• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tradisi ngemblok : fenomena pernikahan dini dan janda muda : Studi kasus Desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kab. Rembang, Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tradisi ngemblok : fenomena pernikahan dini dan janda muda : Studi kasus Desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kab. Rembang, Jawa Tengah"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

TRIANA APRIYANITA NIM. 1111044100039

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Fenomena Pernikahan Dini dan Janda Muda. ( Studi Kasus Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah). Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H/ 2015 M. xi +75 halaman +40 halaman lampiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi Ngemblok yang merupakan faktor-faktor pendorong terjadinya pernikahan dini dan penyebab banyaknya janda muda di desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, fenomenologis, dan sosiologis. Pendekatan normatif karena mengacu kepada peraturan perundang-undangan mengenai batasan umur pernikahan, fenomenologis karena memahami arti sebuah peristiwa pernikahan dini yang merupakan sebuah tradisi turun-temurun desa Tegaldowo dan pendekatan sosiologis karena penelitian tersebut merupakan sebuah studi kehidupan bermasyarakat yang hidup bersama dan saling bersosialisasi sebuah tradisi yang tidak akan pernah punah meski zaman semakin maju.

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini diantaranya adalah takut disebut perawan kasep

persepsi mereka yang menyatakan” lebih baik menjadi janda muda daripada

menjadi perawan tua yang tak laku”  persepsi mereka yang menganggap bahwa sekolah tinggi tidak akan merubah kehidupan mereka dan yang lebih ditabukan karena mereka takut untuk menolak lamaran karena faktor adat. Adapun dampak dari pernikahan dini adalah terjadinya janda muda mereka memilih menjadi janda daripada harus menolak lamaran. Maka yang terjadi didesa Tegaldowo adalah banyaknya janda muda yang umurnya masih anak-anak bahkan pada umur 18 tahun sudah ada yang menikah dua kali dan hal itu kerap kali terjadi didesa Tegaldowo.

Kata Kunci : Pernikahan Dini. Ngemblok. Perawan Kasep. Pembimbing : Hj. Rosdiana M.A.

(6)

vi

shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kehadirat Rasul pembawa cahaya Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “ Tradisi

Ngemblok : Fenomena Pernikahan Dini dan Janda Muda” (Studi Kasus Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah) penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin JaharM.A.Phd. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. KamarusdianaS.AgM.H. Ketua Program Studi Ahwal al-Syakhsiyyah dan Ibu Sri HidayatiM.Ag. Sekretaris Program Studi Ahwal

al-Syakhsiyyah yang telah membantu penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

3. Ibu Hj. RosdianaM.A. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu tenaga  dan pikiran selama membimbing penulis.

(7)

viii

6. Drs. Ali Ahmadi Hakim Anggota Pengadilan Agama Kabupaten Rembang Bapak Abdul GhoniS.Ag. selaku penghulu Kecamatan Gunem Bapak Suntono Kepala Desa Tegaldowo bapak Nyono dan Bapak Bari selaku Kepala Dusun desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Bapak

Mukhson selaku penghulu Kabupaten Rembang yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan pencarian data informasi terkait desa Tegaldowo Drs.H.M.MahmudiM.M selaku Kasi Bimas Islam yang telah

membantu dan Mba Fika dari pihak Plan Indonesia yang telah memberikan informasi terkait kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini selesai.

7. Segenap pimpinan dan staff Perpustakaan Utama staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Nasional atas pelayanannya dalam melengkapi literature penelitian.

8. Ayahanda Tarmin dan Ibunda Jiyem tercinta serta keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril materiil serta doa yang selalu

dipanjatkan sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

viii

Hendrawan yang selalu menghadirkan kehangatan dan kebersamaan dalam berfikir dan berbuat serta perhatian dan kebaikan kalian semua tidak akan pernah terlupakan.

10.Terkhusus kak Mutia Assalamah Dessy Nur Fitriani, Burhanatut Dyana dan Tholhah Abdul Muiz terima kasih banyak atas dukungan dan doa yang diberikan serta semangat kepada penulis.

11.Dan semua pihak yang memberikan dukungan spiritual motivasi moril dan materiil hingga selesainya penelitian ini yang tidak bisa penulis satu persatu sebutkan. Dengan segala kelemahan dan kekurangan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap langkah kehidupan kita. Amiin.

Jakarta, 21 Mei 2015

(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... iii

LEMBAR PERNYATAAN... iv

ABSTRAK... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

1. Pembatasan Masalah... 7

2. Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

1. Tujuan Penelitian... 8

2. Manfaat Penelitian... 9

D. Review Studi Terdahulu... 9

E. Metode Penelitian... 11

(10)

x

C. Rukun dan Syarat... 23

D. Pernikahan Dini... 26

1. Pengertian Pernikahan Dini... 26

2. Sebab Terjadinya... 28

3. Pandangan Islam... 29

4. Dampak Psikologis... 30

5. Dampak Terhadap Kualitas Keturunan... 32

6. Dampak Terhadap Kependudukan... 34

7. Tingginya Angka Penceraian...35

BAB III SEKILAS TENTANG DESA TEGALDOWO KECAMATAN GUNEMKAB. REMBANG JAWA TENGAH A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis... 36

B. Demografi Masyarakat... 37

C. Kondisi Sosial Masyarakat dan Perekonomiannya... 39

D. Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan... 42

1. Agama... 42

2. Budaya (Adat Istiadat)...44

(11)

xi

C. Persepsi Masyarakat Tentang Tradisi Ngemblok dan Janda Muda... 59 D. Analisa Penulis... 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 71 B. Saran-Saran... 72

DAFTAR PUSTAKA... 72

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah bersatunya dua orang menjadi satu kesatuan yang saling membutuhkan, memberikan dukungan dan kesemuanya diwujudkan dalam kehidupan yang dinikmati bersama.1 Pernikahan juga dimaksudkan untuk bisa menahan pandangan mata dari hal-hal yang dilarang, menjaga kemaluan dan menjauhkan manusia dari bentuk-bentuk perbuatan yang tercela. Karena Islam melarang hubungan seksual di luar pernikahan, maka perkawinan melindungi setiap individu terhadap imoralitas dengan memberikan jalan keluar untuk menyalurkan nafsu alami dan menjamin keamanan fisik maupun emosional kedua pasangan suami istri yang bersangkutan.2

Tradisi pernikahan pun diterima oleh setiap agama, suku, bangsa, dan sekte walaupun menurut cara masing-masing, dikarenakan kebaikan yang banyak dari pernikahan tersebut. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun

1974 tentang perkawinan Bab I pasal 1 bahwa: “Perkawinan adalah ikatan lahir

batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan

1Nidya Ayu Kusuma Wardhani, “Self Disclosure dan Kepuasan Perkawinan Pada Istri di Usia Awal Perkawinan,” Calyptra; Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No. 1, (Surabaya) 2012. h. 1.

2

(13)

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Perkawinan bertujuan agar setiap pasangan (suami-istri) dapat meraih kebahagiaan dengan pengembangan potensi mawaddah dan rahmah yang dapat melaksanakan tugas kekhalifahan dalam dan melalui sebuah ikatan perkawinan

inilah diharapkan terwujud sebuah tujuan perkawinan yakni terciptanya kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah.3

Adapun tujuan berkeluarga adalah menciptakan wadah yang bersih sebagai tempat lahirnya sebuah generasi yang berdiri di atas landasan yang kokoh dan teratur tatanan sosialnya.Di mana setiap orang harus memikul tanggung jawab dan menunaikan kewajibannya.Maka dengan begitu masyarakat menjadi bertambah baik, sehingga mencapai kehidupan yang maju dan diridhai Allah.4

Sesudah pernikahan pun, dalam hidup berkeluarga cinta kasih inipun harus biasa terlihat oleh masing-masing kedua belah pihak, harus bisa memperkuat hubungan mereka melalui pengorbanan-pengorbanan diri. Maka hal-hal yang harus mendasari suatu perkawinan adalah sebuah tujuan dalam membentuk keluarga sejahtera, dan apabila sudah tercapai persamaan mengenai dasar-dasar

3

Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 167.

4

Abduttawab Haikal, Rahasia Perkawinan Rasulullah “Poligami Dalam Islam vs Monogami

(14)

pernikahan barulah mereka bisa mulai hidup berkeluarga dengan saling mengerti satu sama lain.5

Karena Islam tidak menentukan secara pasti batasan umur, maka yang dapat dijadikan ukuran adalah aqil balighnya seseorang.Apabila tidak ada hal-hal yang luar biasa yang dibenarkan oleh Agama, bagi seorang wanita maka sangat utama yaitu persetujuan orang tuanya (wali). Sebenarnya anak yang sudah dewasa maka ia telah mampu bertindak hukum dan menentukan pilihannya sendiri. Namun perkawinan merupakan masalah yang penting oleh karena itu bagi usia dibawah 21 tahun diperlukan izin orang tuanya. Apabila orang tua tidak ada, maka izin dapat diperoleh wali yang selama ini memeliharanya atau keluarga dalam garis keturunan ke atas.6

Dan jika dianalisis lebih jauh, peraturan batas usia perkawinan memiliki kaitan yang cukup erat dengan masalah kependudukan. Tidak dapat dipungkiri juga ternyata batas umur yang rendah bagi seorang perempuan untuk menikah mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi.maka pengaturan tentang batas usia untuk nikah sebenarnya sesuai dengan prinsip perkawinan yang menyatakan bahwa calon suami dan istri harus telah masak jiwa dan raganya. Karena

5

Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), h. 37.

6

Yayan Sopyan, ISLAM NEGARATransformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional,

(15)

semestinya pernikahan dini dihindari agar tidak membawa efek yang kurang baik, baik terutama bagi pribadi yang melaksanakannya.7

Dan yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo yang berpenduduk 4.912 jumlah penduduk yang tinggal di Desa tersebutdengan jumlah penduduk laki-laki

2.447 dan 2.465 jumlah penduduk perempuan. Mata pencaharian masyarakat mayoritas petani secara persentase petani mencapai 95% dari jumlah ini petani

persil mencapai 75%.Sesuai data statistik rata-rata jenjang pendidikan yang mereka tempuh adalah lulusan SD (Sekolah Dasar) paling tertinggi yaitu SMP

(Sekolah Menengah Pertama).8

Mereka mempunyai sebuah tradisi turun-temurun yaitu budaya Ngemblok (melamar sang gadis) yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini bahkan banyaknya janda muda.Adapun tradisi pernikahan dini yang dilakukan oleh masyarakat Tegaldowo Kabupaten Rembang merupakan sebuah kekayaan budaya atau adat istiadatmasyarakat pegunungan Tegaldowo dan sekitarnya yang berlaku. Sebuah tradisi praktek perkawinan usia dini atau kawin paksa, masyarakat sekitarnya atas nama adat telah melestarikan praktek nikah dini tanpa peduli bahwa sebenarnya zaman telah berubah.

7

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal TariganHukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI)( Jakarta : Prenada Media, 2014)

.h 71-72.

8

(16)

Tradisi Ngemblok “melamar anak gadis” merupakan tradisi turun-temurun yang terjadi pada masyarakat Desa Tegaldowo Kabupaten RembangJawa

Tengah. Sebelum terjadi ngemblok biasanya didahului oleh tahapan awal yang

bernama “ndhedheki” yaitu ketertarikan seorang pria kepada seorang wanita

dengan cara pengumuman si pria akan mengumumkan kepada khalayak ramai

bahwa wanita itu telah ditaksirnya. Dan berharap para pria yang menyukainya mengurungkan niatnya untuk menyukainya apalagi melamar sang gadis.9

Dan setelah “ndhedheki” maka apabila sang pria ingin menikahi wanita

tersebut meskipun belum cukup umur maka keluarga sang pria akan melakukan

„Ngemblok’ di mana orang tua sang wanita harus menerima lamaran sang pria

dari pada anaknya harus menjadi „perawan tua’ menurut kepercayaan masyarakat

setempat. Dan ada lagi sebuah tradisi saat diadakannya perkawinan yaitu kesenian tayub apabila sang pria memberikan seekor kerbau maka wajib hukumnya untuk

mengadakan kesenian tayub.

Kesenian tayub itu membutuhkan biaya yang besar di mana tuan rumah harus mendatangkan ledek (penari pasangan wanita dan pria) dan menari bersama dan

harus menghibur para penonton. Biasanya kesenian tayub diadakan mahal atau tidaknya tergantung ledeknya (penari) terkenal atau tidaknya dan saat kesenian

tayub diadakan tidak segan-segan mereka meminum-minuman keras sampai mabuk dan menari bersama ledek.

9

(17)

Bahkan dengan adanya tradisi Ngemblok dan praktek pernikahan dini menyebabkan angka perceraian di Desa Tegaldowo semakin meningkat, karena pernikahan dilaksanakan hanya karena tidak ingin menolak tawaran si pria karena

“lebih baik menjadi janda muda”. Tradisi nenek moyang di Desa Tegaldowo

menyebabkan persepsi masyarakat bahwa apabila menolak pinangan, maka akan menjadi perawan tua yang tak laku sehingga praktek pernikahan dini terjadi secara turun-temurun.

Maka adat istiadat masyarakat Tegaldowo yang saat ini tidak sesuai dengan UU, secara psikologis pun merugikan masa depan calon mempelai atau dengan ketidaksiapan mereka terjadi hal-hal negatif dalam rumah tangganya dan tindakan memaksanya pun dikategorikan sebagai pelanggaran HAM dan sebagai bentuk kekerasan terhadap anak. Karena pedoman mereka dalam menjalani hidup adalah adat-istiadat peninggalan nenek moyang mereka yang berlaku secara turun temurun.

Berangkat dari fenomena di atas pula yang akhirnya mendorong penulis untuk mengkaji lebih jauh dalam bentuk skripsi yang mungkin akan berimplikasi kepada kehidupan masyarakat mengenai pernikahan dini. Adapun judul yang penulis angkat:

TRADISI NGEMBLOK: FENOMENA PERNIKAHAN DINI DAN

JANDA MUDA (STUDI KASUS DESA TEGALDOWO, KEC.GUNEM,

(18)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Identifikasi masalah mengenai pernikahan dini yang terjadi dapat menimbulkan masalah terutama bagi perempuan, adapun masalah yang terjadi akibat pernikahan dini seperti masalah pengetahuan mengenai hak dan kewajiban berumah tangga, faktor psikologis, kesiapan mental menjadi seorang istri dan ibu, kesiapan mental dari kedua belah pihak dalam membangun sebuah rumah tangga, rendahnya tingkat pendidikan dan sebagainya. Agar lingkup bahasannya tidak terlalu luas maka penulis

membatasi penelitian hanya membahas tentang tradisi ngemblok yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini dan janda muda.penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat sekitar pejabat yang berwenang

dan tokoh adat disana mengenai tradisi ngemblok tersebut di Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang.

2. Perumusan Masalah

Dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat 1 tentang Perkawinan, telah memberikan batasan usia bagi laki-laki dan perempuan yang hendak

melangsungkan pernikahan yang menyatakan bahwa “Perkawinan hanya

diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita

sudah mencapai umur 16 tahun.” Secara normatif Undang-Undang No. 1

(19)

matang dalam perkawinan adalah umur 21 tahun, di mana pasangan calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua.10

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mendapatkan kualitas rumah tangga dan keturunan yang baik, namun pada kenyataannya di Desa Tegaldowo Kabupaten Rembang banyak masyarakat yang melaksanakan pernikahan di bawah umur.Daerah tersebut mayoritas masyarakatnya melaksanakan pernikahan di bawah umur dikarenakan adanya kekurang pahaman Undang-Undang tersebut serta kebiasaan atau adat yang berlaku di masyarakat.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penelitian tersebut dapat dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan:

a. Apa makna sebuah pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ?

b. Apa makna sebuah perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah ?

c. Bagaimana fenomena tradisi ngemblok “melamar anak gadis” yang masih terjadi di Desa Tegaldowo, Kec. Gunem, Kabupaten Rembang Jawa

Tengah?

10

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan menganalisis latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui makna sebuah pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

b. Mengetahui makna sebuah perceraian bagi masyarakat desa Tegaldowo Kec.Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

c. Mengetahui tradisi Ngemblok “melamar anak gadis “ yang masih terjadi penyebab terjadinya pernikahan dini dan banyaknya janda muda di desa Tegaldowo Kec. Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

2. Manfaat penelitian

Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:

a. Dapat memberikan informasi dan gambaran seputar khazanah keilmuan terhadap pernikahan dini dan segala bentuk permasalahannya terutama yang berkaitan dengan para pelakunya.

b. Menambah literatur kajian tentang wacana pernikahan dini bagi para akademisi.

(21)

D. Review Studi Terdahulu

Dalam penulisan skripsi-skripsi terdahulu, terdapat beberapa judul yang hampir mendekati judul ini, diantaranya:

1. Pernikahan Dini di Kecamatan Limo Depok (Studi Kasus Pernikahan Dini di Kecamatan Limo Depok). Fari Oka Lestari SJAS 2011 skripsi ini

memaparkanbeberapa sebab dan akibat pernikahan dini di Kecamatan Limo Depok.

2. Pernikahan Dini Penyebab Putusnya Pendidikan (Studi Kasus Desa Cibitung Wetan Kec. Pamijahan Kab Bogor). Ahmad Fauzi Syahputra, SJAS 2012 Skripsi ini membahas pernikahan dini yang terjadi di Desa Cibitung pelaku pernikahan dini khususnya terjadi pada wanita sehingga berdampak pada putusnya pendidikan di bangku sekolah terjadinya pernikahan dini

disebabkan oleh faktor ekonomi, dimana penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

(22)

E. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran atau menguji pengetahuan penulis dalam melakukan pendalaman secara kritis. Adapun jenis penelitian yang digunakan:

1. Jenis Penelitian

Dilihat dari sudut pandang sifat yang dihimpunnya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu apabila jenis data dan analisa data yang digunakan bersifat naratif, dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang menggunakan penalaran atau cara pandang seseorang. Dalam penelitian kualitatif peneliti berbaur menjadi satu dengan yang diteliti sehingga peneliti dapat memahami persoalan dari sudut pandang yang diteliti itu sendiri dan memberikan gambaran bahwa sasaran yang diteliti bersifat kompleks, rumit dan saling terkait satu dengan yang lain sebagaimana karakteristik kehidupan sehari-hari. Maka dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif masalah harus dipandang secara global, tidak dilakukan secara sepotong-sepotong atau parsial.11

2. Pendekatan Penelitian

Teknik yang digunakan penulis adalah menggunakan pendekatan normatif, yaitu cara mendekati masalah yang akan diteliti dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian pendekatan

11

(23)

fenomenologis yakni pendekatan yang berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang biasa dalam situasi tertentu dan yang terakhir pendekatan sosiologis yaitusuatu landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat.12

3. Lokasi Penelitian

Lokasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

4. Kriteria dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari para responden.Adapun untuk memperoleh data dalam penulisan ini adalah dengan melakukan wawancara terhadap orang yang melakukan pernikahan dini masyarakat Tegaldowo pejabat desa serta para ulama di

Kabupaten Rembang petugas yang memiliki kompetensi dengan permasalahan penelitian ini.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan memperoleh landasan teori yang bersumber dari yurisprudensi, buku-buku dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian.

12

(24)

5. Teknik Pengumpulan Data

Agar penelitian ini mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan apa yang diteliti maka teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi yaitu merupakan pengamatan langsung maupun tidak langsung yang dilakukan peneliti secara terus-menerus dan sistematis terhadap fenomena yang terjadi atau yang sedang berlangsung. Teknik ini digunakan untuk mengungkap data kehidupan sehari-hari, melalui cara berkomunikasi (berbicara), bertingkah laku sampai hubungan dengan keluarganya atau kerabat dekatnya. Adapun objek observasi penelitian adalah melihat fenomena yang terjadi mengenai tradisi yang terjadi di Desa Tegaldowo, Kec. Gunem Kab. Rembang Jawa Tengah.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan proses komunikasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Adapun koresponden yang akan diwawancarai adalah kepala KUA Kecamatan Gunem pasangan-pasangan yang melakukan pernikahan dini orang tua pasangan yang melakukan pernikahan dini pendapat masyarakat sekitar dan tokoh

(25)

pengumpulan data wawancara tersebut maka peneliti dapat menganalisa dan menginterprestasikan data sesuai data yang diperoleh.

c. Studi Dokumentasi

Penelitian yang langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh data berupa surat kabar majalah transkrip wawancara dan pengambilan data atau informasi yang berasal dari Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem

buku serta dokumen yang berhubungan dengan obyek penelitian. d. Studi Pustaka

Penelitian yang pengumpulan sumber-sumber datanya berkaitan dengan aspek- aspek permasalahan, mengambil data, meneliti dan mengkaji literatur, pendapat ahli yang terdapat dalam buku-buku, dan lainnya yang bisa menunjang dan membantu untuk menyelesaikan permasalahan ini

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, peneliti membagi sistematika penulisan proposal skripsi ini ke dalam lima bab sebagai berikut:

Bab Pertama Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka teori metode

penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

(26)

pengertian perkawinan usia dini, sebab terjadinya pernikahan

dini dan pandangan Islam mengenai Penikahan Dini dan permasalahan serta dampaknya terhadap faktor psikologis, kualitas keturunan dan kependudukan.

Bab Ketiga Gambaran umum desa dan masyarakat Tegaldowo Kabupaten Rembang yang meliputi; Letak Geografis, Letak Demografis, Kondisi Sosial Penduduk dan Perekonomian, Kondisi Agama, Budaya dan Pendidikan.

Bab Keempat Berisikan latar belakang yang mempengaruhi terjadinya tradisi Ngemblok, solusi serta dampaknya mengenai pernikahan dini dan banyaknya janda muda persepsi masyarakat tentang

pernikahan dini dan banyaknya janda muda penyebab pernikahan dini serta analisa penulis.

(27)

16 A. Pernikahan

1. Pengertian dan Tujuan

Menurut Undang-Undang Perkawinan pasal 1, perkawinan ialah“ikatan lahir batin antara seorang wanita sebagai suami istri bertujuan untuk membentuk suatu keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan menurut ajaran Islam perkawinan adalah aqad (ijab qabul) yang diucapkan oleh calon mempelai pria, yang ditumbuhkannya rasa saling mengasihi dan mencintai diantara

keduanya.”

Adapun pengertian menurut KHI sebagai berikut: “perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau Mitsaqan

Ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah."1Tujuan perkawinan dan hakikat keluarga harus jelas, disepakati, di antara keduanya ada keharmonisan bersama dan merangkai cita-cita di hari ke depan. Pernikahan yang sah akan mewujudkan nilai „iffah (kesucian diri) memberikan pemeliharaan diri dari dosa dan menjaga kehormatan serta menutup rapat pintu dan sarana penyimpangan seksual dengan segala dampak

1

(28)

kerusakan seks bebas dan dekadensi moral karena Islam memiliki karakteristik sebagai agama yang memelihara kesucian, serta memelihara fitrah manusia.2

Tujuan-tujuan pernikahan yang terpenting adalah sebagai berikut:3 a. Memperoleh Ketenangan

Keadaan jasmani ruhani dan pola pikir seseorang akan mengalami perubahan ketika mencapai usia baligh. Dan semua itu memunculkan kebutuhan terhadap pernikahan. Pada fase ini hendaklah seseorang memenuhi kebutuhan alamiahnya. Maka salah satu tujuan pernikahan adalah memperoleh ketenangan fisik jiwa pikiran dan akhlak. Dalam kehidupan bersama hendaklah pasangan suami istri selalu berusaha meneguhkan keadaan tersebut sehingga memungkinkan keduanya

tumbuh sempurna. b. Saling Mengisi

Tatkala mencapai usia baligh maka para jejaka dan gadis merasakan ada kekurangan perasaan semacam ini akan lenyap sewaktu mereka menikahmembina kehidupan bersama dan saling mengisi satu sama lain. Semua itu pun mencapai puncaknya ketika anak pertama dari pasangan suami-istri terlahir ke dunia ini.

2 Lembaga Kajian Ketahanan Keluarga Indonesia,“Tatanan Berkeluarga Dalam Islam,” (Jakarta: LK3I,2011).

3

(29)

c. Memelihara Agama

Pernikahan tidak hanya menyelamatkan seseorang dari kejatuhan (ke lembah dosa) dan selain pula akan memuaskan nalurinya secara wajar sehingga menjadikan jiwanya tenteram dan damai semua itu tentu penting dalam kehidupan beragama.

d. Kelangsungan Keturunan

Allah Swt telah menumbuhkan keinginan dalam diri seseorang untuk melanjutkan keturunan.

Adapun yang menjadi tujuan dalam berkeluarga yang merupakan suatu keinginan atau keharusan dalam berkeluarga maka harus memperhatikan kepentingan dan tujuan yang ingin dicapai yaitu:

a. Kemuliaan keturunan yaitu menjaga keturunan dan melestarikan jenis manusia di dunia.

b. Menjaga diri dari setan

c. Bekerja sama dalam menghadapi kesulitan hidup.

d. Menghibur jiwa dan menenangkannya dengan bersama-sama. e. Melaksanakan hak hak keluarga.4

B. Dasar Hukum

Pernikahan adalah sunatullah bagi seluruh alam ini. Laki-laki dan perempuan laksana siang dan malam, dua hal yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan.

4

(30)

Dalam kehidupan rumah tangga bagi manusia pernikahan membawa implikasi

dan tanggung jawab sosial yang sangat besar. Oleh karena itu pernikahan harus didasarkan oleh pondasi yang kuat dan kukuh agar tidak mudah runtuh.5

Adapun dasar hukum yang menunjukkan pensyariatan nikah adalah sebagai berikut:







































































Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak -hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya) maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: duatiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada

tidak berbuat aniaya.” (Q.S An-Nisa:3)

Adapun menurut Rasul menikah adalah sunnah karena Rasul pun melakukan hal tersebut dan beliau menginginkan para umatnya melakukan sunnahnya seperti dalam salah satu hadistdari Anas ibn Malik r.a.:

“…. Akan tetapi aku shalat malam dan tidur, dan aku berpuasa serta berbuka, dan aku menikah. Maka barangsiapa yang membenci sunnahku bukan dari

bagian ummatku.”6

5 Muhammad Mutawwali Sya’rawi

Fiqh Wanita (Jakarta:Pena Pundi Aksara 2007)h.95

6

Ibnu Hajar Al-Asqalani dan ditahqiq oleh Isham Ad-din As-Shababuthy, Bulughul Maraam

(31)

Sedangkan asal hukum nikah adalah mubah7 dan hukum tersebut dapat berubah sesuai dengan keadaan seseorang yang akan melakukan pernikahan hukum tersebut bisa menjadi wajib sunnah haram atau makruh. Keempat hukum dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Sunnah

Jumhur berpendapat bahwa hukum nikah adalah sunnah bagi mereka yang tidak khawatir dirinya terjerumus ke perbuatan zina bagi seseorang yang memungkinkan dan mampu untuk menjaga dirinya dari hal-hal yang diharamkan jika tidak menikah maka nikah baginya hukumnya sunnah. Meskipun demikian menikah tetap dianjurkan dan mungkin lebih utama daripada melakukan berbagai macam ibadah. Dasar pemikiran Jumhur adalah firman Allah:

















“….Maka nikahilah (wanita-wanita lain selain yatim) yang engkau

senangi...”(Q.S. Annisa: 3)

Rasulullah Saw pun, melalui hadis yang telah disebutkan di atas (dari Anas ibn Malik r.a), menegaskan bahwasannya pernikahan merupakan sunnahnya.8

7

Abdul Fatah Idris dan Abu Hamadi Fiqh Islam Lengkap (Jakarta: Rineka Cipta 1994) h.98.

8

(32)

2. Wajib9

Bagi orang yang sudah siap untuk melangsungkan pernikahan dan dia khawatir manakala tidak menikah dia akan terjebak pada perzinaan maka pernikahan baginya adalah wajib. sebab menjaga diri dari sesuatu yang diharamkan (zina) adalah hukumnya wajib sementara untuk mencegah perbuatan tersebut hanya bisa dilakukan dengan jalan menikah. Karena itu hukum menikah adalah wajib.

3. Makruh

Seseorang yang dianggap makruh untuk melakukan pernikahan adalah seseorang yang belum pantas untuk menikah belum mempunyai keinginan melangsungkan pernikahan serta belum memiliki bekal yang mapan untuk melangsungkan pernikahan.

4. Haram

Bagi orang yang mempunyai keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam rumah tanggasehingga apabila melangsungkan perkawinan bagi orang tersebut adalah haram.10

5. Mubah

Bagi orang yang mempunyai kemampuan untuk melakukan perkawinan juga cukup mempunyai kemampuan untuk menahan diri sehingga tidak

9

Sayyid SabiqFikih Sunnah Jilid 3 (Jakarta: Cakrawala Publishing 2011), h.208-209. 10

(33)

memungkinkan dirinya tergelincir berbuat zina sekiranya tidak kawin. Hukum perkawinan yang terakhir ini diperselisihkan oleh ulama fikih. Menurut ulama

Mazhab Syafi’i perkawinan bagi lelaki itu adalah mubah. Ada beberapa

alasan yang dikemukakan mereka:11

a. Pada umumnyanas yang berbicara dalam masalah perkawinan senantiasa menggunakan kata al-hill (halal) yang mengandung makna mubah seperti dalam surah An-Nisa ayat 24. Menurut merekaal-hill tidak bisa diartikan

wajib atau sunnah.

b. Nikah menurut mereka termasuk jenis amalan yang bersifat duniawi. Oleh karena itu perkawinan tersebut dilangsungkan baik oleh muslim maupun non muslim. Di samping itu mereka mengatakan bahwa perkawinan pada

prinsipnya merupakan penyaluran naluri seksual; ini merupakan perbuatan yang alami. Karena itu kawin sama saja dengan makan dan minum yang

bersifat mubah.

Adapun ulama Mazhab Az-Zahiri berpendapat wajib hukumnya bagi

lelaki yang tidak khawatir dirinya akan terjerumus ke dalam perbuatan zina apabila tidak kawin dan juga tidak akan menganiaya istrinya jika ia kawin. Mereka mengemukakan beberapa alasan:

11 “Nikah”

(34)

a. Nas yang menuntut perkawinan di atas (Surah An-Nisa: 3) mengandung perintah untuk kawin bagi laki-laki seperti ini. Menurut ulama Mazhab Az-Zahiri tidak ada satu pun dalil yang menunjukkan bahwa kalimat al-amr dalam ayat tersebut tidak wajib. Oleh karena itu perkawinan bagi lelaki seperti ini termasuk dalam perintah wajib yang dikandung nas. b. Seorang lelaki meskipun dalam keadaan stabil tidak khawatir akan berbuat

zina tetapi suatu saat tetap dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam

perbuatan zina apabila tidak kawin.

C. Rukun dan Syarat

Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan(ibadah),dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Rukun perkawinan merupakan masalah yang serius dikalangan para ulama karena perbedaan pendapat diantara mereka.Perbedaan itu pun terjadi dalam menentukan mana yang termasuk rukun dan mana yang termasuk syarat. Bisa jadi, sebagian ulama menyebut sebagai rukun dan ulama yang lain menyebut sebagai syarat.12

Terlepas dari perbedaan tersebut, jumhur ulama telah menyepakati bahwa rukun perkawinan itu terdiri atas:

1. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan. 2. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.

3. Adanya dua orang saksi.

12

(35)

4. Sighat akad nikah yaitu ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau akilnya dari pihak wanita dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.

Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah)tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan

itu. Syariat Islam menentukan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad para ulama yaitu13:

1. Calon pengantin laki-laki: beragama Islam, laki-laki, tidak sedang berihram haji/umroh, tidak mempunyai istri empat, termasuk isteri yang masih dalam menjalani „iddah talak raj’i, tidak dipaksa, tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan mempelai perempuan, termasuk isteri yang masih dalam

menjalani „iddah talak raj’i.

2. Calon isteri syarat-syaratnya: beragama Islam atau Ahli Kitab, jelas perempuan, tidak sedang berihramhaji/umroh, belum pernah disumpah li’an oleh calon suami, tidak bersuami atau tidak sedang menjalani masa „iddah oleh lelaki lain dan bukan mahram calon suami.

3. Wali syarat-syaratnya: beragam Islam, sudah baligh (dewasa), laki-laki, berakal, tidak fasiq, tidak mahjur bissafah (dicabut hak kewajibannya) dan tidak rusak pikiran sebab terlalu tua atau sebab lainnya.

13

(36)

4. Dua orang saksi laki-laki, syarat-syaratnya: Memahami arti kalimat ijab dan qabul.14

AdapunUU Perkawinan hanya membicarakan syarat-syarat perkawinan yang mana syarat-syarat tersebut lebih banyak berkenaan dengan unsur-unsur atau rukun perkawinan. KHI secara jelas membicarakan rukun perkawinan sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 14 yang keseluruhan rukun tersebut

mengikuti fiqh Syafi’i dengan tidak memasukkan mahar dalam rukun.15

Menurut Peraturan Perundang-Undangan Perkawinan dinyatakan dalam pasal 6 tentang syarat perkawinan dalam ayat berikut:16

(1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.

(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua.

(3) Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud ayat (2) pasal ini cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu menyatakan kehendaknya.

14

Zahry HamidPokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia (Yogyakarta: Bina Cipta 1978 ) h. 24-28.

15

Amir SyarifuddinHukum Perkawinan Islam di Indonesia “Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan,” (Jakarta: Prenada Media 2007 ) h. 61.

16

(37)

(4) Dalamhal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya maka izin diperoleh dari wali, yaitu orang yang mempunyai hubungan darah dalam garis keturunan lurus ke atas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.

(5) Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalalm ayat (2), (3) dan (4) pasal ini atau salah seorang atau lebih di antara mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut, dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.

(6) Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan tidak menentukan lain.

Kemudian dalam Pasal 17 ayat (1) disebutkan: perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

D. Pernikahan Dini

1. Pengertian Pernikahan Dini

(38)

ditentukan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 7 ayat (1): “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilanbelas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai 16 (enam

belas) tahun.”17

Mas’um Djauhari menegaskan bahwa apabila seseorang hendak menikah seyogyanya mengetahui empat hal:18

a. Pernikahan sangat perlu dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.

b. Pernikahan harus memperhitungkan waktu yang sangat tepat sesuai dengan umur seseorang.

c. Kita harus mengetahui prosedur dan tata cara melangsungkan pernikahan. d. Kita tahu siapa yang akan menjadi calon pasangan kita.

Dengan berpatokan pada empat hal tersebut barulah seseorang dibolehkan melangsungkan pernikahan. Disamping hal tersebut juga ada yang belum dipersiapkan usianya yang sudah mencukupi atau belum.

Adapun penyimpangan dari batas minimal umur perkawinan ini harus mendapat dispensasi pengadilan terlebih dahulu setelah itu baru perkawinan

dapat dilaksanakan. Pelanggaran terhadap ketentuan yang telah ditetapkan itu dapat dikenakan sanksi dengan peraturan yang berlaku. Agar hal ini dapat terlaksana maka kematangan calon mempelai sangat diharapkan kematangan

17

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan, (Bandung: Fokusmedia,2005), h.4.

18

(39)

dimaksud di sini adalah kematangan umur perkawinan kematangan dalam

berpikir dan bertindak sehingga tujuan perkawinan sebagaimana tersebut di atas dapat terlaksana dengan baik.19

2. Sebab Terjadinya

Adapun yang menjadi sebab terjadinya pernikahan dini yang sering dijumpai kalangan masyarakat antara lain :

a. Masalah Ekonomi

Perkawinan usia muda kerap terjadi karena keadaan keluarga yang hidup digaris kemiskinan.

b. Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua anak dan masyarakatmereka cenderung menikahkan anaknya pada usia muda. c. Faktor Orang Tua

Orang tua khawatir terkena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat dekat sehingga orang tua menyegerakan anaknya untuk menikah.20

d. Faktor Adat dan Budaya

Faktor budaya yang dimaksud adalah kebiasaan beberapa masyarakat sekitar yang cenderung ingin cepat-cepat menikahkan anaknya.

19

Abdul MananAneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group 2006) h. 11.

20

(40)

3. Pandangan Islam

Hukum melakukan pernikahan dini menurut mayoritas besar ulama fiqh,sebagai Ijma’ (konsensus) ulama fiqh, mengesahkan perkawinan di bawah umur. Menurut mereka masalah perkawinan seperti kriteria baligh dan berakal merupakan persyaratan bagi keabsahannya.

Adapun menurut pendapat para ahli dalam menentukan kedewasaan seseorang bisa dengan melihat beberapa aspek, yaitu:21

a. Menentukan kedewasaan anak-anak dengan tanda-tanda ialah datangnya masa haid kerasnya suara tumbuhnya bulu ketiakatau tumbuhnya bulu

kasar di sekitar kemaluan.

b. Menentukan kedewasaan dengan umur terdapat berbagai pendapat antara lain:

1. Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah menentukan bahwa masa dewasa itu di mulai dari 15 tahun. Walaupun mereka dapat menerima kedewasaan dengan tanda-tanda tetapi karena tanda-tanda itu datangnya tidak sama untuk semua orang maka kedewasaan ditentukan oleh umur. 2. Abu Hanifah berpendapat bahwa kedewasaan itu datangnya mulai usia

19 tahun bagi laki-laki dan 17 tahun bagi wanita. Sedangkan Imam Malik telah menetapkan 18 tahun baik laki-laki maupun perempuan.

21

(41)

3. Yusuf Musa mengatakan bahwa usia dewasa itu setelah seseorang berumur 21 tahun. Hal ini dikarenakan pada zaman modern orang memerlukan persiapan yang matang sebab mereka masih kurang

pengalaman hidup dan masih dalam proses belajar. Namun demikian kepada mereka sudah dapat diberikan beberapa urusan sejak usia 18 tahun.

Dalam Islam tidak disebutkan batas umur untuk menikah orang tuanya boleh menikahkan anaknya dibawah umur seperti yang terkandung dalam kitab fiqh dengan syarat tertentu seperti contoh dalam masalah kafa’ah yaitu sepadan.22

4. Dampak Psikologis

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Menurut teori Rousseau yang merekapitulasi (meringkas) perkembangan individu manusia dalam 4 tahap perkembangan sebagai berikut23:

1. Umur 0-4 tahun atau 5 tahun: masa kanak-kanak (infancy). Tahap ini didominasi oleh perasaan senang (pleasure) dan tidak senang (pain) dan menggambarkan tahap evolusi dimana manusia masih sama dengan binatang.

22

Aisyah DachlanMembina Rumah Tangga Bahagia “Peranan Agama Dalam Rumah

Tangga” ( Jakarta: Jamunu 1969)h. 81.

23

(42)

2. Umur 5-12 tahun: masa bandel (savage stage). Tahap ini mencerminkan era manusia liar manusia pengembara dalam evolusi manusia.

Kemampuan akal masih sangat kurang sehingga dikatakan oleh Rousseau bahwa anak pada kurun usia ini jangan dulu diberi pendidikan formal seperti berhitung dan membaca serta menulis.

3. Umur 12-15 tahun: bangkitnya akal (ratio) nalar dan kesadaran diri. Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba.

(43)

tantangan dalam hidup berumah tangga. Dan secara biologi organ-organ

reproduksinya “belum matang” untuk bereproduksi secara sehat.24

5. Dampak Terhadap Kualitas Keturunan

Perkawinan di bawah umur mudah dihinggapi bahaya anaknya gugur lemah atau meninggal dan tak jarang pula sang ibu muda itu yang menjadi korban. Gadis yang masih muda penuh cita-cita untuk hari ke depan belum pada waktunya dibebani kewajiban-kewajiban beratdilepas dari asuhan orang tua diserahi mengurus rumah tangga bahkan lebih berat lagi dengan segala anggota tubuh yang masih muda dengan alat kandungan yang belum cukup matang ia harus memelihara manusia baru dalam badannya. Maka tak heran apabila banyak terjadi kekecewaan. Badan yang sedang tumbuh masih membutuhkan perkembangan-perkembangan dalam tubuhnya tidak diberi kesempatan terlebih dahulu untuk bersiap-siap sudah diberikan beban lain yang lebih berat.25

Karena menikah pada usia dini bagi perempuan rentan menimbulkan berbagai resiko baik bersifat biologis maupun psikologis. Indonesia tercatat

sebagai negara yang sangat tinggi angka kematian ibu melahirkan (AKI). Hal ini mesti dihindari. Tingginya angka kematian ibu bukan hanya karena faktor

24

Muhammad Zain dan Mukhtar AlshodiqMembangun Keluarga Humanis (Jakarta: Graha Cipta 2005)h.34.

25

(44)

kekurangan gizi dan kurang sehatnya organ-organ reproduksi tapi juga masih

dipegangi pemahaman keagamaan yang kurang tepat dengan kita.26

Aspek yang lain adalah kehamilan yang memiliki keterkaitan erat dengan kondisi sosio ekonomi dan kesehatan msyarakat. Akan tetapi menurut

penelitian yaitu kemungkinan seorang ibu meninggal atau anaknya meninggal atau menderita penyakit bertambah besar bila ibu melahirkan terlalu awal atau terlalu lambat. Perempuan yang secara fisik belum matang akan menghadapi bahaya lebih besar ketika melahirkan dan besar kemungkinan akan melahirkan anak yang lemah dibandingkan perempuan yang berumur dua puluhan atau relatif dewasa.27

Maka saat menikah diperlukan umur yang telah cukup matang untuk menghadapi sebuah rumah tangga karena terlalu muda pun akan

membahayakan ibu dan calon anaknya. Bahkan pemerintah sendiri melalui program KB (Keluarga Berencana) berusaha untuk meningkatkan lagi batas usia perkawinan ke umur 20 tahun untuk wanita dengan pertimbangan bahwa

kehamilan pada wanita di bawah usia 20 tahun adalah kehamilan yang beresiko tinggi sehingga harus dihindari.28

26

Muhammad Zain dan Mukhtar AlshodiqMembangun Keluarga Humanish.34. 27

Ahmad Tholabie KharlieHukum Keluarga Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika 2013)h.204. 28

(45)

6. Dampak Terhadap Kependudukan

Pernikahan dini memberikan pengaruh hubungan gender yang asimetris, menyebabkan kurang akses wanita terhadap bermacam hal seperti pangan kesehatan pendidikan dan keterampilan secara langsung mengakibatkan kemiskinan dan lain sebagainya. Pernikahan dini merupakan gambaran rendahnya kualitas kependudukan dan menjadi fenomena masyarakat tersendiri.29

Pernikahan dini juga menimbulkan masalah kependudukan maka hal ini terbukti bahwa batas usia perkawinan yang rendah bagi seorang wanita mengakibatkan laju kelahiran lebih tinggi lajunya pertumbuhan secara otomatis akan membantah munculnya permasalahan sosial ekonomi dan

masalah hukum yang akan terjadi di masyarakat.30

Bahkan WHO menempatkan masalah kesehatan reproduksi dalam konteks kependudukan dan pembangunan. Berarti masalah penduduk kini diarahkan pada konteks kesehatan dan kesejahteraan sosial individu dan keluarga.31

29

Pokja Analisis Dampak Sosial Ekonomi terhadap Kependudukan Ditdamduk BKKBN Kajian Pernikahan Dini Pada Beberapa Provinsi di Indonesia: Dampak OverpulationAkar Masalah dan Peran Kelembagaan di Daerah (Jakarta : BKKBN 2012) h.7.

30

Mohammad dan M.Dlori. Jeratan Nikah Dini Wabah Pergaulan (Jogjakarta: Media Abadi 2010) h. 11.

31

Merry Sri Widyanti Kusumaryani. “Determinan Perilaku Pacaran Remaja (Analisis Data

(46)

7. Tingginya Angka Perceraian

Usia awal pernikahan merupakan salah satu prediksi yang paling penting dari sebuah suksesnya pernikahan orang yang menikah pada usia yang masih relatif muda lebih memungkinkan untuk bercerai daripada mereka yang menunggu usia mereka sampai benar-benar matang untuk menikah (Heaton 2002: Teachman 2002). T.C Martin dan Bumpass (1989) menyimpulkan bahwa usia pernikahan dalam 5 tahun pertama awal menikah merupakan prediksi paling kuat dalam bercerai (rentan perceraian).32

Usia dan level kedewasaan merupakan sebuah pertimbangan penting dalam mengevaluasi kesiapan untuk menikah. Teti Lamb dan Ester (1987)

mengemukakan bahwa pria yang menikah sebelum usia 19 tahun lebih mudah untuk bercerai atau berpisah dibandingkan mereka yang menikah diatas umur

19 tahun. Adapun Booth dan Edward (1985) mengemukakan bahwa pria dan wanita yang menikah ketika masih remaja atau dalam usia muda maka

pernikahannya tidak stabil atau kurangnya keharmonisan.33

32

Mark Kay De Genova & F. Philip Rice Intimate Relationship Marriages and Families (New York: McGraw-Hill 6th ed 2005) h.396.

33

(47)

36 BAB III

SEKILAS TENTANG DESA TEGALDOWO KECAMATAN GUNEM

KAB. REMBANG JAWA TENGAH

A. Sejarah Singkat dan Letak Geografis

Desa Tegaldowo adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang dan wilayahnya pun dikelilingi oleh perbukitan Gunung Botak. Dalam Kecamatan Gunem terdapat 16 desa yang di mana 8 desa tidak berada dalam wilayah pergunungan dan 8 lainnya termasuk wilayah pegunungan. Desa Tegaldowo termasuk dalam wilayah pegunungan Gunung Botak yang terbagi dalam enam daerah kecil yaitu Kelurahan Tegaldowo Dukuh Ngablak Dukuh Ngelu Dukuh Nglencong Dukuh Karanganyar dan Dukuh Dukoh. Desa ini begitu sederhana dengan wilayah yang masih banyak ditanami sawah karena mayoritas masyarakat disini adalah petani dan hanya terdapat keramaian pasar tradisional saat senin dan kamis di pagi hari.1

Desa Tegaldowo terkenal di Kabupaten Rembang karena menjadi arus perlintasan desa-desa sekitarnya terletak 37 kilometer dari pusat kota Rembang

dan daerah tersebut memiliki banyak pohon jati milik Perhutani di sepanjang jalan menuju desa. Desa Tegaldowo terletak berbatasan dengan Kabupaten Rembang-Blora yang berada di pegunungan Botak penduduknya pun tinggal di

1

(48)

rumah-rumah joglo yang setiap rumahnya memiliki ternak seperti sapi dan kambing. Wilayah Desa Tegaldowo berada dalam wilayah Kecamatan Gunem dan salah satu dari 16 desa, dengan jarak tempuh terhadap pusat pemerintahan adalah sebagai berikut2:

Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 11 (sebelas) KM.

Jarak dari pusat pemerintahan kota : 35 (tiga puluh lima) KM. Jarak dari kota/ibukota kabupaten : 35 (tiga puluh lima) KM. Jarak dari ibukota provinsi : 113 (seratus tiga belas) KM. Sedangkan batas wilayah Kelurahan/Desa Tegaldowo adalah:

Sebelah Utara : Suntri Sebelah Selatan : Kajar Sebelah Barat : Timbrangan Sebelah Timur : Tahonan

Adapun luas wilayah Desa Tegaldowo adalah 12.854,66 hektar dan merupakan desa terluas wilayahnya di Kecamatan Gunem adapun titik koordinat bujur Desa Tegaldowo 111.5157 dan koordinat lintangnya -6.874065.

B. Demografi Masyarakat3

Pemerintahan Desa Tegaldowo dipimpin oleh seorang Kepala Desa dan dibantu oleh beberapa staff yang terdiri dari 6 kepala dusun dan juga beberapa staff lainnya yang mengurusi berbagai kepentingan di Desa Tegaldowo. Penduduk yang berpenghuni di Desa Tegaldowo berjumlah 4.912 jiwa dengan dominasi kaum perempuan.

2

Buku Monografi Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem, Kab. Rembang Tahun 2014.

3

(49)
[image:49.612.116.535.123.562.2]

Tabel 1.0

Dominasi Jumlah Penduduk

No Jenis

Kelamin

Jumlah Penduduk

1 Laki-laki 2.447 Jiwa

2 Perempuan 2.465 Jiwa

Jumlah 4.912 Jiwa

Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Desa Tegaldowo lebih banyak didominasi oleh kaum perempuan yaitu sekitar 2.465 jiwa sedangkan kaum laki-laki sekitar 2.447 jiwa. Adapun jumlah penduduk kelompok usia pendidikan menurut struktur umur adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Kelompok Usia Pendidikan

No Kelompok Usia

Pendidikan (dalam Tahun)

Jumlah

1 00-03 179

2 04-06 133

3 07-12 326

4 13-15 197

5 16-18 224

6 19 tahun ke atas 3.853

Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

(50)
[image:50.612.111.529.103.575.2]

Tabel 1.2 Kelompok Usia Kerja

No Kelompok Usia

Tenaga Kerja

Jumlah

1 10-14 tahun 291

2 15-19 tahun 378

3 20-26 tahun 515

4 27-40 tahun 1.162

5 41-56 tahun 1.136

6 57- keatas 943

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014

Dan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Kepala Desa pada tanggal 3 Februari 2015 bahwa perekonomian penduduk Desa Tegaldowo dalam tingkatan menengah ke bawah sehingga banyak masyarakat yang memilih putus sekolah

dan berani melakukan „ngemblok’ pada usia yang relatif muda. Tidak heran kalau pada masyarakat ini ditemukan kompleksitas permasalahan yang muncul. Seperti kemiskinan kebodohan pernikahan anak dan banyaknya janda akibat „ngemblok

dijadikan sarana untuk memperoleh keuntungan semata.4

C. Kondisi Sosial Penduduk dan Perekonomiannya5

Penduduk Desa Tegaldowo berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2014 berjumlah 4.912 jiwa dengan jumlah perempuan 2.465 jiwa dan laki-laki 2.447

4

Wawancara Pribadi dengan Ibu Swis Lidya di Jakarta pada 3 Februari 2015.

5

(51)
[image:51.612.99.544.192.563.2]

jiwa berikut ini merupakan set data tahun 2014 yang diperoleh dari prodeskel Desa Tegaldowo yang terakhir diakses pada Desember 2014 lalu:

Tabel 1.3

Jumlah Penduduk Desa Tegaldowo No Tahun Jumlah

Laki-Laki (orang) Jumlah Perempuan (orang) Jumlah Total (orang) Jumlah Kepala Keluarga (KK) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

1 2012 2.359 2.375 4.734 1.521 36

2 2013 2.365 2.378 4.743 1.511 36

3 2014 2.447 2.465 4.912 1.525 36

Sumber: http://prodeskel.pmd.kemendagri.go.id

Mayoritas mata pencaharian Desa Tegaldowo adalah di bidang pertanian

peternakan dan perburuhan. Pertanian di Desa Tegaldowo ditinjau dari kepemilikan tanah yang terbagi menjadi dua jenis pertanian yaitu pertanian pribadi dan pertanian persil. Pertanian pribadi adalah pertanian yang dikerjakan di atas tanah milik sendiri sedangkan pertanian persil adalah aktifitas pertanian yang

dikerjakan di atas tanah lahan milik Perhutani yang belum ditanami atau hutan jati yang baru ditebang dan dibiarkan kosong. Meski menjadi mata pencaharian utama masyarakat desa pertanian di wilayah Desa Tegaldowo tidak menjanjikan hasil

pertanian hanya berkisar pada tanaman Palawijaya dengan hasil jual yang tidak begitu tinggi. Hal itu disebabkan keadaan geografis Desa Tegaldowo yang jauh dari keramaian dan berada di lingkungan perbukitan.6

6

(52)

Namun saat ini sedang dibangun pabrik semen yang baru 16% kerampungannya dengan adanya pembangunan tersebut tentu saja ada yang pro

dan kontra. Mereka yang pro karena berharap dengan pembangunan tersebut dapat membuka lapangan kerja baru dan memperbaiki kondisi perekonomian mereka sedangkan yang kontra menganggap sebuah ancaman karena mata

pencaharian mereka bertani dan khawatir akan merusak tanaman mereka. Ada pula yang beranggapan akan memberikan polusi udara yang kurang baik karena

[image:52.612.116.531.150.670.2]

Desa Tegaldowo merupakan desa yang tergolong sejuk karena wilayahnya dikelilingi oleh perbukitan Gunung Botak dan secara persentase petani mencapai 95% dan petani persil berjumlah 70% dari jumlah persentase petani.7

Tabel 1.4

Penduduk Menurut Profesi atau Pekerjaan No Jenis Pekerjaan Laki-laki

(orang)

Perempuan (orang)

Jumlah

1 Pegawai Negri Sipil 9 3 12

2 TNI/Polri 2 0 2

3 Karyawan Swasta 35 1 36

4 Guru Swasta 7 13 20

5 Petani 1.492 1.526 3.018

6 Pedagang keliling 3 12 15

7 Dukun tradisional (Dongke) 0 3 3

8 Buruh 7 1 8

7

(53)

9 Pengusaha kecil menengah dan besar

1 0 1

10 Buruh tani 112 138 250

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014

D. Kondisi Agama Budaya dan Pendidikan8

1. Agama

Dalam bidang Agama, masyarakat Desa Tegaldowo seluruhnya beragama Islampada tahun 2012 tercatat satu orang beragama Kristen yang merupakan warga pendatang. Namun pada tahun 2013 seluruhnya beragama Islam, hal itu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.5 No Tahun Agama Laki-Laki

(orang)

Perempuan (orang)

Jumlah (orang)

1 2012 Islam 2.359 2.375 4.734

2 2013 Islam 2.365 2.378 4.743

3 2014 Islam 2.447 2.465 4.912

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.

Desa Tegaldowo meskipun mayoritas beragama Islam dan merupakan salah satu desa yang seluruh penduduknya beragama Islam akan tetapi dalam

kehidupan sehari-hari mereka masih menganut tradisi nenek moyang yaitu mempercayai hal-hal yang ghaib. Bahkan mereka dalam kehidupan kesehariannya tak jarang ditemukan di warung-warung kopi pinggir jalan berani bermain kartu bersama dan bahkan meminum-minuman keras

8

[image:53.612.108.536.111.545.2]
(54)

kebiasaan tersebut terjadi di kalangan orang tua bahkan sampai pemuda di Desa Tegaldowo.

Sarana penunjang untuk melakukan aktifitas keagamaan masyarakat terbilang relatif banyak masjid yang ada di Desa Tegaldowo sebanyak 2

buah dengan mushalla sebanyak 24 buah yang tersebar di keenam dukuh. Bahkan kondisi masjid dan mushallanya cukup baik hanya saja karena tidak terawat sedikit kotor dan kurang pantas untuk dijadikan sarana peribadatan,

maka perlu dibersihkan terlebih dahulu. Terlepas dari hal tersebut, lebih banyak dari mereka yang sekedar mengaku Islam hanya dalam tataran administratif.

Adapun peran tokoh agama di desa Tegaldowo sangatlah kurang bahkan tidak tersentuh unsur keagamaannyamereka masih mempercayai unsur

kebudayaan kejawen dan masih meminta pertolongan kepada dongke (dukun jawa). Yang mengetahui tentang keagamaan hanya staff dari KUA Gunem saja  namun sangat disayangkan mereka kurang aktif bersosialisasi karena domisili tempat tinggal mereka bukakn di Kecamatan Gunem. Jadi hanya

pada acara tertentu saja mereka mengisi kegiatan keislaman seperti kursus Catin menghimpun zakat fitrah saat bulan Ramadhan dan mengisi khutbah

nikah.

(55)

kalimat „syahadat’ mesti dituntun begitu pun dengan wali nya corak

keagamaan yang terjadi masih kentalnya nuansa kejawen dan mempercayai hal yang berunsur magic masih melekat. Adat istiadat dari leluhur masih melekat dalam diri mereka apalagi tingkat pemahaman agama mereka masih

rendah.

2. Budaya (Adat Istiadat)

Budaya ritual yang masih membumi di tengah-tengah masyarakat adalah: a. Tradisi Ngemblok. Sebelum diadakannya pesta perkawinan biasanya

laki-laki akan melamar perempuan itu terlebih dahulu yang akan dijawab beberapa hari kemudian dengan memberikan makanan yang cukup banyak 1-2 truk dan itulah yang dinamakan “Mblok-mblokan” sang wanita untuk

pria memberikan makanan yang cukup banyak kemudian dibagikan ke tetangga-tetangga sebagai ucapan rasa syukur. Kemudian laki-laki akan

datang beberapa hari kemudian memberikan “Mblok-mblokan” atau

seserahan sebagai balasan atas makanan yang dikirimkan dari pihak perempuan beberapa hari yang lalu dan “Mblok-mblokan” ini bisa berupa perhiasan uang hewan ternak atau berupa tanah. Inilah yang disebut

dengan Tradisi Ngemblok. Karena sudah mentradisi, jika tidak ada Ngemblok bisa bubar.9

9

(56)

Apabila dua keluarga sudah saling memberikan “Mblok-mblokan”,

biasanya akan dicarikan hari dan tanggal pernikahan oleh “dongke” atau

yang biasa disebut dengan dukun jawa, orang yang khusus mencarikan hari yang baik karena hukum adat masyarakat Desa Tegaldowo masih kuat bahkan terkadang petugas KUA yang menyesuaikan keinginan pihak keluarganya. Ada yang sampai tempat duduk pengantinnya dihitung posisinya, di dalam rumah atau di luar rumah. Ada juga pengantin yang dilarang berjalan melalui pintu depan melainkan melalui jendela ada pula larangan bertemu di jam-jam tertentu dan masih banyak pantangan yang terkadang tidak masuk akal oleh logika seseorang.10

b. Tradisi Tayub. Pertunjukkan Tayub merupakan sebuah kebanggaan masyarakat desa Tegaldowo meskipun mereka tahu bahwa acara tayub

tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Biasanya tayub digelar untuk acara perkawinan yang apabila mempelai laki-laki membawa seekor kerbau untuk mempelai perempuan maka „wajib’ hukumnya bagi pihak

mempelai wanita menggelar kesenian tayub pada pesta perkawinannya. Biasanya masyarakat akan tahu ada kesenian tayub jika sudah diberi undangan berupa daging kerbau yang sudah dipotong dicacah dan

dikirimkan kepada orang yang akan joget di acara tayub tersebut. Daging diberikan satu setengah kilogram yang sekaligus sebagai undangan,

10

(57)

sinden’ atau „ledek’ pun juga diberikan. Jika yang datang pejabat maka diprioritaskan bahkan diberi penghormatan untuk menari atau berjoget

terlebih dahulu bersama para „ledek.

Saat diadakan kesenian tayub ini kerumunan masyarakat baik yang sekedar menonton maupun yang ikut menari bersama „ledek’ sangat banyak. „Ledek’ atau penari perempuan berjumlah 2 sampai 4 orang, dikelilingi oleh banyak laki-laki bahkan terkadang tangan laki-laki pun ikut sekedar mengelus pipi penari tersebut atau menyentuh bagian yang tak layak disentuh di tempat umum. Meskipun Desa Tegaldowo sebagai wilayah pegunungan yang memungkinkan jauh dari hal-hal yang negatif tapi ternyata saat kesenian tayub berlangsung masyarakat di sana berani untuk meminum-minuman keras karena dengan meminumnya mereka percaya akan menambah percaya diri saat menari bersama penari

perempuan atau „ledek’.

c. Upacara anak dalam kandungan. Upacara ini biasanya dilakukan pada usia kandungan empat bulan karena menurut kepercayaan umat Islam bahwa malaikat mulai meniupkan roh kepada sang janin. Biasanya dilaksanakan pada malam hari yang dihadiri oleh sanak keluarga tetangga para sesepuh

serta para tokoh Agama dengan acara yang Islami seperti Tahlilan.

d. Metoni. Tradisi masyarakat desa Tegaldowo setelah melahirkan adalah

(58)

diberikan „kalimat thoyyibah’ dan ditanam dengan lampu selama 40-70 hari karena ari-ari sang bayi tersebut “dianggap saudara”. Dalam acara ini

biasanya akan dibuat tumpeng dan bahkan ada yang menyelenggarakan acara tayub sampai ketoprak hal itu merupakan tradisi masyarakat

turun-temurun.11

e. Selamatan menurut penanggalan jawa atau yang disebut „kalender jawa’. Di antara kalender-kalender umat Islam yang biasa dilakukan masyarakat Desa Tegaldowo antara lain: 1 Syura 10 Syura untuk menghormati Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad SAW 12 Maulud (Robiul Awal) untuk merayakan hari kelahiran Nabi SAW 7 Syawal dengan acara katupatan

yaitu dengan diramaikan membuat ketupat dan di gunakan untuk selamatan di dekat mushalla terdekat.

Di Desa Tegaldowo bisa dikatakan bahwa masalah budaya hubungan antar masyarakat telah terjadi secara turun-temurun dari tradisi nenek moyang

masyarakatnya saling tepo selero (tenggang rasa) dengan sesamanya. Namun ada keunikan dalam upaya pelanggengan status sosial masyarakat ada yang

berusaha menjaga kualitas sosial dengan melakukan perkawinan dengan masyarakat yang sama statusnya. Selain dengan status sosial kemampuan

mengkawinkan anak perempuan juga menjadi simbol kebanggaan dari

11

(59)

masyarakat. Bahkan dengan status janda sekalipun mereka tetap menjadikan

perkawinan anak perempuan tersebut menjadi sebuah kebanggaan dan keberhasilan. Perceraian hanya menjadi warna lain dari kehidupan mereka dan bukan menjadi suatu persoalan.12

3. Pendidikan

Desa Tegaldowo apabila ditinjau dari sarana pendidikannya terdiri dari beberapa gedung sekolah, bahkan pemerintah setempat telah menambah beberapa gedung sebagai upaya mencegah terjadinya pernikahan dini.

[image:59.612.116.532.186.540.2]

Tabel 1.6

Data Sekolah Formal di Desa Tegaldowo13

No Jenis

Gedung

Jumlah Gedung

1 Gedung SMP/Sederajat 2

2 Gedung SMA/Sederajat 1

3 Gedung SD/Sederajat 3

4 Gedung TK 1

5 Gedung Play Group 0

Sumber: Buku Monografi Desa Tegaldowo Tahun 2014.

Masalah pendidikan pada Masyarakat Desa Tegaldowo baru mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat sekitar awal dekade 2000-an sebelumnya

pendidikan yang ada dan tersedia di Desa Tegaldowo hanya setingkat Sekolah Dasar (SD). Pada tahun 2004 baru didirikan Sekolah Menengah tingkat Pertama (SMP) di Tegaldowo namun kesadaran masyarakat mengenai

Gambar

Gambaran umum desa dan masyarakat Tegaldowo Kabupaten
Tabel 1.0 Dominasi Jumlah Penduduk
Tabel 1.2 Kelompok Usia Kerja
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Desa Tegaldowo
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa kini sistem pengurusan penyelenggaraan berkomputer (computerized maintenance management system (CMMS)) menjadi sangat popular di kalangan pengurusan

Untuk gain yang dinormalisasi diperoleh t hitung = 3,44 dengan signfikansi p = 0,002, karena signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa peningkatan keterampilan

Uji pasta gigi ekstrak etanol kulit pisang raja 4 Penyusunan laporan 2 Iim Mudmainah/ 25121022 Farmasi Farmasi 2 Pembelian  bahan kimia 2 Ekstraksi kulit pisang ambon 2

Analisis regresi linear berganda diolah dengan program SPSS for Windows dengan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 7 (untuk variabel dependen Y 1 ). 1) Nilai konstanta

Nama barang Harga satuan Jumlah barang Jumlah harga. Mesin

Hal pertama yang ingin penulis ucapkan adalah puji syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat bantuan dan campur tangan-Nya

Penduduk lansia muda di Kelurahan Sorosutan mampu memenuhi kebutuhan sosialnya karena penduduk lansia muda memiliki kemampuan fisik dan berkomunikasi yang masih

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi macam dan dosis bahan organik pada Tabel 2 memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata indeks luas