• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Kebencanaan Dan Mitigasi Bencana

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Deskripsi Teoritis .1 Media Pembelajaran .1 Media Pembelajaran

2.1.4 Pendidikan Kebencanaan Dan Mitigasi Bencana

Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis, (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007) .

Bencana ada berbagai macam antara lain banjir, gempa dan tsunami, tanah longsor, dan lain-lain. Banjir menurut Setyowati (2011) dalam Setyowati (2017:57) merupakan limpasan air yang melebihi tinggi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai yang menyebabkan genangan pada lahan rendah di sisi sungai. Menurut Sastrodihardjo (2010) dalam Setyowati (2017:57) banjir dapat disebabkan oleh kondisi alam yang statis seperti geografis, topografis dan geometri alur sungai. Peristiwa alam yang dinamis seperti curah hujan yang tinggi, pembendungan dari laut pada sungai induk, amblesan tanah dan pendangkalan akibat sedimentasi, serta aktivitas manusia yang dinamis seperti adanya tata guna lahan, dataran banjir yang tidak sesuai, yaitu dengan mendirikan pemukiman di bantaran sungai, kurangnya prasarana pengendalian banjir, amblesan permukaan tanah dan kenaikan muka air laut akibat global warming.

Longsoran merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya menuruni atau keluar lereng akibat terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Tanah longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di daerah tropis basah...Bencana alam gerakan massa tanah tersebut cenderung semakin meningkat seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia, Hardiyatmo (2006) dalam Setyowati (2017:123-124).

Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi vulkanik (meletusnya

gunung api) di laut, longsoran (landslide) dilaut, atau jatuhnya meteor di laut. Perbedaan gelombang tsunami dengan gelombang yang dibangkitkan oleh angin adalah terletak pada gerakan airnya. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin hanya menggerakan air laut bagian atas, namun pada gelombang tsunami menggerakkan seluruh kolom air dari permukaan sampai dasar, Diposaptono Budiman (2008) dalam Setyowati (2017:179-180).

Pendidikan kebencanaan pada hakikatnya merupakan salah satu aspek dari kehidupan lingkungan. Konsepsi dari pendidikan kebencanaan merupakan proses pendidikan tentang hubungan manusia dengan alam dan lingkungan binaan, termasuk tata hubungan manusia dengan dinamika alam, pencemaran, alokasi pengurusan sumber daya alam, pelestarian alam, transportasi, teknologi perencanaan kota dan pedesaan, Sotaryono (1999) dalam Setyowati (2017:40).

Indonesia merupakan negara yang luas dengan jumlah pulau sebanyak 13.700 pulau, dengan jumlah penduduk mencapai 230 juta jiwa. Terjadi ketimpangan distribusi penduduk, yaitu akumulasi 60% jumlah penduduk yang tinggal di pulau Jawa, dan sebesar 80% GDP negara terkonsentrasi di pulau Jawa. Peningkatan jumlah penduduk cenderung menurunkan kualitas lingkungan. Terlepas dari ketimpangan yang ada, Indonesia juga mengalami beberapa jenis bencana yakni banjir, tanah longsor, gempa bumi, pergerakan lempeng, letusan gunung api, epidemik penyakit, kebakaran hutan, kekeringan, angin ribut dan masih banyak lagi, pernyataan ini berdasarkan Provetionweb (2010) dalam Setyowati (2017:1). Hal ini sesuai pula dengan pernyataan dari Pascapurnama dkk (2017:95), Screening of DIBI data and identification of infectious disease related

information revealed that eight major natural disasters occurred during 2004– 2016 in Indonesia. The natural disasters mostly took place in Sumatra and Java islands , producing death, injury, IDPs, and damaged infrastructure. Because Sumatra and Java islands are the most populous islands in Indonesia, the events threatened large populations and produced strong aftereffects. Those natural disasters were followed by the occurrence of infectious diseases.

Berdasarkan hal tersebut tentunya dapat diketahui jika terjadi bencana khususnya di pulau Jawa akan dapat memakan banyak korban jiwa jika penduduknya tidak begitu memahami tentang penanganan terhadap bencana baik saat prabencana, saat bencana, dan sesudah bencana. karena bencana datang secara tiba-tiba, kapan saja dan dimana saja, sehingga penting untuk mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif bencana tersebut.

Mitigasi adalah sebuah upaya untuk melakukan perencanaan yang tepat untuk meminimalkan dampak bencana. Mitigasi bukanlah sebuah strategi akhir, namun di perlukan agar resiko-resiko yang ada dapat diminimalisir, (Setyowati, 2017:21). Menurut Coburn (1994) dalam Setyowati (2017:21), Mitigasi berarti mengambil tindakan-tindakan untuk mengurangi pengaruh-pengaruh dari suatu bahaya sebelum bahaya itu terjadi. Istilah mitigasi berlaku untuk cakupan yang luas dari aktivitas-aktivitas dan tindakan-tindakan perlindungan yang mungkin diawali, dari yang fisik, seperti membangun bangunan-banngunan yang lebih kuat, sampai dengan prosedural, seperti teknik-teknik baku untuk menggabungkan

penilaian bahaya di dalam rencana penggunaan lahan. Adapun kegiatan dari masing-masing tahapan bencana yaitu:

1) Pra bencana

Kegiatan dalam penanggulangan bencana pada tahap pra bencana yang dapat dilakukan dalam perkiraan terhadap ancaman bencana yang akan terjadi dan kemungkinan dampak yang dapat timbulkan antara lain sebagai berikut (Peraturan Kepala BPNP Nomor 4 Tahun 2008):

a. Pencegahan dan mitigasi

Bertujuan untuk menghindari terjadinya bencana serta mengurangi ancaman yang dapat ditimbulkan oleh bencana. “Ada dua bentuk mitigasi, yaitu mitigasi struktural berupa pembuatan infrastruktur pendorong meminimalisasi dampak, serta mitigasi non struktural berupa penyusunan peraturan, pengelolaan tata ruang dan pelatihan”, Paripurno (2008) dalam Setyowati (2017:22).

Hal tersebut sejalan dengan Rahman (2015:4-5) yang menyatakan bahwa terdapat 2 jenis mitigasi bencana yang meliputi :

1. Mitigasi Struktural Bencana, Mitigasi struktural ditujukan dalam rangka pembuatan infrastruktur sebagai upaya minimalisasi dampak dari bencana 2. Mitigasi Non Struktural Bencana, Mitigasi Non Strktural lebih menekankan

kepada peningkatan kapasitas seseorang. Untuk mitigasi non struktural sendiri terdiri dari:

a) Pemberian Informasi b) Sosialisasi

b. Kesiapsiagaan

Dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda, dan berubahnya tata kehidupan masyarakat.

2) Tanggap darurat

Tanggap darurat merupakan tahap tindakan atau pengerahan pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:

a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya.

b. Penentuan status keadaan darurat bencana.

c. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana. d. Pemenuhan kebutuhan dasar.

e. Perlindungan terhadap kelompok rentan.

f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

3) Pemulihan

Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal yang lebih baik agar kehidupan masyarakat dapat berjalan kembali.

Dokumen terkait