• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Pendukung dan Penghambat dari Pelaksanaan Penyuluhan Agama Terhadap Perilaku Menyimpang Penyuluhan Agama Terhadap Perilaku Menyimpang

Remaja

Penyuluh adalah orang yang memberikan suluh dan penerangan kepada masyarakat. penyuluh agama islam dengan beberapa kegiatan-kegiatan keislaman yang dilakukan di masyarakat dan materi kajian-kajian islam di kecamatan Jagakarsa akan berjalan baik jika mengikuti hal-hal yang ada dalam pedoman yang bersumber pada kementrian Agama.

Menurut A. Nasrullah sebagai salah satu penyuluh agama fungsional bahwasannya ada beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam menangani remaja yang berperilaku menyimpang di kecamatan Jagakarsa. Menurutnya media yang berkembang di zaman sekarang adalah hal yang menjadi faktor pendukung serta penghambat dalam melakukan penyuluhan kepada anak remaja.

Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan di jelaskan oleh penyuluh Agama bahwa:

‘’faktor yang menjadi pendukung tentunya media ya, karena media mudah diakses dan penyebaran infonya cepat. Jadi apabila kita mengadakan pengajian atau perkumpulan yang membahas tentang persoalan di masyarakat khsusnya remaja cepat tersampaikan kepada penyuluh lainnya. Laporan-laporan juga mudah diterima dengan media. Seperti halnya remaja saat ini, Jadi anak remaja itu mulai aksinya melalui media, saling memberi tahu target yang akan jadi sasaran maka mereka mulai aksinya. Seperti nungkrong bareng, pencopetan, tawuran dan lain-lain itu semua berkat media yang mereka rencanakan. Dari situlah kami sedikit kualahan dengan adanya media saat ini.‟‟8

Dengan demikian perlu di lihat kembali bahwa salah satu pendukung untuk mengurangi perilaku menyimpang remaja adalah madia sosial, dari sana informasi dapat di sebar luaskan sehngga penyuluh dan tokoh Agama dapat mengatasi segala persoalan yang ada di jagakarsa.

Adapun Menurut penyuluh agama Honorer bapak Faturrahman salah satu yang menjadi pendukung dalam melakukan penyuluhan agama kepada remaja adalah dari jamaah yang mengikuti kajian itu sendiri, jadi apabila jamaah ramai yang datang di dalam kajian-kajian keislaman itu menjadikan penyuluh senang dan ada nilai plus bagi para penyuluh Agama. Maka untuk selanjutnya penyuluh paham apa yang dibutuhkan jamaah ketika

8 Wawancara pribadi dengan A. Nasrullah selaku Penyuluh Agama Fungsional di KUA Kecamatan Jagakarsa 9 september 2018 pukul 14.00 wib

kajian berlangsung. Yang kedua media elektronik itu juga sebagai faktor pendukung dan yang ketiga sarana di lapangan ketika melakukan penyuluhan.

Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan di jelaskan oleh penyuluh Agama bahwa:

„‟faktor pendukung dalam melakukan penyuluhan Agama yaitu dari para jamaahnya sendiri, jika mereka mengikuti kajian secara terus menerus itu jadi nilai plus bagi kami. Mereka semangat ikut agenda yang dilaksanakan penyuluh para penyuluh juga semangat melaksanakan kegiatan tersebut. Media massa yang ada pada saat ini pun menjadi faktor pendukung seperti adanya proyektor, lalu sound dan alat-alat bantu yang lainnya menjadi pendukung suksesnya dalam setiap kegiatan penyuluhan, brosur dan papan sebagai tempat informasi juga pendukung agar masyarakat tau tentang info kajian keislaman yang akan diadakan penyuluh. Selanjutnya sarana yang ada di lapangan itu menunjang kesuksesan dalam melakukan penyuluhan. Apabila sarana di lapangan tidak mendukung maka khalayak yang datang akan cepat bosan dalam mengikuti kegiatan tersebut.‟‟9

Dalam melakukan penyuluhan agama, sudah pasti kegiatan tidak berjalan secara lancar pastinya akan ada kendala atau faktor penghambat dalam melakukan penyuluhan di Kecamatan Jagakarsa. Sehingga mempengauhi keaktifan dan

9 Wawancara pribadi dengan Faturrahman selaku Penyuluh Agama Honorer di KUA Kecamatan Jagakarsa, 27 September 2018 pukul 15.40 wib

semangat penyuluh Agama dalam melakukan bimbingan di masyarakat. sebagaimana juga penyuluh berperan untuk mengurangi perilaku menyimpang remaja di Kecamatan Jagakarsa agar terciptanya lingkungan yang baik dan nyaman terhindar dari perilaku anarkis para remaja, sehingga penyuluh mengalami beberapa kendala sehingga menghambat kegiatan bimbingan Agama.

Media sosial juga bisa menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam melakukan penyuluhan di kecamatan jagakarsa. Para remaja sangat aktif di media sosial, berbagai info mudah di dapat dari teman mereka sehingga ketika ada teman sebaya yang mengajak ke perilaku menyimpang seperti nonngkrong bareng di tempat sunyi para remaja langsung berkumpul di tempat itu, dan pada akhirnya munculah perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja.

Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan di jelaskan oleh bapak Nasrullah selaku penyuluh Agama fungsional bahwa:

„‟pendukung dan penghambat ketika penyuluhan berlangsung mah banyak, media sosial lebih mudah mereka lebih cepat dapat inormasi. Di samping itu juga jadi factor penghambat karna saling kejar kejaran. Masyarakat juga sebagai pendukukng otomatis itu juga, penghambatnya ketika mereka aktif dimedia sosial, menyebar ajakan nongkrong, tawuran dan lain-lain anak remaja langsung mudah kumpul’’10

10 Wawancara pribadi dengan bapak nasrullah selaku Penyuluh Agama fungsional di KUA Kecamatan Jagakarsa, 9 September 2018 pukul 14.40 wib

Dengan demikian bahwasanya media sosial bisa menjadi pendukung dan penghambat dalam melakukan penyuluhan, maka media sosial jangan sampai salah memepergunakannya. Itu bisa jadi alat untuk menyebar fitnah dan keburukan atau malah akan menjadi penyebar kebaikan.

Bapak Ahmadiyau selaku penyuluh Agama di kecamatan jagakarsa menjelaskan bahwa pendanaan baik dari pemerintah dan masyarakat yang kurang lancar menjadi penghambat dalam melakukan penyuluhan. Biarpun tidak terlalu terlihat di masyarakat namun materi juga menunjang suksesnya dalam melakukan kegiatan keagamaan. Terbatasnya anggaran ketika menyelenggarakan kegiatan pastinya sarana dan prasarana yang ada di lapangan menjadi terbatas, dan itu berdapak kepada keaktifan khalayak untuk mengikuti kajian keislaman.

Selanjutnya Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan di jelaskan oleh bapak ahmadiyau tajidunisyuja‟I bahwa:

„‟bicara soal kendala ada kaitanya dengan pemerintah dan kementrian. Selama ini kita ketika ingin mengadakan acara, penngajian rutin itu dari anggaraan pribadi, inilah yang menajdi kedala. Anggaran tidak ada, dukungan buat mengatasi perilaku menyimpang remaja juga tidak, akhirnya kita kesulitan di situ. Tapi, Ya masayarakat juga termasuk kendalanya tapi tidak semua dari mereka. Kadang kadang mereka jadi pendukung kadang kadang jadi penghambat.‟‟11

11 Wawancara pribadi dengan ahmadiyau tajidunisuja‟i penyuluh agama fungsional Kelurahan Jagakarsa, 8 januari2019 pukul 10.00 wib

Menurut pandangan peneliti selama melakukan pengamatan untuk kegiatan-kegiatan penyuluhan Agama khususnya penyuluhan untuk remaja seperti pengajian al Qur‟an, kajian keagamaan, rekreasi, hadroh dan sebagainya yang ada di Kecamatan Jagakarsa tidak terlalu mengalami kendala. Dalam menghadapi beberapa perihal yang dapat menghambat jalannya kegiatan penyuluhan Agama di Kecamatan Jagakarsa terkait dengan perwujudan ketentraman warga Jakarta Selatan Khususnya Kecamatan Jagakarsa akibat perilaku menyimpang remaja bapak Abdul Ghoni menjelaskan beberapa solusi yang dapat dilakukan dalam menangani perilaku menyimpang remaja.

Berkaitan dengan hal ini disampaikan dan di jelaskan oleh penyuluh Agama bahwa:

‟‟yang pertama. harus lebih banyak lagi majlis taklim yang mengatur atau menampung para remaja, terus majlis yang ada harus kompak jangan terpecah belah. Masalah waktu diadakan pengajian harapan saya waktu stiap majis jangan seminggu sekali kalau bisa 3-4 kali pertemuan dalam seminggu dan semakin banyak pertemuan semakin banyak pendekatan pada remaja agar di 6 kelurahan yang ada di Kecamatan jagakarsa aktif semua. Banyak pertemuan semakin baik kontrolnya.‟‟12

Dari penjelasan diatas, peneliti dapat melihat bahwa kegiatan penyuluhan Agama yang ada di Kecamatan Jagakarsa dalam menanggulangi perilaku menyimpang remaja mengalami

12 Wawancara pribadi dengan Abdul Ghoni di Kecamatan Jagakarsa, kamis 8 april 2019 pukul 16.00 wib

hambatan dan persoalan, baik dari penyuluh Agama maupun masyarakat, adapun yang perlu di perhatian dari kementrian Agama adalah perlu dibentuk secara langsung sebuah program atau kegiatan berikut dengan pedoman dalam menangani kasus perilaku menyimpang remaja. Karena memang setiap kegiatan penyuluh bersumber dari Kementrian. Kesadaran diri para remaja dan dukungan sosial dari masyarakat juga menjadi tolak ukur suksesnya kegiatan penyuluh Agama, maka Dukungan sosial sangatlah diperlukan agar terciptanya lingkungan yang baik dan teratur.

Selanjutnya media sosial perlu ada pengawasan baik dari orang tua maupun masyarakat di kalangan remaja, karena itu bisa jadi pendukung dan penghambat bagi penyuluhan dalam melakukan kegiatan penyuluhan. Melihat dari ilmu pengetahuan, keterampilan seperti budaya kerja, inisiatif dan kreatif para penyuluh Agama masih berjalan baik begitu pula dengan akhlak, ibadah anak remaja menjadi meningkat ketika sesudah diadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, jiwa sosial mereka mengalami perubahan walaupun tidak meningkat secara derastis. selanjutnya yang perlu di lakukan adalah pendanaan dalam setiap kegiatan-kegiatan apabila ingin diadakannya kegiatan-kegiatan untuk remaja, pendanaan ini melibatkan masyarakat dan bukan hanya pendanaan dari pemerintah saja, ini juga menjadi faktor terhambatkan dalam melakukan setiap kegiatan dalam menangani kasus perilaku menyimpang remaja.

Dengan demikian bahwa faktor pendukung dan penghambat kegiatan penyuluhan Agama terdapat di masyarakat,

dan media sosial. Apabila masyarakat aktif dan mengajak pada remaja ikut dalam kegiatan keagamaan, salah satunya kegiatan akabar remaja. Maka perilaku menyimpang dapat berkurang selanjutnya anggaran pendanaan dari pemerintah dalam setiap kegiatan juga menjadi lancar dan suskesnya setiap agenda yang diadakan penyuluh Agama.

97 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil Analisa penelitian yang telah peneliti lakukan, maka dapat peneliti simpulkan tentang kegiatan-kegiatan penyuluh agama lakukan terhadap perilaku menyimpang remaja di kecamatan Jagakarsa kota Jakarta selatan yaitu bersifat preventif, kuratif dan development (pengembangan). Adapun kegiatan yang bersifat preventif adalah melaksanakan kegiatan penyuluhan agama, PHBI (perayaan hari besar islam), Bimbingan penyuluhan MT (majlis ta’lim) dan Pengajian Al Qur’an. Sedangkan kuratif adalah Kunjungan keluarga (Pendekatan personal) dan berkordinasi dengan tokoh agama, orang tua dan masyarakat untuk selalu mengawasi remaja agar selalu berbuat kebaikan setelah dilakukannya penyuluhan agama, dan development atau pengembangan yang dilakukan adalah Rekreasi remaja dan Hadroh remaja.

B. Impliklasi

Berdasarkan kesimpulan di atas bahwasanya kegiatan-kegiatan penyuluhan agama yang sudah dilaksanakan dalam menanggulangi perilaku menyimpang remaja mampu mengubah anak remaja menjadi lebih baik, mereka mampu memanfaatkan waktu untuk hal positif, biarpun belum secara keseluruhan dari mereka mengalami perubahan. Adapun Perubahan dapat dilihat dari segi

akhlak, perilaku sosial, dan keaktifan anak remaja di suatu acara keagamaan khususnya di acara besar islam, karena salah satu target para penyuluh Agama adalah menanamkan akhlak yang baik di kehidupan sehari-hari, baik akhlak kepada orang lain dan orang tua, karena akhlak adalah kuci keselamatan di mayarakat dan karena akhlak yang baik itu menentramkan hati dan fisik.

C. Saran

Berdasarkan pengamatan pda penelitian yang telah peneliti Analisa, maka terdapat beberapa satan :

1. Menyediakan sarana dan prasarana baik dari kementrian Agama dan dari KUA jagakarsa dalam rangka mengurangi perilaku menyimpang pada remaja.

2. Perlu diperhatikannya dan meningkatkan pengawasan dari orang tua dan masyarakat kepada anak remaja sepulang sekolah, mengajak anak remaja untuk lebih tekun lagi mengikuti kajian keagamaan dan kegiatan-kegiatan lainnya, seperti hadroh, rekreasi remaja dan hari besar islam.

3. Diharapkan kepada penyuluh Agama agar bisa lebih memfokuskan perhatiannya kepada anak remaja, memberikan apa yang di butuhkan remaja yang mampu menunjang remaja untuk berkreasi dalam hal positif di masyarakat

99