• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN MASA ABBASIYAH

Dalam dokumen Sejarah Pendidikan Islam dari masa ke ma (Halaman 65-96)

Kompetensi Dasar : Mampu Menjelaskan Pendidikan masa

Abbasyah

Indikator

: 1. Perkembangan pendidikan Islam masa Abbasiyah

: 2.Tokoh-tokoh ilmuan dan konstribusinya dalam Pendidikan Islam masa Abbasiyah : 3. Lembaga Pendidikan Islam Masa

Abbasiyah

4. Klasifikasi ilmu pengetahuan yang berkembang Masa Abbasiyah

Strategi Perkuliahan : T Presentase Makalah, Konstruktivisme,

Kalaborative.

Penilaian

: Luasnya Cakupan Informasi yang

disampaikan dan variasi sumber variasi sumber informasi mengenai topik yang didiskusikan

Bobot Nilai : 100

A. Pendahuluan

Pendidikan Islam masa Abbasiyah (132 H/750 M- 656 H/1258 M) secara alami mewarisi semangat bangunan pendidikan Islam yang telah ditata dan dibina Bani Ummayah. Bani Umayyah berkuasa hanya 90 tahun, karena adanya pemberontakan yang dimotori oleh kaum Abbasiyah. Dikatakan Abbasiyah

dikarenakan mereka ialah anak cucu yang keturunan langsung dari paman Nabi Muhammad saw yaitu Abbas bin Abdul Muthalib (566-652 M).

Pemberontakan yang menyebabkan tumbangnya Kerajaan Bani Umayyah (Keluarga Sofyan bin Muawiyah) tidak serta merta menghancurkan tatanan kerajaan secara menyeluruh. Tidak ada yang berubah secara signifikan untuk tatanan masyarakat dan lembaga masyarakatnya. Namun yang mengalami perubahan adalah penguasanya saja, yang sebelumnya keturunan Umayyah tapi kemudian digantikan keturunan Ibnu Abbas ra atau disebut Bani Abbasiyah.

Berarti bidang pendidikan selain politik (kekuasaan) tetap seperti apa adanya, bahkan mengalami kemajuan yang lebih pesat. Batasan kajian ini hanya untuk masa kemajuan Abbasiyah tahun 750-833 M (menurut Ira Lapidus). sedangkan menurut Muhammad Hudlari Bek masa kekuatan dan penuh karya, berlangsung 100 tahun (132-232 H/750-847 M). Periode ini penguasa kerajaan murni dikendalikan oleh orang Arab tanpa pengaruh bangsa ‘Ajam (non Arab) lainya. Menurut Ira Lapidus, setelah masuknya pengaruh ‘Ajam merupakan periode awal kemunduran Abbasiyah101. Awal masuknya pengaruh asing setelah meninggalnya Al-Mutawakkil dan digantikan oleh anaknya Al-Mustanshir (1226-1242 M). Dia mempunyai ibu berbangsa Turki, sehingga mengutamakan kaum Turki (Seljuq) sebagai pembantunya di Kerajaan. Ini awal bangsa ‘Ajam

mulai mempengaruhi Bani Abbasiyah102 Jadi, dianggap telah masuk awal kemunduran Bani Abbasiyah. Maka yang menjadi fokus kajian ini seperti yang disebutkan di atas. Sedangkan Pendidikan Islam Periode kemunduran Abbasiyah akan menjadi bahasan tersendiri, setelah ini.

Empat pokok bahasan yang akan dikupas pada sesi ini yaitu: Awal Perkembangan Pendidikan Islam Bani Abbasyah, Tokoh-tokoh ilmuan dan konstribusinya dalam Pendidikan Islam masa Abbasiyah, Lembaga Pendidikan Islam Masa Abbasiyah, Klasifikasi ilmu pengetahuan yang berkembang Masa Abbasiyah, kesimpulan dan soal-soal latihan

101https://www.facebook.com/KekhalifahanIslamDaulahDinastiBaniAlbasiaIndonesia /posts/ 215145995306564/2013/10/6

102http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/05/06/lkrwsg-daulah-

Setelah membahas materi ini mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan keempat bahasan di atas dengan baik.

B. Pembahasan

1. Awal Perkembangan Pendidikan Islam Bani Abbasyah

Peletak utama dasar-dasar kekuasasan Bani Abbasiyah adalah Abu Abbas As- Saffah (749-754 M)103. Namun sebagai pembina awal kemajuan pendidikan dan ilmu pengetahuan Khalifah Al-Manshur (754-775) yang telah mendesain dengan baik berdirinya kota Bagdad dekat tempat Ctesiphon atas perencanaan filosof Persia, Nawbakht, dan ahli astronomi Masya’allah, seorang Muslim Yahudi. Dalam limapuluh tahun perencanaannya, kota Bagdad muncul menjadi kota paling penting di dunia dengan menyaingi Konstatinopel104.

Berawal dari penyakit Al-Mashur yang susah dicarikan obatnya, maka didatangkanlah Jurjis ibnu Bakhti Yashu, seorang dokter Nestoria yang terkenal, dari akademi Kedokteran Jundi Syapur Ke istana Abbasiyah. Suatu Peristiwa yang memberikan pengaruh yang besar atas perkembangan sains dan seni pengobatan pada masa selanjutnya. Keberhasilan dokter Jurjis ibnu Bakti Yashu dalam menyembuhkan penyakit khalifah Al-Mashur maka mereka diberikan kemakmuran hidup di Bagdad oleh khalifah sebagai dokter-dokter istana, mereka juga membangkitkan studi karya-karya besar Hippocrates (436 SM) dan Galen (200 SM)105.

Kemudian muncul pula ahli matematika dan astronomi India ke Istana al- Manshur pada tahun 773 M dengan membawa sebuah buku Sinddanta (Shindhin,

sebuah risalah tentang astronomi) menyebabkan khalifah memerintahkan penerjemahan karya itu ke dalam bahasa Arab106.

Muhammad Ibrahim al-Farazi melaksanaka tugas itu dengan baik dengan dibantu oleh pembantu-pembantunya yang cakap. Dalam beberapa tahun Irak

103 Siti Maryam dkk, Sejarah peradaban Islam, Yogyakarta: LESFI, 2009, Cet.III, h. 98 104 Muhammad Abdur Rahman Khan, Sumbangan Umat Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan

dan Kebudayaan, Perj: Drs. Adang Affandi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993, Cet. III, h. 9 105Ibid, h.10

(Bagdad) melahirkan sejumlah ahli astronomi yang sangat mumpuni hingga memberikan sumbangan yang berarti sekali sampai abad 14107.

Di antara harta berharga yang didatangkan dari Bizantium, diperolehnya naskah-naskah Yunani tentang geometri, astronomi, kedokteran dan filsafat. Proyek penterjemahan berlangsung dengan baik atas sokongan Khalifah Harun- ar-Rasyid dan Al- Makmun108.

Dari negeri Persia (Iran) Islam memperoleh astronomi, namun yang paling berpengaruh bidang kesusastraan dan seni rupa Arab. Di antara sastra terkenal yang diterjemahkan Khalilah wa Dimmah diterjemahkan seorang Zoroaster yang telah masuk Islam Ibnu al-Muqaffa (757 M)109.

Proyek besar yang tengah dilakukan para khalifah Abbasiyah adalah transfer ilmu pengetahuan dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Arab sehingga mudah dipelajari oleh ulama atau cendikiawan muslim yang tidak banyak yang mampu menguasai bahasa tersebut. Program penterjemahan yang penomenal khalifah al- Makmun bidang filsafat, kedokteran dan sains Yunani.

Tercatat bahwa Hunain bin Ishaq (809-873 M) mendapat bayaran penterjemahan setara dengan berat buku yang diterjemahkan110. Adalah sebuah langkah fantastis oleh penguasa untuk mendorong semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Kebangkitan sebuah peradaban terkait dengan bersemangat tidaknya ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan menggeliat bila penguasa benar- benar cinta ilmu pengetahuan. Terbukti masa gilang gemilang peradaban Abbasiyah tatkala pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan benar-benar menjadi primadona.

Seiring dengan menggeliatnya proyek penerjemahan ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab, secara bersamaan kegiatan pendidikan Islam berjalan lebih bersemangat, karena semakin luasnya materi-materi baru yang didapatkan dari berbagai penjuru negeri. Para ulama dan cendikiawan muslim bertambah semangat menggali dan mengembangkan ilmu-ilmu baru tersebut.

107Ibid 108Ibid,h. 11 109Ibid, 12 110Ibid, h.13

Tempat-tempat penterjemahan yang digunakan sekaligus menjadi tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan Islam. Istana, labor observasi dan rumah- rumah ulama menjadi tempat yang biasa digunakan sebagai tempat penterjemahan sekaligus pelaksanaan pendidikan Islam. Bait al-Hikmah yang didirikan khalifah Al-Makmun menjadi tempat yang luas digunakan untuk proses kegiatan keilmuan dan proses pendidikan Islam.

Ada beberapa faktor yang berkesinambungan menjadi pendorong kemajuan pendidikan Islam pada masa Bani Abbasiyah menurut Ramayulis yaitu111 :

a. Karena adanya kekayaan yang melimpah dari pajak (kharaj).baik dari perdagangan maupun pertanian, dengan kekayaan itu, khalifah mudaj merealisasikan perencanaan untuk dalam maupun luar negerinya, serta pengembangan ilmu pengatahuan

b. Perhatian beberapa khalifah yang besar kepada ilmu pengetahuan seperti al-Mansur (757-775 M), al-Mahdi (775-785 M), Harun al-Rasyid (785-809 M), al-Makmun (813-833 M), al-Wathiq (824-8-47 M) dan al-Mutawakkil (847-861 M). Tak kalah pentingnya, pengaruh keluarga Barmak, yang berasal dari Balk, pusat ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Persia. Keluarga ini mempunyai pengaruh yag kuat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Bagdad. Mereka di samping menjadi Wazir juga menjadi pendidik anak khalifah di istana.

c. Kecenderungan umat Islam dalam mengggali ilmu pengetahuan besar sekali, maka banyaklah ulama di setiap kota Islam masa itu.

d. Kondisi masyarakat Irak, yang mendesak perlunya suatu lmu baru kerena sungai Dajlah dan Furat menuntut penataan pengairan yang lebih baik serta pengelolaan perpajakan yang lebih sempurna.

e. Umat Islam yang telah bercampur baur dengan orang Persia, terutama

Mawali, mereka inilah yang memidahkan ilmu pengetahuan dan filsafat dari bahsa mereka ke dalam bahasa Arab.

f. Bagdad sebagai pusat pemerintahan, lebih dahulu maju dalam ilmu pengetahuan, dari pada Damaskus masa itu.

g. Lancarnya hubungan kerjasama, dengan Negara-negara maju lainya, seperti India, Bizantium dan lainya

h. Ditemukannya teknologi kertas112, sehingga memudahkan para ilmuan mendokumenkan ilmu pengetahuan yang ditemukannya.

i. Secara umum tidak adanya saingan yang berarti dengan peradaban lainya113.

Kondisi yang sangat tepat untuk perkembangan bani Abbasiyah ini, sebenarnya terjadi untuk lintas sektoral yang, selain pendidikan/pengajaran ilmu- ilmu aqliah yang diambil dari dunia luar dan daerah takhlukan, ilmu-ilmu agama tentunya tidak ketinggalan. Geliat ilmu agama dengan segala variannya berkembang dengan suburnya. Misalnya dalam bidang teologi/ilmu kalam Islam mencapai puncaknya pada masa khalifah al-Makmun. Perseteruan pemikiran tidak hanya dalam lintas akademik murni melainkan merembes ke ranah politik dan kekuasaan. Karena kuatnya pengaruh teologi dalam kekuasaan Bani Abbasyah khusunya ketika al-Makmun berkuasa, lahirlah Istilah al-Mihnah

(ujian kepada orang yang ingin masuk menjadi pejabat di kerajaan atau yang tidak mendukung).

Pertikaian teologi yang melibat kekuasaan telah banyak membawa dampak negative kepada ulama yang tidak mendukung paham teologi yang berkuasa. Khusunya ulama-ulama yang menyebut dirinya pembela sunnah. Mereka tidak mau mengakui bahwa al-Qur’an itu makhluk sebagai mana yang dipercayai kaum

Mu’tazilah (paham liberal) yang di dukung kekusaan. Mereka yang dianggap membangkang, disiksa dan dipenjara. Bahkan ada yang wafat untuk mempertahankan kepercayaannya. Di antara ulama kalangan salaf yang kena getahnya ini adalah Muhammad bin Hanbal (lahir 164 H) di Bagdad114. Sedangkan yang wafat di antaranya Muhammad bin Maimun al-Jundi An- Naburi, Nu’aim bin Hammad al-Khuza’i dan Abu Ya’kub Al- Buaithi115.

112http://ilmu-ngawortepak.blogspot.com/2013/03/perkembangan-ilmu-pengetahuan-pada-

masa.html/2013/11/7

113 Tambahan dari penulis

114Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-tokoh Islam Sepanjang Sejarah, Penterj, Khairul Amru Harap dan Achmad Faozan, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007, Cet. 3, h. 341

Namun, untuk ilmu aqliah berkembangannya tidak seperti ilmu rumpun agama, bisa dikatakan relative stabil dan netral, karena ilmu-ilmu aqliah tersebut tidak menjadi bagian kepercayaan praktis masyarakat Islam kala itu. Bisa dikatakan kedudukannya hanya sebagai penopang kemajuan peradaban dan memudahkan kegiatan praktis masyarakat Islam. Jadi, tidak terjadi sentiment seperti ilmu rumpun agama.

2. Tokoh-tokoh ilmuan dan konstribusinya dalam Pendidikan Islam masa Abbasiyah,

Salah satu faktor kesuksesan dinasti abbasiyah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan adalah dengan banyaknya ilmuan muslim pada zaman tersebut yang memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, sekaligus kepada pendidikan Islam diantaranya adalah Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, al- Kindi, Ibnu Haytham, al-Rhazi dan lainya di bawah ini diuraikan sebagai berikut116:

a. Ibnu Sina

Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ia juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah al-Qanun fi al-Tibb yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā, ia lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Iran), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Iran.

116http://yaserfarah.wordpress.com/2012/10/27/peran-dinasti-abbasiyah-dalam-

Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Al-Qanun fi At-Tibb.

b. Ibnu Rusyd

Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah (1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja’far Harun dan Ibnu Baja.

Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai “Kadi” (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang memengaruhi filsafat Kristen di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah hukum.

Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan besar karya-karya aslinya sudah tidak ada. Beberapa karya ibnu Rusyd yang terkenal diantaranya adalah Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih), Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran), Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).

Al-Kindi (801-873), bisa dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani pula. Banyak karya-karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya Aristoteles dan Plotinus. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus yang ia terjemahkan sebagai karangan Aristoteles dan berjudulkan Teologi menurut Aristoteles, sehingga di kemudian hari ada sedikit kebingungan.

Al-Kindi berasal dari kalangan bangsawan, dari Irak. Ia berasal dari suku Kindah, hidup di Basra dan meninggal di Bagdad pada tahun 873. Ia merupakan seorang tokoh besar dari bangsa Arab yang menjadi pengikut Aristoteles, yang telah memengaruhi konsep al Kindi dalam berbagai doktrin pemikiran dalam bidang sains dan psikologi. Ia menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi, astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik.

Al-Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian diselesaikan olehIbnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarkan oleh para bangsawan religius-ortodoks terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid’ah, dan dalam keadaan yang sedemikian tragis (terhadap para pemikir besar Islam) al Kindi dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan ortodoks itu.

d. Ibnu Haytham

Abu Ali Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham (965-1039), dikenal dikalangan Barat dengan namaAlhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Ia banyak pula melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.

Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H bersamaan dengan 965 Masehi, ia memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi pegawai pemerintah di bandar kelahirannya. Setelah beberapa lama berkhidmat

dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau telah melanjutkan pengajian dan menumpukan perhatian pada penulisan.

Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir, selama di sana beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan mengenai aliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar. Setelah itu beliau menjadi seorang yang amat mahir dalam bidang sains, falak, matematik, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang pengajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai mata.

e. Al-Rhazi

Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (865-925) atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran. Ia lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga, Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.

Ar-Razi sejak muda telah-

mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad.

Saat masih kecil, ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada kimia dan pada umurnya yang ke-30, ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang kimia dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran. Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal at-

Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, al-Mu’tashim.

Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb al- Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad dan setelah kematian Khalifah al- Muktafi pada tahun 907 Masehi, ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.

f. Al-Khowarizmi

Beliau adalah bapak Aljabar. Karyanya yang terkenal yaitu Kitab Al-Jabru wal Muqabbala. Dari buku ini kita mengenal ilmu Aljabar yang diajarkan di pelbagai sekolah di dunia termasuk di Indonesia. Beliau juga yang menemukan angka nol. Di Barat beliau dikenal dengan nama Alghorizm. Nama beliau diabadikan menjadi nama sebuah ilmu matematika yang disebut Algoritma117. g. Jamsyid Giatsuddin Al-Kasyri

Beliau hidup pada abad ke-17. Beliau adalah ulama’ yang sangat pandai dalam hal agama dan ilmu pengetahuan. Beliau adalah seorang Professor dalam bidang Matematika dan Astronomi di Universitas Samarkand. Beliaulah peletak dasar aritmatika yang dilakukan atas dasar slide rule yang dianggap sebagai penemuan ilmiah paling penting dalam matematika pada abad kini. Buku karangannya yang terkenal yaitu Makhutu Miftahil Hisab118.

h. As-Simay

117http://penyux.wordpress.com/tag/ibnu-rusyd/2013/11/8

As-Simay adalah seorang yang ahli dalam bidang Biologi. Salah satu buku hasil karya beliau yang terkenal adalah Kitabun Nabati was Syujjar. Buku ini mengupas masalah biologi, terutama bidang tumbuh-tumbuhan dan pepohonan. i. Ibnul Awwan

Ibnu Awwan adalah seorang yang ahli dalam bidang pertanian. Bukunya yang terkenal yaitu Al-Fallah119.

j. Al-Jahiz

Al-Jahiz adalah seorang yang ahli dalam bidang biologi, khususnya bidang ilmu hewan. Karyanya yang terkenal adalah Al-Hayawan120.

k. Sabit bin Qurrah Al-Hirany

Beliau seorang yang ahli dalam bidang matematika. Karyanya yang terkenal antara lain Kitab Hisabul Ahillah dan Kitabul ‘Adad.121

l. Abu Abdillah Al-Qazwani

Dilahirkan pada abad ke-7 Hijriyah. Beliau adalah seorang ulama’ yang ahli dalam bidang sejarah. Kitab yang dikarangnya, Asarul Bilad wa Akhbarul Bilad adalah kitab terbaik pada masanya122.

m. Abu Ar-Raihan Al-Bairuni

Beliau telah menyusun Kitab Al-Atsar Al-Baqiah yang merupakan kitab pertama di dunia yang meneliti tentang sejarah, perbedaan bulan, tahun, penanggalan, sebab, dan cara mengistinbatkannya. Kitab lain yang terkenal adalah Tahqiqu lil Hindi min Ma’qulah Maqbulatun fi ‘Aqli au Marzulah. dianggap sebagai kitab yang mengadakan studi tentang India secara lengkap. Di dalamnya dijelaskan sifat-sifat alamnya, tanahnya, cuacanya, adat penduduknya, pertumbuhannya dan asal-usulnya123.

3. Lembaga Pendidikan Islam Masa Abbasiyah,

Pusat-pusat pendidikan Islam sebagai sebuah lembaga pendidikan banyak mengalami perkembangan, sesuai perkembangan tumbuhnya semangat keilmuan baik aqliah maupun agama. Berikut ini, lembaga pendidikan Islam untuk

119Ibid 120 Ibid 121Ibid 122Ibid 123Ibid

kegiatan keilmuan agama dan aqliah adapun Lembaga pendidikan Agama yang berkembang menurut Charles Michael Staton yaitu:

a. Masjid

Masjid secara historis masjid Quba pertama yang menjadi Institusi pendidikan Islam pertama didirikan nabi Muhammad selain tempat ibadah

Dalam dokumen Sejarah Pendidikan Islam dari masa ke ma (Halaman 65-96)