• Tidak ada hasil yang ditemukan

KPAP ‐ berat sampel setelah dikeringkan berat awal ‐KA contoh

bar 15. Ting Kom

C. PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MIE KERING JAGUNG SUBSTITUSI SUBSTITUSI

5. Pendugaan Umur Simpan pada Suhu yang Diinginkan

Pendugaan umur simpan mie kering jagung substitusi pada penelitian ini menggunakan beberapa parameter mutu, diantaranya parameter organoleptik meliputi atribut warna, kecerahan, kerapuhan, aroma tengik dan rasa menyimpang; serta parameter obyektif meliputi analisis bilangan TBA, KPAP dan warna-Hunter. Kinetika penurunan mutu selama

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 0 7 14 21 28 35 nilai L

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37 suhu 45 suhu 50 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 0 7 14 21 28 35 ni lai a

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37 suhu 45 suhu 50 0 5 10 15 20 25 0 7 14 21 28 35 nilai b

waktu penyimpanan (hari ke-)

suhu 37 suhu 45 suhu 50

65 penyimpanan menunjukkan bahwa diantara parameter-parameter mutu tersebut, hanya parameter organoleptik yang memiliki penurunan mutu signifikan terhadap perubahan suhu.

Data mengenai konstanta penurunan mutu pada masing-masing suhu penyimpanan di setiap parameter organoleptik dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan hasil data pengukuran tersebut, diketahui bahwa tidak semua parameter memiliki nilai konstanta penurunan mutu (k) dengan kecenderungan meningkat terhadap peningkatan suhu. Bahkan pada parameter warna dan kerapuhan, slope penurunan mutu yang diperoleh memiliki pola turun naik yang cukup tajam. Hal ini tentu tidak akan memberikan hasil persamaan Arrhenius yang baik sehingga parameter ini tidak sesuai digunakan untuk menduga umur simpan. Dengan demikian, dapat ditetapkan bahwa parameter mutu organoleptik yang dijadikan sebagai penduga umur simpan melalui persamaan Arrhenius adalah parameter kecerahan, aroma dan rasa.

Tabel 11. Plot Hubungan Nilai Slope dan Suhu Penyimpanan pada Parameter Organoleptik Parameter Suhu (oC) Orde Nol Slope (k) Korelasi (R2) Warna 37 0.087 0.850 45 0.081 0.869 50 0.104 0.941 Kecerahan 37 0.076 0.720 45 0.088 0.775 50 0.089 0.825 Tekstur (Kerapuhan) 37 0.088 0.811 45 0.086 0.813 50 0.111 0.884 Aroma Tengik 37 0.054 0.690 45 0.066 0.903 50 0.092 0.965 Rasa 37 0.035 0.984 45 0.048 0.977 50 0.093 0.936

66

a. Parameter Kecerahan

Nilai konstanta penurunan mutu (k) atribut kecerahan yang telah diperoleh pada bagian sebelumnya kemudian diubah dalam bentuk Ln. lalu diplotkan dengan suhu penyimpanan dalam bentuk 1/T, seperti dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 12. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Kecerahan Suhu Penyimpanan (oC) T (K) 1/T k Ln k 37 310 0.003226 0.076 -2.577 45 318 0.003145 0.088 -2.430 50 323 0.003096 0.089 -2.419

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, maka dapat ditentukan persamaan penurunan mutu sebagai berikut:

y = -1276 x + 1.552 Ln k = -1276 (1/T) + 1.552

Melalui persamaan Arrhenius tersebut, dapat diketahui nilai k dari berbagai suhu penyimpanan yang berbeda. Apabila dimasukkan suhu penyimpanan (28 oC), maka dapat diduga laju penurunan mutu k:

Ln k = -1276 (1/301) + 1.552 Ln k = -2.6872

k = 0.0681 /hari

Pada awal penyimpanan skor mutu untuk atribut kecerahan yang dievaluasi oleh panelis adalah 9.1 dan nilai kritisnya adalah 4. Dengan demikian, umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28oC adalah: t = (Q – Qo) / k

t = (9.1 – 4) / 0.0681 t = 74.92 hari (2.46 bulan)

Dengan cara yang sama, nilai laju penurunan mutu k ini dapat pula digunakan untuk menduga umur simpan produk pada tingkatan suhu lain.

b. Parameter Aroma Tengik

Melalui hasil penurunan mutu terhadap waktu penyimpanan seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya, diperoleh nilai konstanta

67 penurunan mutu produk (k). Nilai k ini kemudian diubah dalam bentuk Ln lalu diplotkan dengan suhu penyimpanan dalam bentuk 1/T, seperti dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 13. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Aroma Suhu Penyimpanan (oC) T (K) 1/T k Ln k 37 310 0.003226 0.054 -2.919 45 318 0.003145 0.066 -2.718 50 323 0.003096 0.092 -2.386

Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, maka dapat ditentukan persamaan penurunan mutu adalah y = -3937 x + 9.749 atau Ln k = -3937 (1/T) + 9.749.

Melalui persamaan Arrhenius tersebut, dapat diketahui nilai k dari berbagai suhu penyimpanan yang berbeda. Apabila dimasukkan suhu penyimpanan (28 oC), maka dapat diduga laju penurunan mutu k adalah 0.0358/hari. Pada awal penyimpanan, skor mutu untuk atribut off odor

yang dievaluasi oleh panelis adalah 1.1 dan nilai kritisnya adalah 6. Dengan demikian, umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28 oC adalah 137.00 hari (4.57 bulan).

c. Parameter Rasa

Nilai konstanta penurunan mutu (k) atribut rasa yang telah diperoleh pada bagian sebelumnya kemudian diubah dalam bentuk Ln. lalu diplotkan dengan suhu penyimpanan dalam bentuk 1/T, seperti dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 14. Nilai k dan Ln k pada Tiga Suhu Penyimpanan Parameter Rasa

Suhu Penyimpanan (oC) T (K) 1/T k Ln k 37 310 0.003226 0.035 -3.352 45 318 0.003145 0.048 -3.037 50 323 0.003096 0.093 -2.235

68 Berdasarkan persamaan regresi yang diperoleh, maka dapat ditentukan persamaan penurunan mutu adalah y = -7156 x + 19.65 atau Ln k = -7156 (1/T) + 19.65.

Melalui persamaan Arrhenius tersebut, dapat diketahui nilai k dari berbagai suhu penyimpanan yang berbeda. Apabila dimasukkan suhu penyimpanan (28 oC), maka dapat diduga laju penurunan mutu k adalah 0.0162/hari. Pada awal penyimpanan skor mutu untuk atribut aroma yang dievaluasi oleh panelis adalah 9.6 dan nilai kritisnya adalah 4. Dengan demikian, umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28 oC adalah 346.14 hari (11.54 bulan).

Selanjutnya, melalui beberapa parameter tersebut dapat diketahui prediksi umur simpan produk pada tingkatan suhu lain seperti dapat dilihat pada Tabel 16. Pendugaan umur simpan ini ditentukan dengan mengasumsikan suhu penyimpanan mie kering substitusi jagung setelah produksi berada pada kisaran 25 oC dan 28 oC, serta suhu transportasi produk sebesar 30 oC.

Tabel 15. Umur Simpan Mie Kering Substitusi Jagung dengan Menggunakan Berbagai Parameter Mutu

Namun demikian, melalui beberapa parameter tersebut dapat diketahui prediksi umur simpan produk dengan mengacu kriteria pemilihan parameter menurut Kusnandar (2006), diantaranya parameter mutu yang paling cepat mengalami penurunan selama penyimpanan yang ditunjukkan dengan nilai koofisien korelasi (R2) paling besar; parameter mutu yang paling sensitif terhadap perubahan suhu yang dapat dilihat dari nilai slope persamaan Arrhenius atau dapat dilihat dari nilai energi aktivasi yang paling rendah; dan apabila terdapat lebih dari satu parameter mutu yang memenuhi

Suhu Penyimpanan

(oC) Ordo

Umur Simpan (bulan)

Kecerahan Aroma Rasa

25 0 2.61 5.21 14.66

28 0 2.50 4.57 11.54

69 kriteria, maka dipilih parameter mutu yang memiliki umur simpan paling pendek. Berdasarkan ketentuan tersebut, tingkat sensitivitas parameter terhadap suhu dapat dilihat dari besarnya nilai koofiesien korelasi (R2) seperti pada Tabel 17.

Tabel 16. Nilai Energi Aktivasi Penurunan Mutu pada Berbagai Parameter Parameter

Reaksi Ordo Nol Slope

(Ea/R)

Ea

(kkal/mol) Intersep

Persamaan Arrhenius Nilai

R2

Kecerahan 1276 2534.14 1.552 ln k = -1276(1/T) + 1.552 0.903 Aroma 3937 7818.88 9.749 ln k = -3937(1/T) + 9.749 0.921 Rasa 7156 14211.82 19.65 ln k = -7156(1/T) + 19.65 0.885

Tabel 17 memperlihatkan bahwa parameter kritis yang memiliki nilai R2 tertinggi adalah parameter aroma. Sementara itu menurut Arpah (2001), nilai energi aktivasi ketiga parameter tersebut masih tergolong dalam kategori energi aktivasi yang rendah. Oleh sebab itu, parameter kritis yang ditetapkan sebagai parameter penduga umur simpan produk mie kering jagung substitusi dalam penelitian ini adalah parameter aroma.

Penetapan parameter ini telah sesuai bahwa parameter/atribut aroma mie kering jagung substitusi merupakan parameter organoleptik yang paling mudah dideteksi oleh konsumen saat pertama kali mengkonsumsi. Tabel 16 menunjukkan bahwa umur simpan produk berdasarkan parameter penduga aroma adalah sebesar 4.57 bulan pada suhu penyimpanan 28 oC. Hal ini diperkuat oleh hasil FGD panelis (Tabel 10) yang menunjukkan bahwa mie jagung substitusi kategori rusak akibat aroma tengik merupakan mie jagung substitusi hasil produksi rutin yang telah disimpan pada suhu ruang lebih darisekitar 5 bulan.

Sementara itu, nilai umur simpan yang diperoleh melalui parameter kecerahan (berkisar 2 bulan) diperkirakan terlalu singkat untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan oleh adanya pengalaman empiris yang memperlihatkan bahwa penyimpanan mie kering jagung substitusi pada suhu ruang selama 2 bulan tidak sampai menyebabkan terjadinya penurunan mutu yang mempengaruhi tingkat penerimaan konsumen. Dengan demikian, parameter

70 mutu yang paling tepat dijadikan sebagai penduga umur simpan produk mie kering jagung substitusi adalah parameter aroma tengik.

71 V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Hasil kajian preferensi konsumen menunjukkan bahwa dari total 100 orang responden, sebanyak 43 % responden diantaranya menyatakan “suka” terhadap mie kering jagung substitusi yang diolah pada produk mie bakso. Sementara itu, sebanyak 37 % responden lainnya menyatakan “netral/biasa saja” terhadap produk mie jagung ini. Hal ini memperlihatkan bahwa mie kering jagung substitusi pada produk olahan mie bakso memiliki tingkat kesukaan dan penerimaan yang cukup tinggi di mata konsumen.

Berdasarkan persepsi 90% responden, diketahui bahwa produk mie kering jagung substitusi sesuai apabila disajikan pada produk olahan mie bakso. Bahkan, sebagian besar responden (81%) menyatakan setuju bila produk ini dijadikan sebagai alternatif pengganti mie terigu komersial. Disamping mie bakso, produk ini cocok pula bila diolah menjadi produk olahan mie goreng (43.55%), soto mie (33.87%), toge goreng (14.52%) dan lainnya seperti spaghetti (8.06%).

Pendugaan umur simpan produk mie kering jagung substitusi dengan metode Arrhenius ini menggunakan parameter mutu diantaranya, parameter mutu organoleptik (atribut warna, kecerahan, kerapuhan, aroma tengik dan rasa pahit) serta parameter mutu obyektif (bilangan TBA, KPAP dan warna-Hunter). Hasil evaluasi penurunan mutu selama penyimpanan menunjukkan bahwa parameter yang signifikan mengalami perubahan terhadap kenaikan suhu adalah parameter organoleptik meliputi parameter kecerahan, aroma tengik dan rasa. Ordo reaksi yang sesuai digunakan pada penelitian ini adalah ordo nol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter aroma merupakan parameter mutu kritis yang paling sesuai digunakan sebagai penduga umur simpan produk. Hal ini dapat dilihat dari tingginya nilai koofisien korelasi (R2) yang diperoleh. Umur simpan produk mie kering jagung substitusi yang dihasilkan melalui parameter ini, yaitu sebesar 4.57 bulan pada suhu penyimpanan 28 oC.

72 B.SARAN

Informasi umur simpan produk memiliki arti penting dalam upaya pengembangan produk mie berbasis jagung ini secara lebih meluas. Hasil penelitian memberikan nilai umur simpan produk pada suhu penyimpanan 28 o

C sebesar 4.57 bulan. Oleh karena itu, perlu direkomendasikan penelitian lanjutan berupa kajian penghambatan laju kerusakan oksidatif/ketengikan serta laju degradasi betakaroten tepung jagung ataupun penggunaan kemasan yang mampu meminimalisir penurunan mutu tersebut, sehingga mampu meningkatkan masa simpan produk mie jagung kering substitusi.

73 DAFTAR PUSTAKA

Aminullah. 2009. Pengaruh Penambahan Tawas, Guar Gum, dan Kadar Air terhadap Mutu Fisik Mie Jagung Giling Basah yang Dibuat dengan Ekstruder Pasta. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anonima. 2009. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. [30 Desember 2009].

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, S. Yasni dan S. Budijanto. 1989. Petunjuk Pelatihan Analisis Pangan. IPB Press, Bogor.

Arpah. 2001. Buku dan Monograf Penentuan Kadaluarsa Produk. Program Studi Ilmu Pangan. IPB, Bogor.

Astawan, M. 2005. Membuat mi dan bihun. Penebar Swadaya, Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 1995. Standar Nasional Indonesia. SNI

01-3727-1995 tentang Tepung Jagung. BSN, Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional. 1996. Standar Nasional Indonesia. SNI 01-2974-1996 tentang Mie kering. BSN, Jakarta.

Basmal, J., Sugiyono, dan Peranginangin, R. 1995. Pengaruh Fortifikasi Surimi Layang Terhadap Mutu Mie Kering Selama Penyimpanan. J Pasca Panen Perikanan. 84: 41-51.

BPS. 2009. Angka Ramalan 2009 dan Angka Sementara 2008 Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Provinsi Jawa Barat. Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Barat No. 10/03/32 Th. XI.

Budiyah. 2004. Pemanfaatan pati jagung (Corn Starch) dan Protein Jagung (Corn Gluten Meal) dalam Pembuatan Mie Jagung Instan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Cardello, A. V. 1994. Consumer Expectation and Their Role in Food Acceptance. Di dalam: MacFie, H. J. H and D. M. H. Thomson (eds). Measurement of Food Preference. Pp 253-291. Blackie Academic and Profesional, Glasgow.

Darrah, L. L., M. D. Mc Mullen, dan M. S. Zuber. 2003. Breeding, Genetics, and Seed Corn Production. Di dalam: White, P. J. dan L. A. Johnson (eds). Corn: Chemistry and Technology, 2nd edition. American Association of Cereal Chemistry Inc., St. Paul, Minnesota, USA. De Man, J. M. 1989. Principles of Food Chemistry. Kosasih Padmawinata

(penerjemah). ITB, Bandung.

Deptana. 2005. Gambaran Umum Ekonomi Jagung Indonesia.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id. [19 Januari 2010].

Deptanb. 2005. Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005-2010. BPPT, Jakarta.

74 Dilana, I. A. 2008. Pembentukan Tim Panelis dan Analisis Deskripsi

Citarasa Kacang Salut dengan Variasi Bawang Putih di PT Garudafood, Jakarta. Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ekafitri, R. 2009. Karakterisasi Tepung Lima Varietas Jagung Kuning Hibrida dan Potensinya Untuk Dibuat Mie Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Eliasson, A. C. dan M. Gudmunson. 1996. Starch : Physicochemical and functional aspects. Di dalam : Eliasson, A. C. (ed.) Carbohydrates in Food. Marcel Dekker Inc., New York.

Etikawati E. 2007. Pengaruh Perlakuan Passing, Konsentrasi Na2CO3, dan Kadar Air Terhadap Mutu Mi Basah Jagung yang Dibuat dengan Ektruder Ulir Pemasak. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fadlillah, H. N. 2005 . Verifikasi Formulasi Mie Jagung Instan Dalam Rangka Penggandaan Skala. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fahmi, A. 2007. Optimasi Produksi Mie Basah Berbasis Tepung Jagung dengan Teknologi Ekstrusi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

FAO. 2005. Standart Tabel of Food Composition. http:// www.fao.org/infood/tables_asia_en.sym#japan [10 September 2008]. Di dalam Lestari, O. A. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia dan Evaluasi Nilai gizi Biologis Mie Jagung Kering yang Disubstitusi Tepung Jagung Termodifikasi. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor Faridi H, Faubion J M. 1995. Wheat end Uses Around the World.

American Association of Cereal Chemists, Minnesota.

Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry. Marcel Dekker Inc., New York. Fitriani, D. 2004. Kajian Pengembangan Produk, Mikrostruktur dan Analisis

Daya Simpan Mie Jagung Instan. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Floros, J. D. 1993. Shelf Life Prediction of Packaged Foods. Chemical, Biological Physical and Nutrition Aspecta. Elsefier Publ, London. Guo G, DS Jackson, RA Graybosch, and AM Parkhurst. 2003. Asian Salted

Noodle Quality: Impact of Amylose Content Adjustments Using Waxy Wheat Flour. J Cereal Chem. 80: 437-445.

Hadiningsih, N. 1999. Pemanfaatan tepung jagung sebagai bahan pensubstitusi terigu dalam pembuatan produk mi kering yang difortifikasi dengan tepung bayam. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hariyadi, P dan N. Andarwulan. 2006. Perubahan Mutu (Fisik, Kimia dan Mikrobiologi) Produk Pangan Selama Pengolahan dan Penyimpanan. Di dalam: Modul Pelatihan Pendugaan dan Pengendalian Masa

75 Kadaluarsa Bahan dan Produk Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB, Bogor.

Harnani, N. D. 2001. Kajian Penggunaan Bilangan TBA sebagai Indikator Penduga Umur Simpan Bumbu Masak Siap Pakai. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hatorangan, E.F. 2007. Pengaruh Perlakuan Konsentrasi NaCl, Kadar Air, dan Passing terhadap Mutu Fisik Mie Basah Jagung yang Diproduksi dengan Menggunakan Ekstruder Ulir Pemasakan dan Pencetak. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Heymann, H., Holt, D. L. dan Cliff, M. A. 1993. Measurement of Flavor by Sensory Descriptive Techniques. Di dalam: Manley, C. H. dan Ho, C. T (eds). Flavor Measurement. Marcell Dekker, Inc., New York.

Hou, Guoquan dan Mark Kruk. 1998. Asian Noodle Technology. http://secure.aibonline.org/catalog/example/V20Iss12.pdf. [28 Juni 2006].

Hutching, J. B. 1999. Food Color and Appearance, 2nd edition. Gaithersburg. Aspen Publisher. Inc, Maryland.

Johnson, L.A. 1991. Corn: Production, Procesing, and Utilization. Di dalam: Lorenz, K. J. dan K. Kulp (eds.). Handbook of Cereal Science and Technology. Marcell Dekker Inc., New York.

Jugenheimer, R. W. 1976. Corn: Improvement, Seed Production, and Uses. John Willey and Sons, New York.

Juniawati. 2003. Optimasi Proses Pengolahan Mie Jagung Instan Berdasarkan Kajian Preferensi Konsumen. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ketaren, S. 1989. Minyak dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.

Kurniawati, R. D. 2006. Penentuan Desain Proses dan Formulasi Optimal Pembuatan Mie Jagung Basah Berbahan Dasar Pati Jagung dan Corn Gluten Meal (CGM). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kurniawati, M. 2007. Penentuan Formula Antioksidan untuk Menghambat Ketengikan pada Bumbu Ayam Goreng Kalasan Selama Satu Bulan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kusnandar, F. 2006. Desain Percobaan dalam Penetapan Umur Simpan Produk Pangan dengan Metode ASLT (Model Arrhenius dan Kadar Air Kritis). Di dalam: Modul Pelatihan Pendugaan dan Pengendalian Masa Kadaluarsa Bahan dan Produk Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB, Bogor.

Kusnandar, F. 2008. Mengenal Mie Jagung. Di dalam: Modul Pelatihan Proses Produksi Mie Jagung. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB, Bogor.

76 Labuza, T. P. 1982. Shelf Life Dating of Foods. Westport Connecticut: Food

and Nutrition Press Inc.

Lawless, H. T. dan Heymann, H. 1998. Sensory Evaluation of Food Principles and Practises. Kluwer Academic/Plenum Publishers, New York.

Lestari, O. A. 2009. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia dan Evaluasi Nilai gizi Biologis Mie Jagung Kering yang Disubstitusi Tepung Jagung Termodifikasi. Tesis. Institut Pertanian Bogor, Bogor

Meilgaard, M., GV. Civille, dan BT Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques. CRC Press, New York.

Merdiyanti, A. 2008. Paket Teknologi Pembuatan Mie Kering dengan Memanfaatkan Bahan Baku Tepung Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Nawar, W. W. 1996. Lipids. Di dalam: Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry Third Edition. Marcell Dekker Inc, New York.

Oh, N. H., Seib, P. A., Finney, K. F., dan Pomeranz, Y. 1983. Noodles I. Measuring the textural characteristics of cooked noodles. J Cereal Chem. 60 (6): 433-8. Di dalam Khouryieh, H et al. Quality and Sensory Properties of Fresh Egg Noodles Formulated eith Either Total or Partial Replacement of Egg Substitutes. J Food and Science. 71: S433-S437.

Oh, N. H., Seib, P. A., Finney, K. F., dan Pomeranz, Y. 1985. Oriental Noodles. J Cereal Chem. 63:93-96.

Prasetiawati, W. 2009. Pengembangan Produk Ekstrusi Berbahan Baku Kacang Tanah. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putra, S. N. 2008. Optimalisasi Formula dan Proses Pembuatan Mie Jagung dengan Metode Kalendering. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Putra, G. B. 2009. Analisis Preferensi Konsumen dan Pedagang Mie Bakso terhadap Mie Basah Jagung dengan teknologi Ekstrusi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rianto, B.F. 2006. Desain Proses Pembuatan dan Formulasi Mie Basah Berbahan Baku Tepung Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sanjur, D. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. Prentice-Hall. Englewood Cliffs, New York.

Setiadi, J. N. 2003. Perilaku Konsumen Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Prenada media, Jakarta.

Simamora, B. 2002. Riset Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soraya, A. 2006. Perancangan Proses dan Formulasi Mi Basah Jagung

77 Kuning Kering Panen. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Stepherd, R. dan Sparks, P. 1994. Modelling Food Choice. Di dalam: MacFie, H. J. H. dan D. M. H. Thomson (eds). Measurement of Food Preference. Pp 202-223. Blackie Academic and Profesional, Glasgow Stone, H dan JL. Sidel. 2004. Sensory Evaluation Practises. Elsevier,

Amsterdam.

Suhardjo. 1989. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor.

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen danTeori Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Sunaryo, E. 1985. Pengolahan Produk Serealia dan Biji-Bijian. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Petanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Suprapto. 1998. Bertanam Jagung. Cetakan ke-18. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suprapto dan H. A. R. Marzuki. 2005. Bertanam Jagung edisi Revisi. Cetakan ke-14. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syarief, R., S. Santausa, dan St. Isyana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pengemasan Pangan. Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Syarief dan Y. Halid. 1993. Teknologi Pengemasan Pangan. Arcan, Bandung.

Takdir A, Sunarti S, Mejaya M J. 2007. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Thomson, DMH. 1986. The Meaning of Flavor. Di dalam: Birch, GG. dan MG. Lindley (ed.). Development in Food Flavors. Elsevier, London. Watson, S. A. 2003. Description, Development, Structure and Composition

of the Corn Kernel. Di dalam: White, P. J. dan L. A. Johnson (eds). Corn: Chemistry and Technology, 2nd edition. American Association of Cereal Chemistry Inc., St. Paul, Minnesota, USA.

Zulkhair, H. 2009. Karakterisasi Tepung Jagung Lokal dan Mie Basah Jagung yang Dihasilkan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

78

Lampiran 1. Format Kuesioner Analisis Preferensi Konsumen Kuesioner

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP PRODUK MIE JAGUNG