BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data a. Pra Penelitian
Pada tanggal 11 Mei 2022 peneliti berkunjung ke SMA Negeri 1 Parepare membawa pengantar surat dari Dinas Pendidikan wilayah V Provinsi Sulawesi Selatan untuk permohon izin agar diperbolehkan melakukan penelitian di sekolah tersebut. Setibanya di SMA Negeri 1 Parepare, peneliti diterima dengan baik oleh bapak ER (kode inisial kepala sekolah SMA Negeri 1 Parepare). Setelah peneliti menyampaikan maksud dan tujuannya kepada kepala sekolah, beliau memberikan izin dan menyatakan tidak keberatan serta menyambut niat baik peneliti untuk pertama kalinya melaksanakan penelitian mengenai ―defragmenting struktur berpikir pemecahan masalah melalui pemetaan kognitif berbasis teori polya pada soal PISA‖
di sekolah tersebut. Selanjutnya beliau meminta agar nanti apabila telah selesai melakukan penelitian, peneliti memberikan sebagian laporan hasil penelitiannya agar kedepannya dapat dijadikan bahan evaluasi dan masukan dari pihak sekolah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Setelah mendapat kepastian dari kepala sekolah SMA Negeri 1 Parepare, melalui arahan wakil kepala sekolah bagian akademik mendisposisikan arahannya untuk mempertemukan peneliti dengan bapak HA (kode inisial wali kelas X MIPA 6) dan ibu SU (kode inisial salah satu guru matematika di SMA Negeri 1 Parepare).
Dalam pertemuan tersebut peneliti menjelaskan secara substansial maksud dan proses penelitian yang akan dilakukan disekolahnya.
Dalam pembicaraannya peneliti menjelaskan tehnis penelitian yang akan dilakukan. Peneliti menjelaskan bahwa akan dilakukan uji coba tes soal PISA Matematika sebanyak 5 nomor kepada siswa dalam satu kali pertemuan. Selanjutnya akan diadakan pula wawancara serta pembimbingan melalui tehnik defragmenting
setelah tes tersebut yang dilaksanakan diluar pertemuan jam pelajaran, sehingga tidak menggangu kegiatan pembelajaran siswa dikelas.
Dalam pembicaraannya guru menyarankan untuk wawancara dan pembimbingan di lakukan di Perpustakaan sekolah dengan memanggil satu persatu siswa yang akan dijadikan subjek penelitian. Selain itu peneliti disarankan mengadakan penelitian di kels X MIPA 6 yang berjumlah 36 siswa dengan alasan dikelas tersebut dikategorikan kelas yang aktif dibanding kelas pararel lainnya.
b. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data mulai dilaksanakan pada tanggal 13 Mei 2022. Pada tanggal itu peneliti memberikan tes matematika PISA pada siswa kelas X MIPA 6 untuk menentukan sampel yang akan diwawancarai. Sebelum tes dilaksanakan peneliti merefleksikan kembali tentang materi matematika yang telah dipelajari yang disesuaikan dengan indikator dalam soal matematika PISA yang akan di ujikan.
Peneliti memberikan 5 soal tes yang telah divalidasi oleh 2 dosen ahli. Adapun soal tes matematika PISA yang telah valid sebagai berikut:
Gambar 4.1 Instrumen Soal Tes PISA
Melalui soal tersebut, untuk memudahkan dalam kesalahan struktur berpikir dalam menyelesaikan soal, peneliti merancang peta kognitif berbasis teori polya yang mendeskripsikan rangkaian struktur kognitif yang dilalui dalam menyelesaiakan soal.
Berikut pemetaan kognitif berbasis teori polya pada soal.
Gambar 4.2 Pemetaan Kognitif Berbasis Teori Polya pada Soal Nomor 1.
Gambar 4.3 Pemetaan Kognitif Berbasis Teori Polya pada Soal Nomor 2.
Gambar 4.4 Pemetaan Kognitif Berbasis Teori Polya pada Soal Nomor 3.
Gambar 4.5 Pemetaan Kognitif Berbasis Teori Polya pada Soal Nomor 4.
Gambar 4.6 Pemetaan Kognitif Berbasis Teori Polya pada Soal Nomor 5.
Sebelum mengerjakan tes, peneliti memberikan arahan terlebih dahulu mengenai tata pengisian lembar jawaban. Pelaksanaan tes berlangsung pada jam
pembelajaran matematika yaitu pada pukul 09.00-10.00 WITA di ruang kelas X MIPA 6. Dan dilanjut pada pukul 10.15–12.15 untuk pelaksanaan wawancara satu persatu siswa untuk mengungkap deskripsi kesalahan berpikir siswa dalam menyelesaiakan soal. Sebanyak 36 siswa yang mengikuti tes. Akan tetapi, peneliti mengambil 3 siswa sebagai sampel dalam penelitian. Dengan rincian dan pertimbangan, 1 siswa dengan kesalahan terendah dan komunikatif, 1 siswa kesalahan sedang dan komunikatif serta 1 siswa dengan kesalahan tertinggi dan komunikatif. Setiap siswa diberi kode tertentu untuk memudahkan peneliti mendeskripsikan proses penelitiannya. Peneliti memberi kode subjek berdasarkaninisial dan Nomormor urut daftar hadir siswa. Dengan demikian untuk selanjutnya dalam pemaparan data dan temuan penelitian peneliti akan selalu menyebut subjek dengan kode yang telah ditentukan. Berikut disajikan tabel daftar subjek penelitian :
Tabel 4.1 Daftar Kode Siswa dan Subjek Penelitian Nomor Kode Siswa Subjek Penelitian
01 AA001
02 AS002
03 AJ003
04 AK004
05 AP005
06 AP006
07 AS007
08 AR008
09 AS009
010 AA010 S-3
011 AN011
012 EJ012
013 EL013 S-2
014 FA014
015 HA015
016 IT016 S- 3
017 JG017
018 KH018
019 LS019
020 MA020
021 MU021
022 MU022
023 MU 023
024 MU 024
025 NA025
026 NA026
027 NA027
028 NU028
029 PU029
030 RA030
031 RE031
032 SA032
033 SI033
034 VA034
035 YU035
036 ZA036
Pada hari selasa tanggal 17 Mei 2022, tahap penelitian selanjutnya dilakukan dengan mewawancarai siswa-siswi yang masuk kriteria. Wawancara di lakukan satu persatu dari ke 3 anak tersebut. Peneliti menggunakan perekam suara, mencatat hasil wawancara, dan dokumentasi agar data yang diperoleh lebih maksimal. Supaya lebih mudah mengingat, berikut adalah siswa yang terpilih untuk diwawanarai oleh peneliti. Sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini
Tabel 4.2 Daftar Kode Siswa Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Kesalahan dan Kemampuan Komunikatif
Nomor Kode Siswa Tingkat Kesalahan Kemampuan Komunikatif
1 S1 Rendah Baik
2 S2 Sedang Baik
3 S3 Tinggi Baik
4 Penyajian Data
Berikut akan diuraikan data-data yang diperoleh dari kegiatan penelitian dan subyek penelitian. Bentuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil tes yang telah dilakukan oleh mahasiswa dan peneliti dengan data wawancara dengan subyek penelitian. Kedua data tersebut akan menjadi tolak ukur defragmenting yang diberikan kepada siswa untuk mengatasi kesalahan proses berpikir siswa saat menyelesaikan soal pada matematika PISA.
1. Kesalahan Struktur Berpikir Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika PISA
Berdasarkan hasil pemeriksaan melalui lembar jawaban serta melalui proses wawancara diperoleh tiga subjek penelitian yang berbeda: siswa dengan kesalahan terendah serta komunikatif (Subjek 1(S1)), siswa dengan kesalahan sedang serta komunikatif (Subjek 2 (S2), dan siswa dengan kesalahan tertinggi serta komunikatif (Subjek 3(S3). Berikut disajikan hasil dari masing-masing sampel berdasarkan karakter siswa.
Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaaan Jawaban Siswa Siswa Soal Program International Student Asessment
Nomor 1 Nomor 2 Nomor 3 Nomor4 Nomor 5
Subjek 1 √ √ √ -
Subjek 2 √ - √ - -
Subjek 3 - √ - -
Keterangan
√ : Jawaban benar - : Jawaban salah
a. S1
1) Deskrispsi data kesalahan struktur berpikir siswa S1 pada sooal Nomor 4
Gambar 4.6. Kesalahan S1 pada Soal Nomor 4.
Berdasarkan jawaban tertulis di atas, terlihat bahwa S1 dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dengan menggunakan bahasa yang dipahami. Selama wawancara, S1 sangat lancar dan menjelaskan informasi apa yang terdapat disoal dan masalah yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa struktur berpikir S1 jelas dan tersusun dalam memahami masalah. Namun, ketika peneliti mengamati lebih lanjut lembar jawaban yang dibuat, kesalahan penyelesaian terlihat, ketika S3 menuliskan pembagian biaya pemasangan layar-layang layang dengan komsumsi solar/tahun untuk menghasilkan waktu yang dibutuhkan selama penghematan menggunakan layar layang-layang sehingga dapat menutupi biaya pemasangan.
Berikut kutipan wawancara yang menunjukkan dengan jelas kesalahan tersebut.
P : Bagaimana cara kamu memecahkan/menyelesaian masalah tersebut ?
S1 : (Berpikir sejenak) begini kak, kan kita tahu penghematannya itu adalah 20%, makanya 20% itu saya kalikan dengan pengeluaran aslinya pertahun sebesar 3.500.000. Hasilnya 700.000 zeds pertahun.
P : 700.000 zeds pertahun itu maksudnya apa ?
S1 : Harga bahan bakar pertahun kak.
P : Apa bedanya 700.000 ini dengan 3.500.000
S1 : Oh ini maksudnya 700.000 zeds pertahun biaya penghematan saat menggunakan layang-layang. Setelah itu, yang ditanyakan kan berapa tahun penghematan bahan bakar solar sehingga mampu menutupi biaya layang-layang. Makanya 2.500.000 zeds saya bagi dengan 700.000 zeds pertahun, satuan zedsnya masing-masing dihilangkan, sehingga hasilnya 3,6 tahun.
P : Apakah kamu yakin dengan jawabanmu ? S1 : Yakin kak
P : Apakah sebelumnya sudah kamu mengecek ulang ? S1 : Iya kak
Dari kutipan dialog diatas diatas diperoleh gambaran bahwa dalam memecahkan masalah di soal Nomor 4, S1 bermaksud memulai dengan menghitung biaya bahan bakar yang dihemat selama 1 tahun jika menggunakan layar layang-layang, setelah itu S1 hendak melanjutkan dengan menghitung lama waktu yang dibutuhkan untuk menutupi biaya layang-layang.
Namun, ketika S1 menghitung biaya bahan bakar yang dihemat selama 1 tahun, S1 melakukannya dengan membagi jumlah komsumsi solar pertahun tanpa layang layang dengan persentase penghematan kapal dengan layar-layang. Hasil yang diperoleh sebenarnya bukan biaya bahan bakar yang dihemat selama 1 tahun, melainkan jumlah komsumsi bahan bakar yang di hemat selama 1 tahun. Kekeliruan ini terjadi karena tidak memperhatikan satuan bilangan yang di operasikan.
Akibatnya, saat melanjutkan menyelesaiakan perhitungan lama waktu yang dibutuhkan untuk menutupi biaya layang-layang, yang dilakukan bukannya membagi biaya pemasangan layang layang dengan biaya yang dihemat pertahun, melainkan S1 membagi biaya pemasangan layang layang dengan jumlah bahan bakar yang di hemat selama 1 tahun.
Berdasarkan analisis teori pemecahan masalah Polya dapat disimpulkan bahwa S1 dapat memahami informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan oleh soal dengan baik, namun mengalami kesalahan dalam menyusun menyusun rencana penyelesaian karena kurangnya penalaran konsep matematis
Berikut deskrispsi data kesalahan struktur berpikirnya dalam bentuk pemetaan kognitif berbasis teori Polya.
Gambar 4.7 Analisis Pemetaan Kognitif Kesalahan S1 pada Soal Nomor 4.
2) Deskrispsi Data Kesalahan struktur berpikir siswa S1 pada sooal Nomor 5
Gambar 4.3 Kesalahan S1 pada Soal Nomor 5.
Berdasarkan jawaban tertulis di atas, terlihat bahwa S1 menuliskan beberapa informasi yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dengan menggunakan bahasa yang dipahami. Namun berdasarkan perbandingan jawaban tertulis dan percakapan melalui wawancara, diketahuibahwa S1 masih salah dalam memahami informasi dari soal, Kesalahan tersebut dapat jelas terlihat ketika peneliti mengamati dan menanyakan langkah penyelesaian yang dibuat.
Berikut kutipan dialog wawancara yang mendeskripsikan kesalahan tersebut.
P : Oke kalau begitu yang ditanyakan, bagaimana kamu menyelesaikannya ? S1 : (Berpikir sejenak mengingat maksud tulisannya) Rumus apa ini yang saya
pakai ?
P : Saya juga bingung membacanya. 2 x 5 x 40 meter itu maksudnya apa ?
S1 : Ee.. pertama, kan tadi 5 x 40 merupakan jarak minimum antara menara pembangkit listrik, disini saya kali dua, karena kan 2 pembangki listrik.
P : maksudnya ?
S1 : kan 2 pembangkit listrik, klo misalnya 200 saja, baku tabrak itu kak baling-balinya.
P : Jadi menurut S1 peraturan dari jaraknya bangunan yaitu 400 meter.
S1 : ya 400.
Dari kutipan dialog diatas, diperoleh gambaran yang jelas bahwa S1 gagal memahami rmaksud salah satu kalimat soal. S1 memahami kalimat ―Jarak minimum antara 2 menara pembangkit listrik tenaga angin model ini harus lima kali panjang baling baling‖ dengan makna bahwa tiap baling baling memiliki jarak 200 meter, sehingga S1 memperoleh jarak antara baling baling satu dengan lainnya yaitu sepanjang 2 x 200 meter atau sama dengan 400 meter yang kemudian selanjutnya disebut sebagai maksud aturan bangunan.
Kesalahan memahami maksud dari kalimat tersebut menyebabkan penyelesaian yang dibuat salah, S1 membuat kesimpulan dengan membandingkan jarak 250 meter dari salah satu jarak yang disarankan oleh walikota di gambar dengan 400 meter aturan bangunan. Menyimpulkan jawaban dengan hanya membandingkan 250 dengan
aturan walikota, menunjukkan bahwa informasi pada gambar yang disarankan oleh Walikota pada soal tidak dipahami dengan utuh. S1 hanya melihat apa yang telah disajikan saja pada gambar dan mengabaikan hal penting lainnya yang ada pada gambar soal.
Berdasarkan analisis teori pemecahan masalah Polya dapat disimpulkan bahwa S1 mengalami kesalahan dalam memahami informasi soal disebabkan kurangnya literasi S1 dalam membaca soal, siswa belum mampu fokus terhadap maksud dalam soal ceritanya, penyebab kedua terjadi karena hanya fokus melihat apa yang telah disajikan saja pada gambar dan mengabaikan hal penting lainnya yang ada pada gambar soal.
Berikut Deskrispsi Data kesalahan struktur berpikirnya dalam bentuk pemetaan kognitif berbasis teori Polya
Gambar 4.9 Analisis Pemetaan Kognitif Kesalahan S1 pada Soal Nomor 5 3) Analisis data kesalahan struktur berpikir S2 dalam menyelesaikan soal 4 dan 5.
Berdasarkan hasil deskripsi jawaban yang tertulis dan percakapan wawancara dengan S1, Dapat diperoleh hasil analisis kesalahan struktur berpikir S1 dalam menyelesaikan soal matematika PISA sebagai berikut :
Tabel 4.4 Analisis Data Kesalahan Struktur Berpikir S1 dalam Menyelesaikan Soal No 4 dan 5
Nomor Soal
Ananlisis Data Kesalahan Understanding
the Problem Devising a Plan Carryyng Out the Plan
Looking Back
4 -
Kesalahan menyusun prosedur penyelesaian karena kurangnya penalaran konsep matematis
Kesalahan terstruktur
Kesalahan terstruktur
no 5
Kesalahan memahami informasi karena kurangnya kemampuan literasi dalam membaca soal.
Penyebab kesalahan informasi kedua karena mengabaikan hal penting lainnya yang ada pada soal.
Kesalahan terstruktur
Kesalahan terstruktur
Kesalahan terstruktur
b. S2
1) Deskrispsi Data Kesalahan struktur berpikir siswa S2 pada sooal Nomor 2
Gambar 4.10 Kesalahan S2 pada Soal Nomor 2.
Berdasarkan jawaban tertulis di atas, terlihat bahwa S2 menuliskan secara langsunginformasi yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dengan bentuk notasi yang dimisalkan. Jika diamati melalui jawaban tertulis, nampak jawaban S2 telah memperoleh kesimpualan yang benar. Namun selama proses wawancara yang dilakukan, berhasil mengungkap kesalahan S2 dalam memahami penyelesaian soal.
Adanya pseudo berpikir benar yang dialami oleh S2 terhadap soal ketika diminta menjelaskan penyelesaian yang dibuat. S2 nampak mengalami kesalahan konsep kognitif yang fatal meskipun jawaban yang dihasilkan benar. Kesalahan berpikir ini dapat terjadi karena siswa menyelesaikan soal dengan melihat kemiripan karakter soal yang dihadapi dengan soal yang telah dikerjakan sebelumnya tanpa memahami konsep sebenarnya didalam soal. Kesalahan jenis ini disayangkan apabila berlangsung terus menerus, karena akan dapat menjadi masalah terhadap perkembangan kognitif matematis S2.
Berikut kutipan wawancara yang mendeskripsikan kesalahan yang dialami S2 terhadap soal Nomor 2.
P : Untuk Nomor 2 coba jelaskan apa yang kamu ketahui dari soal ? S2 : Pertama, panjang sama lebarnya itu masing-masing 150 meter
P : Kenapa kamu bisa meyebut bahwa panjang sisi segi tiga ini adalah masing-masing150 m, digambar tidak tertera panjang kedua sisinya.
S2 : Karna gambar yang di soal ini adalah segitiga siku-siku, jadi otomatis kalo tingginya 150 meter, maka panjang alasnya pasti 150 meter.
P : Apakah semua segitiga siku-siku berlaku demikian.
S2 : Iya kak (menunjukkan ekspresi yang sangat yakin).
P : Kenapa kamu yakin semua panjang alas dan tinggi segitiga siku-siku selalu sama panjang.
S2 : Biasanya begitu kak.
Dari kutipan dialog diatas, dapat diketahui bahwa meskipun jawaban akhir yang dibuat oleh S2 benar, namun, nampaknya terdapat pseudo berpikir yang membangun penyelesaian yang dibuat. S2 begitu yakin bahwa semua panjang alas dan tinggi segitiga siku-siku selalu memiliki panjang yang sama. Persepsi ini muncul karena kebiasaan S2 menemukan bentuk-bentuk soal yang serupa.
Berdasarkan analisis teori pemecahan masalah Polya, dapat disimpulkan bahwa S2 dapat memahami informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan oleh soal dengan baik. S2 juga mampu menyusun rencana penyelesaian dengan benar. Namun kesalahan S2 terjadi ketika dalam tahap melaksanakan rencana penyelesaian soal, S2 mengalami pseudo berpikir dalam menghitung geometri sisi segitiga. Penyebab utama pseudo berpikir S2 adalah karena faktor kebiasaan mengerjakaan soal-soal yang mirip dengan soal yang diberikan namun tidak disertai dengan pemahaman konsep yang baik..
Berikut deskrispsi data kesalahan struktur berpikirnya dalam bentuk pemetaan kognitif berbasis teori Polya.
Gambar 4.11 Analisis Pemetaan Kognitif Kesalahan S2 pada Soal Nomor 2 2) Deskrispsi Data Kesalahan struktur berpikir siswa S2 pada sooal Nomor 4
Gambar 4.12 Kesalahan S2 pada Soal Nomor4.
Berdasarkan jawaban tertulis di atas, terlihat bahwa S2 dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dengan menggunakan bahasa yang dipahami meskipun kurang lengkap namun selama proses wawancara, S2mampu dengan lancar menjelaskan informasi apa yang terdapat disoal dan masalah yang diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa struktur berpikir S2 sudah jelas dan tersusun dalam memahami masalah. Namun kesalahan terlihat, ketika peneliti mengamati langkah penyelesaian yang dibuat, terdapat kesalahan dalam menggunakan operasi perhitungan, S2 menggunakan operasi pengurangan untuk mencari besar penghematan komsumsi solar ketika menggunakan layar layang-layang. Selain kesalahan tersebut, penyelesaian yang dibuat juga tidak tepat sehingga jawaban akhir yang ditemukan salah.
Berikut kutipan wawancara yang mendeskripsikan kesalahan berpikir S2 : P : Bisa dijelaskan penyelesaiannya dek ?
S1 : (Menjelaskan secara perlahan maksud tulisannya) Eee..pertama, itu total komsumsi bahan bakar setelah pemakaian layar layang-layang, saya dapat dari 3.500.000 liter, saya kurangkan dengan 20%. Jadi hasilnya 2.800.000 liter. Selanjurnya untuk mencari biaya hemat setelah memasang layar layang-layang, saya kalikan 2.800.000 liter dengan 0,42 zeds hasilnya 1.176.000 zeds.
Selanjutnya 1.176.000 dikali dengan 2,5 tahun hasilnya 2.940.000. Jadi dibutuhkan kira-kira 2,5 tahun untuk mencukupkan dengan biaya pemasangan layar-layang.
P : 2,5 itu dari mana ?
S1 : Saya tebak-tebakji kak, kira-kira berapa tahun biaya setelah pemasangan sehingga dapat menutupi biaya pemasangan layar layang-layang.
Dari kutipan dialog diatas, jelas bahwa langka yang dilakukan oleh S2 memuat operasi dan rencana penyelesaian yang kurang tepat. Pada langkah awal yang dilakukan, S2 memulai dengan mencari total komsumsi bahan bakar kapal setelah pemasangan layar layang-layang melalui simbol operasi yang kurang tepat, dimana saat menghitung pengurangan komsumsi awal dengan potongan penghematan
persentase 20%, S2 menguraikan dengan menuliskan 3.500.000 – 20%. Selain itu, pada langkah selanjutnya, S2 mencari biaya komsumsi solar setelah penghematan dengan mengalikan biaya solar per unit yaitu sebesar 0,42 zeds dengan total komsumsi bahan bakar kapal setelah pemasangan layar layang-layang sebesar 2.800.000 liter sehingga diperoleh sebesar 1.176.000 liter. Untuk memperoleh jawaban akhir, S2 menyimpulkan bahwa biaya penghematan akan menutupi biaya pemasangan layang-layang setelah 2,5 tahun dengan cara menebak angka yang dapat mengalikan 1.176.000 sehingga menghasilkan angka yang dapat melampaui biaya pemasangan layang layang yaitu 2.500.000 zeds. Jelas menunjukkan kesalahan fatal dalam rencana penyelesaian akhir yang dibuat
Berdasarkan analisis teori pemecahan masalah Polya, dapat disimpulkan bahwa S2 dapat memahami informasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan oleh soal dengan baik. Namun S2 mengalami kesalahan dalam menyusun rencana penyelesaian soal disebabkan karena kurangnya penalaran konsep matematis. Kesalahan dalam melaksanakan penyelesaian awal juga terjadi ketika S2 keliru dalam menginterprestaskan operator pengurangan bilangan persen
Berikut Deskrispsi Data kesalahan struktur berpikirnya dalam bentuk pemetaan kognitif berbasis teori Polya.
Gambar 4.13 Analisis Pemetaan Kognitif Kesalahan S2 pada Soal Nomor 4
3) Deskrispsi Data Kesalahan struktur berpikir siswa S2 pada sooal Nomor 5
Gambar 4.14 Kesalahan S2 pada Soal Nomor 5.
Berdasarkan jawaban tertulis di atas, terlihat bahwa S2 menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dengan menggunakan bahasa yang dipahami. S2 menuliskan beberapa informasi dari soal serta terdapat beberapa kekeliruan kalimat yang mendeskripsikan maksud soal, Proses wawancara juga menunjukkan adanya kesalahan S2 dalam memahami informasi dari soal.
Berikut kutipan wawancara yang mendeskripsikan kesalahan berpikir S2 dalam menyelesaiakan soal.
P : Apa yang diketahui dari soal no 5 ini ?
S1 : Yang saya ketahui, panjang baling-baling 40 meter, luas keseluruhan lapangan panjangnya 500, lebarnya 500, jarak aturan pembangunan 5 x jarak baling baling. Terus saran wali kota untuk jarak pembangunan menara yaitu 250 meter perbaling-baling.
Dari kutipan wawancara diatas, terlihat bahwa S2 tidak memahami dengan utuh informasi dari soal. S2 hanya menangkap salah satu informasi jarak yang disarankan oleh walikota itu yaitu 250 meter, padahal tidak semua jarak menara yang disarankan, memiliki jarak perantara 250 meter. S2 hanya melihat apa yang telah disajikan saja pada gambar dan mengabaikan hal penting lainnya yang ada pada gambar soal. Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa S2 mengami kesalahan memahami informasi.
Kesalahan selanjutnya terjadi ketika S2 membuat rencana penyelesaian soal.
Berikut kutipan wawancara yang mendeskripsikan kesalahan berpikir S2 dalam menyusun rencana penyelesaian soal .
P : Bagaimana langkah penyelesaian yang kamu buat?
S1 : Pertama, Kan kita ketahui jarak minimum aturan pembangunan yaitu 5 x panjang baling-baling berarti 200 meter. Terus total lebar dari baling-baling satu menara adalah 80 meter.
P : 80 meter dari mana?
S1 : panjang keseluruhan baling-baling kak satu menara (2 x 40 meter) P : Oke, lanjukan !
S2 : Total jarak perantara yang kosong adalah 170 meter P : Maksudnya 170 meter ?
S2 : (menjelaskan sambil mengilustrsikan maksudnya) kan jarak perantara 2 menara keseluruhan adalah 250 meter, terus diambil lebar baling-baling satu menara yaitu 80 meter jadi jaraknya tersisa 170 meter.
P : Langkah selanjutnya bagaimana ?
S2 : Total bagian yang kosong 170 meter, saya bagi dua karena ada dua menara.Jika saya menggabungkan ruang jarak yang kosong dari seluruh lapangan, jarak antar baling-baling ke baling-baling lain adalah 85 + 85 = 170 meter. Karena 170 meter < 200 meter maka saran Walikota tidak memenuhi perturan minimum.
P : coba jelaskan ulang dan gambarkan/ilustrasikan di kertas maksud peraturan tersebut?
P : (Menggambar sambil menerangkan) jarak anatara dua menara pembangkit listrik adalah 200 meter. Jadi misal ini menara satu, panjang baling-balingnya 40 meter, selanjutnya ini menara kedua panjang baling-balingnya 40 meter, nah jaraknya dari sini ke sini seharusnya 200 meter.
Dari kutipan dialog diatas, kesalahan memahami informasi semakin terlihat jelas dari penyelesaian yang dimaksudkan. S2 menganggap bahwa aturan jarak minimum 200 meter adalah rentang jarak terpendek antara 2 baling-baling menara, padahal yang dimaksudkan oleh soal adalah, jarak minimum antara dua buah menara.
Kesalahan ini terjadi karena kurangnya kemampuan literasi S2 dalam membaca soal dan tidak fokus terhadap pembahasan soal. Kesalahan informasi ini berpengaruh besar terhadap langkah penyelesaian yang dilakukan selanjutnya.
Berdasarkan analisis teori pemecahan masalah Polya, dapat disimpulkan bahwa S2 mengalami kesalahan dalam memahami informasi soal disebabkan kurangnya kemampuan literasi S2 dalam membaca soal cerita, penyebab kedua terjadi karena hanya fokus melihat apa yang telah disajikan saja pada gambar dan mengabaikan hal penting lainnya yang ada pada gambar soal.
Berikut Deskrispsi Data kesalahan struktur berpikirnya dalam bentuk pemetaan kognitif berbasis teori Polya
Gambar 4.15 Analisis Pemetaan Kognitif Kesalahan S2 pada Soal Nomor 5
4) Analisis data kesalahan struktur berpikir S2 dalam menyelesaikan soal 2, 4 dan 5.
Berdasarkan hasil deskripsi jawaban yang tertulis dan percakapan wawancara dengan S1, dapat diperoleh hasil analisis kesalahan struktur berpikir S1 dalam menyelesaikan soal matematika PISA sebagai berikut:
Tabel 4.4 Analisis Data Kesalahan Struktur Berpikir S2 dalam Menyelesaikan Soal No 2, 4 dan 5
Nomor Soal
Ananlisis Data Kesalahan Understanding
the Problem
Devising a Plan
Carryyng Out the Plan
Looking Back
2 - -
Pseudo berpikir dalam menghitung geometri sisi segitiga karena faktor kebiasaan soal tidak
memahaami konsep
4 -
Kesalahan menyusun prosedur penyelesaian karena kurangnya penalaran konsep matematis
Kesalahan dalam menggunakan operator pengurangan bilangan persen.
Karena tidak memahami dengan baik konsep pengurangan bilangan persen
Kesalahan terstruktur
5
Kesalahan memahami informasi karena kurangnya kemampuan literasi dalam membaca soal.
Yang kedua, karena
mengabaikan hal penting lainnya yang ada pada soal.
Kesalahan terstruktur
Kesalahan terstruktur
Kesalahan terstruktur