• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakan Hukum

Dalam dokumen ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM (Halaman 133-138)

BAB VII KODE ETIK DALAM PENEGAKAN HUKUM

B. Penegakan Hukum

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum

denda, pencabutan hak tertentu, pidana penjara dalam jangka waktu tertentu, atau penjara seumur hidup, bahkan pidana mati.

Disinilah letak keunggulan hukum positif buatan penguasa. Tentu saja pembebanan sanksi hanya dapat dilakukan oleh pejabat yang berwenang terhadap pelanggaran hukum positif.

Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa hukum positif buatan penguasa (pembentuk undang-undang) merupakan:

a. realisasi hukum kodrat yang dilengkapi dengan sanksi

b. penjelmaan kehendak penguasa yang bertujuan agar anggota masyarakat atau warga negara menjadi baik.

c. kehendak penguasa yang jujur dengan menciptakan hukum positif yang baik (adil), atau sebaliknya kehendak penguasa yang zalim dengan menciptakan hukum yang tidak baik (tidak adil).

d. bentuk ketaatan warga negara pada penguasa yang baik, se-hingga warga terbiasa berbuat baik, atau karena takut ancaman sanksi yang keras sebagai ciri khas hukum positif buatan penguasa.

e. keseimbangan antara keadilan, daya guna, dan kepastian hukum.

[ 118 ] Dr. Fithriatus Shalihah, S.H., M.H.

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum

b. Pembebanan kewajiban tertentu (ganti kerugian, denda):

c. Penyisihan atau pengucilan (pencabutan hak-hak tertentu);

d. Pengenaan sanksi badan (pidana penjara, pidana mati).

Dalam pelaksanaan tugas penegakan hukum, penegak hukum wajib menaati norma-norma yang telah ditetapkan.

Notohamidjojo mengemukakan empat norma yang penting dalam penegakan hukum, yaitu: kemanusiaan, keadilan, kepatutan, dan kejujuran.

Kemanusiaan

Norma kemanusiaan menuntut agar dalam penegakan hukum manusia senantiasa diperlakukan sebagai manusia yang memiliki keluhuran pribadi. Di hadapan hukum, manusia harus dimanusiakan. Artinya dalam penegakan hukum manusia harus dihormati sebagai pribadidan sekaligus sebagai makhluk sosial.

Martabat manusia yang terkandung di dalam hak-hak manusia menjadi prinsip dasar hukum yaitu dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Manusia menurut kodratnya adalah baik, namun kondisi hidup yangkadangkala memaksa manusia berbuat jahat justru untuk mempertahankan kodratnya itu. Untuk mempertahankan hidup, makadia mencuri hak orang lain walaupun dia sadar bahwa mencuri itu dilarang oleh hukum positif. Menurut per-kem bangannya, daripada mati kelaparan lebih baik bertahan hidup dengan barang curian, dan hidup adalah hak asasi yang wajib dipertahankan. Oleh karena itu, manusia yang diancam sanksi dalam rangka penegakan kembali hukum positif yang telah dilanggarnya tetap diperlakukan sebagai manusia, yang wajib dihormati hak-hak asasinya.

Keadilan

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum

Menurut Thomas Aquinas, keadilan adalah kebiasaan untuk memberikan kepada orang lain apa yang menjadi haknya berdasarkan kebebasan kehendak. Kebebasan kehendak itu ada pada setiap manusia. Hak dan keadilan mempunyai hubungan yang sangat erat. Adanya hak mendahului adanya keadilan. Hak yang dimiliki setiap manusia melekat pada kodrat manusia itu sendiri, bukan semata-mata berasal dari luar diri manusia. Jadi, adanya hak itu dapat diketahui dari dua sisi. Pada satu sisi hak itu melekat pada diri karena kodrat manusia sedangkan pada sisi lain hak itu merupakan akibat hubungan dengan pihak lain melalui kontrak/keputusan hukum. Hak karena kodrat bersifat mutlak, sedangkan hak karena kontrak/keputusan hukum bersifat relatif.

Hak pada sisi pertama sering disebut hak kodrat yang berasal dari hukum kodrat (ius naturale). Hak padasisi lainnya disebut hak kontrak yang berasal dari hukum positif. Thomas Aquinas menyatakan bahwa segala sesuatu yang bertentangan dengan hak kodrat selalu dianggap tidak adil. Manusia mempunyai hak kodrat yang berasal dari Tuhan, tetapi juga mempunyai kewajiban kodrat terhadap hak orang lain. Apabila hak kodrat itu dijelmakan ke dalam hukum positif, maka segala sesuatu yang bertentangan dengan hukum positif selalu dianggap tidakadil.

Keadilan merupakan salah satu bentuk kebaikan yang menuntun manusia dalam berhubungan sesama manusia. Seorang hakim dapat disebut adil apabila memberi saksi kepada orang yang diketahuinya melanggar hukum, atau membantu seseorang untuk memperoleh apa yang menjadi haknya melalui keputusan yang dibuatnya. Hakim yang baik adalah hakim yang memenuhi tuntutan keadilan, baik secara hukum maupun secara moral.

Keadilan juga dapat dalam bentuk kewajiban, sebagai hutang yang harus dibayar kepada orang lain. Sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan berfungsi sebagai pembayaran kembali untuk memulihkan pelanggaran pidana yang telah dilakukannya.

[ 120 ] Dr. Fithriatus Shalihah, S.H., M.H.

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum

Sanksi pidana berfungsi memulihkan keadaan yang telah dirusak oleh pelaku kejahatan. JohnKaplan seperti dikutip oleh Muladi dan Barda Nawawi (1984) menyatakan, pemidanaan mengandung arti bahwa hutang penjahat telah dibayar kembali. Thomas Aquinas me nyatakan bahwa keadilan menyadarkan masyarakat atau negara bilamana hak dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat diabaikan.

Kepatutan (equity)

Pada dasarnya kepatutan merupakan suatu koreksi terhadap keadilan legal. Keadilan legal adalah keadilan yang menertibkan hubungan antara individu dan masyarakat atau negara. Yang diperlukan oleh manusia adalah koreksi atau perhatian khusus terhadap dirinya. Kepatutan memperhatikan dan mem perhitungkan situasi dan keadaan manusia individual dalam penerapan keadilan. Kepatutan merupakan kebaikan yang menggerakkan manusia untuk berbuat secara rasional dalam menggunakan keadilan. Kepatutan menyingkirkan kekerasan dan kekejaman hukum terutama dalam situasi dan kondisi khusus.

Dengan menggunakan kepatutan, hubungan yang meruncing antara sesama manusia dikembalikan kepada proporsi yang sewajarnya. Sebagai contoh penggunaan kepatutan, dapat ditelaah yurisprudensi penyalahgunaan hak (misbruik van recht).

Apabila kepatutan dihubungkan dengan hukum positif, maka menurut Notohamidjojo pemerintah wajib membuat undang-undang yang baik, dan wajib memeliharanya dengan baik pula. Sedangkan warga negara wajib menaati undang-undang yang baik itu, dan hakim dalam penerapannya perlu memperhitungkan kepatutan. Artinya hakim harus memperhitungkan situasi dan kondisi pelanggar hukum juga dalam mengejar keadilan. Dengan demikian, dapat dikatakan walaupun berada di luar undang-undang, kepatutan itu berfungsi meluruskan dan melengkapi sifat umum undang-undang.

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum

Sumaryono menjelaskan, hukum pada hakikatnya ber-laku umum/universal, namun dalam realitas hidup manusia banyak hal yang tidak mungkin disebut dengan istilah yang bersifat universal. Oleh karena itu, dalam kasus tertentu tidak mungkin digunakan istilah tersebut secara tepat atau persis sama pengertiannya, misalnya istilah “hukum perdata”tidak persis sama dengan pengertian istilah civil law atau civil code. Hukum menangani kasus-kasus menurut garis besarnya, yaitu dengan cara meluruskan atau menemukan kembali apa yang hilang atau rusak dari apa yang seharusnya terlaksana. Pada dasarnya hukum berlaku untuk mengoreksi penyebab. Putusnya benang merah yang terdapat dalam hubungan antara sollen dan sein atau antara apa yang seharusnya dan apa yang senyatanya terjadi dalam kehidupan manusia. Kesalahan bukan pada hukum atau pembuat undang-undang melainkan pada hakikat kasus yang ada, yaitu materi perbuatan. Oleh karena itu, dalam situasi hukum berlaku umum/universal, sering terdapat kasus yang terjadi di luar rumusan hukum umum itu. Jika demikian, perlu ada pelurusan hukum (rektifikasi) melalui asas kepatutan.

Kejujuran

Penegak hukum harus jujur dalam menegakkan hukum atau melayani pencari keadilan dan menjauhkan diri dari per-buatan curang. Kejujuran berkaitan dengan kebenaran, keadilan, kepatutan yang semuanya itu menyatakan sikap bersih dan ketulusan pribadi seseorang yang sadar akan pengendalian diri terhadap apa yang seharusnya tidak boleh dilakukan. Kejujuran mengarahkan penegak hukum agar bertindak benar, adil, dan adanya sesuai dengan kebenaran akal (ratio) dan kebenaran hati nurani. Benar menurut akal, baik menurut hati nurani. Benar menurut akal diterima oleh hati nurani.

[ 122 ] Dr. Fithriatus Shalihah, S.H., M.H.

Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum

Kejujuran adalah salah satu segi kebaikan. Segi lain dari kebaikanadalah benar, patut, senonoh, sopan, beradab, taat, yang mengarahkan perilaku manusia menuju kepada pelaksanaan dan penegakan hukum. Pelaksanaan dan penegakan hukum itu dapat dijelmakan dalam berbagai perbuatan yang mengandung sifat-sifat itu tadi. Semua perbuatan yang menyatakan ketaatan atau kepatuhan pada hukum adalah baik dalam arti benar, patut, senonoh, sopan, beradab dan jujur.

Penegak hukum yang jujur melaksanakan hukum sebagai-mana mestinya, dan itu menurut pertimbangannya adalah baik.

Kejujuranya itu dibuktikan oleh:

1. Perbuatannya rasional (benar);

2. Pelayanan terhadap pencari keadilan manusiawi (beradab);

3. Bicaranya lemah lembut dan ramah (sopan);

4. Wanita diperlakukan secara wajar (senonoh);

5. Pertimbangan berdasarkan hukum dan fakta (patut).

Bagi penegak hukum, jujur merupakan sikap batin yang mengarahkan perilaku kepadakebaikan, mampu mengendalikan diridari segala macam godaan, menghindarkan diri dari perbuatan ter cela, menjadi penopang disiplin diri untuk bekerja menurut ke tentuan hukum sebagaimana mestinya. Penegak hukum yang jujur akan bekerja dengan penuh tanggung jawab, bebas dari pengaruh atau tekanan dari pihak manapun, dan tidak mudah goyah dengan segala macam godaan.

Dalam dokumen ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB PROFESI HUKUM (Halaman 133-138)

Dokumen terkait