• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 : MENGENAL MANDAILING DAN ANGKOLA

B. Tapanuli Selatan Dalam Konteks Agama

2. Pendidikan dan Pengelolaannya

Di Tapanuli Selatan terdapat 60 buah pesantren dan berlokasi secara merata hampir di setiap kecamatan (dari 24 kecamatan hanya tujuh kecamatan yang tidak terdapat pesantren) dan yang terbanyak adalah

di Kecamatan Padangbolak sebanyak 21 buah.19 Pesantren terbesar terdapat

di Purbabaru Mandailing yang didirikan oleh Syekh Musthafa Husein pada tahun 1915. Belakangan cukup banyak berdiri pesantren yang digagas oleh orang-orang yang pulang dari Makkah atau daerah Timur Tengah lainnya. Dilihat dari segi agama, ada dua jenis pesantren: pesantren modern dan tradisional, kalau dilihat dari sistem pendidikannya tidak terdapat perbedaan yang prinsipil. Biasanya yang memakai istilah modern hanya sekedar untuk menjelaskan bahwa lembaga pendidikan Islam tersebut memakai kurikulum SKB 3 Menteri 1975, meskipun yang lain juga mem-berlakukan hal yang sama. Selain pesantren, di Tapanuli Selatan terdapat sekolah-sekolah agama (madrasah) tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah negeri dan swasta di beberapa kecamatan. Bahkan ada perguruan tinggi Islam negeri dan swasta (PTAIS). Secara rinci jumlah lembaga pendidikan Islam (Madrasah) dan Perguruan Tinggi Islam menurut kecamatan adalah sebagai berikut :

Tabel 6

Lembaga Pendidikan Islam (Madrasah) dan Perguruan Tinggi Agama di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 1997

19 Definisi pesantren di daerah ini berbeda dengan daerah Mandailing. Sekolah Pendidikan sejenis madrasah diniyah di Mandailing dapat dikategorikan pesantren di kecamatan Padangbolak, bahkan pondok-pondok khusus orangtua yang lanjut usia, dimana mereka mondok di satu tempat sambil mengaji kepada seorang guru agama, dan kegiatan semacamnya sudah disebut pesantren. Sedangkan persyaratan utama yang harus dipenuhi pesantren di Mandailing adalah harus mempunyai seorang ulama atau kiai.

Kecamatan Ibtidaiyah Tsanawiyah Aliyah Perg. Tinggi

Neg. Swta Neg. Swta Neg. Swta Neg. Swta

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Natal - 4 - 2 1 1 - -

M. Bt. Gadis - 3 - - - -

Batahan 1 4 1 3 1 2 - -

Sumber : Departemen Agama Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 1997.

Pada mulanya lembaga pendidikan Islam ini hanya bersifat lokal yang dirintis para pemuka agama (ulama) dan mendapat dukungan dari masyarakat. Setiap pendirian lembaga pendidikan Islam sangat cepat sosialisasinya, karena para ulama mempunyai jama’ah di desa-desa sekitar, dan dengan motivasi yang kuat dari ajaran Islam memudahkan biaya yang dibutuhkan berbentuk wakaf dan infak dari masyarakat dapat terkumpulkan. Lembaga pendidikan pada periode awal terus berkembang dengan hadirnya murid dari daerah lain, sebab pada waktu itu sekolah di luar pendidikan Islam sangat langka, walaupun ada tetapi tidak seluruh masyarakat bisa memasukinya. Di antara pendidikan Islam yang berdiri pada periode awal adalah Madrasah Musthafawiyah di Purbabaru Mandailing.

Kotanopan - 1 - 7 - 5 - - M. Sipongi - 3 1 - - - - - Panyabungan - 8 1 5 1 2 - - Siabu - 10 1 8 1 2 - - Bt. Angkola - 5 1 6 - 1 - - Sosopan - 7 - 4 - 4 - - Barumun 3 18 1 6 1 3 - - Sosa - 11 1 3 - - - - Bar. Tengah 4 6 2 5 2 2 - - Pd. Bolak* 7 5 3 24 1 21 - 1 Halongonan - - - 4 - - - - Psp. Timur 1 7 - 2 - 2 - - Psp. Barat 1 4 - 1 - - - - Siais - 3 - 2 - - - - Batangtoru - 9 1 4 - 2 - - Sipirok - 3 1 2 1 2 - - SD. Hole 2 2 1 2 - - - - Dolok - 7 1 4 - 1 - - Psp. Utara 1 5 1 4 2 1 - 1 Psp. Selatan - 10 - 3 - 1 1 1 Jumlah 21 140 18 104 11 53 1 3

Madrasah Musthafawiyah dalam perkembangannya telah memberikan peranan yang besar terhadap pendidikan Islam di Tapanuli Selatan. Lulusan pesantren ini menjadi guru agama di madrasah-madrasah yang ada di wilayah Mandailing, yang disebut sikola arob. Sekolah jenis ini hampir terdapat di setiap desa. Sebagai guru agama, mereka juga menjadi pemuka agama (malim kampung) yang mengurusi masalah keislaman dalam masyarakat. Lima kecamatan Mandailing, para imam masjid dan P3N di setiap desa lebih dari 90% adalah lulusan Madrasah Musthafawiyah Purbabaru. Selebihnya lulusan dari pesantren di Sumatera Barat, seperti Tawalib, dan secara khusus sebagian mengaji pada seorang ulama. Sebelum kemerdekaan telah berdiri madrasah lain di Mandailing sebanyak tujuh madrasah sebagai berikut :

1. Maktab Ihsaniyah tahun 1927 di Huta Pungkut Kotanopan oleh Muhammad Ali bin Syekh Basyir.

2. Diniyah School di Botung Kotanopan oleh Haji Fakhruddin Arif pada tahun 1928.

3. Madrasah Islamiyah di Manambin Kotanopan oleh Tuan Guru Hasanuddin tahun 1929.

4. Madrasah Subulussalam di Sayur Maincat Kotanopan oleh Haji Muhammad Ilyas pada tahun 1929.

5. Madrasah Syariful Majalis di Singengu Kotanopan oleh Haji Nurdin Umar pada tahun 1929.

6. Madrasah Islamiyah di Kampung Hutanamale Maga Kotanopan oleh Syekh Juneid Thala pada tahun 1929.

7. Madrasah Mardliyatul Islamiyah di Panyabungan oleh Syekh Ja’far

Abdul Kadir pada tahun 1935.20

Lembaga pendidikan Islam semacam pesantren terus berkembang di Tapanuli Selatan, terutama setelah lulusan Madrasah Musthafawiyah yang belajar di Makkah dan Timur Tengah lainnya kembali ke daerah. Pendirian perguruan Islam mendapat dukungan dari masyarakat termasuk orang-orang yang mempunyai ekonomi kuat. Bangunan fisik dan sarana

20 Wawancara dengan pemuka masyarakat di setiap daerah yang bersangkutan, dan disesuaikan dengan dokumentasi atau hasil penelitian IAIN SU. Lihat IAIN SU, Dokumentasi

lainnya didanai oleh perorangan atau beberapa donatur, sementara pengelolaan pendidikannya ditangani mereka yang kembali dari Makkah tersebut. Walaupun pesantren banyak berdiri di Tapanuli Selatan, namun jumlah murid di Madrasah (Pesantren) Musthafawiyah terus bertambah setiap tahun, sebab murid yang masuk ke madrasah ini tidak lagi dari daerah Tapanuli Selatan atau Sumatera Utara, tetapi meliputi propinsi lain, seperti Propinsi Sumatera Barat, Jambi, Riau dan Aceh. Gambaran daerah asal murid Pesantren Musthafawiyah pada tahun 1997 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 7

Asal Daerah Murid Pesantren Musthafawiyah Purbabaru Tahun 1997

Sumber : Diolah dari daftar herigestrasi murid Pesantren Musthafawiyah Tahun 1996/97

Daerah Asal Murid Kabupaten/Propinsi Jumlah Laki-laki Perempuan Tapanuli Selatan 1.933 965 Tapanuli Tengah 105 88 Labuhan batu 157 159 Asahan/Tj. Balai 144 169 Deli Serdang 121 165 Simalungun/P. Siantar 91 99 Tebing Tingi 10 98 Langkat/Binjai 79 100 Kodya Medan 93 68 Taput/Dairi/Karo 5 8 Sumatera Barat 293 120 Jambi 285 252 Riau 90 116 Aceh 41 49 Dan lainnya 2 2 Jumlah 3.457 2.394

Dari data di atas dapat diketahui bahwa 2.898 siswa berasal dari Tapanuli Selatan, dari jumlah ini sebanyak 1977 siswa/santri adalah berasal dari Mandailing (68,21%), sementara sisanya 921 berasal, dari daerah Angkola-Sipirok dan Padang Lawas. Jika dibandingkan dengan jumlah murid di berbagai pesantren lainnya di Tapanuli Selatan, ternyata Pesantren Musthafawiyah tetap paling diminati oleh masyarakat, sedangkan murid di pesantren lainnya paling banyak 1.500 orang. Pesantren Musthafawiyah tetap menjadi pilihan pertama oleh masyarakat karena (1) sistem pendidikan yang tetap berorientasi kepada pengetahuan keislaman; (2) banyak orang tua murid banyak yang lulusan pesantren Musthafawiyah; atau (3) guru-guru agama di desa-desa adalah juga lulus dari Musthafawiyah. Anehnya, Madrasah Musthafawiyah tidak memakai nama pesantren, meskipun pada tahun 1990-an orang sering menyebutkan dengan pesantren Musthafawiyah. Jika dilihat pada sistem pendidikan Musthafawiyah termasuk modern pada waktu itu, pengetahuan yang dikembangkan tidak seluruhnya pelajaran Islam, tapi terdapat beberapa pelajaran keterampilan, pertanian, dan bahasa Inggris.