• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN PENYULUHAN AGAMA DALAM MENANGGULANGI PERILAKU MENYIMPANG REMAJA (Studi di Kantor Urusan Agama di Kecamatan Jagakarsa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEGIATAN PENYULUHAN AGAMA DALAM MENANGGULANGI PERILAKU MENYIMPANG REMAJA (Studi di Kantor Urusan Agama di Kecamatan Jagakarsa)"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi di Kantor Urusan Agama di Kecamatan Jagakarsa)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk memenuhi persyaratan memperoleh

Gelar Sarjana Sosial ( S.sos )

Disusun Oleh : Amala Firman Akhi NIM: 1113052000057

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2019 M / 1440 H

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

Amala Firman Akhi, NIM: 1113052000057, KEGIATAN

PENYULUHAN AGAMA DALAM MENANGGULANGI

PERILAKU MENYIMPANG REMAJA (Studi di Kantor Urusan Agama di Kecamatan Jagakarsa), di bawah bimbingan Drs. Azwar Chatib, M.Si.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan penyuluh agama sangat menunjang berkurangnya perilaku menyimpang remaja yang ada di kecamatan jagakarsa. Disamping itu adanya penyuluh agama bertujuan untuk mendidik, menunjukan, memberi jalan, atau menuntun remaja kearah tujuan yang bermanfaat bagi banyak orang. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, penyuluh agama menempuh cara-cara khusus yang dilaksanakan dalam meningkatkan akhlak remaja. Berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh penyuluh agama sangat menentukan tercapainya tujuan yang ingin diharapkan, sehingga penelitian kegiatan yang dilakukan penyuluh agama islam merupakan hal yang menarik dan dikaji lebih lanjut.

Penelitian ini bertujuan seperti apa kegiatan-kegiatan penyuluh agama dalam mengatasi perilaku menyimpang di kecamatan Jagakarsa baik yang bersifat preventif, kuratif dan development (pengembangan), faktor pendukung serta penghambat apa saja dalam melaksanakan kegiatan tersebut, dan pedoman kitab apa yang dipakai penyuluh dalam mengatasi perilaku menyimpang remaja. Teori yang digunakan menggunakan teori penyuluhan menurut H.M.Arifin dalam bukunya “Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama’’.

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun desain penelitiannya menggunakan jenis penelitian desain deskriptif yaitu metode yang yang bertujuan mendapat gambaran, lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti.

Berdasarkan hasil dari penelitian, menunjukan bahwa kegiatan-kegiatan penyuluh agama yang bersifat preventif adalah melaksanakan kegiatan penyuluhan agama, PHBI (perayaan hari besar islam), Bimbingan penyuluhan MT (majlis ta’lim) dan Pengajian Al Qur’an. Sedangkan kuratif adalah Kunjungan keluarga (Pendekatan personal), Kordinasi dengan tokoh agama, orang tua dan masyarakat untuk selalu mengawasi remaja agar selalu berbuat kebaikan, dan sifat pengembangan yang dilakukan adalah Rekreasi remaja dan Hadroh remaja.

(6)

iv

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang tanpa limpahan karunia-Nya tidak mungkin penulis bisa menempuh pendidikan sampai Strata Satu (S1). Shalawat serta dalam penulis curah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, kepada para keluarganya, sahabatnya, serta pengikut beliau sampai akhir zaman dan tak lupa kepada kita selaku umatnya.

Dengan selesainya skripsi ini, merupakan suatu kebanggaan yang tak terhingga bagi penulis meskipun dalam penyelesaiannya mendapatkan rintangan, baik dari diri sendiri maupun dari luar, namun berkat kasih sayang-Nya, rintangan tersebut dapat diatasi dengan kesabaran. Dan juga tak lupa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik moril atau materil yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya terkhusus kepada :

1. Suparto, M.Ed, Ph,D selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Napsiyah S.Ag. BSW, MSW selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr.Sihabudin Noor, MA, Selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Cecep Castrawijaya selaku Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ir. Noor Bekti, SE. M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dan Artiarini Puspita Arwan M.Psi selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

v

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi sehingga akhirnya dapat terselesaikannya skripsi ini.

4. Dra. Hj. Mastanah, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik Kelas B Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam angakatan 2013. 5. Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

khusunya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang membuat wawasan penulis terbuka lagi.

6. Kedua orang tuaku yang tercinta, Ayahanda Imam Romli dan Ibunda Umi Chosiatun Munawaroh, Serta seluruh keluarga yang tiada henti selalu memberikan motivasi serta doa dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.

7. Para Penyuluh Agama Baik Honorer atau Fungsional di Kantor KUA Jagakarsa, khususnya bapak A. Nasrullah dan bapak Ahmadiyau Tajuddinisyuja’i S.Th.I, serta yang lainnya yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu tapi tidak mengurangi rasa hormat saya. Terima kasih telah memberikan izin melakukan penelitian dan memberikan data-data yang terikat dengan penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat di sekolah baik sahabat SD, dan sahabat pesantren saya yang selalu mengisi hari-hari penulis diantaranya bang Ali Nurdin, Qoys Zulfaqor. Terima kasih telah memberikan motivasi, semangat dan memberikan nasehat. dan teman-teman seperjuangan

(8)

vi

9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan penulisan.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis nantikan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Ciputat, 13 Agustus 2019 Penulis,

(9)

vii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

G. Metodologi Penelitian ... 8

H. Pedoman Penulisan ... 21

BAB II TINJAUAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 22

B. Landasan Teori ... 25

1. Penyuluh Agama ... 25

2. Perilaku Menyimpang Remaja ... 36

(10)

viii

A. Sejarah Berdirinya KUA Jagakarsa ... 46

B. Struktur Organisasi KUA Jagakarsa ... 47

C. Agama Kecamatan Jagakarsa ... 48

D. Motto KUA Jagakarsa ... 48

E. Fungsi dan Tugas Lembaga ... 48

F. Visi, Misi dan Tujuan Berdirinya Lembaga ... 48

G. Program Penyuluh agama ... 49

H. Kegiatan-kegiatan Penyuluh Agama ... 52

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Identifikasi Penyuluh Agama ... 57

B. Kegiatan Penyuluh Agama bersifat preventif, kuratif dan develpment ... 64

BAB V ANALISIS A. Analisisa Kegiatan Penyuluh Agama Dalam Menanggulangi Perilaku Menyimpang Remaja .... 79

B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dari Pelaksanaan Penyuluhan Agama Terhadap Perilaku Menyimpang Remaja ... 89 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 97 B. Implikasi ... 97 C. Saran … ... 98 DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN

(11)

ix

Tabel 2.1. Kerangka Berfikir ... 42 Tabel 3.2. Struktur Organisasi ... 47 Tabel 3.3. Agama di Kecamatan Jagakarsa ... 48

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Tugas penyuluh agama tidak hanya melaksanakan kegiatan penyuluhan agama saja melainkan seluruh kegiatan penerangan baik berupa keagamaan dan penerangan berbagai program pembangunan. Penyuluh Agama berperan sebagai pembimbing umat dengan rasa tanggung jawab, membawa masyarakat pada kehidupan yang aman dan sejahtera. Penyuluh agama meposisikan dirinya sebagai seorang yang berkewajiban menyampaikan pesan-pesan ajaran agama dan membina masyarakat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi. Penyuluh agama juga sebagai panutan, tempat bertanya dan mengadu bagi masyarakatnya untuk memecahkan dan menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh umat islam.1

Melakukan Penyuluhan merupakan salah satu metode atau pendekatan yang digunakan oleh para ahli kejiwaan dalam membantu klien yang sedang menghadapi problem hidup kejiwaan. Kata penyuluh disini mengandung arti “Penerangan”, maksudnya penyuluh agama memiliki tugas dan kewajiban menerangkan segala sesuatu yang berkaitan dengan agama, hukum halal haram, cara, syarat atau rukun dari suatu ritual

1

(13)

tertentu, seperti pernikahan, zakat, keluarga sakinah, kemasjidan dan lain sebagainya. 2

Ruang lingkup pekerjaan penyuluh agama mencangkup bidang yang cukup luas. Secara umum dikatakan bahwa penyuluh agama “melaksanakan dan mengembangkan kegiatan penyuluhan agama dan pembangunan melalui Bahasa agama‟‟. Dalam urusan disebutkan bahwa penyuluh agama harus bekerja dalam batas-batas wilayah kelompok sasarannya, melakukan pembinaan dan mengembangkan kelompok binaan, serta memberikan konsultasi bidang-bidang terkait dengan keagamaan. 3

Dari sudut pandang bimbingan penyuluhan islam bahwa nilai ajaran islam harus terus berkembang dan menyebar luas di setiap kota bahkan daerah-daerah, jangan sampai masyarakat khususnya kalangan remaja terpengaruh dengan dunia barat yang mampu merusak nilai moral dan akhkak mereka. Nilai-nilai ajaran agama yang baik serta didukung dengan canggihnya teknologi dapat menumbuhkan tindakan yang baik, baik dari segi afektif, konatif dan psikomotorik. Maka bimbingan agama di masyarakat islam sendiri harus terus tertancap dalam ruh masyarakat di setiap individu kususnya di kalangan remaja, agar terciptanya lingkungan yang bermoral.

2 Departemen Agama RI, Pedoman penyuluhan wakaf. 3

H. Bambang Prawono, Pedoman Penyuluhan Pembentukan Kelompok Sasaran Penyuluhan Agama Islam 2002, (Jakarta : Departemen Agama RI , h. 1

(14)

Generasi muda (remaja) merupakan generasi penerus yang akan melanjutlan perjuangan bangsa. Oleh karena itu, masa depan dan maju mundurnya suatu bangsa tergantung dari remajanya. Dengan kata lain apabila generasi mudanya baik, maka suatu negara akan maju dan berkembang. Masa remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, dimana dalam dunia mereka sedang mengalami rasa ego yang amat tinggi yang amat membutuhkan arahan dan bimbingan. Remaja yang memiliki rasa ingin tahu tidak cukup hanya diberikan siraman rohani yang isinya sejumlah dokterin agama yang harus diterima begitu saja, melainkan doktrin-doktrin agama harus ditelaah lebih dalam sehingga generasi muda benar-benar telah mengetahui bahwa mereka harus memilih islam sebagai pedoman hidup.

Namun pada kenyataannya yang saya temui dilapangan adalah remaja di Kelurahan Jagakarsa ini banyak remaja yang masih berprilaku menyimpang. Perilaku menyimpang yang dimaskud adalah mereka melakukan pelanggaran terhadap hukum pidana yang dilakukan oleh seseorang yang belum mencapai usia dewasa. Perilaku tersebut yakni para remaja banyak yang berkumpul dengan tidak adanya tujuan (nongkrong bareng), terjadi kekerasan yang menyebabkan kerugian orang banyak seperti kekerasan fisik, lisan, dan sesksual. Oleh karena itu mereka perlu diberikan kegiatan yang positif untuk mengisi masa remaja dengan baik dengan adanya kegiatan penyuluhan agama yang dilakukan oleh penyuluh agama guna mengurangi perilaku tersebut.

(15)

Persoalan perilaku menyimpang dan kenakalan remaja perlu dapat perhatian perlu di kaji dan diteliti karena menyangkut kesejahteraan masyarakat, ketentraman dalam hidup sosial, kenyamanan dalam lingkungan keluarga, keindahan kebudayaan dan jika di kaji mampu memperbaiki peradaban suatu negara. Karenanya, penting sekali upaya atau kegiatan dalam membina akhlak remaja harus dilakukan seperti melakukan kajian masjid, menyebarluaskan di kalangan remaja beberapa sarana untuk mempeteguh moral dan mental agar dapat terhindar dari dorongan nafsu ingin berbuat jahat, etika budi pekerti, melakukan olahraga tiap minggunya, meningkatkan norma-norma sosial dan

sebagainya. Apabila persoalan ini tidak di perhatikan maka generasi kita

bahkan negarapun akan mundur, terjadi persoalan dan pertentangan dimana-mana, kejahatan merajalela, miras akan tersebar di setiap daerah bahkan kampung, ketentraman akan berkurang karena remaja semena-mena dan berbuat kejahatan di sekitar masyarakat, pergaulan bebas merajalela, hukum islam akan kendor atau tidak penting lagi karena kurangnya remaja yang mengikuti kajian agama, bahkan negara bisa hancur akibat ulah remaja.

Oleh karena itu, berdasarkan pemikiran dan pembahasan di atas cukup menarik untuk menjadi penelitian yang mengenai ‘’Kegiatan Penyuluhan Agama Dalam Menanggulangi Perilaku Menyimpang Remaja (Studi di Kantor Urusan Agama Di Kecamatan Jagakarsa) ‘’.

(16)

B. Identifikasi Masalah

Melakukan bimbingan agama sangatlah baik agar terciptanya moral dan akhlak yang menjadi suatu panutan yang baik untuk masyarakat. maka berbicara kegiatan penyuluh agama menyangkut banyak hal antara lain :

1. Kebijakan pemerintah dalam penyuluhan agama. 2. Sarana dan prasarana penyuluhan agama

3. Dana dan keuangan

4. Wilayah kerja penyuluh agama

5. Objek bimbingan dalam penyuluhan agama 6. Kualitas dan kuantitas

7. Kegiatan penyuluhan C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka batasan masalah dalam penelitian ini “Kegiatan penyuluhan agama dalam menggunakan metode preventif dalam menanggulangi perilaku menyimpang pada remaja”.

D. Rumusan masalah

Dalam penelitian ini peneliti mengambil perumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kegiatan penyuluhan agama dalam menanggulangi perilaku menyimpang pada remaja? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dari

pelaksanaan penyuluhan agama terhadap perilaku menyimpang remaja?

(17)

community reorganization, family reorganization, adjustment emotional and mental disturbance, public responsibility, (reorganisasi masyarakat, reorganisasi keluarga, penyesuaian gangguan emosi dan mental, tanggung jawab publik)

P.O.M.G (peraturan orang tua murid dan guru)

Statiscal, statistical adalah segala perilaku bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau berperilaku yang jarang dan tidak sering di lakukan.

Absolut, definisi perilaku penyimpangan ini berasal dari kaum absolutis ini berangkat dari aturan-aturan sosial yang di anggap sebagai sesuatu yang „‟mutlak‟‟.

Reaktif, Perilaku menyimpang menurut kaum reaktivis bila berkenaan dengan reaksi masyarakat atau agen kontrol sosial terhadap tindakan yang di lakukan seseorang.

Normative, Sudut pandang ini didasarkan atas asumsi, bahwa penyimpangan adalah suatu pelanggaran dari suatu norma sosial.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang akan dicapai adalah :

a. Untuk mengetahui kegiatan penyuluhan agama menanggulangi perilaku menyimpang pada remaja b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat

dari pelaksanaan penyuluhan agama terhadap kenakalan remaja

(18)

1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Secara Teoritis

Memberikan gambaran pelaksanaan tentang pentingnya Pendidikan orang tua, dan lingkungan dalam mencegah terjadinya tindakan kriminal di masyarakat b. Secara Praktis

Bagi pembimbing hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan kepada penyuluh agama di KUA Jagakarsa dalam melakukan tindakan preventif dan persuasive dalam meminimalis tindakan menyimpang remaja. Bagi warga Jakarta Memberikan perubahan yang baik dan membentuk karakteristik yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.

F. Sistematika penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini, secara sistematis penelitiannya di bagi ke dalam tujuh bab, yang terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Peneliti penguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN METODOLOGI PENELITIAN

Peneliti akan dijelaskan tentang landasan teori, kajian pustaka, dan kerangka berfikir.

(19)

BAB III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Peneliti menjelaskan gambaran tentang pendekatan penelitian, jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, tempat penelitian, waktu dan tempat penelitian, Teknik pengumpulan data, dan Teknik keabsahan data.

BAB IV : TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Bagian ini berisi tentang identifikasi penyuluh agama dan kegiatan penyuluh agama bersifat preventif, kuratif dan development.

BAB V : PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang uraian penyajian data dan temuan dalam penelitian.

BAB VI : KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Pada bagian ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, implikasi dan saran yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. G. Metodologi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dari berbagai kasus yang sering terjadi di lingkungan, remaja kerap kali sering melakukan ulah dan perilaku menyimpang, mulai dari tawuran, narkoba, tindakan asusila, nongkrong atau kumpul ramai-ramai tanpa ada tujuan yang jelas dan sebagainya. Tugas penyuluh agama tidak hanya melaksanakan kegiatan penyuluhan agama melainkan seluruh kegiatan penerangan baik berupa bimbingan dan penerangan tentang berbagai program pembangunan dan keagamaan.

(20)

Penyuluh agama islam menyediakan dirinya untuk turut memikirkan dan memecahkan permasalahan yang dihadapi masyarakat, baik persoalan pribadi, keluarga maupun masyarakat secara umum. posisi penyuluh agama disini yang sangat strategis baik untuk menyampaikan misi keagamaan maupun misi sosial. Maka penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah yang terjadi di masyarakat khususnya bagaimana penyuluh agama bisa mengurangi bahkan mengatasi perilaku menyimpang remaja dengan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan positif yang sudah terstruktur oleh para penyuluh agama di kecamatan jagakarsa.

Oleh karena itu peneliti bertujuan dalam penelitian ini adalah agar mengetahui dan memahami tentang apa saja kegiatan penyuluhan agama yang dilakukan penyuluh agama baik fungsional maupun honorer serta keaktifan tokoh agama Kelurahan Jagakarsa dalam menanggulangi perilaku menyimpang dan mengetahui faktor penghambat dan pendukung dari kegiatan terhadap kenakalan remaja.

2. Metode Penelitian

Penelitian akan menggunakan penelitian kualitatif menurut Lodico, Spaulding, dan Voegtle (2006), penelitian kualitatif adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi ke dalam seting pendidikan. Peneliti kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perpektif yang akan dapat di ungkapkan.4.

4 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif „‟Analisis Data‟‟ ( Jakarta :

(21)

Dalam hal ini peneliti bisa langsung dalam melakukan penelitian dan pendekatan kualitatif ini bersifat fleksibel, tidak terlalu rinci, serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik di lapangan.

Adapun desain penelitian yang di gunakan adalah deskriptif yaitu metode yang bertujuan membuat gambaran, lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena diteliti.5 Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian dilakukan semata-mata hanya berdasarkan fakta atau fenomena-fenomena yang secara empiris untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, Lembaga, masyarakat, dan lain-lain).

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mencandra atau mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan obyek tertentu. Penelitian deskriptif ditunjukan untuk memaparkan dan menggambarkan dan memetakan fakta berdasarkan cara pandang atau kerangka berfikir tertentu.( Sumant, 1995;78).6

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan Fenomenologi yang merupakan salah satu model penelitian kualitatif yang di kembangkan oleh seorang ilmuan Eropa

5

Sandjaja dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian,( Jakarta : Prestasi Pustakarya, 2006), h. 110.

6

H. Mahmud. Metode Penelitian Pendidikan, ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2011), h. 100.

(22)

bernama Edmund Hussed pada awal abad ke 20. Model ini berkaitan dengan suatu fenomena. Pada awalnya, Husserl melihat adanya titik temu antara ilmu filsafat dengan ilmu sosial terapan, seperti psikologi, antropologi, dan sosiologi. Menurut Husserl, dalam setiap hal, manusia memiliki pemahaman dan penghayatan terhadap fenomena yang di laluinya dan pemahaman dan penghayatannya tersebut sangat berpengaruh terhadap perilakunya (Giorgi dalam Smith, 2003). Dalam mengembangkan model fenomenologi, Husserl memulainya dengan suatu pertanyaan,‟‟bagaimana suatu obyek dan suatu kejadian muncul bersamaan dan mempengaruhi kesadaran manusia, dan apakah suatu fenomena yang terjadi dapat dipisahkan dari kesadaran manusia? Itulah pertanyaan pertaman yang menggelitik Husserl untuk meneliti dan mengembangkan fenomenologi.

Fenomenologi melihat secara dekat interpretasi individual tentang pengalaman-pengalamannya. Penelitian fenomenologis berusaha memahami makna dari sebuah pengalaman dari perspektif partisipan. Penelitian fenomenologis lebih menfokuskan pada esensi dari pengalaman manusia dan lebih bertumpu pada wawancara sebagai cara yang paling tidak bias untuk memahami apa makna pengalaman bagi partisipan.7

Fenomenologi berusaha untuk mengungkapkan dan mempelajari serta memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang dialami oleh individu hingga tataran „‟keyakinan‟‟ individu yang bersangkutan. Dengan kata lain,

7 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data ( Jakarta : 2012

(23)

penelitian fenomenologi berusaha untuk mencari arti secara psikologis dari suatu pengalaman individu terhadap suatu fenomena melalui penelitian yang mendalam dalam konteks kehidupan sehari-hari obyek yang diteliti, karena inti dari fenomenologi adalah adanya keterkaitan antara subyek, lokasi, fenomena yang dialami.8

Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis penelitian fenomenologi karena peneliti dapat mendeskripsikan tentang pengalaman penyuluh agama, mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lingkungan dan memahami kegiatan penyuluhan agama yang dilakukan dengan rinci tentang subjek penelitian. Setelah Mendeskripsikan pengalaman personal dengan fenomena yang sedang dipelajari tersebut. Peneliti mulai dengan deskripsi utuh tentang pengalamannya dengan fenomena tersebut lalu mengembangkannya dan mengelompokannya menjadi unit informasi yang lebih besar.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Daerah Jakarta Selatan tepatnya di Kecamatan Jagakarsa dan sekitarnya. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini didasari oleh pertimbangan sebagai berikut:

1. Lokasi penelitian tersebut cukup strategis, dan menurut penyuluh Agama di Kecamatan Jagakarsa perilaku menyimpang terjadi setiap harinya, hal itu juga di benarkan oleh waga di Kecamatan jagakarsa dan tokoh Agama di Kecamatan jagakarsa.

8 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk lingkungan

(24)

2. Dan juga Karena banyaknya dampak negatif yang di timbulkan karena ulah para remaja, mulai dari perampokan, tindakan asusila, dan tawuran antar remaja. Waktu penelitian mulai dari awal 5 Oktober 2017 sampai dengan 1 Januari 2019. Dan adapun dana yang dikeluarkan untuk melakukan penelitian ini belum di ketahui di karenakan pemerintah belum memfokuskan anggaran dana dalam mengerjakan program kerja ini.

5. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini peneliti fokus di kegiatan penyuluhan agama yang bersifat pencegahan (preventif), kuratif (penyelesaian), dan development (pengembangan) dalam menanggulangi perilaku menyimpang remaja di kecamatan Jagakarsa kota Jakarta Selatan.

Dalam penelitian kualiatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrument juga harus „‟divalidasi‟‟ seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kulaitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memmasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistik.9

Menurut Sukmadinata, instrument penelitian menurutnya adalah sebuah tes yang memiliki karakteristik mengukur

9 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D,

(25)

informan dengan sejumlah pertanyaan dan pertanyaan dalam penelitian, yang bisa dilakukan dengan membuat garis besar tujuan penelitian dilakukan. (Sugiono 2009), instrument ialah alat bantu yang dipergunakan oleh peneliti dalam mengukur fenomena alam serta sosial yang sesuai dengan variable penelitian. Adapun jenis instrumen penelitian yaitu : quesinoer, wawancara, dokumentasi dan observasi.10

6. Teknik pengumpulan data

Adapun Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu observasi, wawancara telaah dokumen dan :

1. Observasi

Alasan peneliti melakukan pengumpulan data dengan obsevasi Karena cara ini sesuai untuk mengkaji proses dan perilaku menggunakan metode ini berarti menggunakan mata dan telinga sebagai jendela untuk merekam data. Dilihat dari sejauh mana keterlibatan peneliti/pengumpul data dalam event yang di amati, observasi ini di bagi menjadi dua yaitu observasi partisipan dan observasi nonpartisipan.

Dalam penelitian kali ini peneliti menggunakan observasi nonpartisipan, dalam pengamatan ini peneliti tidak berada di dalam atau melakukan keterlibatan dalam kegiatan yang di amati. Dengan kata lain, pengamatan berada di luar kegiatan yang di amati. Sebagian menilai hal ini menyebabkan ketidakalamiahan proses peristiwa atau

10 DosenSosiologi, 5 Instrument Penelitian; Pengertian, jenis dan

contoh, diakses dari http://dosensosiologi.com/5-instrumen-penelitian-pengertian-jenis-dan-contoh-lengkap/ pada tanggal 27 april 2018.

(26)

perilaku orang-orang yang diamati. Mungkin, hanya sedikit menekan dengan memperbanyak kehadiran, yang meningkatkan keterbiasaan orang yang diamati terhadap kehadiran pengamat.11

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tetentu, dan dilakukan oleh dua pihak, yang melibatkan pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan,12 wawancara juga merupakan percakapan dengan maksud tertentu untuk memperoleh data yang mencakup tujuan penelitian. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara yang memberikan jawaban (interview), yang dilakukan langsung (bertatap wajah). 13 peneliti melakukan tanya jawab dengan para penyuluh Agama baik fungsional dan honorer yang terletak di kantor urusan Agama kecamatan Jagakarsa.

3. Dokumentasi

Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang di buat oleh manusia (Esterberg 2002). Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk catatan dalam kertas maupun elektronik. Dokumen dapat berupa buku, artikel media masa, catatan harian,

11Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : CV

ANDI OFFSET, 2014),h.43.

12

Lexy.j.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 135.

13

Lexy.j.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), cet: ke-23 h.186.

(27)

manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foro, dan lain-lain.14

Teknik observasi di gabungkan dengan dokumentasi akan lebih kredibel apabila di dukung dengan foto-foto dan deskripsi peristiwa yang terjadi di lokasi. Penulis menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data atau dokumen yang menunjang terhadap penelitian.

Peneliti menggunakan berbagai cara yang di gunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian. Kita mengenal pengamatan dan dokumen menggunakan alat bantu seperti alat tulis dan kamera, dimana peneliti mengacu pada kemampuan untuk menggali informasi yang terjadi dan daya ingat peneliti.15

Peneliti menggunakan beberapa dokumen dari KUA Jagakrasa, supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan menggambil foto saat kegiatab penyuluhan berlangsung peneliti menggunakan handphone.

7. Teknik analisis data

Bogdan dan Bikler (2007) menyatakan bahwa analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkungkan menyajikan apa yang ditemukan.

14

Samiaji Sarosa, Penelitian Kualitatif ‘’Dasar-Dasar’’, ( Jakarta : PT INDEKS, 2012), h. 61.

15Suwartono, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta : CV

(28)

Teknik pengumpulan data dan analisis data pada prakteknya tidak secara mudah dipisahkan. Kedua kegiatan tersebut berjalan serempak. Analisis data mencangkup kegiatan data, mengorganisasikannya, mencari pola-pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan yang akan dipaparkan kepada pembaca.16

Miles dan hubermen (1992) mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif yaitu : 17

a. Reduksi data (data reduction )

Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan pada hal penting, mencari tema dan polanya. Dalam hal ini peneliti memfokuskan pada jenis kegiatan-kegiatan yang dilakukan penyuluh Agama dalam menanggulangi perilaku menyimpang remaja di Kecamatan Jagakarsa. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data bagi peneliti. Pada reduksi data dilakukan ini mencangkup hasil wawancara, hasil pengumpulan data dari dokumen yang berhubungan dengan fokus penelitian.

b. Paparan data (data display)

Pemaparan data yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan

16 Imam gunawan, metodologi penelitian kualitatif teori dan praktik,

(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), cet ke-1,h.210.

17

Imam gunawan, metodologi penelitian kualitatif teori dan praktik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2013), cet ke-1,h.211-212

(29)

kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Penyajian kesimpulan data pengambilan tindakan. Penyajian data digunakan untuk lebih meningkatkan pemahaman kasis sebagai acuan mengambil tindakan berdasarkan pemahaman dan analisis sajian data. Penyajian data dalam penelitian ini yakni berupa teks deskriptif, dokumentasi berupa foto-foto dan tabel.

c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion draeing/verifying)

Merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif obyek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian. Dalam penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan cara mempelajari berdasarkan data-data yang diperoleh dari temuan dan Analisa penelitian yang kemudian dimasukan kedalam bentuk teori yang digunakan.

Teknik pengumpulan data dan analisis data pada paktiknya tidak secara mudah dipisahkan. Kedua kegiatan tersebut berjalan serempak. Artinya, analisis data memang seharusnya dikerjakan bersamaan dengan pengumpulan data, dan kemudian dilanjutkan setelah pengumpulan data selesai dikerjakan. 18

Adapun yang peneliti lakukan pada analisis di Bab selanjutnya adalah mengolah data baik yang berasal dari pengamatan penyuluh agama, catatan lapangan, gambar atau foto,

18 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (

(30)

dan informasi dari dokumen, kemudian keseluruhannya di telan dan di baca secara mendalam. Karena seluruh bagiannya merupakan potensi yang sama kuatnya dalam menghasilkan sesuatu hal yang dicari baik dari hal kecil pun dapat jadi gagasan tertentu selanjutnya peneliti menganalisa dan mengorganisasikan data, memilah-milah lalu dikelola menjadi satuan data yang tersusun rapi.

8. Uji Validitas Data

Uji validitas bisa di lihat menggunakan teknik triangulasi yakni, Triangulasi yang di pertegas oleh Raharjo (2010) bahwa penelitian selain melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan pengamatan berperan serta, dokumentasi, arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan gambar atau foto dan dengan menggunakan cara tersebut tentunya akan menghasilkan bukti dan data yang berbeda. 19 Dalam hal ini penulis menggunakan sumber lain yaitu kepada warga di sekitar Kecamatan Jagakarsa, penyuluh honorer, da‟I, para warga di Jagakarsa. Lembaga-lembaga, para pengurus masjid yang berperan dalam menanggulangi kenakalan remaja.

Teknis triangulasi lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik. Salah satu cara paling penting dan mudah dalam uji keabshahan data hasil penelitian dengan melakukan triangulasi, triangulasi peneliti, metode, teori,

19

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik ( Jakarta : Bumi Aksara 2013), h. 219.

(31)

dan sumber data. Dalam melakukan penelitian, peneliti lebih memfokuskan menggunakan triangulasi kejujuran peneliti dan triangulasi sumber data.

a. Triangulasi kejujuran penelitian

Cara ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subyektifitas, dan kemampuan merekam data oleh peneliti dilapangan. Perlu diketahui bahwa sebagai manusia peneliti sering kali sadar atau tidak sadar melakukan tindakan yang merusak kejujuran ketka pengumpulan data, melihat kemungkinan ini maka perlu triangulasi terhadap peneliti yaitu dengan meminta bantuan peneliti lain melakukan pengecegahan langsung, wawancara ulang, serta merekam data dilapangan.

b. Triangulasi sumber data

Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan (paton, 1987): satu, membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, dua, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan pribadi, tiga, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi sesuatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang

(32)

diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan terjadi perbedaan (moelong, 2006 : 330, Bardiansyah, 2006:145)20 Sebagaimana data yang didapat dari hasil wawancara dan observasi kepada penyuluh Agama di KUA yang bertepatan di Kecamatan Jagakarsa bahwa program untuk menanggulangi perilaku menyimpang belum di dukung sepenuhnya oleh Pemerintah dan keterbatasan Dana yang di anggaran. Akan tetapi penyuluh agama tetap bekerja sama dengan para ustad dan da‟I setempat untuk meminimalis perilaku menyimpang remaja.

Hal itu sebagaimana dijelaskan oleh masyarakat sekitar dan juga penyuluh agama bahwa langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi perilaku menyimpang remaja yakni melakukan proses sosialisasi dari rumah ke rumah, mengadakan seminar kepemudaan, diskusi keagamaan, dan mengadakan kegiatan positif lainnya.

H. Pedoman penulisan

Dalam penelitian ini peneliti berpedoman dan mengacu kepada keputusan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan nomor 507 Tahun 2017 tentang buku pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi).

20 M Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif komunikasi, ekonomi,

kebijakan public, dan ilmu sosial lainnya, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Grup ), cet ke-5. H. 264-265

(33)

23 A. Kajian Pustaka

Setelah mengadakan tinjauan pustaka, maka peneliti menemukan beberapa skripsi yang berhubungan dengan anak remaja, tetapi peneliti akan memaparkan dari sudut yang berbeda yaitu :

1. Mira Humaira Azalia (109052000008) Peran Bimbingan

Rohani Islam Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang Di Kalangan remaja Di Panti Sosial Marsudi njb Putra Handayani Bambu Apus Jakarta Timur. (Program Studi

Bimbingan Dan Penyuluhan Islam 2014).

Keterangan : teori yang dipakai dalam skripsi tersebuat adalah teori peran, yaitu peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang di masyarakat, peran adalah suatu konsep ikhwal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan peran dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.. Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah untuk mengetahui peran bimbingan rohani dalam mengatasi perilaku menyimpang dikalangan remaja.

2. Nama : Firda Yunita (108052000013) Peran Organisasi

Pemuda Pengajian Miftahul Jannah Dalam Menumbuhkan Sikap Keagamaan Remaja Di kampung

(34)

Jati Parung-Bogor.(skripsi). Program Studi Bimbingan

Dan Penyuluhan Islam 2013.

Keterangan : teori Skripsi tersebut membahas tentang peran, peran adalah harapan-harapan lain pada umumnya tentang perilaku yang pantas dan seyogyanya ditentukan oleh seseorang yang mempunyai peran tertentu. Peran sangat menentukan kelompok sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan perannya yaitu menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat. Masalah yang di bahas dalam skripsi ini adalah pada peran pemuda pengajian miftahul Jannah dalam menumbuhkn keagamaan remaja di kampung jati padang. Perbedaan dalam penelitian ini adalah penelitian ini berfokus pada kelompok remaja saja yang ada di pengajian Miftahul Jannah dan membahas tentang organisasi keagamaan saja.

3. Nama penulis : Muhammad Dhano Purwanto (108052000017) judul: Peran Pembimbing Agama

Dalam Membina Akhlak Remaja Di Rumah Yatim Arrohman Cilandak Jakarta Selatan. Bimbingan Dan

Penyuluhan Islam 2015, Keterangan : Skripsi ini membahas tentang pembinaan akhlak remaja yang di lakukan di rumah Yatim Arrohman yang bertujuan agar mereka terbiasa untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari. Teori yang dipakai dalam skripsi ini adalah teori peran, peran adalah seperangkat harapan yang diinginkan oleh individu yang menempati kedudukan

(35)

sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidak tergantung dari hasil apa yang dikeluarkan dan penilaian masyarakat sekitar. Masalah yang di bahas dalam skripsi ini yaitu membahas tentang akhlak remaja di rumah yatim arrohman, bagamana membina akhlak remaja agar berjalan dengan baik dan memuaskan.

4. Nama : Dede Rosyada

Judul :‟‟ Kebijakan Pengembangan Program Studi

Bimbingan Dan Penyuluhan Islam Berbasis KKNI

Keterangan : SULUH Jurnal Bimbingan Dan Penyuluhan Islam VOL, I. NO. I. Desember 2004

Dari ketika penelitian diatas, penulis menyatakan bahwa hasil penelitian penulis sangat berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu :

a. Subyek penelitian ini adalah fokus meneliti tentang jenis kegiatan penyuluhan Agama. Hal ini berbeda dengan subyek penelitian yang dibahas tinjauan pustaka di atas

b. Lokasi penelitian ini yaitu di jakarta Selatan yang bertempatan di kecataman jagkarsa. Lokasi penelitian berbeda dengan tinjauan pustaka diatas.

c. Masalah dalam penulisan skripsi ini membahas tentang bagaimana cara atau kegiatan apa saja yang dilakukan penyuluh dalam menanggulangi perilaku

(36)

menyimpang remaja. Hal ini berbeda dengan penelitian yang di bahas di tinjauan pustaka.

B. Landasan Teori 1. Penyuluh Agama

Dalam kamus besar Bahasa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyuluh berasal dari kata “suluh” yang artinya barang yang dipakai untuk menerangi (biasa dibuat dari daun kelapa yang kering atau damar) obor. Sedangkan pengertian penyuluh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pemberi penerangan; penunjuk jalan. 1 Secara khusus penyuluh terkait dengan istilah bimbingan yaitu bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling) satu istilah dari cabang disiplin ilmu psikologi. Arti penyuluhan secara khusus ialah proses pemberian bantuan kepada individua atau kelompok dengan menggukan metode psikologi agar yang bersangkutan dapat keluar dari masalahnya dengan kekuatan sendiri, baik bersifat prefentif, kuratif, korektif maupun perkembangan.2

Istilah penyuluh agama disosialisasikan sejak tahun 1985 yaitu dengan adanya keputusan Mentri Agama nomor 791 tahun 1985 tentang honorarium bagi penyuluh agama. Istilah penyuluh agama dipergunakan untuk mengganti istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai

1

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), ed. Ke-t3, h. 110.

2 Isep Zainal Arifin, Bimbingan dan Penyuluhan Islam Perkembangan

(37)

sebelumnya di lingkungan kedinasan Depertement Agama. Definisi lain dari penyuluh merupakan bantuan yang diberikan kepada orang lain dalam memecahkan problema-problema kehidupan yang dihadapinya, sesuai dengan ksituasi dan keadaan klien. Supaya ia memiliki pengertian dan kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya, berdasarkan penentuan dirinya sendiri.3

Penyuluhan (counseling) dapat di bedakan dalam 2 aspek, yaitu aspek proses dan aspek bentuk khusus dari pelayanan bimbingan ( W.S Wingkel S.J.M.Sc., tahun 1981 hlm 25). Aspek proses menitikberatkan pada perubahan-perubahan yang dialami oleh anak selama hubungan penyuluhan itu berlangsung. Berlangsungnya hubungan penyuluhan untuk mencapai perubahan pada diri anak data berlangsung dalam waktu dekat yang relative singkat sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Sedangkan aspek bentuk khusus jenis pelayanan dititikberatkan pada pertemuan antara penyuluh dengan anak, disini bentuk pelayanan bimbingan berupa wawancara penyuluhan

(counseling service).4

Penyuluh agama adalah suatu kegiatan bimbingan atau penyuluh agama dan pembangunan melalui bahasa agama untuk meningkatkan peran serta masyrakat dalam

3 M. Luthfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling)

Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h.10.

4 Umar- Sartono, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung : CV Pustaka

(38)

pembangunan nasional. Selain memberikan penyuluhan, penyuluh agama juga bertugas melayani konsultasi keagamaan bagi masyarakat.5 Menurut Slameto (1989 : 89), penyuluhan merupakan salah satu inti Teknik dari bimbingan. Sering di katakan bahwa penyuluhan merupakan inti atau jantung bimbingan. Penyuluhan terutama digunakan untuk membantu mengatasi masalah-masalah psikologis, sosial, spiritual, dan moral etis. 6 H.M.Arifin dalam bukunya “Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama”. Menerangkan bahwa

Counseling adalah kata kerja dari to counsel yang memiliki

arti memberikan nasihat, atau memberikan anjuran pada orang lain secara berhadapan langsung. 7

a. Materi-materi penyuluhan Agama islam

Materi penyuluhan adalah segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan, baik menyangkut ilmu atau teknologi. Materi yang baik penyuluhan adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran yang menarik karena dapat memperbaiki, dapat meningkatkan pendapatan dan yang terpenting lagi dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran penyuluhan. Menurut Mardikanto (1996) materi pada

5Mimbar Penyuluh, Tentang Penyuluh Agama. Diaskes dari: http://www.mimbarpenyuluh.com/p/blog-page.html/ pada tanggal 5 Maret 2018

6

Umar- Sartono, Bimbingan Dan Penyuluhan. (Bandung : CV Pustaka Setia 2001), h. 15.

7 H.M.Arifin, “Pokok-pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan

(39)

dasarnya dibedakan kedalam (1) materi pokok, yaitu materi yang benr-benar dibutuhkan dan harus diketahui sasaran; (2) materi penting, yaitu materi berisi dasar pemahaman tentang sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan sasaran; (3) materi penunjang, yaitu materi yang masih berkaitan dengan kebutuhan sasaran, namun hanya untuk memperluas cakrawala pengetahuan atau pemahaman tentang kebutuhan yang dirasakan sasaran; (4) materi nubaddzir, yaitu materi yang sebenarnya tidak perlu atau tidak ada kaitanya dengan kebutuhan sasaran, tetapi kadang di bahas.8 Dan menurut H.M Bambang (2003) didalam bukunya Materi

Bimbingan dan Penyuluh bagi Penyuluh materi yang

disampaikan penyuluh agama meliputi: a) Akidah

Dari segi bahasa, kata akidah berarti ikatan atau pengikat. Dalam arti teknis akidah ialah suatu yang mengikat (mempertalikan) antara jiwa makhluk yang diciptakan. Unsur utama dan paling fundamental dari akidah islam ialah kepercayaan kepada keesaan Allah yang mutlak atau disebut juga tauhid. Hal ini diekspresikan dalam kalimat syahadat yang berbunyi Laa ilaaha Illallah yang berarti tiada Tuhan selain Allah. Tiada

8 Sahrul Iman, Peran Penyuluh Agama Dalam Meningkatkan Perilaku

Prososial Masyarakat organic (masyarakat perkotaan) Di Kebayoran Lama Jakarta Selatan 2018, (skripsi program studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta),h. 47

(40)

seorangpun dalam ala mini yang layak untuk disembah manusia dan ditaati kecuali Allah Subhanahu Wataala.

Konsep ketuhanan dalam islam bukanlah hasil dari‟‟pencarian manusia‟‟, tetapi justru datang dari „‟atas‟‟ diajarkan oleh Tuhan sendiri. Tauhid hanya satu dan tidak berubah-ubah untuk seluruh manusia dai masa kemasa, namun dalam kenyataannya sekarang tidak lagi menunjukan kesamaannya seolah-olah agama samawi atau agama semitik itu bukan berasal dari sumber esa.

Abdul A‟la Al maududi dalam bukunya Toward Under standing Islam menyimpulkan ada Sembilan pengaruh akidah dalam muslim yaitu :

1) Menjauhkan manusia dari pandangan yang sempit. 2) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan

tahu harga diri

3) Menumbuhkan sifat rendah hati dan khidmad 4) Membentuk manusia menjadi jujur dan adil

5) Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi persoalan dan situasi

6) Membentuk pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimism

7) Menanamkan sifat kesatria dan semangat berani, tidak gentar menghadapi resiko dan bahkan tifak takut menghadapi kematian.

(41)

9) Membentuk manusia menjadi patuhm taat dan disiplin menjalankan peratutan illahi..9

b) Syariah

Pengertian Syariah dari segi bahasa, kata Syariah berarti jalan. Dalam arti istilah ialah sistem norma illahi atau peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya. Syariah islam yang di bawa oleh Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri. Syariah ini bukan saja menyeluruh atau komprenhensif tetapi juga universal, sebab tidak aka nada Syariah yang akan datang untuk menyempurnakannya.

Syariah islam tidak pernah memerintahkan kecuali kepada hal-hal yang baik, dan tidak pernah melarang kecuali terhadap hal-hal yang buruk dan merugikan, tidak pernah menghalalkan kecuali yang baik dan tidak pernah mengharamkan kecuali buruk dan merusak.

Syariah dan hubungannya dengan akidah dan akhlak dibahas oleh Dr. Wahbah Zuhayly dalam bukunya Al Fiqih Al islami Adillatuh, sebagaiana berikut:‟‟pada dasarnya, pengaturan urusan kehidupan dan hubungan sosial manusia tidak akan benar menurut timbangan neraca keadilan Tuhan dan logika manusia, apabila tidak disertai dengan akhidah yang benar,

9 H.M Bambang, Materi Bimbingan dan Penyuluh bagi Penyuluh

(42)

akhlak yang kukuh dan prinsip serta hukum-hukum islam yang komperhensif yang dapat mengatur seorang baik dalam keadaan tersembunyi maupun terang-terangan, keluarga, masyarakat luas yang teratur dibawah kekuasaan negara‟‟.

Ruang lingkup pembahasan Syariah dalam garis besarnya adalah mencangkup ibadah dalam arti khas yaitu Thaharah, shalat puasa, zakat, dan haji, dan muamalah yang ditutunkan untuk menjadi aturan main manusia dalam kehidupan sosial. Karakteristik muamalah, pada aspek tertentu hanya dasar-dasarnya saja yang diberikan, tetapi pada aspek lain ditetapkan pengaturannya secara rinci dalam Al Qur‟an dan sunnah.10

c) Akhlak

Dari segi bahasa, kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluq yang berarti buatan dan sangkit pautnya dengan kata Khaliq (pencipta) dan makhluk. Khuluk mengandung rumusan pengertian yaitu sifat yang senantiasa nampak pada tingkah laku dan telah menjadi tabiat manusia. Filosof muslim Imam Al Ghazali dalam Ihya‟ ulumuddin (juz III/52) memberikan definisi tentang akhlak sebagai berikut: „‟bawaan sifat jiwa yang mengendap didalamnya yang mendorong atau melahirkan perbuatan-perbuatan tanpa

10 H.M Bambang, Materi Bimbingan dan Penyuluh bagi Penyuluh

(43)

disengaja, jika perbuatan-perbuatan yang lahir itu baik maka orangnya dinamakan berakhlak mulia. Tetapi jika perbuatan yang lahir itu buruk menurut pandangan umum yang sehat maka orangnya dinamakan beakhlak buruk.

Dalam islam, masalah akibat akhlak merupakan hal yang sangat fundamental, bahkan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallama menyederhanakan seluruh tugas risalahnya sebagai tugas penyempurna akhlak manusia yakni untuk menanamkan dasar-dasar budi pekerti dan perbuatan moralitas. Beberapa contoh akhlakul karimah :

a) Berkhidmat kepada kedua ibu-bapak b) Jujur

c) Menjauhi hasad atau dengki d) Menepati janji

e) Sifat malu f) Suka memaafkan

g) Menjauhi prasangka, gunjing, dan adudomba h) Amar ma‟ruf nahi munkar

i) Menghormati tamu j) Mengunjungi orang sakit k) Menyebarkan salam

l) Berlaku adil dan berbuat ikhsan b. Efektifitas penyuluhan

Di dalam membahas faktor pendukung efektifitas penyuluhan maka akan dibahas banyak unsur-unsur yang

(44)

sangat berperanan dalam tercapainya efektifitas suatu penyuluhan. Diantaranya faktor-faktor tersebut, tertarik atau metode penyuluhan adalah salah satu faktor penting dalam penyuluhan.

1. Metode penyuluhan

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1996) pilihan seseorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik sangat bergantung kepada tujuan yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai penggolongan metode ada tiga:

a. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode perorangan menurut Kartasaputra (1994), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasarn dapat langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1996), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah yang paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya. b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok, metode pendekatan kelompok atau

group approach manurut kartasaputra (1994)

cukup efektif, dikarenakan petani dan peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk

(45)

melalukan kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama.

c. Metode berdasarkan pendekatan masasal

Metode meassal, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak, dipandang dari segi penyampaian informasi metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Termasuk dalam metode pendekatan massal adalah rapat umum, siaran radio, kmpanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder, surat kabar dan sebagainya.11

2. Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang dimaksud disini adalah alat bantu penyuluhan, yang dalam perannya berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dengan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Menurut Mardikanto (1993) media adalah alat atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba, atau diraskan oleh indra manusia yang berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh guna membantu proses belajar sasaran agar materi penyuluhan mudah diterima

11 Sahrul Iman, Peran Penyuluh Agama Dalam Meningkatkan Perilaku

Prososial Masyarakat organic (masyarakat perkotaan) Di Kebayoran Lama Jakarta Selatan 2018, (skripsi program studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta),h. 45

(46)

dan dipahami. Media penyuluhan dapat dibagi menjadi empat macam:

a. Benda seperti sampel, model, eksperimen.

b. Barang cetakan seperti panflet, leaflet, folder, brosur.

c. Gambar yang diproyeksikan seperti poster,

flipboard, flannelgraph, tranfarency, sheet, slide, movie, video, dan televisi.12

c. Sifat-sifat dalam melakukan Penyuluhan

Dalam melakukan pemberian penyuluhan pasti ada proses penampakan hal-hal atau kesulitan yang di hadapi penyuluh, dengan kata lain pemberian bantuan itu dapat dilakukan sebelum ada kesulitan, maka dalam rentangan itu dikenal dengan sifat-sifat bimbingan, yaitu pencegahan (preventive), pengembangan (development), penyembuhan (curative), dan pemeliharaan (treatmen) :

1. Pencegahan : yaitu pemberian bantuan terutama kepada klien sebelum klien tersebut mengalami persoalan serius. Seperti pencegahan pengaruh-pengaruh apa yang mempengaruh-pengaruhi dia sehingga dia melakukan hal buruk, melihat lingkungan dia dan sebagainya.

12 Sahrul Iman, Peran Penyuluh Agama Dalam Meningkatkan Perilaku

Prososial Masyarakat organic (masyarakat perkotaan) Di Kebayoran Lama Jakarta Selatan 2018, (skripsi program studi Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta),h. 46

(47)

2. Sifat pengembangan : usaha bantuan yang diberikan kepada klien dengan mengiringi perkembangan mentalnya; terutama untuk memantapkan jalan berfikir dan tindakan klien sehingga klien dapat berkembang secara optimal.

3. Sifat penyembuhan : yaitu usaha bantuan yang diberikan kepada klien selama atau setelah murid mengalami persoalan serius, dengan maksud utama agar klien yang bersangkutan terbebas dari kesulitannya itu.

4. Sifat pemeliharaan : usaha bantuan yang dimaksud terutama untuk memupuk dan mempertahankan kesehatan mental klien setelah mengalami proses penyembuhan agar klien yang bersangkutan bertahan kesembuhan dan tidak mengalami kesulitan serius dan dilakukan setelah seseorang menjalani proses penyembuhan.13

2. Perilaku menyimpang remaja a. Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang itu adalah perilaku dari para warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, taat aturan atau norma sosial yang berlaku. Secara sederhana kita memang dapat mengatakan, bahwa seseorang berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat perilaku atau tindakan

13 H.M Umar & Sartono, Bimbingan dan Penyluhan, (Bandung: CV

(48)

tersebut di luar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai-nilai, atau norma sosial yang berlaku. Tindakan menyimpang yang dilakukan orang-orang tidak selalu berupa tindakan kejahatan besar, seperti merampok, korupsi, menganiyaya, atau membunuh. Melainkan bisa pula Cuma berupa tindakan pelanggaran kecil-kecilan, semacam berkelahi dengan teman, suka meludah sembarangan tempat, berpacaran hingga larut malam, makan dengan tangan kiri dan sebagainya. 14

Batasan remaja menurut WHO Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Maka, secara lengkap definisi tersebut tersembunyi sebagai berikut. Remaja adalah bersembunyi sebagai berikut :

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa 3) Terjadi peralihan dan ketergantungan sosial

ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

14 Narkowo dwi – Suyanto Bagong, SOSIOLOGI Teks Pengantar &

(49)

Selanjutnya, WHO menyatakan walaupun definisi di atas terutama di dasarkan pada usia kesuburan wanita, Batasan tersebut berlaku juga pada remaja pria. WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Dalam hal ini, perserikatan bangsa-bangsa sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda. Berkaitan dengan keputusan ini, mereka menetapkan tahun 1995 sebagai tahun pemuda internasional (Sanderowitz & Paxman 1985; Hanifah 2000).15

b. Empat Definisi Tentang Perilaku Menyimpang Definisi tentang perilaku menyimpang yang di kemukakan di sini adalah hasil rumusan para ahli yang telah melakukan studinya di berbagai kelompok masyarakat (Clinard & Meier, 1989 :4-7). Pertama, secara statistical definisi adalah salah satu paling umum dalam pembicaraan awam. Adapun yang di masksud dengan penyimpangan secara statistical adalah segala perilaku bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau berperilaku yang jarang dan tidak sering di lakukan.

Kedua, secara absolut definisi perilaku penyimpangan ini berasal dari kaum absolutis ini berangkat dari aturan-aturan sosial yang di angga sebagai sesuatu yang „‟mutlak‟‟ atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dulu, serta berlaku tanpa kecuali, untuk semua

15 Sarwono Wirawan Sarlito, Psikologi Remaja (Jakarta : PT

(50)

warga msyarakat. Kelompok absolutis berasumsi bahwa, aturan dasar dari suatu masyarakat adalah jelas dan anggota-anggotanya harus menyetujui tentang apa yang di sebut sebagai menyimpang dan bukan.

Ketiga, secara reaktif. Perilaku menyimpang menurut

kaum reaktivis bila berkenaan dengan reaksi masyarakat atau agen kontrol sosial terhadap tindakan yang di lakukan seseorang. Artinya, apabila ada reaksi dari masyarakat atau agen kontrol sosial dan kemudian mereka memberi cap atau tanda terhadap si pelaku maka perilaku itu telah di beri cap menyimpang, demikian pula si pelaku juga di katakana menyimpang.

Keempat, secara normative. Sudut pandang ini

didasarkan atas asumsi, bahwa penyimpangan adalah suatu peanggaran sari suatu norma sosial. Norma dalam hal ini adalah suatu standar tentang‟‟apa yang seharusnya atau tidak seharusnya dipikirkan, dikatakan, atau dilakukan oleh warga amsyarakat pada suatu keadaan tertentu‟‟. Pelanggaran-pelanggaran terhadap norma, sering kali diberi sangsi oleh penonton sosialnya.16

c. Perilaku Menyimpang Pada Remaja

Salah satu upaya untuk mendefinisikan penyimpangan perilaku remaja dalam arti kenakalan anak dilakukan oleh M. Gold dan J. Pertonio (Weiner, 1980, hlm. 497) sebagai berikut :

16 Narkowo dwi – Suyanto Bagong, SOSIOLOGI Teks Pengantar &

(51)

„‟Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman‟‟

Dalam definisi tersebut di atas bahwa yang penting adalah unsur pelanggaran hukum dan kesengajaan serta kesadaran anak itu sendiri tentang konsekuensi dari pelanggaran itu. Oleh karena itu, merokok menurut definisi tersebut bukanlah kenakalan selama tidak ada undang-undang yang melarang anak di bawah umur untuk merokok. Kalau definisi ini digunakan, maka yang termasuk kenakalan remaja menjadi sangat terbatas. Secara keseluruhan, semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan yang berlaku di masyarakat (norma, agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga) dapat disebut sebagai perilaku menyimpang. Tetapi jika penyimpangan itu terjadi terhadap norma hukum pidana barulah disebut kenakalan.17

Kenakalan : kenakalan remaja sering disebut juga dengan istilah juvenile delinquent. Dalam buku criminal behavior juvenile delinquent didefinisikan kenakalan adalah perilaku pelanggarran terhadap hukum pidana yang dilakukan oleh seseorang yang belum mencapai usia dewasa (bartol & bartol 2008:26), adapun Penyimpangan :

17 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja. (Jakarta : PT

(52)

pengertian penyimpangan (tingkah laku menyimpang) dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan norma-norma yang ada di dalam masyarakat.18

Jadi dari paparan diatas tentang perilaku menyimpang menurut peneliti adalah perilaku menyimpang bukan berarti perilaku yang tidak sesuai norma saja, namun bisa berarti seperti pergaualan yang bebas, berkelahi dengan teman dan sebagainya. Sehingga para remaja yang melakukan perilaku menyimpang tersebut pun mendapatkan label atau julukan dari masyarakat bahwa hal yang mereka lakukan itu adalah perilaku menyimpang.

18 Amrizal siagian, pengantar studi kriminologi perkembangan

(53)

C. Kerangka Berfikir

Tabel 1

Kegiatan Penyuluhan Agama dalam mengatasi perilaku menyimpang remaja.

Dari kerangka berfikir diatas dapat kita lihat bahwa fungsi dari penyuluh agama dalam mengatasi perilaku menyimpang remaja di kecamatan jagakarsa terdapat yang bersifat preventif, kuratif, dan development (pengembangan). Upaya preventif yang dilakukan penyuluh agama dalam mengatasi perilaku

Penyuluhan Agama Preventif (pencegahan) Development (pengembangan) Kuratif (penyelesaian)  Penyuluhan agama  Perayaan hari besar islam (PHBI)  Penyuluhan di Majlis Ta‟lim  Pengajian Al Qur‟an  Kunjungan keluarga (Pendekatan personal)  Kordinasi dengan tokoh agama, guru sekolah, orang tua dan masyarakat

 Rekreasi remaja  Hadroh remaja.

(54)

menyimpang remaja adalah PHBI (perayaan hari besar islam), Bimbingan penyuluhan MT (majlis ta‟lim), dan Pengajian Al Qur‟an.

Perayaan hari besar islam merupakan perayaan yang sangat di tunggu-tunggu ummat islam di dunia dan di senangi apabila hari besar islam itu tiba, seperti perayaan taun baru hijriah, isra mi‟raj, idhul fitri dan sebagainya. Pearayaan hari besar islam ini mengajak masyarakat baik remaja dan orang tua untuk hadir memeriahkan hari besar islam karena di dalamnya di isi dengan kajian keagamaan dan ceramah dari tokoh agama untuk meningkatkan kualitas keimanan ummat muslim. Adapun bimbingan majlis ta‟lim adalah anak remaja diajarkan di dalam majlis‟majlis di kecamatan Jagakarsa berbagai ilmu agama islam seperti berbakti kepada orang tua, tauhid, Syariah, dan berbagai ilmu lainnya. Agar tumbuh di dalam jiwa mereka ketaqwaan yaitu sikap sadar penuh bahwa Allah selalu mengawasi manusia. Kemudian manusia berusaha berbuat hanya sesuatu yang di RidhoiNya, dengan menjauhi atau menjaga diri sesuatu yang tidak diridhoiNya. Taqwa inilah yang mendasari budi pekerti luhur (akhlakul karimah).

Adapun pengajian Al Qur‟an adalah mengajarkan anak remaja ilmu-ilmu tentang Al Qur‟an seperti ilmu tajwid, irama-irama dan hafalan Al Qur‟an, disisi lain Al Qur‟an menekankan bahwa setiap orang hendaknya melakukan perbuatan baik. Seperti tidak masuk ke rumah orang tanpa izin, jika bertemu mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan baik, tidak mengucilkan orang lain, tidak berprasangka buruk

(55)

tanpa alasan, mempunyai rasa tawadhu (rendah hati), saling menghormati dan daling menghargai orang lain.

Kegiatan atau sifat-sifat yang dilakukan penyuluh agama selanjutnya dalam mengatasi perilaku menyimpang adalah kuratif (penyelesaian) adalah Kunjungan keluarga (Pendekatan personal), dan Kordinasi dengan tokoh agama, orang tua dan masyarakat dalam mengatasi perilaku menyimpang remaja. Yang di maksud kunjungan keluarga adalah penyuluh agama melakukan kunjungan dari rumah ke rumah yang di dalam keluarga tersebut mengalami masalah baik sosial dan agama, karena penyuluh agama di anjurkan bisa menyelesaikan berbagai semua aspek masalah yang dialami masyarakat, dan apabila terdapat masyarakat yang mengalami masalah ketika penyuluh agama sedang melakukan penyuluhan, penyuluh bisa langusng melakukan bimbingan agama perorangan di tempat tersebut agar masalah yang di alami masyarakat dapat terselesaikan secara cepat dan baik.

Adapun yang dimaksud kordinasi dengan lembaga sosial, pemerintah, orang tua, masyarakat dan tokoh agama agar penyuluhan yang di lakukan penyuluh agama kepada remaja diterapkan di masyarakat, dan penyuluh agama tidak mungkin bisa mengawasi anak-anak remaja secara maksimal, maka dari itu dukungan sosial dari berbagai pihak sangat penting. Terutama orang tua karena anak remaja banyak menghabiskan waktu dirumah, dan dari sanalah akhlak remaja menjadi masa depan yang baik.

Gambar

Tabel  2.1.  Kerangka Berfikir ................................................   42  Tabel  3.2
Tabel 2  Struktur Organisasi

Referensi

Dokumen terkait

J2ME dirancang untuk dapat menjalankan program Java pada perangkat-perangkat semacam handphone dan PDA, yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan sebuah

Pada gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam dan semakin kuat jenis asam yang digunakan mengakibatkan kadar air gelatin dari tulang ikan

Karya tulis ilmiah berupa skripsi dengan judul “Studi Preparasi Karbon Termodifikasi Kimia dari Cangkang Kelapa Sawit (Palm Kernel Shell) Untuk Menyerap

Perguruan tinggi merupakan salah satu institusi non-finansial yang bukan hanya berfungsi sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan dan menghasilkan orang-orang

Pengguna hak pilih dalam Daftar Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb)/pengguna KTP atau identitas lain atau paspor1. Jumlah seluruh pengguna Hak

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peramalan adalah proses atau metode dalam meramalkan suatu peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan

4.2 Analisis Pengaruh Kinerja Bauran Pemasaran Jasa dan Kerelasian Pelanggan Terhadap Nilai Jasa Pendidikan Dan Citra Perguruan Tinggi Swasta Serta Implikasinya Pada