• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Penduduk

Penduduk merupakan jumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu dan merupakan hasil proses-proses demografi yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi (Rusli, 1995). Selain itu Rusli juga menjelaskan bahwa komposisi penduduk menggambarkan susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik-karakteristik yang

51

sama seperti etnis, agama, kewarganegaraan, bahasa, pendidikan, jenis kelamin, dan golongan pendapatan.

Jumlah penduduk Muara Angke berdasarkan rekapitulasi bulan Juli 2008 berjumlah 43927 jiwa yang terdiri dari 22861 laki-laki dan 21066 perempuan (Tabel 1). Komposisi jumlah penduduk menurut usia dan jenis kelamin

menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin sebesar 108, hal ini menunjukkan bahwa dari 100 penduduk wanita terdapat 108 jiwa penduduk laki-laki.

Tabel 1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin di Muara Angke Bulan Juli Tahun 2008

Jenis Kelamin Jumlah

Umur

(Tahun) Laki-Laki Perempuan n (jiwa) Rasio Jenis kelamin

0 - 4 1889 1497 3386 126 5-9 1735 1585 3320 109 10-14 1680 1602 3282 105 15 - 19 1654 1570 3224 105 20 - 24 1707 1582 3289 108 25 - 29 1630 1500 3130 109 30 - 34 1678 1532 3210 110 35 - 39 1603 1436 3039 112 40 - 44 1687 1424 3111 118 45 - 49 1648 1306 2954 126 50 - 54 1516 1374 2890 110 55 - 59 1492 1327 2819 112 60 - 64 1164 1243 2407 94 65 - 69 898 1042 1940 86 70 - 74 541 622 1163 87 > 75 339 424 763 80 Jumlah 22861 21066 43927 108

Sumber: Rekapitulasi Jumlah Penduduk Muara Angke Tahun 2008

Kelompok usia 0 – 4 tahun merupakan kelompok usia dengan jumlah penduduk paling banyak yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 3386 jiwa. Kelompok usia > 75 tahun merupakan kelompok usia dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 763 jiwa.

Jumlah penduduk Muara Angke yang berada dalam kelompok usia produktif (usia 15 – 39 tahun) sebanyak 15892 orang memiliki peluang tinggi akan banyaknya usia anak-anak, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk yang berada dalam kelompok usia 0 – 4 tahun yaitu sebanyak 3386 jiwa dan penduduk yang berada dalam kelompok usia 5 – 9 tahun yaitu sebanyak 3320 jiwa. Tingginya jumlah penduduk pada kelompok usia anak (0 – 9 tahun) dapat memberikan sedikit gambaran tentang rendahnya keberhasilan program Keluarga Berencana di wilayah tersebut dan rendahnya pengetahuan masyarakat sekitar mengenai Program Keluarga Berencana.

Rasio jenis kelamin untuk jumlah total penduduk sebesar 108 memberikan informasi bahwa untuk dalam setiap jumlah penduduk perempuan sebanyak 100 orang akan terdapat penduduk laki-laki sebanyak 108 orang. Untuk usia 0-59 tahun dapat terlihat bahwa pada rentang usia tersebut lebih banyak penduduk laki- laki dibandingkan penduduk wanita, hal ini ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin yang nilainya lebih besar dari 100. Sedangkan untuk usia 60 tahun ke atas, jumlah penduduk wanita lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laku-laki.

Mayoritas nelayan yang menangkap ikan di Muara Angke umumnya merupakan nelayan andun, yaitu nelayan yang menangkap ikan di daerah tujuan selama musim panen ikan dan akan kembali ke daerah asal bila musim panen telah berakhir. Kebanyakan nelayan andun yang tinggal di Muara Angke merupakan nelayan yang berasal dari sekitar daerah pesisir Pulau Jawa seperti Cirebon, Indramayu, Tegal, Brebes, Serang, dan beberapa ada yang berasal dari Sukabumi dan Karawang bahkan ada juga sebagian kecil nelayan yang berasal dari Sulawesi.

Nelayan-nelayan ini umumnya hidup mengelompok dan berkumpul pada suatu tempat sehingga membentuk suatu komunitas berdasarkan daerah asal. Biasanya mereka berasal dari kampung yang sama atau tetangga kampung sehingga mereka sudah saling mengenal satu sama lain sebelumnya, bahkan ada beebrapa nelayan yang merupakan teman sepermainan sejak kecil.

53

5.1.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Muara Angke secara umum masih rendah (Tabel 2), hal ini ditunjukkan dengan banyaknya penduduk yang memiliki pendidikan rendah yaitu 1.702 orang (4,32%) tidak bersekolah, 7.827 orang (19,82%) tidak tamat sekolah dasar, dan 8.623 orang (21,86% ) yang

menyelesaikan pendidikan hingga tamat sekolah dasar. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 18.152 orang (46,02%) tidak menyelesaikan pendidikan dasar. Tabel 2. Komposisi Penduduk Muara Angke Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Jenis Kelamin Jumlah

Pendidikan Laki-Laki Perempuan n jiwa Persentase (%)

Tidak Sekolah 778 924 1702 4,32 Tidak Tamat SD 4244 3583 7827 19,84 Tamat SD 3951 4672 8623 21,86 Tamat SLTP 4254 4489 8743 22,17 Tamat SLTA 4968 3642 8610 21,83 Tamat Akademi/ PT 2277 1659 3936 9,98 Jumlah 20472 18969 39441 100,00

Sumber: Rekapitulasi Jumlah Penduduk Muara Angke Tahun 2008

Sarana pendidikan yang tersedia di kawasan Muara Angke antara lain enam buah taman kanak-kanak, delapan buah sekolah dasar, enam buah sekolah menengah pertama, lima buah sekolah menengah atas yang letaknya tersebar di seluruh wilayah Muara Angke. Saat ini, sedang dirintis sebuah lembaga

pendidikan non formal yang digagas oleh masyarakat sekitar tanpa bantuan pihak luar baik pihak pemerintah maupun pihak swasta. Lembaga pendidikan non formal tersebut dinamakan Yayasan Lentera Bangsa.

5.1.3 Sarana dan Prasarana

Pada tahun 1977 kawasan Muara Angke diresmikan sebagai sentral pemukiman nelayan untuk merelokasi perkampungan nelayan yang semula tersebar di berbagai lokasi Pantai Utara Jakarta dan menjadi pusat kegiatan perikanan tradisional di Daerah Khusus Ibukota. Muara Angke dengan luas semula 59 Ha, kemudian berkembang menjadi 67 Ha, diantaranya dimanfaatkan

untuk perumahan nelayan (21,26 Ha) yang hingga saat ini telah dibangun rumah sebanyak 1.728 unit di atas tanah tersebut, pembibitan dan penelitian ikan (9,21 Ha), bangunan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) serta fasilitas penunjang lainnya (5 Ha), hutan bakau (8 Ha), kompleks pengolahan ikan (5 Ha), docking kapal (1,35 Ha), lahan kosong (6,7 Ha), pasar, bank, dan bioskop (1 Ha) serta terminal (2,57 Ha). Muara Angke memiliki tiga rukun warga (RW) yiatu RW 01, RW 011, dan RW 20 serta terdapat tiga perkampungan nelayan tradisional di Muara Angke yaitu, Kampung Nias, Kampung Baru, dan Empang.

Berbagai fasilitas didirikan di kawasan Muara Angke untuk menunjang kegiatan kawasan pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. Fasilitas yang ada diklasifikasikan menjadi fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok terdiri dari lahan, dermaga, tanggul pemecah gelombang, kolam pelabuhan, tiang pengikat kapal/bholar, dan fender kayu. Fasilitas fungsional, yaitu TPI dan kantor lama, TPI dan kantor baru, tempat pengepakan, cold storage, kios, gudang, kantor, pasar grosir, pasar pengecer. Kios ikan bakar Pujaseri Masmurni, bangsal pengolahan hasil perikanan, mirasih, gudang alat-alat perikanan, kolam penampungan, bengkel alat-alat kapal, dan SPBU dwi fungsi.

Fasilitas penunjang terdiri atas Unit Pelaksana Teknis (UPT), Dinas perhubungan, Syahbandar, KPLP dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) yang masing-masing terdiri dari satu unit dan didirikan untuk membantu keperluan nelayan. Koperasi yang terdiri dari dua unit, yang salah satu fungsinya adalah menyelenggarakan lelang. Pos polisi KP3 yang terdiri atas satu unit yang berfungsi menjaga keamanan dan ketertiban di Muara Angke. Bank DKI terdiri dari satu unit yang ikut membantu dalam kegiatan perikanan di Muara Angke. Tersedia satu buah terminal bis yabg didirikan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta. Keberadaan terminal bis di Muara Angke sangat membantu nelayan yang ingin pulang ke daerahnya masing-masing. Kawasan Muara Angke juga memiliki pasar inpres sebanyak satu unit untuk memenuhi kebutuhan nelayan. Kawasan Muara Angke merupakan salah satu wilayah yang memiliki prasarana penangkapan ikan terbesar di wilayah Indonesia bagian barat. Dalam perkembangannya secara fungsional Muara Angke menjadi pelabuhan perikanan

55

yang sejajar dengan pelabuhan perikanan atau Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) lain yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Terdapat juga Pengolahan Hasil Perikanan Tradisional yang cukup besar di Muara Angke yang digunakan untuk pengolahan ikan asin, pengolahan ikan pindang, pengolahan terasi, pengolahan kerupuk kulit pari, penyamakan kulit pari, dan pengolahan lembah ikan. Selain itu juga terdapat tambak uji coba air payau, yang terdiri dari 26 unit tambak. Pembuatan tambak ini ditujukan sebagai alternatif bagi para pengusaha untuk mempelajari teknik budidaya ikan payau sehingga mereka dapat menjadikan usaha tambak air payau sebagai alternatif mata pencaharian mereka.

Pemda DKI Jakarta membangun PPI Muara Angke dan fasilitasnya untuk memberikan sarana dan prasarana bagi para investor dan pengusaha serta

menciptakan suasana yang kondusif bagi usaha perikanan. PPI Muara Angke diresmikan penggunaannya pada tahun 1977. Pemda DKI Jakarta menjadikan PPI Muara Angke sebagai salah satu sentra perikanan DKI Jakarta dan sekitarnya (UPT PPI, 2006),

Dokumen terkait