• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tingg

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelit (Halaman 39-43)

Dosen STKIP PGRI Jombang Email: [email protected]

Pendidikan Kewirausahaan Di Perguruan Tinggi

Abstrak

Tujuan kajian ini untuk menciptakan wirausaha muda baru yang berasal dari kampus melalui pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dilaksanakan dengan proses pembelajaran yang bertahab dan berkelanjutan . berbagai aspek penting yang sebaiknya dilakukan oleh perguruan tinggi, mengembangkan kurikulum, merumuskan metode pembelajaran kewirausahaan. Dosen yang memiliki jiwa wirausaha dan menciptakan atmosfer kewira usahaan. Sehingga bila berbagai aspek tersbut di penuhi , maka wirausaha muda baru yang berasal dari kampus melalui pendidikan kewirausahaan dapat berhasil dan terwujud .

kata kunci Pendidikan Kewirausahaan , metode Pembelajaran kewirausahaan

Abstrac

The purpose of this study to create a new young entrepreneurs coming from the campus through entrepreneurship education. Entrepreneurship education in colleges conducted by the learning process stage and sustainable. various important aspects that should be done by universities, develop curriculum, formulating a method entrepreneurial learning, lecturers who have an entrepreneurial spirit and creating an atmosphere of entrepreneurship. So that when the various aspects fulfilled., then the new young entrepreneurs coming from the campus through education and entrepreneurship can be successfullrealized.

Keywords Entrepreneurship Education, entrepreneurial learning methods

Pendahuluan

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dilaksanakan melalui proses pembelajaran, mengingat banyak aspek penting yang dilakukan oleh Perguturuan tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan.

Tantangan yang dihadapi Perguturuan Tinggi saat ini adalah mencetak lulusan yang kompeten artinya tidak hanya dalam teori saja tapi juga dalam praktek. Mahasiswa yang pandai

dapat ditunjukkan dengan indeks prestasi tinggi namun menciptakan manusia yang mandiri bukanlah hal yang mudah. Seorang lulusan Perguruan Tinggi di harapkan dapat langsung terjun ke masyarakat untuk mengaplikasikan ilmuya. Dalam kenyataannya lulusan Perguruan Tinggi masih belum dapat mandiri dan berkarya

Hasil penelitian yang dilakukan oleh World Bank ( 1991 ) menunjukkan bahwa di sebagian besar Negara keberadaan perguruan tinggi berkolerasi positif dengan pengembangan ekonomi dan sosial. Sebagian besar masyarakat juga percaya bahwa pendidikan tinggi mempunyai peran penting untuk mendapat karir pekerjaan dan menentukan keberhasilan dalam karir. Dengan menyadari akan tuntutan kepada dirinya. Maka setiap Perguruan Tinggi perlu menyadari dan bersedia untuk meningkatkan kinerja apabila tidak mampu melakukan itu maka dampak yang ditimbulkannya akan menyebabkan kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia semakin kurang baik (WIDYO WInarso – pembelajaran Entrepreneurship di perguruan tinggi).

Tanggung jawab moral perlu dijadikan sebagai pangkal tolak pentingnya strategi pengembangan pembelajaran untuk meningkatkan Entrepreneurship pada diri mahasiswa. Pangangguran secara teoritik disebabkan karena rendahnya jiwa entreprenurship para lulusan pendidikan tinggi menjadi asing di tengah persoalan masyarakat dan bangsa.

Pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi memang sangat relevan dengan persoalan kualitas sumber daya manusia yang kita perlukan pada Era MEA . pentingnya sumber daya manusia yang kreatif inovatif dan berdaya saing.

Sepuluh tahun belakangan pendidikan Entrepreneurship di Indonesia menjadi trend, sehingga sampai saat ini semangat kewirausahaan di perguruan tinggi hingga Sekolah Menengah dan Dasar terus berkembang melalui penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan. Apa yang menyebabkan semangat kewirausahaan di Indonesia begitu menggelora. Karena Indonesia sudah tertinggal jauh dari Negara lain di bidang perekonimian bahkan yang mejadi permasalahan adalah kemajuan ekonomi Negara tersebut ditentukan oleh jumlah pengusaha yang mencapai 237 jiwa ( elfindri dkk 2010 ) untuk memenuhi jumlah pengusaha sekitar 48 juta orang ( 2 persen ) salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi sebagai gerbang yang diharapkan dapat menghasilkan wirausaha baru ( Yulisar kasih, mewujudkan Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan )

Peranan pemerintah dalam upaya menumbuhkan semangat kewirausahaan melalui instruksi presiden RI No: 4 tahun 1995 tentang Gerakan Nasional memasyarakatkan dan mebudayakan kewirausahaan tahun 2008 Pemerintah melalui Departemen Koperasi dan UKM mencanangkan program Gerakan Tunas Kewirausahaan Nasional untuk pelajar SMA dan Mahasiswa ( Murtini , 2008 ) hal ini terbukti hampir seluruh Perguruan Tinggi di Indonesia sudah menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan.

Kemudian gerakan tersebut diatas disusul dari Dirjen Dikti pada tahun 2009 yang mewajibkan bagi Perguruan Tinggi memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum sebagai mata kuliah wajib dalam 2 semester ( Handriani , 2011 )

Upaya yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan sejak dini di kalangan pelajar dan mahasiswa. Akan tetapi persoalan yang muncul gerakan pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi yang dilakukan ternyata belum memberkan hasil yang maksimal karena pendidikan kewirausahaan belum mampu mengubah mindset lulusan perguruan tinggi dari mencari pekerjaan ( Job seeker ) menjadi pencipta

lapangan kerja ( job creator ) walaupun sudah menyelesaikan mata kuliah kewirausahaan ternyata sebagian besar lulusan berorientasi mencari mencari pekerjaan dan mengalami masa tunggu kerja yang cukup lama ( Handri ani , 2011 ) Yuniza dkk 2012 )

Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan tidak lah sederhana yang kita bayangkan, karena menumbuhkan jiwa dan semangat kewirausahaan apa lagi sampai menghasilkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan pekerjaan. Tidak dapat dilakukan hanya dalam jangka pendek tetapi harus secara terus menerus melalui kegiatan pendidikan dan pengembangan yang berkesinambungan

Aspek Penting dalam Pendidikan Kewirausahaan

Penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi tidak dapat di pandang sederhana, pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan hanya dengan upaya memasukkan mata kuliah kewirausahaan ke dalam kurikulum . sebaliknya pendidikan kewirausahaan harus di rancang dalam suatu sistem pembelajaran yang utuh dan komprehensif memenuhi berbagai aspek penting yang saling mendukung dan mempengaruhi hasil pembelajaran. .Beberapa aspek yang sangat menentukan dan berpengaruh terhadap efektifitas pembelajaran kewirausahaan di Perguruan Tinggi :

1. Mengembangkan kurikulum berbasis wirausaha

Merumuskan metode pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan perguruan tinggi harus mendesain mata kuliah atau materi kewirausahaan untuk mahasiswa di sesuaikan dengan target yang akan dicapai dengan diawali pembuatan Silabus SAP, Slide ,Handout, Modul teori / praktek , pembuatan buku panduan,program kunjungan dan rumusan ini harus dikerjakan oleh dosen ahli di bidang nya- dan yang perlu diperhatikan oleh perguruan tinggi adalah dalam merumuskan kurikulum harus memaksimalkan dan mengikutsertakan akademisi, pelaku usaha, serta motivator wirausaha dalam team penyusun sehingga mata kuliah yang diberikan lebih berkualitas.

2. Metode pembelajaran kewirausahaan

Pembelajaran kewirausahaan yang efektif di Perguruan Tinggi tidak lagi menggunakan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada dosen ( teacher center learning , TCL ) pendekatan ini kurang efektif. oleh karenanya dalam rangka mengembangkan budaya kewirausahaan di perguruan tinggi menggunakan pendekatan pembelajaran kewirausahaan yang berpusat pada mahasiswa ( student conferred , learning, SCL ) karena pendekatan SCL, mampu menempatkan mahasiswa pada posisi, yang berperan aktif dalam mendapat pengetahuan , ketrampilan dan pengalaman di butuhkan sesuai dengan nilai-nilai kewirausahaan yang harus dimiliki.

3. Menyediakan Tenaga pengajar atau dosen yang memiliki jiwa wirausaha artinya penyediaan dosen tidak hanya sebatas pada linieritas keilmuan yang dimiliki , akan tetapi Dosen harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut yaitu :

a. Memberikan paradigma baru tentang pentingnya kewiraushaan

b. Menginspirasi dan memotivasi mahasiswa menjadi SDM yang mandiri

c. Merubah atau mengarahkan pola pikir mahasiswa menjadi seorang yang berjiwa wirausaha.

d. Memberikan contoh karya nyata kewirausahaan dan menyuguhkan cerita sukses e. Menghasilkan mahasiswa atau alumni menjadi seorang wirausaha sukses

4. Penciptaan atmosfir kewirausahaan

Membangun atmosfir kewirausahaan merupakan aspek penting yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi artinya sebagai upaya penciptaan lingkungan yang mendukunng stimulasi perilaku kewirausahaan bagi setiap anggota struktur organisasi dan lembaga di dalam sebuah perguruan tinggi (Ardiansyah)

Beberapa hal penting yang harus ada di Perguruan Tinggi untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan yang efektif antara lain :

a. Mendirikan lembaga atau organisasi kewirausahaan b. Kerjasama dengan dunia usaha/ perusahaan asosiasi

c. Kerjasama dengan lembaga keuangan ( Perbankan ) non perbankan d. Membentuk unit bisnis / kopersai mahasuswa

e. Melaksanakan berbagai kompetensi

f. Melaksanakan / mengikuti berbagai seminar dan pelatihan g. Program COOP ( Coporation Academic Aducation ) h. Bimbingan PKM Kewirausahaan

i. Inkubator wirausahan baru

j. Bantuan penerlitian kewirausahaan

Entrepreneurship dan Pengembangan Pembelajaran

Meredith at al ( 1996 ) sehubungan dengan entrepreneurship yang dikaitkan dengan pengembangan metoda pembelajaran , meyampaikan pesan sebagai berikut :

a. Anda harus belajar banyak tentang diri sendiri jika anda bermaksud untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang paling anda inginkan dalam hidup ini. kekuatan anda datang dari tindakan-tindakan anda sendiri dan bukan dari tindakan orang lain.

b. Meskipun resiko kegagalan selalu ada para entrepreneur mengambil resiko dengan jalan menerima tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri

c. Kegagalan harus diterima sebagai pengalaman belajar. Beberapa entrepreneur berhasil mengalami banyak kegagalan. Belajar dan pengalaman masa lampau akan membantu anda menyalurkan kegiatan anda untuk mencapai hasil yang lebih baik, lebih positif dan keberhasilan merupakan buah dan usaha yang tak mengenal lelah

d. Anda harus bersedia belajar dan berbagai pengalaman yang berubah dari waktu ke waktu. Anda harus selalu sadar akan cara-cara baru untuk meningkatkan produktifitas anda sendiri. Salah satu kunci utama bagi keberhasilan anda adalah keterlibatan anda dalam pertumbuhan pribadi secara terus menerus

Tiga Ranah (Domain) Pendidikan/Pembelajaran

Menurut Bloom (1956), Kratwohl & Mesia (1964), Harlow (1970). Seels (1990), tiap mata kuliah pelajaran aau pokok bahasan dapat diidentifikasi adanya tiga ranah yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran yaitu: a) Pengetahuan (cognitive). b) Keterampilan (psychomotor), dan c) Sikap (affective).

Selanjutnya tiap ranah diklasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap kemampuan yang harus dicapai (level of competence). Untuk ranah “pengetahuan” mulai dari

tingkat terendah yaitu mengingat kembali” (remembering) selanjutnya “memahami” (understanding), “penerapan” (applyng). “analisis” (analyzing), “evaluasi” (evaluating), sampai

“kreasi” (creating). Ranah “keterampilan” mulai dari tingkat “observing” selanjutnya “modelling”,sampai secara “coaching”. Ranah “sikap” mulai dari “receiving/ merespon pasif”, “responding/ merespon aktif”, “valuing”, “organizing” sampai akhirnya “menjadi karakter atau jiwa di alam dirinya” (characterizing).

Tiga Ranah Taksonomi Bloom

Untuk tiga ranah pendidikan serta tingkat atau tahap kemampuan yang harus

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelit (Halaman 39-43)