• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Definisi Istilah

2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

PPKn merupakan mata pelajaran dalam kurikulum 2013 sebagai penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu KTSP. Sebelumnya adalah PKn (Pendidikan Kewarganegaraan). Mata pelejaran PKn diajarkan secara terpisah dengan mata pelajaran yang lainya pada tingkat sekolah dasar. PKn memiliki kesamaan dengan PPKn karena merupakan penyempurna kurikulum terdahulu. Beberapa ahli mendefinisikan PKn. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) disebut pula dengan istilah civic education. Winarno (2014: 4) menyatakan bahwa civic(s) education adalah program pendidikan yang materi pokoknya adalah demokrasi politik yang ditunjukan kepada pserta didik atau warga negara yang bersangkutan. Sedangkan civic education dinyatakan sebagai upaya menerapkan ilmu kewarganegaraan ke dalam proses pendidikan. Dari pendapat terseut menunjukan perbedaan makna kata civics dan civic. Civics memiliki pengertian libih sempit daripada civic.

Ubaedillah, dkk. (2008: 8) menyatakan bahwa PKn merupakan pendidikan yang cakupanya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM karena mencakup kajian dan pembahasan tentang banyak hal seperti pemerintahan, demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban, dan lain sebagainya. Taniredja (2013:2) menjelaskan bahwa PKn adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak

demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi ke generasi baru bahwa demokrasi adalah kehidupan masyarakat.

Sebelumnya istilah PPKn dipakai dalam kurikulum lama yaitu pada kurikulum 1994. Pada kurikulum 1994 khususnya dalam mata pelajaran PPKn di sekolah dasar bertujuan untuk menanamkan nilai dan moral sesuai dengan butir Pancasila serta nilai luhur bangsa. seperti yang disampaikan oleh Budimansyah (2010: 116-117):

Tujuan PPKn di sekolah dasar adalah untuk menanamkan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hariyang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat dan memberikan kemmapuan untuk pendidikan pada jenjang berikutnya. PPKn lebih mencerminkan tradisi (citizenship transmission) yang ditopang oleh fisafat pendidikan, yang menekankan pada pendidikan untuk melestarikan dan menekankan pada pengembangan. Misi PPKn tersebut diwujudkan dalam bentuk organisasi dan bermuara pada jabaran nialai-nilai pancasila. nialai-nilai pancasila.

Winarno (2014:33) menjelaskan perbedaan antara PPKn dan PKn. Pandangan ini didapatkan dari guru-guru dalam menyikapi perubahan kurikulum saat ini. Dianataranya adalah: Pertama, pandangan bahwa PPKn hanya mata pelajaran di masa lalu atau kembali pada mata pelajaran Kewargenegaraan,

Civics, atau Kewargenegaraan Negara di tahun 1960-an. Hal ini memanandakan jika pembelajaran PKn menfokuskan pada pembentukan warga negara yang mampu memahami dan melaksanakan hak serta kewajibanya sebagai warga n negara yang cerdas dan berkarakter. Tujuan dari PPKn pada kurikulum 2013 adalah untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air yang dijiwai nilai-nilai Pancasila.

Kedua, Pelajaran PKn merupakan pelajaran gabungan dari PPKn yang menitikberatkan pada pendidikan nilai moral serba pancasila dan Tata Negara yang bersumberkan pada hukum. Ketiga, PKn lebih menekankan pda kehidupan bernegara yang merupakan penjabaran dari Pancasila sebagai dasar negara, sedangkan PPKn lebih menekankan pada aspek moral dan karakter yaitu dengan mengacu pada P-4 sebagai penjabaran dari fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup. Keempat, diakui materi PKn jauh lebih luas, karena memberikan wawasan global sesuai dengan segara aspeknya, namun sangat sedikit menyentuh pendidikan karakter.

Ruang lingkupnya PKn memiliki ruang lingkup yang lebih luas. PKn tidak hanya membahas mengenai nilai dan moral, tetapi juga membahas mengenai aspek politik dan kenegaraan. Menurut Mulyasa dalam Ruminiati (2007:1.26-1.27) ruang lingkup PKn dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

(1) persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan. (2) norma, Hukum, dan Peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, dan hukun dan peradilan internasional. c. Hak Asasi Manusia (HAM), meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, kemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. (3) kebutuhan Warganegara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara. (4) konstitusi Negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi. (5) kekuasaan dan Politik, meliputi pemerintahan desa

dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi-pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi. (6) kedudukan Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

Ubaedillah, dkk (2008:8) mengatakan bahwa ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan lebih luas daripada demokrasi dan pendidikan HAM. Hal ini karena ruang pembahasanya lebih banyak, diantaranya adalah: pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembanga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warga negara, proses demokrasi, pertisipasi aktif, dan keterlibatan warga negara dalam masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga, dan sistem yang terdpat dalam pemerintahan, polotik, administrasi publik, sistem hukum, pengetahuan tentang HAM, kewarganegaraan aktif, dan sebagainya.

Kajian yang luas dalam PKn lebih dipersempit dalam mata pelajaran PPKn. Hal tgersebut didasarkan pada tujuan dari PPKn itu sendiri. Menurut Winarno (2014: 38) ruang lingkup PPKn meliputi: (1) Pancasila, sebagai dasar negara, pandangan hidup , dan idiologi nasional Indonesia serta etika dalam pergaulan internasional; (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945), sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupa bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara; (3) Bhineka Tunggal Ika, sebagai wujud komitmen bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang utuh dan kohesif secara nasional serta harmonis dalam pergaulan anatar bangsa; (4) Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sebagai bentuk final negara republik Indonesia yang melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan jika definisi PKn lebih luas daripada PPKn. PPKn merupakan ilmu yang menekankan pada pembentukan, pengembangan, dan pelestarian moral dan nilai luhur yang untuk membentuk manusia yang cerdas, berkarakter, bertanggung jawab dan berkomitmen berdasarkan pada P-4 yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Tujuan PPKn dan PKn juga berbeda. PPKn bertujuan untuk untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air yang dijiwai nilai-nilai pancasila. Ruang lingkup PPKn lebih sempit dibandingkan dengan PKn.

3. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) SD