• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

E. Tata Cara Penelitian

Determinasi buah Persea americana Mill. dilakukan dengan mencocokan

buah Persea americana Mill. yang berasal dari depot es yang terletak di Ambarukmo

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji penelitian ini adalah kulit buah Persea americana Mill. yang

masih segar dan tidak busuk, bahan uji dikumpulkan selama periode bulan Juni 2014.

Buah yang diambil adalah buah yang matang dengan warna kulit hijau.

3. Pembuatan serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.

Kulit buah Persea americana Mill. yang telah dipisahkan dari dagingnya,

diambil kulitnya dan di cuci dibawah air yang mengalir. Setelah bersih

diangin-anginkan kemudian dipotong hingga menjadi potongan-potongan kecil bertujuan

untuk mempercepat proses pengeringan. Selanjutnya setelah dalam bentuk potongan

kecil dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari. Pengeringan dilanjutkan

dengan oven pada suhu 500C selama 24 jam, kemudian diserbuk dan diayak dengan

ayakan No. 40 agar luas permukaan serbuk yang kontak dengan pelarut semakin

besar sehingga kandungan fitokimia yang terkandung dalam kulit buah Persea

americana Mill. lebih mudah terekstrak.

4. Penetapan kadar air serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.

Penetapan kadar air secara sederhana menggunakan alat moisture balance.

Sebanyak 5 g serbuk kulit buah Persea americana Mill. dimasukkan ke dalam alat

moisture balance dan diratakan. Serbuk ditimbang sebagai bobot sebelum pemanasan

(bobot a). Kemudian serbuk dipanaskan pada suhu diatas 1050C dan serbuk

ditimbang kembali sebagai bobot setelah pemanasan (bobot b). Selisih bobot sebelum

5. Pembuatan ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

Pembuatan ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. menggunakan

metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena digunakan untuk menyari simplisia

dimana zat aktif yang terkandung di dalamnya mudah larut dalam cairan penyari.

Selain itu dalam proses pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana. Dalam

metode maserasi tidak dilakukan pemanasan sehingga bahan alam tidak akan terurai.

Cairan penyari yang digunakan adalah etanol karena senyawa hipotesis yang

diketahui adalah senyawa golongan glikosida fenolik yang dapat larut dalam pelarut

polar. Hal ini berdasarkan penelitian Javier, David, Maria, Petri dan Mario (2011),

menyatakan bahwa senyawa fenolik biji Persea americana Mill. merupakan hasil

isolasi dengan pelarut organik yang bersifat polar. Berdasarkan penelitian Shirly,

Hesty dan Wahyu (2013) menyatakan bahwa ekstrak etanol 70% daun Persea

americana Mill. mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan kumarin.

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi yaitu perendaman dengan

melarutkan 40 g serbuk kulit buah Persea americana Mill. dalam 200 ml pelarut

etanol 70 % dan dimaserasi selama 5 x 24 jam pada suhu kamar dengan sesekali

dilakukan penggojokan. Tujuan dilarutkannya dalam pelarut etanol supaya senyawa

kimia yang terkandung dalam kulit buah Persea americana Mill. dapat larut di dalam

pelarut. Selanjutnya hasil maserasi disaring untuk memisahkan filtrat dari serbuk

(residu) dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring. Kemudian

serbuk hasil penyaringan tersebut di remaserasi atau maserasi kembali dengan pelarut

selanjutnya disaring. Kedua hasil ekstrak dicampurkan dan dievaporasi menggunakan

labu alas bulat. Ekstrak kental yang diperoleh ditempatkan dalam cawan petri dan

dilakukan penimbangan untuk mempermudah dalam perhitungan rendemen ekstrak

yang akan diperoleh. Kemudian hasil maserasi diuapkan kembali di atas waterbath

dengan suhu 800C hingga diperoleh bobot tetap kemudian disimpan di dalam

desikator.

Dilakukan perhitungan rata-rata rendemen enam replikasi ekstrak etanol

kulit buah Persea americana Mill. kental yang telah dibuat.

Rendemen ekstrak = berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong Berat serbuk kering

Rata-rata rendemen = rep.1 + rep.2 + rep.3 + rep.4 + rep.5 + rep.6

6

6. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak

Berdasarkan penelitian Nopitasari (2013), digunakan konsentrasi pekat yang

dapat dibuat dimana pada konsentrasi tersebut ekstrak yang dibuat dapat dimasukkan

serta dikeluarkan dari spuit oral. Cara pembuatannya dengan melarutkan ekstrak

sebanyak 3,5 g dalam labu ukur 50 ml dengan pelarut yang sesuai yaitu CMC Na 1%.

Sehingga konsentrasi ekstrak dapat ditetapkan sebesar 7% b/v atau 0,07 g/ml atau 70

mg/ml.

7. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit Buah Persea americana Mill.

Berdasarkan penelitian Nopitasari (2013), penetapan peringkat dosis

yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan melalui spuit oral dan pemberian volume

cairan peroral yaitu 5 ml. Penetapan dosis tertinggi ekstrak etanol kulit buah Persea

americana Mill. dengan konsentrasi 7% diperoleh sebagai berikut :

D x BB = C x V

D x 0,250 kgBB = 70 mg/ml x 5 ml

D = 1400 mg/kgBB

Dua dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan 2 dan 4 kalinya sehingga

didapatkan dosis 700 dan 350 mg/kgBB. Dosis yang digunakan dalam penelitian

adalah 350; 700; dan 1400 mg/kgBB atau 0,35; 0,70; dan 1,40 g/kgBB.

8. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1%

Ditimbang sebanyak 5 g CMC Na, kemudian dilarutkan menggunakan

aquadest 200 ml, lalu didiamkan selama 24 jam hingga CMC mengembang,

kemudian di add dengan aquadest pada labu ukur hingga 500 ml.

9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida

Karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50% dengan cara melarutkan

50 ml karbon tetraklorida ke dalam olive oil sebanyak 50 ml (Janakat dan Merrie,

2002).

10.Uji pendahuluan

a. Penetapan dosis karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui pada dosis

berapa karbon tetraklorida mampu menimbulkan kerusakan hati pada tikus yang

ditunjukan dengan adanya peningatan aktivitas serum ALT yang tinggi.

adalah 2 ml/kg BB yang terbukti mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan

AST yang diberikan secara intraperitonial (i.p). Pada penelitian yang dilakukan

Garri (2013) juga membuktikan bahwa 2 ml/kg BB mampu meningkatkan

aktivitas serum ALT dan AST yang pemberiannya melalui intraperitonial (i.p).

b. Penetapan waktu pencuplikan darah. Untuk mendapatkan waktu pencuplikan

darah dilakukan orientasi dengan satu kelompok. Dalam satu kelompok terdiri

dari 5 ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata. Pada

jam ke 0, 24, dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida. Kemudian

lakukan pengukuran aktivitas ALT.

11.Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan secara acak,

masing-masing sejumlah lima ekor tikus.

a. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida : olive oil

(1:1) dosis 2 ml/kgBB secara intra peritonial, setelah dua puluh empat jam ambil

darahnya.

b. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil sebanyak 2 mL secara intra

peritonial, setelah dua puluh empat jam diambil darahnya.

c. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana

Mill. dosis 1,4 g/kgBB secara per oral, enam jam kemudian diambil darahnya.

d. Kelompok IV (dosis rendah) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana

e. Kelompok V (dosis tengah) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana

Mill. dosis 0,7 g/kgBB secara per oral.

f. Kelompok VI (dosis tinggi) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana

Mill. dosis 1,4 g/kgBB secara per oral.

Enam jam kemudian kelompok IV-VI dipejani karbon tetraklorida dosis 2

ml/kgBB secara intraperitonial. Ambil darahnya setelah 24 jam melalui sinus orbitalis

mata, kemudian diukur aktivitas ALP-nya.

12.Pembuatan serum

Darah diambil melalui sinus orbitalis mata tikus dan ditampung dalam

tabung Eppendorf. Darah didiamkan selama ± 15 menit, kemudian disentrifugasi

selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm dan bagian supernatannya diambil.

13.Penetapan aktivitas serum ALP

Pengukuran aktivitas ALP dilakukan di Laboratorium PARAHITA,

Yogyakarta. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan serum yang didapatkan

ke dalam alat Architect yang didalamnya terdapat reagen untuk pengukuran ALP

serum. Prinsip dari pengukuran aktivitas ALP serum yaitu alkali fosfatase dalam

sampel mempercepat hidrolisis p-nitrofenil fosftat (p-NPP) menjadi p-nitrofenol dan

fosfat anorganik. Pada pH basa, p-nitrofenol dalam bentuk phenoxide berwarna

kuning akan memberikan kenaikan absorbansi pada panjang gelombang 404 nm yang

Dokumen terkait