• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SEKILAS TENTANG DESA TEGALDOWO  KECAMATAN

D. Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan

3. Pendidikan

Desa Tegaldowo apabila ditinjau dari sarana pendidikannya terdiri dari beberapa gedung sekolah, bahkan pemerintah setempat telah menambah beberapa gedung sebagai upaya mencegah terjadinya pernikahan dini.

Tabel 1.6

Data Sekolah Formal di Desa Tegaldowo13

No Jenis Gedung Jumlah Gedung 1 Gedung SMP/Sederajat 2 2 Gedung SMA/Sederajat 1 3 Gedung SD/Sederajat 3 4 Gedung TK 1

5 Gedung Play Group 0

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.

Masalah pendidikan pada Masyarakat Desa Tegaldowo baru mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat sekitar awal dekade 2000-an sebelumnya pendidikan yang ada dan tersedia di Desa Tegaldowo hanya setingkat Sekolah Dasar (SD). Pada tahun 2004 baru didirikan Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) di Tegaldowo namun kesadaran masyarakat mengenai pentingnya

12

Wawancara dengan Bapak Mardi Kepala Urusan Kesejahteraan Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.

13

pendidikan masih belum disadari dan keinginan anak-anak untuk melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMP masih sangat rendah. Semangat pendidikan anak berbanding terbalik dengan semangat menikahkan anak-anak mereka pada usia dini (di bawah umur). Kemudian pada tahun 2012 didirikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Desa Tegaldowo sebagai upaya menekan arus pernikahan dini namun ternyata hanya beberapa orang saja yang melanjutkan sekolah mereka ke jenjang SMK.14

Tabel 1.7

Data Pendidikan Penduduk Desa Tegaldowo Tahun 201415

No Jenis Pendidikan Jumlah

1 Taman kanak-kanak 47 2 Sekolah Dasar 97 3 SMP/SLTP 92 4 SMA/SLTA 31 5 Akademi/D1-D2 3 6 Sarjana (S1-S3) 7 Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

Tabel tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Desa Tegaldowo jika ditinjau dari jenis pendidikannya, yang tamat SD lebih besar dibandingkan lainnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dan dapat digunakan sebagai acuan lebih untuk meningkatkan taraf pendidikan masyarakat Desa Tegaldowo. Selain pendidikan

14

Wawancara Pribadi dengan Bapak Bari Kepala Dusun V Desa Tegaldowo Kecamatan, Gunem Kabupaten Rembang pada tanggal 3 Februari 2015.

15

formal, masyarakat Desa Tegaldowo khususnya anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah terkadang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan non formal yang diadakan oleh pihak Plan Indonesia.16

Maka sangat disayangkan apabila tahun ini adalah tahun terakhir pihak Plan Indonesia bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Rembang untuk membina desa Tegaldowo karena meskipun perubahan belum dirasakan setidaknya anak-anak di sekolah merasakan pendidikan dari pihak Plan Indonesia. Menyadari makna pentingnya pendidikan meskipun pada akhirnya nasib mereka menikah pada usia dini karena otoritas kekuasaan orang tua. Namun masih ada harapan perubahan jika ke depannya pola pikir mereka lebih maju karena pengalaman merekalah yang membuat tidak ingin anak cucu mereka merasakan pernikahan dini seperti yang mereka rasakan.

16

Wawancara Pribadi dengan Ibu Fika Humas Plan Indonesia Rembang pada tanggal 24 Februari 2015.

51 BAB IV

HASIL DAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Terjadinya Ngemblok

Ngemblok merupakan istilah lamaran atau besanan yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo. Sebelum adanya fase Ngemblok maka didahului dengan fase ndhedheki yaitu ketertarikan seorang pria dengan seorang wanita yang diumumkan oleh khalayak ramai bahwa wanita itu sudah ada yang menaksirnya. Adapun yang menjadi latar belakang terjadinya Ngemblok karena adanya persepsi pemahaman atau keyakinan pada masyarakat sekitar bahwa tradisi tersebut harus dilestarikan dari nenek moyang mereka. Tradisi tersebut sampai saat ini masih karena Ngemblok merupakan sebuah kekayaan budaya pada masyarakat Desa Tegaldowo.1

Ngemblok merupakan sebuah tradisi pemberian sesuatu berupa makanan atau harta benda pemberian pihak laki-laki untuk pihak perempuan. Tradisi Ngemblok di wilayah Desa Tegaldowo seringkali dijadikan bisnis bagi keluarganya apalagi jika anaknya cantik putih dan kaya. Apabila Mblokan (pemberiannya) kurang banyak tidak sesuai harapan keluarga pihak perempuannya biasanya pernikahannya hanya sebentar saja dan orang tua pihak perempuan akan mencarikan calon suami yang memberikan Mblok yang banyak. Pernah terjadi

1

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kab.Rembang pada tanggal 10 Februari 2015.

pada salah satu masyarakat Desa Tegaldowo menikah sore hari karena Mblok nya (pemberiannya) kurang dan mertuanya sering menyindir saat fajar pihak laki-laki akhirnya kembali ke rumah orang tuanya dan saat itu juga terjadi perceraian.2

Masyarakat sana tidak terima apabila tidak ada Ngemblok karena sudah mentradisi bisa bubar jika tidak ada Ngemblok.

Tata cara pernikahan dalam tradisi ala masyarakat Desa Tegaldowo adalah sebagai berikut3:

1. Fase Ndhedheki

Apabila seseorang laki-laki tertarik kepada seorang wanita maka hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat desa Tegaldowo adalah mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa wanita yang diincarnya sudah ingin dilamarnya. Maka dengan begitu wanita tersebut tidak akan menjadi incaran pria lain. Fase ndhedheki ini sudah mentradisi di masyarakat wilayah Kecamatan Gunem khususnya Desa Tegaldowo.

2. Fase Ngemblok4

Yaitu di mana seorang laki-laki melamar wanita yang telah diincarnya

kemudian wanita akan memberikan jawaban lamaran seminggu kemudian

2

Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang tanggal 10 Februari 2015.

3

Wawancara Pribadi dengan Bapak Tormen, Kepala Dusun III Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang tanggal 3 Februari 2015.

4

Wawancara Pribadi dengan Bapak Suwikjo, Kepala Dusun IV Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pada tanggal 10 Februari 2015.

dengan memberikan makanan sebanyak 2-3 truk yang merupakan bagian dari fase Ngemblok. Makanan itu nanti nya akan dibagikan kepada para sanak saudaranya kerabat dekatnya serta tetangga-tetangganya. Pembagian makanan itu sebagai pemberitahuan bahwa laki-laki itu sudah ngemblok dan akan segera menikah.

Seminggu kemudian laki-laki memberikan mblok-mblokan atau seserahan kepada calon pengantin wanita dan yang menjadi sebuah tradisi adalah laki-laki memberikan kerbau kepada calon pengantin perempuan. Kerbau tersebut diantar keliling kampung sekaligus sebagai sebuah pengumuman pada masyarakat Desa Tegaldowo bahwa laki-laki tersebut akan menikah. Yang

menjadi sebuah kebanggaan masyarakat tersebut yaitu “tradisi pertunjukkan tayub” akan dihadirkan pada malam acara pernikahan.

3. Mencari Hari Baik

Masyarakat Desa Tegaldowo apabila akan mengadakan acara pernikahan sebelumnya akan datang ke dongke atau dukun jawa sebagai upaya pencarian hari baik dengan cara; hari dan pasaran (nilai) dari kelahiran dua calon pengantin yaitu anak perempuan dan anak laki-laki masing-masing dijumlahkan dahulu kemudian masing-masing dibuang (dikurangi) sembilan5.

5

Wawancara Pribadi dengan Bapak Mukhson Penghulu KUA Rembang, pada tanggal 20 Februari 2015.

Dan dalam hitungan menurut versi Jawa yang termasuk dalam hari dan pasaran nama hari (Neptu) nilai yaitu6

:

a. Ahad : 5 b. Senin : 4 c. Selasa: 3 d. Rabu: 7 e. Kamis: 8 f. Jum’at: 6 g. Sabtu : 9

Adapun nama pasaran (Neptu) nilai yaitu:

a. Legi: 5 b. Pahing: 9 c. Pon: 7 d. Wage: 4 e. Kliwon: 8 Karena berdasarkan realita supranatural menyiasati kegagalan manusia dalam usaha perlu diperhatikan prediksi primbon bagi kalangan masyarakat Jawa termasuk wilayah Desa Tegaldowo memang masih diyakini dan diakui keberadaannya.

4. Resepsi Pernikahan

Pernikahan dan tata caranya sesuai dengan peraturan di negara ini tetapi yang sering terjadi adalah seorang penghulu harus mengikuti permintaan orangtua kedua mempelai. Biasanya yang berkaitan dengan proses akad nikah seperti tempat duduk pengantin dihitung posisinya dan harus berada di dalam atau luar rumah ada yang tidak boleh melewati pintu depan tapi harus melalui jendela rumah menyesuaikan jam bertemu antara pihak calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan dan masih banyak hal yang kadang di luar akal manusia.

6

Wawancara pribadi dengan Bapak Nyono, Kepala Dusun II Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.

Semua hal yang berkaitan dengan pernikahan tersebut merupakan bagian dari peran dongke (dukun jawa) yang khusus mencari hari baik dan keyakinan itu masih mengakar kuat pada masyarakat Desa Tegaldowo. Hukum adat yang masih berlaku menggunakan dongke (dukun jawa) pada masyarakat Desa Tegaldowo saat acara pernikahan atau acara apapun masih diyakini oleh warga sekitar dan masih bertahan7.

5. Pertunjukkan Tayub

Pertunjukkan tayub merupakan sebuah kebanggaan pada masyarakat desa Tegaldowo. Tayub merupakan bagian dari “Pernikahan ala Tradisi Tegaldowo” dimana seorang mempelai wanita yang telah memperoleh kerbau

dari mempelai laki-laki seolah wajib mengadakan pertunjukkan tayub. Daging kerbau biasanya dipotong dan diberikan kepada para tamu undangan agar malam harinya tamu undangan tersebut menghadiri acara tayuban biasanya malam hari acara tersebut dimulai dan para ledek atau penari siap menghibur tamu undangan.

Dan yang terjadi saat acara tayuban mereka tidak segan-segan untuk meminum minuman keras dan saat menari bersama ledek pun tidak malu untuk memegang bagian tubuh sang ledek seperti bagian pinggang mengelulus pipi sang ledek dan lain sebagainya. Biasanya acara tayub ini akan digelar semalam suntuk untuk menghibur masyarakat Desa Tegaldowo

7

Wawancara Pribadi dengan Ibu Suwanti perias pengantin di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 12 Februari 2015.

bahkan apabila yang datang pejabat atau petinggi desa mereka terlebih dahulu dipersilahkan menari bersama para ledek.8

B. Solusi Terhadap Pernikahan Dini dan Janda Muda

Fenomena yang terjadi pada pernikahan dini dan janda muda yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem hampir telah mengakar kuat dan mereka bahkan lebih memilih untuk menjadi janda. Masyarakat sekitar telah terbiasa untuk melakukan perceraian kemudian menikah lagi. Mereka mengurus perceraian ketika akan kembali menikah. Bahkan jumlah janda lebih banyak ketimbang pernikahan dibawah umur.9

Masyarakat pegunungan Desa Tegaldowo susah untuk menghadapi sebuah perubahan karena pemikiran mereka pun telah mengakar kuat dan sangat tidak memikirkan masa depan anak mereka. Meskipun sudah ada perubahan tapi

„otoritas kekuasaan orang tua’ masih ada unsur magik dan adat istiadat leluhur masih melekat bahkan tingkat pemahaman agama masyarakat Desa Tegaldowo masih rendah. Orang tua mereka menganggap, meskipun ada SMK yang baru saja berdiri 3 tahun yang lalu, pendidikan itu tidak menjanjikan karena perempuan itu pada akhirnya hanya mengurus suami anak dan rumah mereka.

Adapun upaya yang telah dilakukan oleh pihak Desa atau lembaga di sekitar Kabupaten Rembang yaitu dengan memberikan solusi sebagai berikut:

8

Wawancara Pribadi dengan Bapak Suntono, Kepala Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015.

9

Wawancara Pribadi dengan Bapak Tormen, Kepala Dusun III Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pada tanggal 3 Februari 2015

1. Penambahan unit gedung sekolah menengah atas. Pada tahun 2010 Desa Tegaldowo memiliki bangunan sekolah hanya sampai Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP/SLTP) beberapa tahun ini sudah berdiri bangunan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tidak heran apabila banyak anak-anak yang setelah lulus SMP langsung dinikahkan bahkan apabila anak tersebut belum ada yang melamar ikhtiar orang tua mereka sangat kuat sampai datang ke dukun desa minta untuk dipercepat jodoh bagi anaknya.10

2. Pemerintah desa telah mengadakan sosialisasi tentang perlindungan anak dan sosialisasi mengenai perkawinan yang ideal. Pemdes bekerjasama dengan Plan Indonesia untuk melakukan sosialisasi dan membuat sebuah acara bagi kalangan orang tua serta anak-anak khususnya pada masyarakat Desa Tegaldowo, memberikan seminar-seminar seputar bahaya seks bebas bagi remaja kesehatan reproduksi pelatihan keterampilan dan yang terbaru mengadakan seminar pernikahan dini sebagai upaya pencegahan terjadinya pernikahan di bawah umur yang semakin banyak. Namun, tahun 2015 ini merupakan tahun terakhir pihak Plan Indonesia bekerjasama dengan Pemdes

maka sangat dikhawatirkan akan meningkat lagi jumlah perkawinan anak atau perkawinan di bawah umur.

3. Pihak Lurah (Petinggi) memberikan „ancaman’ dengan memberitahukan

ketentuan perundang-undangan dan sering berdiskusi dengan masyarakat

10

Wawancara pribadi dengan Bapak Sukoco, Kepala Urusan Umum Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, pada tanggal 11 Februari 2015.

setempat bahwa perkawinan anak dibawah umur itu tidak baik bagi anak secara fisik maupun mental mereka.

4. Adanya pembangunan pabrik semen yang baru 16% pembangunannya. Pihak Kepala Dusun setempat berharap dengan adanya pembangunan tersebut dapat memberikan harapan bagi remaja di Desa Tegaldowo. Harapan untuk kembali bersekolah setelah lulus SMP nanti dan saat lulus SMA pun mereka ada harapan untuk bekerja. Maka nantinya sang anak akan berusaha keras menolak lamaran karena mereka masih mempunyai harapan untuk merasakan duduk dibangku SMA dan bekerja lebih dari sekedar menikah karena paksaan orang tua mereka. Namun pembangunan pabrik semen sempat terhenti karena masyarakat setempat ada yang tidak menyetujui adanya pembangunan tersebut mereka mengungkapkan bahwa tidak mau merusak lingkungan pegunungan di Desa Tegaldowo.11

5. Pada tahun 2015 ini baru saja Pemerintah Kabupaten Rembang bekerjasama dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengadakan seminar yang dihadiri oleh Kepala KUA (Kantor Urusan Agama) dari wilayah kota Rembang dan juga dihadiri oleh perwakilan Kepala Desa agar tidak lagi

11

Wawancara pribadi dengan Bapak Nyono, Kepala Dusun Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang tanggal 3 Februari 2015.

memberikan kemudahan untuk melakukan praktek nikah di bawah umur atau menikahkan anak yang belum cukup umurnya.12

C. Persepsi Masyarakat Tentang Tradisi Ngemblok dan Janda Muda

Sebelum jenjang perkawinan biasanya orang tua pria mendatangi keluarga pihak wanita untuk menyatakan keinginannya mempersunting anak gadisnya dengan tidak mengikutsertakan anak gadisnya karena biasanya gadis tersebut masih duduk di bangku SD ataupun SLTP dan juga tidak langsung menjawab maksud si pria tersebut. Setelah kurang lebih sebulan, datanglah rombongan pihak wanita ke keluarga pria dengan membawa aneka makanan khas desa sebagai jawaban. Inilah yang dimaksud dengan Ngemblok. Dan apabila sudah terjadi Ngemblok maka pihak wanita juga memberikan sebuah kerbau kepada pihak pria

dan mengadakan acara Tayub yang merupakan bagian dari tradisi Ngemblok. Adapun persepsi mereka mengenai tradisi Ngemblok yang menikahkan anaknya di bawah umur antara lain:

1. Takut disebut „Perawan Kasep’

Sebagian orang tua di Desa Tegaldowo tak berpikir panjang dalam menerima pinangan laki-laki dan keluarga yang tidak mampu secara ekonomi cenderung menerima begitu saja saat datang pinangan tanpa mempertimbangkan masa depan ketidaksiapan mental anak gadisnya dan kriteria yang cocok untuk anak gadisnya. Persepsi masyarakat disana akan

12

Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang  pada tanggal 23 Februari 2015.

perkawinan itu sederhana yaitu kecocokan akan datang dengan sendirinya dan akan kenal satu sama lain dengan sendirinya. Bahkan orang tua pihak wanita masih mempercayai dukun apabila anaknya sudah perawan namun belum punya pacar ataupun dilamar. Konon katanya pada masyarakat Desa Tegaldowo masih sering terjadi dan mempercayai hal-hal seperti dukun yang merupakan perbuatan syirik menurut agama.13

Makna pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo sebagai sesuatu yang simple (sederhana) saat datang pinangan maka jalani saja para orang tua mereka tak terlalu berpikir panjang. Masalah bagaimana nanti anaknya menjalani kehidupan rumah tangga mereka menerima saja. Mereka berkaca pada pada rumah tangga mereka sendiri yang biasanya dilakukan secara dini kalau terpaksa tidak ada kecocokan maka bercerai saja.14

Adanya dispensasi nikah yang merupakan produk Pengadilan Agama membuat masyarakat Desa Tegaldowo mengajukan permohonan dispensasi nikah bahkan pejabat desa terkadang memanipulasi data sang calon pengantin yang masih dibawah umur. Masyarakat mengetahui adanya dispensasi nikah tidak lepas dari gethok tular (sosialisasi informasi secara perorangan) yang telah berhasil melaksanakan perkawinan anak mereka yang belum cukup umur. Bapak Drs. Abdul Ghoni, sebagai pihak Kepala KUA merangkap

13

Wawancara dengan Bapak Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015.

14

Wawancara dengan Bapak Mukhson selaku Penghulu Kabupaten Rembang pada tanggal 29 Mei 2015.

sebagai pihak pelaksana perkawinan, berdasarkan informasinya menjelaskan sebagai berikut:

“Katanya, anak Desa Tegaldowo umur masih duduk dibangku 5 SD dan belum ada yang melamar ikhtiar orang tuanya luar biasa sampai datang ke dukun agar anak gadisnya ada yang melamar. Maka warga sekitar mengetahui anak tersebut telah menjadi perawan kasep (perawan yang sudah tidak laku atau sudah kelewatan) walaupun masih kelas 5 SD karena tradisinya begitu. Masyarakat menganggap mudah saja melangsungkan pernikahan walaupun masih dibawah umur karena mereka mengetahui adanya dispensasi nikah,

mereka mengajukannya ke Pengadilan”.15

Berikut data pengelompokan umur calon pengantin tahun 2012-2014 yang penulis peroleh dari KUA Kecamatan Gunem16:

Tabel 1.8 No Tahun Kurang 16 tahun 16 s.d 18 Thn 19 s.d 24 Thn 25 s.d 30 Thn 31 Thn Ke atas Jumlah 1 2012 0 80 167 148 133 528 2 2013 3 79 193 119 114 508 3 2014 13 164 193 86 50 506

Sumber: Data Peristiwa Nikah Kementerian Agama (Bimas Islam).

Dan data khusus peristiwa pernikahan untuk pengelompokkan umur Calon Pengantin Desa Tegaldowo Tahun 2012-2014 adalah17:

15

Wawancara dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015.

16

Tabel 1.9 No Tahun Usia Nikah 19

tahun Usia Nikah 19-25 tahun Usia Nikah 26-30 tahun Usia 31 tahun ke atas Jumlah 1 2012 36 19 8 5 68 2 2013 31 18 4 14 67 3 2014 23 42 5 12 85

Sumber: Simkah Gunem (Sistem Informasi Nikah) Kecamatan Gunem.

Tabel diatas merupakan jumlah peristiwa nikah yang terjadi di Desa Tegaldowo namun bapak Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem menyatakan bahwa terkadang masih ada yang melakukan nikah dibawah tangan. Bahkan Ibu Suwanti selaku perias pengantin menyatakan bahwa terkadang beliau merias pengantin yang masih seumur jagung dengan kata lain yang masih belum cukup umur. Terkadang pernikahannya pun hanya diselenggerakan oleh pihak keluarga besar calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan dengan melihat realita yang terjadi maka masih ada korelasi antara pernikahan dini dengan nikah sirri.

2. Lebih Baik Menjadi Janda Muda

Perceraian yang terjadi pada Masyarakat Desa Tegaldowo bukanlah hal yang ditabukan. Para orang tua mereka lebih memilih anak-anak mereka menjadi janda muda Permasalahan yang terjadi pada masyarakat pegunungan Desa Tegaldowo mereka tidak berani menolak lamaran sang pria karena realita yang terjadi apabila menolak lamaran sang pria keluarga sang pria akan sakit hati karena lamarannya ditolak dan akan datang ke dukun. Dalam

17

istilah mereka “apabila lamaran ditolak maka dukun bertindak”. Mereka

datang ke dukun agar wanita yang dilamarnya meninggal. Oleh karena itu, masyarakat Desa Tegaldowo apabila menerima lamaran dan anak gadisnya masih belum cukup umur akan diterima meskipun pernikahan mereka hanya sehari atau satu minggu.18

Makna perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo adalah perceraian tak terlalu menjadi aib daripada perawan yang tak laku para orang tua mereka akan lebih senang bila anaknya laku walaupun kemudian bercerai. Kalau terpaksa tidak ada kecocokan dalam berumah tangga terpaksa bercerai jalani saja daripada menjadi perawan yang tidak laku. Ada juga yang hanya memikirkan Mblok-mblokan saja kalau Mblok-mblokan (pemberian sedikit) maka terpaksa bercerai.

Adapun peristiwa janda muda setiap tahunnya yang terjadi karena faktor perceraian adalah sebagai berikut19:

Tabel 2.0 No Tahun Usia 20 tahun Usia 21-25 tahun Usia 26-30 tahun 31 tahun ke atas Jumlah 1 2012 14 12 8 6 40 2 2013 17 5 6 14 42 3 2014 19 9 15 8 51

Sumber: Simkah Gunem (Sistem Informasi Nikah) KUA Kecamatan Gunem.

18

Dalam perbincangan ,ternyata Putri Siswi Kelas 3 SMP telah melakukan Ngemblok karena keinginan orang tuanya dan setelah lulus SMP nanti akan melangsungkan pernikahan.

19

Tabel diatas menurut pak Fathurrohman, selaku penghulu KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, angka tersebut belum pasti yang janda mudanya sudah mendaftarkan perceraian mereka ke Pengadilan Agama Rembang karena fakta lapangan yang terjadi mereka akan mengurus perceraian mereka apabila sudah melakukan lamaran lagi atau sudah ngemblok.20

Ditemukan pula di beberapa daerah Desa Tegaldowo di mana anak gadis yang masih berusia 18 tahun sudah menjanda dua kali mereka merupakan korban atas perilaku orang tuanya yang masih menganut tradisi turun-temurun mereka yaitu tradisi Ngemblok. Padahal pada usia mereka yang tergolong masih muda mereka masih bisa mengejar masa depan tetapi kenyataannya pada usia mereka yang tergolong masih mudah sudah menjanda bahkan lebih dari sekali.

3. Persepsi mereka mengenai “Anak Gadis Sekolah Mau Jadi Apa?”

Masyarakat Desa Tegaldowo menganggap anak gadisnya nanti bekerja hanya di belakang; bergelut dengan dapur sumur dan kasur. Mereka tidak mau mengeluarkan biaya pendidikan untuk anaknya bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi karena mereka para orang tua kurang kesadaran untuk

20

Wawancara pribadi dengan Bapak Fathurrohman selaku Penghulu KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang pada tanggal 23 Februari 2015.

memberikan pendidikan yang lebih tinggi bagi anaknya dan akan menjadi sebuah kebanggaan apabila jodoh mereka cepat datang.21

Berikut ini adalah grafik psikologis perilaku remaja.22

Tabel 2.1

Tradisi Pernikahan Dini adalah rujukan dari para nenek moyang mereka.

No Pilihan Jawaban Skor

1 Sangat Setuju 32 orang

2 Setuju 13

3 Ragu 2 orang

4 Tidak Setuju 5 orang

5 Sangat Tidak Setuju 0 orang Total 52 orang

Dilihat dari tabel diatas persepsi responden yang sangat setuju mengenai pernikahan dini yang menyebutkan bahwa hal itu merupakan rujukan nenek

21

Wawancara dengan Swis Lidya pelaku Pernikahan Dini di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang Pada tanggal 3 Februari 2015.

Dokumen terkait