• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

C. Pendidikan Kesetaraan

pelaksanaan kebijakan, pembagian tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab pelaksana kebijakan.

2) Fragmentasi

Fragmentasi merupakan penyebaran atau pemecahan tanggung jawab atau tugas-tugas kebijakan ke dalam unit-unit kerja untuk memudahkan melaksanakan kebijakan, akan tetapi di dalam organisasi pelaksana kebijakan yang terfragmentasi membutuhkan koordinasi yang intensif antar unitnya agar tidak terjadi ketimpangan informasi yang mengagalkan kebijakan.

C. Pendidikan Kesetaraan 1. Pengertian Pendidikan

Keberadaan pendidikan tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Pendidikan menjadi kebutuhan dasar manusia, dan sudah ada sejak adanya kehidupan manusia yang kemudian terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Pendidikan menjadi bagian dari upaya pembentukan kepribadian manusia secara utuh yang menghantarkan individu menjadi manusia memiliki kualitas diri.

Nurani Soyomukti (2013: 27) memaknai pendidikan sebagai proses yang ditujukan untuk memberikan manusia berbagai macam situasi untuk memberdayakan diri. Menurut Crow and Crow, pendidikan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kehidupan sosial dan membantu mewariskan adat, budaya, dan kelembagaan sosial (Fuad Ikhsan, 2013: 5). Ki Hajar Dewantara memaknai pendidikan sebagai

20

upaya untuk menumbuhkembangkan budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak secara seimbang agar dapat mencapai keseimbangan antara hidup dan dunianya (Fuad Ikhsan, 2013:5). Driyakarya menjelaskan bahwa

pendidikan adalah “proses memanusiakan manusia muda” (Rugaiyah dan Atiek Sismiati, 2013: 6).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas tentang pengertian pendidikan dapat diketahui bahwa pendidikan merupakan dari upaya pembentukan kepribadian manusia secara utuh sebagai manusia individual dan sosial serta hamba Tuhan Yang Maha Esa, serta sebagai proses pewarisan adat istiadat dari generasi ke generasi selanjutnya.

2. Pengertian Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan kesetaraan merupakan salah salah satu jenis pendidikan yang masuk ke dalam pendidikan non formal. Pendidikan non formal merupakan satu dari tiga jalur pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Bersama dengan pendidikan informal, pendidikan non formal yang masuk kedalam cakupan pendidikan luar sekolah diselenggarakan oleh pemerintah sebagai mitra dari pendidikan formal. Melalui berbagai jenis pendidikan yang diselenggarakan, pendidikan non formal bersama-sama dengan pendidikan formal berusaha untuk menyiapkan peserta didik melalui berbagai kegiatan bimbingan, pengajaran, pembelajaran dan latihan untuk kehidupan masa depannya termasuk pemenuhan perannya di masa yang akan datang.

21

Pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan non formal yang ditetapkan pemerintah sebagai kebijakan untuk memenuhi kesempatan pendidikan dasar dan menengah bagi masyarakat yang setara dengan pendidikan foemal. Mustofa Kamil (2011: 97-98) memaknai pendidikan kesetaraan sebagai pendidikan yang ditujukan kepada peserta didik yang tidak sekolah atau putus sekolah, lulusan program kesetaraan atau pendidikan informal, dan berkeinginan untuk menempuh pendidikan atau pendidikan selanjutnya yang setara dengan pendidikan formal melalui program kesetaraan Paket A setara SD, Paket B setara SMP, dan Paket C setara SMA.

Standar kompetensi lulusan pendidikan kesetaraan dinilai setara dengan pendidikan formal. Peserta didik yang memiliki ijazah pendidikan kesetaraan, memiliki hak yang sama dan setara dengan pemilik ijazah dari pendidikan formal. Ijazah tersebut dapat digunakan untuk mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk kepentingan lain seperti mendaftar pekerjaan.

3. Program Pendidikan Kesetaraan

Program kesetaraan yang diselenggarakan pemeritah melingkupi tiga jenis program yaitu program kesetaraan paket A yang setara yang SD/MI, program kesetaraan paket B yang setara dengan SMP/MTS dan program kesetaraan paket C yang setara dengan SMA/MA.

22 a. Program kesetaraan paket A

Program Paket A merupakan pendidikan non formal yang setara SD/MI yang diselenggarakan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan kesetaraan. Pelaksanaannya program paket A memprioritaskan anak-anak yang berada pada kelompok usia 13-15 tahun (3 tahun di atas usia SD/MI), yaitu anak-anak usia sekolah dasar yang tidak melanjutkan sekolah dan merupakan anak-anak yang berada pada usia wajib belajar 9 tahun. Menurut Mustofa Kamil (2011: 97), di program kesetaraan paket A tidak mengenal level kelas 1-6 tetapi level hanya dibagi menjadi dua yaitu paket A awal dan paket A dasar.

b. Program kesetaraan paket B

Program Paket B merupakan pendidikan non formal yang setara SMP/MTs yang diselenggarakan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan kesetaraan. Menurut Mustofa Kamil (2011: 98), di program kesetaraan paket B tidak mengenal level 7, 8, 9 tetapi menggunakan level atau drajah, yaitu drajah 3 terampil 1 dan drajah 4 terampil 2.

c. Program kesetaraan paket C

Program Paket C merupakan pendidikan non formal yang setara SMA/MA yang diselenggarakan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan kesetaraan. Program Paket C bertujuan:

23

1) Memperluas akses pendidikan menengah melalui jalur pendidikan nonformal yang menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan pengembangan sikap kepribadian dan akhlak mulia, dan kemampuan kecakapan hidup.

2) Meningkatkan mutu dan daya saing lulusan, sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan atau mampu memasuki dunia kerja maupun berwirausaha (Profil Paket C, 2013 dalam Kasiono).

4. Standar Proses Pendidikan Kesetaraan

Pelaksanaan pendidikan kesetaraan mengacu pada standar proses yang diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C. Standar proses yang dimaksud mencakup perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran.

a. Perencanaan Proses Pembelajaran

Perencanaan proses pembelajaran pendidikan kesetaraan mencakup silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di dalamnya memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan

24

sumber belajar yang dalam pembuatannya memperhatikan karakteristik dari warga belajar.

1) Silabus

Menurut E. Mulyasa (2007: 190), silabus merupakan rencana pembelajaran dalam kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang di dalamnya mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan satuan oleh satuan pendidikan. Silabus pendidikan kesetaraan dikembangkan berdasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi (SI), dan kurikulum pendidikan kesetaraan yang disusun oleh dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang yang menyelenggarakan pendidikan. Silabus pendidikan kesetaran di dalamnya memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu sesuai dengan jenis layanan pembelajaran, dan sumber belajar.

2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus

25

(Kusnandar, 2007: 263). RPP disusun oleh tutor/pendidik untuk setiap kompetensi Dasar (KD), di mana dalam RPP tersebut memuat beberapa komponen, yaitu: identitas mata pelajaran, Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan materi pembelajaran, materi ajar, alokasi watu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran (meliputi: pendahuluan, inti, penutup), sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.

b. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan kesetaraan terdiri dari tiga kegiatan yaitu kegiatan tatap muka, kegiatan tutorial, dan kegiatan mandiri dengan pengaturan kegiatan pembelajaran tatap muka minimal 20%, tutorial minimal 30%, dan mandiri maksimal 50%. Di setiap kegiatan tersebut mencakup kegiatan implementasi dari RPP yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi warga belajar untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

c. Penilaian Hasil Pembelajaran

Penilaian dilakukan oleh tutor atau pendidik terhadap hasil pembelajaran. Penilaian ini digunakan untuk mengukur tingkat

26

pencapaian kompetensi peserta didik serta sebagai bahan untuk penyusunan laporan kemajuan hasil belajar peserta didik dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar pendidikan kesetaraan baik program kesetaraan Paket A, program kesetaraan Paket B, dan program kesetaraan Paket C yang digunakan untuk memperoleh ijazah dilakukan setelah peserta didik telah mencapai SSK yang telah disyaratkan.

d. Pengawasan Proses Pembelajaran

Pengawasan terhadap proses pembelajaran pendidikan kesetaraan dilaksanakan melalui lima kegiatan, yaitu pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut.

1) Pemantauan

Pemantauan dilakukan di tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pembelajaran oleh pihak penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

2) Supervisi

Supervisi dilakukan di tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pembelajaran oleh pihak penyelenggara program, penilik, dan/atau dinas kabupaten/kota yang bertanggung

27

jawab di bidang pendidikan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.

3) Evaluasi

Evalusi proses pembelajaran pendidikan kesetaraan dilakukan untuk semua tahapan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan penilaian proses pembelajaran dengan berpusat pada keseluruhan kinerja pendidik dengan cara membandingkan antara proses pembelajaran yang dilaksanakan pendidik dengan standar proses pendidikan kesetaraan dan mengidentifikasi kinerja pendidik sesuai dengan pencapaian kompetensi peserta didik. 4) Pelaporan

Kegiatan pemantauan, supervisi dan evaluasi yang telah dilaksanakan, hasilnya kemudian dilaporkan kepada pihak pemangku kepentingan.

5) Tindak lanjut

Tindak lanjut yang dilakukan berdasarkan pada hasil evaluasi yang dilaporkan, meliputi: penguatan dan penghargaan kepada pendidik yang telah memenuhi standar, kesempatan mengikuti pelatihan atau penataran lebih lanjut kepada pendidik, dan teguran yang mendidik kepada peserta didik yang belum memenuhi standar.

28 5. Komponen Pendidikan Kesetaraan

Komponen pendidikan merupakan bagian dari sistem pendidikan pendidikan. Pelaksanaan pendidikan kesetaraan membutuhkan beberapa komponen pendidikan, antara lain:

a. Tujuan pendidikan

Tujuan pendidikan dapat diartikan sebagai hasil yang diharapkan dari pendidikan. Adanya tujuan yang jelas akan mempermudah untuk merancang berbagai kebutuhan untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Seperti halnya pendidikan secara umum, tujuan pendidikan juga tidak dapat dipisahkan dari pendidikan kesetaraan. Tujuan pendidikan kesetaraan adalah memperluas akses pendidikan bagi masyarakat, khususnya dalam memperoleh pendidikan umum yang setara dengan pendidikan dasar dan menengah di sekolah formal melalui program kesetaraan Paket A setara dengan SD, program kesetaraan Paket B setara dengan SMP, dan program kesetaraan Paket C setara dengan SMA.

b. Warga Belajar

Menurut Umberto Sihombing (2001: 26), warga belajar merupakan anggota masyarakat yang ikut dalam kegiatan pembelajaran dan turut aktif dalam menentukan apa yang ingin dipelajari. Dalam pendidikan formal disebut dengan siswa atau peserta didik. Warga belajar di pendidikan kesetaraan tidak terikat oleh umur.

29

Penetapan jumlah rombongan belajar dari masing-masing program kesetaraan disesuaikan dengan kemampuan dan ketersediaan sumber daya satuan pendidikan. Menurut Mustofa Kamil (2011: 97-98), jumlah warga belajar pada program kesetaraan paket A sejumlah antara 20 sampai 30 orang, program kesetaraan paket B rata-rata 40 orang, dan program paket C sekitar 40 sampai dengan 50 orang. Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah jumlah maksimal rombongan belajar pendidikan kesetaraan adalah: Program kesetaraan paket A= 20 orang, program kesetaraan paket B= 25 orang, dan program kesetaraan paket C= 30 orang.

c. Tutor

Pendidik merupakan orang yang secara sengaja mempengaruhi orang lain untuk mecapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi yang secara akademis disebut dengan tenaga kependidikan (Wiji Suwarno, 2013: 37). Di dalam pendidikan non formal pendidik disebut dengan tutor. Tutor yang mengajar di pendidikan kesetaraan merupakan orang yang memiliki kompetensi khusus yaitu memiliki kemampuan untuk menjadi tutor yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan di setiap masing-masing program pendidikan kesetaraan.

d. Kurikulum

Kurikulum merupakan pedoman atau acuan yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang berfungsi untuk mengatur jalannya penyelenggaraan pendidikan tersebut. Di dalam proses

30

pendidikan kurikulum memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis, yaitu berperan penting dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Kurikulum yang digunakan di dalam penyelenggaraan pendidikan kesetaraan diharapkan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan kondisi daerah dengan menekankan pada tercapainya tujuan akademik, keterampilan fungsional, serta sikap dan kepribadian profesional peserta didik.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu hal penting yang mempengaruhi proses penyelenggaraan pendidikan kesetaraan secara langsung maupun tidak langsung. Termasuk gedung sekolah yang digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan dan juga bahan pembelajaran seperti buku teks, modul, dan sumber bahan belajar lain yang dapat digunakan oleh peserta didik.

Dokumen terkait