tenang.

4) Ruang Guru

Ruang guru MTs. Dan SMP Aisyiyah terletak dalam satu ruangan Letaknya didepan tempat parkir sebelah kanan pintu masuk gedung sekolah, di ruang guru ini terdapat meja, kursi dan almari guru. Selain itu terdapat papan pengumuman, daftar guru dan karyawan, tatatertib guru dan lain-lain. Sedangkan dari segi pemanfaatnya, setiap hari lebih dari 10 orang guru hadir dan memanfaaatkan ruangan tersebut sebagai tempat persiapan mengajar dan saling

(50)

berbagi pengalaman tentang kondisi peserta didik yang dihadapi hari itu.

5) Ruang Kantor Dan Kepala Sekolah

Ruangan kantor dan ruangan kepala sekolah terletak di sebelah kiri gerbang masuk. Dalam ruangan tersebut terdapat ruangan kepala sekolah MTs dan SMP Aisyiyah yang saling bersebelahan, di depan ruangan kepala sekolah terdapat sofa untuk tamu yang datang serta terdapat lemari yang berisikan banyak tropy dan piala yang diraih oleh siswa-siswi MTs dan SMP Aisyiyah sungguminasa Gowa

6) Ruang Tata Usaha

Ruang tata usaha terletak di sebelah ruangan kantor dan dibatasi dengan tangga menuju lantai 2 gedung. Ruangan tata usaha sangat kecil tapi nampak rapi dengan penataan yang sangat unik sehingga banyak aktifitas dapat dilakukan dalam ruangan yang sederhana itu. 7) Kamar Mandi/ WC

Terdapat tiga kamar mandi yang masih berfungsi, dan bersebelahan dengan tempat wudhu.

8) Mushollah

Mushollah terletak di depan halaman menghadap ke barat. Selain digunakan sebagai tempat ibadah.. Kondisi musholla cukup baik meskipun instalasi kelistrikan belum terbenahi sehingga sulit untuk memasang kipas angin.

(51)

c. Identitas Sekolah

Nama Sekolah :Madrasah Tsanawiyah Aisyiyah Sungguminasa Gowa

Lokasi :Jl. Balla Lompoa No. 26 Sungguminasa, Tabel.3

Gedung dan bangunan sekolah

No Jenis Ruangan/ Gedung Jumlah Keterangan 01 02 03 04 05 06 07 08 09

Ruangan Kelas untuk belajar

Ruangan Kepala Sekolah dan Wakil Ruangan Tata Usaha

Ruangan Guru

Aula/ Ruangan Pertemuan Mushallah WC/ Kamar Kecil Gudang Halaman Sekolah 6 1 1 1 1 1 3 1 1

Sumber data: Kantor tata usaha Tahun MTS Aisyiah Sungguminasa Kab.Gowa 2015

d. Keadaan Siswa

Seperti halnya sekolah- sekolah yang lain mendidik siswa-siswi, khusus pada MTs. Aisyiyah Sungguminasa Gowa mendidik siswa-siswi sebanyak 372 orang, dengan rincian sebagai berikut:

1. Kelas VII terdiri dari : 129 Siswa Kelas VII A : 48 siswa

(52)

Kelas VII B : 42 siswa Kelas VII C : 39 Siswa

2. Kelas VIII terdiri dari : 129 Siswa Kelas VIII A : 47 Siswa

Kelas VIII B : 41 Siswa Kelas VIII C : 41 Siswa

3. Kelas IX terdiri dari : 114 Siswa Kelas IX A : 39 Siswa

Kelas IX B : 38 Siswa Kelas IX C : 37 Siswa Tata Tertib Siswa Tata Tertib Umum

1. menjadi siswa yang berjiwa luhur, taat kepada Allah SWT, orang tua, bertanggung jawab atas kewajibannya, rajin, jujur, dan berbudi luhur. 2. Memiliki sikap keterbukaan, tenggang rasa dan semangat kerja keras. 3. Berusaha eningkatkan nama baik sekolah, baik didalam maupun

diluar sekolah.

4. Memelihara ketenangan belajar, merawat alat-alat sekolah sertakelestarian sekolah.

Tata Tertib Khusus

1. Memakai pakaian seragam sekolah sesuai dengan ketentuan:

Hari senin dan selasa memakai baju putih, celana/ rok biru, kaos kaki putih, ikat pinggang hitam dan jilbab putih bagi wanita. Hari rabu dan

(53)

kamis, memakai seragam muslimin (MTs) baju dan celana putih/ jilbab putih, kaos kaki putih, ikat pinggang hitam dan sepatu hitam. Hari jumat dan sabtu memakai seragam pramuka, kaos kaki hitam dan sepatu hitam.

2. Hadir disekolah sebelum jam pelajaran pertama dimulai (06.50)

a. Melaporkan diri pada guru piket bila terlambat dan tidak diperkenankan untuk mengikuti pelajaran sebelum menunjukkan surat izin dari pimpinan/ guru piket.

b. Meminta izin pada guru kelas, apabila keluar dari ruangan untuk sebuah keperluan dan meminta izin kepada kepala sekolah bila hendak keluardari lingkungan sekolah pada jam pelajaran berlangsung

c. Meminta izin kepada kepala sekolah jika ingin menerma tamu. d. Mengikuti shalat berjamaah dzuhur, kultum dan mengaji yang

diselenggarakan disekolah.

e. Bagi laki-laki tidak diperbolehkan berambut panjang dan bermodel rambut tidak etis. Bagi wanita tidak diperbolehkan berkuku panjang dan memakai kuteks.

f. Siswa tidak diperkenankan berpakaian tidak layak dan bersolek secara berlebihan.

g. Siswa tidak diperbolehkan berkeliaran didepan kelas selama jam pelajaran berlangsung.

(54)

h. Siswa dilarang mengotori meja, mencore-coret dinding, meludah disembarang tempat, membuang sampah seenaknya, merusak taman, membuat kebisingan dan teriakan lain atau perbuatan yang mengganggu ketenangan.

i. Dilarang membawa rokok dan merokok dilingkungan sekolah j. Dilarang membawa senjata tajam dan semacamnya.

k. Dilarang membawa bacaan, dan foto-foto yang berasusila.

l. Dilarang mengganggu teman,berbicara keras, berlari-lari atau berbuat hal yang tidak senonoh dalam mushollah.

m. Siswa dilarang meakukan perkelahian dengan dalih apapun yang menjadi dalang dari perkelahian tersebut.

n. Dilarang mengambil hak orang lain tanpa seisin dari pemiliknya 3. Administrasi

a. Apabila ada siswa yang tidak masuk sekolah karena sakit atau ada alasan lain, maka orang tua/ wali harus mengirim surat kesekolah. b. Apabila siswa sakit lebih dari 3 hari, maka harus menyertakan

surat keterangan sakit dari dokter.

c. Apabila siswa tidak mengikuti palajaran selama 3 hari berturut-turut tanpa pemberitahuan, maka pihak sekolah berkewajiban menyampaikan kepada orang tua/ wali.

d. Apabila siswa pindah sekolah, orang tua/ wali harus memberikan penyampaian tertulis kepada kepala sekolah untuk mentelesaikan administrasi.

(55)

e. Pembayaran uang sekolah harus diselesaikan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap bulannya

4. Sanksi-sanksi

Siswa yang tidak mengindahkan atau melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang tersebut di atas, maka akan dikenakan sanksi sebagai berikut:

a. Teguran atau peringatan secara lisan b. Pemanggilan orang tua/wali

c. Dipulangkan

d. Dikeluarkan dari sekolah 3. Personil

a. Guru

Guru sering juga disebut tenaga pendidik, merupakan salah satu unsur dalam dunia pendidikan yang sangat berperan penting untuk memberikan bimbingan kepada siswa khususnya di MTs. Aisyiyah Sungguminasa. Mereka diharapkan dapat memberikan perhatian dan bimbingan secara prefosional dengan menggunakan metode yang tepat agar tercipta suasana kondusif selama proses belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi tingkat stress orang tua (ketidaktahuan merawat anak, kurangnya support sistem, mekanisme koping

Sesuai hasil pemeriksaan BPKP tahun buku 2008 memberikan kesimpulan bahwa BPD Sultra telah menyajikan laporan keuangan per tanggal 31 Desember 2008 dan 2007 secara

Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka yang terjadi dalam ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi mengkaji tentang Penggunaan sidik

Sampell yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kacapiring ( Gardenia jasminoides Ellis), sampel kemudian dikeringkan ditempat yang tidak terkena sinar

Manfaat yang diberikan apabila Tertanggung dan/atau Tanggungan menjalani Rawat Inap di Rumah Sakit baik akibat sakit meupun kecelakaan sesuai dengan Manfaat Asuransi

Teknik budidaya green butterhead secara hidroponik sistem NFT dengan media tanam rockwool yang dilakukan yakni dimulai dari pemilihan lokasi, pembersihan instalasi

Hasil penelitian dan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan pada Uji F, yaitu antara variable-variabel OCB yakni Altruism

Dapatan kajian ini melaporkan mengenai isu penyelidikan berkaitan perubahan dan perkembangan budaya dan nilai-nilai murni orang-orang Melayu yang merangkumi bidang