BAB II. KELUARGA BROKENHOME, PRESTASI BELAJAR,
A. Keluarga Brokenhome
2. Pendidikan yang Salah
Adalah mengevaluasi, artinya evaluasi adalah menghakimi, mengkritik, mencemoohkan, memaki. Semuanya ini bisa disimpulkan dalam satu kalimat: membuat orang menilai dirinya lebih rendah. Pada suatu hari, rumah berguncang karena gempa. Seorang ibu dalam keadaan panik memanggil-manggil anaknya, ” Bobby, where are you?“ Anaknya yang pendiam itu dengan sedih menyahut, “Mommy, I didin’t do it.” Kisah ini, yang di contohkan Gibb, sangat
mengharukan, Bobby rupanya sering kali disalahkan, ditegur, atau dikritik. Betapa kebayang, bagaimana takutnya Bobby ketika menyaksikan semua perabot rumah tangga bergoyang. Ia tidak takut akibat gempa bumi . Ia belum pernah mengalami kejadian itu sebelumnya. Yang ia takutkan adalah ibunya menyalahkan dia. Begitu ibunya memanggil, ia langsung menyahut, “ Bukan aku, mah!”. Kita melihat dampak negatif dari kritik pada proses pembelajaran anak.
Kritik menimbulkan learning shutdown. Seorang anak yang semula bersemangat untuk melukis tapi tiba-tiba berhenti tidak mau melakukannya lagi segera setelah
48
gurunya di sekolah mengkritik gambar bunganya. Seorang anak lainnya yang semula rajin bertanya menjadi pendiam tiba-tiba segera setelah kawan-kawannya sekelas mentertawakan pertanyaannya. Kita bisa bayangkan jutaan hati anak-anak yang terluka dalam sistem pendidikan di Indonesia. Kita menegakkan pendidikan atas dasar evaluasi. Anak yang lambat belajar biasanya diberi nilai rendah. Tidak cukup disitu, namun nilai rendah itupun di beri warna merah.
dan tidak cukup disitu, wali kelas biasanya menuliskan pesan untuk orang
tuanya dalam buku laporan. Setiap akhir catur wulan, anak-anak Indonesia pulang ke rumah membawa buku laporan. Sebagaian besar tiba dengan muka yang memelas, dan cemas. Telinga-telinga mereka akan segera dijejali pesan-pesan yang defensif “ Dasar bodoh ” Kamu memang malas!”, Biasanya, komunikasi evaluatif mengandung kata sifat, dan bukan kata kerja.
Mengendalikan, orang tua yang termasuk tipe mengendalikan, mereka
tua seperti ini memegang tali kendali dalam berkomunikasi dan mereka tidak mau mendengarkan laporan atau keluh kecah anak mereka, mereka merebut semua hak bicara anak nya. Atau tipe seperti ini disebutnya melakukan “ by-passing ”. Tanpa mendengarkan terlebuh dahulu perkataan anak atau laporan anak lebih lanjut, mereka sudah mengambil kesimpulan . Salah satu cara lain untuk mengontrol dalam komunikasi ialah menggunakan kata “ harus “ mesti ”, seharusnya”,. Ibu tidak mau dengar alasan apapun. Pokoknya, kamu harus, harus, harus belajar titik. Kata seorang ibu kepada anaknya.“ Kalau kamu tidak mau minum obat, ibu ambil semua mainanmu! “ kata ibu yang lain.
49
Memanipulasi, Bila mengancam termasuk teknik kontrol, maka menipu
adalah bagian dari strategi. Dalam buku Dale Carnegie How to Win Friends and
Influence People ( 1982 ) .Dia menuliskan bagaimana teknik meraih hati anak
agar melakukan apa yang di ingin kan orang tuanya, salah satu nya . Pujilah dulu siapa pun. Setelah itu, sebutkan apa yang di inginkan. Lalu saya mencoba untuk meminta tolong UZI anak bungsu saya, setiap kali saya mau menyuruh Uzi , saya berikan pujian padanya.” Wah Zi, kamu ganteng sekali hari ini. Tolong ambilkan kaca mata papap di meja depan”, begitulah cara saya menyuruh. Lalu apa yang terjadi berbulan-bulan setelah itu? Uzi, anak saya itu , datang menghapiri saya di suatu sore. Saya bangga dengan kekerenannya karena dia pinter berdandan. Saya berkata,” Zi, alangkah kerennya kamu pakai baju itu,” Lalu apa yang dia jawab. Dengan muka masam,” sudahlah pap, katakanlah apa mau papap!. Sekarang Uzi tidak lagi menghargai pujian papapnya karena berpengalaman bahwa selama ini pujian menjadi salah satu strategi untuk mengendalikan dia.
Anak-anak juga seperti orang tua tidak senang dengan orang yang
menyembunyikan udang di balik batu. Dalam penelitiannya pada rekaman percakapan sejumlah orang, Gibb menemukan bahwa pendengar ternyata gampang sekali mengidentifikasi “ tipuan” yang digunakan komunikator. Lebih lucunya lagi, karena mereka tahu ditipu, mereka juga berusaha membalasnya dengan tipuan lagi. Persis seperti ceritra ayam jantan bertengkar dengan srigala dalam Les Fables, karya Jean La Fontaine. Ayam jantan bertengkar di atas ranting pohon. Srigala yang kelaparan bermaksud menariknya kebawah. Ia merayu ayam dengan segala macam rayuan. Ayam tahu bahwa rayuan itu hanya jebakan. Ia
50
membalas rayuan itu dengan rayuan lagi. Tapi sebetulnya ia mengulur waktu sampai pemiliknya datang. Srigala akhirnya terjebak. Kata La Fontaine,” Dua kali bahagianya kalau kita bisa menipu ”.
Apatis, Kita semua, termasuk anak-anak, tidak suka berbicara dengan
orang yang “ netral”, tidak menunjukan setuju atau tidak setuju, tidak tampak senang atau benci. Jika kita tidak menunjukan reaksi, baik verbal maupun nonverbal kepada lawan bicara kita, Jika kita hanyalah setumpuk daging beku sama seperti michropone didepan pembicaranya tanpa emosi, kita adalah komunikator defensive. Kita akan memberi kesan sebagai orang yang membosankan, menyebalkan, dan tidak enak di ajak bicara.
Netralitas tampak dalam contoh yang ekstrem pada psikoanalisis yang
bersikap dingin, membisu, ketika pasiennya berbicara. Ia tidak menangis ketika ia menceritrakan penderitaannya, tidak tertawa ketika ia menceritrakan lelucon.
Bayangkan kita mengobrol dengan anak kita seperti psikoanalisis dengan pasiennya.
Superior, superior dihadapan anak-anak ditunjukan dengan menekankan posisi kita sebagai orang tua yang bijak. Anak-anak dipandang bodoh, belum sampai akalnya, dan tidak pantas diperhatikan pendapatnya,” Ayah ini sudah banyak makan garam. Kamu ini anak kemarin sore, tahu apa kamu “. Itu adalah contoh dari ungkapan superioritas.
51
b. Sikap memanjakan anak
Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan
pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak.
Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak
tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak. Keadilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada orang tuanya dan akan merasa iri hati dengan saudara kandungnya.
Dalam hubungan ini biasanya anak melakukan protes terhadap orang tuanya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan.
52
c. Anak tidak diberikan pendidikan agama
Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak meberikan pendidikan agama atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan
pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau mengikuti. Bagi anak yang tidak dapat mengikuti pendidikan agama akan cenderung untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar jika ada faktor yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja.
d. Anak yang ditolak
Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa secara psikis. Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi memperoleh anak perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut atau anak dari saudara yang menumpang di rumah mereka. Faktor lain karena anaknya lahir dengan keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak yang ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif. Dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari
Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua hendaknya dapat mengambil dua sikap bicara yaitu:
1. Sikap atau cara yang bersifat preventif
Yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan
53
yang buruk. Dalam hat sikap yang bersifat preventif, pihak orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan sebagai berikut :
a. Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b.Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu. c. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d. Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
Disamping keempat hal yang diatas maka hendaknya diadakan pula: a. Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna. b. Penyaluran bakat si anak ke arab pekerjaan yang berguna dan produktif. c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak.
d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya. 2. Sikap atau cara yang bersifat represif
Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
54
c. Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu. d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
3. Manfaat Organisasi Keluarga Harmonis Bagi Anak
Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, citacita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan
tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga
menjadi bagian yang vital dari kehidupannya.Suasana yang menyedihkan terjadi dalam masyarakat kita. Suami istri tidak akur, kehidupan keluarga tidak 'sakinah', suami tidak memenuhi hak dan kewajibannya, berlaku sewenang-wenang dan tidak bertanggung jawab, istri disia-siakan, kadang kala ditinggalkan tanpa
55
kesalahan. Ada lagi karena istri pasif, statis dan apatis, kurang mengerti keinginan dan kebiasaan suami, banyak tuntutan tapi kurang mengerti kelemahan-kelemahan diri, anak-anak tidak terdidik, mereka besar menurut alaminya sendiri, mengikuti hawa nafsunya, bersikap tak sopan dan seenaknya. Kesemuanya saling
menyalahkan, ujung-ujungnya keluarganya menjadi berantakan. Allah berfirman:
"Maka datanglah sesudah mereka, generasi yang buruk dan bejad, yang mengabaikan kewajiban salat dan mengikuti hawa nafsu mereka, maka kelak mereka akan mengalami kesesatan " (Maryam, 19: 59).
Tidak sedikit bahtera rumah tangga dinakhodai oleh kapten yang baik.
Apakah sebagai ulama, tokoh masyarakat ataukah guru agama dan lainnya yang acapkali mampu membimbing orang ke jalan yang benar, namun tidak sanggup mengatasi kendala di lingkungan keluarganya sendiri. Ingat kisah Nabi Nuh dan Nabi Luth. Dalam rumah tangga muslim harus terpancar cahaya Al-Qur'an dan sinar ibadah dari para penghuninya. Kata Nabi:
"Terangilah rumahmu dengan salat dan banyakmembaca Al-Qur'an. " Mereka
memelihara salat, berpuasa dan mengamalkan ajaran Islam lainnya. Mereka berkata benar, jujur, mengemban amanah, berbuat baik kepada sesama dan tak suka menyakiti orang lain. Mereka menjauhi minuman-minuman keras, judi, narkoba dan fornografi yang menyebabkan rusaknya sendi dasar otak. Hubungan suami istri harmonis, tegak sama tinggi, duduk sama rendah, tidak ada yang harus direndahkan atau dinomorduakan.
56
Keduanya harus sama menjadi pakaian satu sama lain.
"Mereka pakaian kamu dan kamupun pakaian mereka. " (Al-Baqarah, 2: 87)
87. Dan Sesungguhnya kami Telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada
Musa, dan kami Telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasulrasul, dan Telah kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera
Maryam dan kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus[69]. apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?
Hanya tugas dan tanggung jawablah yang menjadikan suami memegang
kendali pimpinan, karena kekuatan dan keperkasaannya yang dikaruniakan Allah dengan tulang belulang yang kokoh dan kuat. Wanita sebagai jins lathif dengan tubuh yang lemah dan susunan biologis tak sekuat pria, seyogianya mendapat perlindungan lahir dan batin dari suami yang menyuntingnya. Sabda Nabi Muhammad saw.:
"Mu'min yang paling sempurna imannya adalah mu'min yang paling baik akhlaknya dan paling lemah lembut kepada istrinya " Suami istri sebagai orang
tua berkewajiban mengasuh dan mendidik anak, memberinya pakaian, makanan, minuman dan apa yang dibutuhkannya. Di antara kewajiban mereka yang utama
57
adalah memberi nama yang baik, mengajarkannya al-Qur'an, baca tulis dan tata krama yang islami serta menikahkannya manakala telah datang jodohnya. Nabi bersabda:
"Allah mengasihani seseorang yang membantu anaknya dalam berbakti kepadanya."
Ini menunjukkan bagaimana orang tua harus bersikap lemah lembut, cinta
kasih, berlapang dada dan memberi jalan agar anaknya menaruh hormat dan tidak durhaka kepadanya. sebagai anak, kita harus patuh kepada kedua orang tua, mengikuti petunjuk-petunjuknya, mendoakan keduanya agar sejalan dengan hadis yang menyatakan:
"Jika Allah menghendaki suatu rumah tangga menjadi rumah tangga
yang baik, maka keluarga tersebut diberi pemahaman yang mendalam tentang agama dalam rumah tangga, yang muda menghormati yang tua (yang tua menyayangi yang muda), dikaruniai limpahan rezeki dalam kehidupan mereka dan hormat lagi sederhana dalam nafkahnya serta diperlihatkan aib mereka sehingga mereka taubat atas segala dosa dan kekhilapan mereka. "
Brokenhome sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal
inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Brokenhome juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka Cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk
menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengarahan yang
58
lebih agar mereka sadar dan mau berprestasi.
Pada umumnya penyebab utama brokenhome ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti halnya ayah bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman-teman nya yang secara tidak langsung
memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak.