• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah persea americana Mill. terhadap aktivitas enzim alkali fosfatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah persea americana Mill. terhadap aktivitas enzim alkali fosfatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

Margareta Trinova Ponirahayu Tea Mangu Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

ABSTRACT

The aim of study research were to prove the short-term effect of ethanol extract Persea americana Mill. peel about Alkalin Fosfatase’s activity in rats induced with carbon tetrachloride and to decide the relationship level of dose with decrease Alkalin Fosfatase’s activity.

This research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research used 30 male Wistar rats, 2-3 month old with weighing ± 150-250 grams into six group of five eachs. The first group (hepatotoxin control) was given carbon tetrachloride 2 ml/kgBW intraperitoneally. The second group (negative control) was given olive oil 2 ml/kgBW intraperitoneally. Third group (extract control) was given ethanol extract Persea americana Mill. peel with dose 1.40 g/kgBW orally. The fourth group (low dose) was given ethanol extract Persea americana Mill. peel with dose 0.35 g/kgBW orally. The fifth group (medium dose) was given ethanol extract Persea americana Mill. peel with dose 0.7 g/kgBW orally. The sixth group (high dose) was given ethanol extract Persea americana Mill. peel with dose 1.40 g/kgBW orally. The fourth until sixth group was given carbon tetrachloride with dose 2 ml/kgBW intraperitoneally after six hours. Twenty-four hours later, blood was collected from orbital sinus eye to be measured ALP’s activity. Data of ALP’s activity which were obtained were analyzed using one-way ANOVA.

Based on the research, ethanol extract Persea americana Mill. peel gave effect for decrease the ALP’s activity in male Wistar rats that induced by carbon tetrachloride. Ethanol extract Persea americana Mill. peel was given with different level dose were 0.35; 0.70 and 1.40 g/kgBW don’t have relationship level of dose with decrease ALP’s activity.

(2)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol jangka pendek kulit buah Persea americana Mill. terhadap aktivitas Alkali Fosfatase (ALP) tikus terinduksi karbon tetraklorida dan untuk mengetahui tingkat kekerabatan dosis dengan penurunan aktivitas ALP.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan tiga puluh ekor tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan dengan berat ± 150-250 gram ke dalam enam kelompok, masing- masing sama banyak. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB secara intra peritoneal (i.p). Kelompok II (kontrol negatif) diberi

olive oil sebanyak 2 ml/kgBB secara i.p. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. dosis 1,40 g/kgBB secara per oral. Kelompok IV diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. dosis 0,35 g/kgBB secara per oral. Kelompok V diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. dosis 0,70 g/kgBB secara per oral. Kelompok VI diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. dosis 1,40 g/kgBB secara per oral. Kelompok IV-VI dipejani karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB secara i.p setelah 6 jam. Darah tikus kemudian diambil setelah 24 jam melalui sinus orbitalis mata, kemudian diukur aktivitas ALP-nya. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA satu arah.

Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. memberikan efek menurunkan aktivitas ALP pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Pemberian ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. dengan tingkat dosis yang berbeda-beda yaitu 0,35; 0,70; dan 1,40 g/kgBB tidak memiliki hubungan kekerabatan antar dosis dengan penurunan aktivitas ALP.

(3)

i

PENGARUH PEMBERIAN JANGKA PENDEK EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH Persea americana Mill. TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ALKALI

FOSFATASE PADA TIKUS TERINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Margareta Trinova Ponirahayu Tea Mangu

NIM : 118114164

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ku ini, Untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu mengangkatku ketika aku jatuh dan

menguatkan ku kembali, Untuk Ayahku yang sekarang pasti sedang tersenyum melihatku dari jauh sana,

Untuk Ibu ku, wanita terhebat dalam hidupku, Untuk kakak-kakak dan adik-adik ku yang selalu menjadi sahabat terbaik ku

(7)
(8)
(9)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan kasih-Nya skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Jangka Pendek

Ekstrak Etanol Kulit Buah Persea americana Mill. terhadap Aktivitas Enzim Alkali

Fosfatase pada Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida” dapat penulis selesaikan pada

waktunya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat disusun tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai

pihak. Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph. D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan skripsi ini.

2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph. D., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan,

petunjuk, koreksi dan masukan serta motivasi kepada penulis selama

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji skripsi yang telah

memberikan koreksi serta saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M. Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi yang

telah memberikan koreksi serta saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi

(10)

viii

5. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku Kepala Laboratorium selama peneliti

melakukan penelitian di laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma yang telah memberikan ijin dalam penggunaan semua fasilitas

laboratorium untuk kepentingan penelitian ini.

6. Ibu Agustina Setiawati, M. Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan surat

determinasi tanaman.

7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., atas bantuan dalam determinasi tanaman

Persea americana Mill.

8. Bapak Heru, Bapak Suparjiman, dan Bapak Kayatno selaku laboran bagian

Farmakologi dan Toksikologi, Bapak Wagiran selaku laboran Farmakognosi

Fitokimia, Bapak Suparlan selaku laboran Kimia Organik, serta Bapak Kunto

selaku laboran Kimia Analisis atas segala bantuan selama pelaksanaan skripsi

ini.

9. Keluarga yang selalu mendoakan saya, memberi semangat dan dukungan

dalam penyusunan skripsi ini (Ayah penulis Gaspar Mbasa, Ibu Penulis

Theresia Sukemi, Kakak Penulis Jimmy Ronaligius dan Vicky Aprilia, adik

penulis Antofan Ferdianus dan Novita Elisabeth serta kakak Ipar penulis

Retno).

10.Teman-teman seperjuangan “Tim Alpukat” Mita, Puput, Gita, Vivo, Gemah,

Risa, Siska, Ester, Angel, Jolin, Wina, Uci, dan Sita untuk kerja sama, suka

(11)

ix

11.Depot Es Teller atas partisipasi menyediakan alpukat.

12.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut

membantu selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

masukan berupa saran sangat diharapkan agar skripsi ini menjadi lebih sempurna, dan

akhir kata semoga skripsi ini berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 9 Desember 2014

(12)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPETINGAN AKADEMIS ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 5

(13)

xi

3. Analisis histologik kerusakan hati ... 13

4. Perubahan kandungan kimia hati ... 14

(14)

xii

F. Ekstraksi Maserasi ... 18

G. Landasan Teori ... 18

H. Hipotesis ... 20

BAB III. METODE PENELITIAN... 21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 21

1. Variabel utama ... 21

3. Pembuatan serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. ... 26

4. Penetapan kadar air serbuk kulit buah Persea americana Mill. ... 26

5. Pembuatan ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. ... 27

(15)

xiii

7. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. .... 28

8. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1 % ... 29

9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida ... 29

10.Uji pendahuluan ... 29

11.Pengelompokan dan perlakuan hewan uji ... 30

12.Pembuatan serum ... 31

13.Penetapan aktivitas serum ALP ... 31

F. Tata Cara Analisis Hasil... 32

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Penyiapan Bahan ... 33

1. Hasil determinasi tanaman ... 33

2. Penetapan kadar air serbuk kulit buah Persea americana Mill. ... 33

3. Hasil penimbangan bobot ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. 34 B. Uji Pendahuluan ... 35

1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida ... 35

2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji ... 35

3. Penentuan dosis ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. ... 38

C. Hasil Uji Pengaruh Pemberian Jangka Pendek Ekstrak Etanol Kulit Persea americana Mill. Terhadap Aktivitas ALP ... 38

1. Kontrol negatif olive oil dosis 2 ml/kg BB ... 41

2. Kontrol hepatoksin karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB... 42

(16)

xiv

4. Kelompok perlakuan jangka pendek ekstrak etanol kulit Persea

americana Mill. Dosis 0,35; 0,70; 1,40 g/kg BB pada tikus

jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida... 44

D. Rangkuman Pembahasan ... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 54

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Purata aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian karbon

tetraklorida doisis 2 ml/kg BB pada selang waktu 0, 24, dan 48 ... 36

Tabel II. Hasil uji Scheffe aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian karbon

tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam ... 37

Tabel III. Purata aktivitas ALP tikus dengan pemberian ekstrak etanol kulit

Buah Persea americana Mill.yang terinduksi karbon tetraklorida

dosis 2 ml/kgBB ... 39

Tabel IV. Hasil uji scheffe aktivitas ALP tikus setelah pemberian karbon

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida ... 12

Gambar 2. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah

pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kg BB pada selang

waktu 0, 24 dan 48 jam ... 36

Gambar 3. Diagram batang rata-rata aktivitas ALP tikus setelah

pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada kelompok

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto penampang luar buah Persea americana Mill. ... 55

Lampiran 2. Foto penampang dalam buah Persea americana Mill. ... 55

Lampiran 3 Foto buah Persea americana Mill.. ... 56

Lampiran 4. Foto serbuk kulit buah Persea americana Mill. ... 56

Lampiran 5. Foto Ekstrak kental kulit buah Persea americana Mill. ... 57

Lampiran 6. Foto Larutan ekstrak etanol kulit bauh Persea americana Mill .. 57

Lampiran 7. Surat Pengesahan Medicaland Health Research Ethics Commite (MHREC) ... 58

Lampiran 8. Surat Uji Kadar Air... 59

Lampiran 9. Surat Determinasi Persea americana Mill ... 60

Lampiran 10. Analisis statistik aktivtas serum ALP pada uji pendahuluan penentuan waktu pencuplikan darah ... 61

Lampiran 11.Analisis statistik aktivitas serum ALP perlakuan ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB ... 65

Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis untuk manusia ... 72

Lampiran 13. Perhitungan penetapan peringkat dosis ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. kelompok perlakuan ... 72

(20)

xviii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol jangka pendek kulit buah Persea americana Mill. terhadap aktivitas Alkali Fosfatase (ALP) tikus terinduksi karbon tetraklorida dan untuk mengetahui tingkat kekerabatan dosis dengan penurunan aktivitas ALP.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini dilakukan dengan mengelompokkan tiga puluh ekor tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan dengan berat ± 150-250 gram ke dalam enam kelompok, masing- masing sama banyak. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida dosis 2ml/kgBB secara intra peritoneal (i.p). Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil sebanyak 2 ml/kgBB americana Mill. dosis 1,40 g/kgBB secara per oral. Kelompok IV-VI dipejani karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB secara i.p setelah 6 jam. Darah tikus kemudian diambil setelah 24 jam melalui sinus orbitalis mata, kemudian diukur aktivitas ALP-nya. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan ANOVA satu arah.

Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol kulit buah Persea americana

Mill. memberikan efek menurunkan aktivitas ALP pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Pemberian ekstrak etanol kulit buah Persea americana

Mill. dengan tingkat dosis yang berbeda-beda yaitu 0,35; 0,70; dan 1,40 g/kgBB tidak memiliki hubungan kekerabatan antar dosis dengan penurunan aktivitas ALP.

(21)

xix

ABSTRACT

The aim of study research were to prove the short-term effect of ethanol extract Persea americana Mill. peel about Alkalin Fosfatase’s activity in rats induced

with carbon tetrachloride and to decide the relationship level of dose with decrease

Alkalin Fosfatase’s activity.

This research is purely experimental research with randomized complete direct sampling design. This research used 30 male Wistar rats, 2-3 month old with weighing ± 150-250 grams into six group of five eachs. The first group (hepatotoxin control) was given carbon tetrachloride 2 ml/kgBW intraperitoneally. The second group (negative control) was given olive oil 2 ml/kgBW intraperitoneally. Third group (extract control) was given ethanol extract Persea americana Mill. peel with dose 1.40 g/kgBW orally. The fourth group (low dose) was given ethanol extract

Persea americana Mill. peel with dose 0.35 g/kgBW orally. The fifth group (medium dose) was given ethanol extract Persea americana Mill. peel with dose 0.7 g/kgBW orally. The sixth group (high dose) was given ethanol extract Persea americana Mill. peel with dose 1.40 g/kgBW orally. The fourth until sixth group was given carbon tetrachloride with dose 2 ml/kgBW intraperitoneally after six hours. Twenty-four

hours later, blood was collected from orbital sinus eye to be measured ALP’s activity. Data of ALP’s activity which were obtained were analyzed using one-way ANOVA.

Based on the research, ethanol extract Persea americana Mill. peel gave

effect for decrease the ALP’s activity in male Wistar rats that induced by carbon

tetrachloride. Ethanol extract Persea americana Mill. peel was given with different

level dose were 0.35; 0.70 and 1.40 g/kgBW don’t have relationship level of dose with decrease ALP’s activity.

(22)

1

BAB I PENGANTAR

A. LATAR BELAKANG

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh, menyumbang sekitar dua persen

berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa (Price dan

Wilson, 2005). Proses penyakit pada hati dikenal sebagai sirosis hati. Penyakit ini

lebih umum disebabkan oleh alkoholisme, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi

karena masuknya racun seperti karbon tetraklorida, penyakit virus seperti hepatitis

infeksiosa, obstruksi usus biliaris dan proses infeksi di dalam duktus biliaris (Guyton

dan Hall, 2007).

Pada tahun 2009, World Health Organization (WHO) telah melaporkan

bahwa di tahun 2004 kanker hati adalah penyebab kematian dari 610.000 orang.

Kanker sendiri dapat terjadi karena senyawa karsinogenik kimia ataupun

karsinogenik biologis seperti infeksi virus, bakteri dan parasit.

Salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai senyawa model dalam

kerusakan hati adalah karbon tetraklorida. Karbon tetraklorida di dalam tubuh akan

mengalami proses biotransformasi oleh enzim CYP2E1 membentuk radikal bebas

yaitu radikal triklorometil (●CCl3). Radikal ini kemudian akan bereaksi dengan

oksigen dan membentuk radikal triklorometil peroksi (●OOCCl3) yang lebih reaktif

(Hippeli dan Elstner, 1999).

Radikal triklorometil dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sitokrom

(23)

dan protein, dan akan bereaksi secara langsung dengan membran fosfolipid dan

kolesterol. Reaksi ini juga menghasilkan kloroform, yang merupakan salah satu

metabolit dari karbon tetraklorida. Selain itu pula radikal triklorometil dapat

menginisiasi terjadinya radikal lipid yang menyebabkan terbentuknya lipid

hidroperoksidase (LOOH) dan radikal lipid alkoksil (LO●). Melalui proses

fragmentasi, radikal lipid alkoksi tersebut akan diubah menjadi malondialdehid

(Greguz and Klaaseen, 2001). Senyawa aldehid inilah yang akan menyebabkan

kerusakan pada membran plasma dan meningkatkan permeabilitas membran

(Bruckner dan Warren, 2001). Kelainan pada hati dapat dilihat dari meningkatnya

aktivitas transaminase serum yaitu alanin transaminase (ALT), aspartat amino

transferase (AST), bilirubin, γ-Glutamyl transpeptidase (GGT), alkali fosfatase dan

albumin (Ganong dan McPhee, 2011; North-Lewis, 2008).

Alkali fosfatase (ALP) merupakan enzim yang berperan dalam mempercepat

hidrolisis fosfat organik dengan melepaskan fosfat anorganik. Peningkatan ALP

terjadi akibat adanya kolestasis yaitu keadaan yang terjadi karena berkurangnya

aktivitas ekskresi empedu pada membran kanalikulus (Lu, 1995). Kolestasis ditandai

dengan peningkatan asam empedu dalam plasma, khususnya garam empedu dan

bilirubin (Robbins & Cotran, 2005), dan pada obstruksi intra (terjadi kelainan di

dalam parenkim hati dan kanalikuli ) maupun ekstrabiliar (terjadi kelainan dilaur

parenkim hati) enzim ini akan meningkat 3-10 kali dari nilai normal sebelum timbul

ikterus (penyakit kuning akibat akumulasi pigmen empedu) (Ruqiah, Ekowati,

(24)

menyebabkan enzim plasma seperti ALP meningkat dalam plasma (Murray, Granner,

and Rodwel, 2009). Peningkatan kadar enzim ini dapat digunakan sebagai cerminan

adanya kerusakan hati (Baron, 1995).

Tanaman telah memiliki peranan penting dalam menjaga kesehatan manusia

dan meningkatkan kualitas hidup. Menurut WHO, sekitar tiga perempat dari populasi

dunia bergantung pada obat tradisional dan sebagian besar dari perawatan ini

melibatkan penggunaan ekstrak tanaman atau komponen aktifnya (Elvin dan Lewis,

2001). Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak

tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk mencegah maupun mengobati penyakit

(Donatus, 2001). Salah satunya adalah alpukat (Persea americana Mill.), dimana

pada penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak metanol biji Persea

americana Mill. memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, tanin

terkondensasi, anthosianin, alkaloid, dan triterpen (Leite, et. al., 2009). Pada tahun

2012, Malangngi, Meiske, dan Jessey, menyatakan bahwa ekstrak etanol biji Persea

americana Mill. memiliki kandungan antioksidan yang mampu berfungsi menangkap

radikal bebas DPPH. Menurut Nopitasari (2013), dilaporkan bahwa pemberian

ekstrak etanol biji Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus

jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida, yang ditunjukkan dengan

penurunan aktivitas ALT dan AST serum. Berdasarkan penelitian Vinha, Joana dan

Sérgio pada tahun 2013 menunjukkan bahwa ekstrak air dari bagian alpukat memiliki

aktivitas antioksidan, pada biji aktivitas antioksidan sebesar 43%, pada kulit buah

(25)

Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian terkait pemberian ekstrak

etanol kulit buah Persea americana Mill. pada tikus yang terinduksi karbon

tetraklorida akan memberikan pengaruh penurunan aktivitas ALP. Pemberian ekstrak

etanol kulit buah Persea americana Mill. dilakukan pengamatan dalam jangka

pendek untuk mengetahui aktivitas pemberian ekstrak etanol kulit buah Persea

americana Mill. yang paling efektif dalam memberikan pengaruh penurunan ALP.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pemberian ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. dalam

penggunaan jangka pendek dapat menurunkan aktivitas ALP pada tikus yang

terinduksi karbon tetraklorida?

2. Apakah ada hubungan kekerabatan antara dosis ekstrak etanol kulit buah Persea

americana Mill. dengan penurunan aktivitas ALP?

C. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian yang pernah dilakukan dengan menggunakan biji Persea

americana Mill. yaitu oleh Leite et al. (2009) menyatakan bahwa ekstrak metanol biji

Persea americana Mill. memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, tanin

terkondensasi, anthosianin, alkaloid, dan triterpan. Pada tahun 2003, Yuko dan Jun

melaporkan bahwa aktivitas antioksidan yang potensial ditemukan pada ekstrak

metanol biji Persea americana Mill. Malangngi, dkk., (2012) menyatakan bahwa

(26)

berguna untuk menangkap radikal bebas DPPH. Pada penelitian Gunawan (2013),

pemberian ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dengan dosis 350

mg/kgBB memiliki khasiat nefroprotektif terhadap tikus putih jantan galur Wistar

yang terinduksi karbon tetraklorida, yang ditunjukkan dengan penurunan serum

kreatinin. Pada tahun yang sama, Nopitasari (2013), melaporkan bahwa pemberian

ekstrak etanol biji Persea americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus

jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida, yang ditunjukkan dengan

penurunan aktivitas ALT dan AST serum. Berdasarkan penelitian Ana, dkk., (2013)

menunjukkan bahwa bagian buah, kulit dan biji alpukat Algarvian memiliki

kandungan karotenoid, phenolik dan flavonoid serta memiliki aktivitas antioksidan.

Bedasarkan penelitian Kosińska, Karamác, Estrella, Bartolomé, dan Dykes (2012),

ekstrak hidroetanolik pada kulit alpukat dan biji alpukat menunjukkan banyaknya

jumlah flavonoid, proantosianidin, dan asam hidrosinamik.

Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan peneliti, untuk penelitian

pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

terhadap penurunan aktivitas ALP serum pada tikus jantan galur Wistar yang

terinduksi karbon tetraklorida belum pernah dilakukan.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan

(27)

penurunan aktivitas ALP setelah pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit

buah Persea americana Mill.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat

mengenai manfaat penggunaan jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea

americana Mill. untuk menurukan aktivitas ALP serum yang berfungsi sebagai

penunjuk adanya kerusakan hati.

E. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui pengaruh penurunan aktivitas ALP setelah pemberian jangka

pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. pada tikus yang

terinduksi karbon tetraklorida.

2. Mengetahui kekerabatan dosis ekstrak etanol kulit buah Persea americana

(28)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. HATI

1. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hati merupakan organ terbesar pada tubuh, menyumbang sekitar dua persen

berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa (Guyton dan Hall,

2007). Dimana hati terletak dalam rongga abdomen (Kumar, Abbas, Fausto, dan

Mitchell, 2007). Bentuk hati menyesuaikan dengan struktur disekitarnya. Pada bagian

atas hati memilki bentuk cembung dan terletak di bagian kanan bawah diafragma dan

sebagian terletak di sebelah kiri bawah. Bagian bawah hati memiliki bentuk berupa

cekung dan melindungi organ lain seperti ginjal kanan, lambung, usus, dan pankreas.

Hati mempunyai kapasitas cadangan yang besar untuk regenerasi sel yang rusak dan

hanya memerlukan 10-20% fungsi jaringan untuk mempertahankan hidup.

Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi utama hati, dimana saluran

empedu berfungsi mentransport dan kandung empedu berfungsi menyimpan dan

mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati mengsekresi

sekitar 1 liter empedu kuning setiap hari (Price dan Wilson, 2005). Hati memiliki

berat sekitar 1400 g pada orang dewasa dan dibungkus oleh suatu fibrosa. Hati

menerima hampir sekitar 1500 ml darah per menit melalui vena porta dan arteri

(29)

Hati terbagi dalam belahan utama yaitu kanan dan kiri. Hati terletak di

bawah diafragma dengan permukaan atas berbentuk cembung, sedangkan permukaan

bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fasiura transverses (Pearce, 2009).

Hati tersusun dari dua lobus yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Belahan kanan

dan kiri dipermukaan bawah dipisahkan oleh fasiura longitudinal, sedangkan

dipermukaan atas dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Dari setiap lobus terdiri dari

lobules. Lobulus merupakan struktur-struktur pada setiap lobus di hati, lobules terdiri

dari lempeng-lempeng sel hati yang berbentuk seperti kubus dan tersusun

mengelilingi vena sentralis (Pearce, 2009). Lempeng-lempeng sel hati dibatasi oleh

ruang vascular yaitu sinusoid. Sinusoid merupakan cabang vena portae dan arteri

hepatica sehingga darah akan bercampur menuju ke vena-vena sentral (Ganong dan

McPhee, 2011).

2. Fungsi Hati

Fungsi utama hati sebagai pusat metabolisme tubuh, yakni hati berperan

penting dalam metabolisme lemak; penimbun vitamin, besi, dan tembaga;

detoksifikasi sejumlah zat endogen (indol, skatol, dan fenol yang dihasilkan oleh

kerja bakteri pada asam amino dalam usus besar) dan zat eksogen (morfin,

fenobarbital); serta makronutrien yang dihantarkan oleh vena portae hepatis pasca

absorpsi dari usus. Sel-sel hati mendapat suplai darah dari vena portae hepatis yang

kaya makanan, tidak mengandung oksigen, dan kadang-kadang toksik. Sel hati

(30)

yang tidak biasa. Hal inilah yang menyebabkan sel hati lebih rentan terhadap

kerusakan dan penyakit (Wibowo dan Paryana, 2009).

3. Kerusakan pada Hati a. Perlemakan (Steatosis)

Perlemakan hati ditandai dengan adanya lipid pada hati dengan berat lebih

dari 5%. Lesi yang terbentuk dapat bersifat jangka pendek, seperti yang ditimbulkan

oleh etionin, fosfor, atau tertrasiklin. Tetrasiklin menyebabkan banyaknya butiran

lemak kecil di dalam suatu sel, sementara etanol menyebabkan terbentuknya butiran

lemak kecil yang menggantikan inti, sedangkan karbon tetraklorida menyebabkan

perlemakan hati melalui penghambatan sintesis satuan protein dari lipoprotein dan

penekanan konjugasi trigliserid dengan lipoprotein (Lu, 1995).

b. Nekrosis hati

Nekrosis hati merupakan kematian dari hepatosit yang termasuk dalam

kerusakan jangka pendek. Kematian sel ini ditandai dengan edema sitoplasma,

dilatasi retikulum endoplasma, dan disagregasi polisom (Lu, 1995). Peradangan

parah, nekrosis hepatosit dapat mengenai seluruh lobulus atau sebagian besar hati dan

biasanya menyebabkan gagal hati (Robbins & Cotran, 2005).

c. Kolestasis

Kolestasis merupakan salah satu jenis kerusakan hati yang bersifat akut, dan

lebih jarang ditemukan dibandingkan perlemakan hati dan nekrosis. Keadaan

kolestasis terjadi karena berkurangnya aktivitas ekskresi empedu pada membran

(31)

plasma, khususnya garam empedu dan bilirubin (Robbins & Cotran, 2005).

Terganggunya ekskresi empedu dari pigmen bilirubin, pigmen akan terakumulasi di

mata dan jaringan perifer terutama di kulit, menghasilkan penyakit kuning, dan

tumpahan ke dalam urin, yang menjadi kuning coklat atau gelap terang (Gregus dan

Klaaseen, 2001).

Toksin yang menginduksi kolestasis dapat bersifat sementara atau kronis,

namun ketika dalam jumlah yang besar, hal ini dapat memicu pembengkakan sel,

kematian sel, dan peradangan. Banyak jenis bahan kimia termasuk logam, hormon

dan obat-obatan menjadi penyebab kolestasis (Gregus dan Klaaseen, 2001).

Histologis kolestasis kemungkinan sangat halus sehingga sulit untuk dideteksi tanpa

penelitian ultrastruktur. Perubahan struktural mencakup pelebaran dari kanalikulus

empedu serta adanya colokan empedu dalam saluran empedu dan kanalikuli (Lu,

1995).

d. Sirosis

Sirosis merupakan bentuk tahap kerusakan hati kronis dan bersifat fatal

(Gregus dan Klaaseen, 2001). Sirosis ditandai dengan penghancuran hepatosit dan

terbentuknya jaringan parut fibrosa padat, khususnya serabut-serabut kolagen yang

menggantikan sel normal atau sel hepatik yang telah hancur. Hal itu sebagai respon

terhadap kerusakan atau peradangan berulang sehingga hati kehilangan fungsi dan

distorsi strukturnya (Mary, Mary dan Yakobus, 2005). Sirosis bersifat irreversibel,

memiliki harapan hidup kecil, biasanya merupakan hasil paparan berulang zat kimia

(32)

B. KARBON TETRAKLORIDA

Karbon tetraklorida merupakan suatu cairan jernih yang mudah menguap,

tidak berwarna, dan dengan bau khas, BM 153,82 dan sangat sukar larut dalam air

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Karbon tetraklorida

adalah senyawa yang mudah larut dalam lemak dan merupakan model hepatotoksik

yang dapat menimbulkan nekrosis sentrilobular hepatik dan perlemakan hati

(Wahyuni, 2005). Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan senyawa kimia yang bersifat

lebih ekstensif dalam merusak hepar jika dibandingkan dengan senyawa kimia

lainnya.

Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang bersifat toksik. Karbon

tetraklorida di dalam tubuh akan mengalami proses biotransformasi oleh enzim

CYP2E1 membentuk radikal bebas yaitu radikal triklormetil (●CCl3). Radikal ini

kemudian akan bereaksi dengan oksigen dan membentuk radikal triklorometil peroksi

(●OOCCl3) yang lebih reaktif (Gambar 1.) (Hippeli and Elstner, 1999).

Radikal triklorometil dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sitokrom

P-450. Radikal triklorometil akan berikatan secara kovalen dengan lemak mikrosomal

dan protein, dan akan bereaksi secara langsung dengan membran fosfolipid dan

kolesterol. Reaksi ini juga menghasilkan kloroform, yang merupakan salah satu

metabolit dari karbon tetraklorida (Gambar 1.). Selain itu pula radikal triklorometil

dapat menginisiasi terjadinya radikal lipid yang menyebabkan terbentuknya lipid

hidroperoksidase (LOOH) dan radikal lipid alkoksil (LO●). Melalui proses

(33)

(Greguz and Klaaseen, 2001). Senyawa aldehid inilah yang akan menyebabkan

kerusakan pada membran plasma dan meningkatkan permeabilitas membran

(Bruckner dan Warren, 2001).

Gambar 1. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida (Timbrell, 2008)

C. METODE PENGUJIAN

Evaluasi terjadinya kerusakan hepatik dapat dilakukan dengan beberapa uji

(34)

1. Tes enzim serum

Mengevaluasi kerusakan hati dengan enzim serum didasarkan atas

spesifikasi dan sensitivitas berbagai tipe kerusakan hati. Berbagai parameter dapat

diukur dalam plasma. Penentuan AST dan ALT enzim adalah cara pengukuran

parameter umum dalam plasma untuk mendeteksi kerusakan hati, enzim yang

dihasilkan beberapa kali lipat dalam 24 jam pertama setelah kerusakan (Timbrell,

2008). Ada beberapa enzim lain yang dapat digunakan sebagai penanda, yaitu Alkalin

fosfatase dan gamma-glutamiltranspeptidase (-GT). Kenaikan aktivitas kedua enzim

serum tersebut menunjukkan kerusakan kolestatik (Plaa dan Charbonneau, 2001).

2. Tes ekskretori hepatik

Zat kimia yang terdapat di dalam sirkulasi sistemik dapat diekskresikan oleh

hati dalam bentuk tidak berubah atau dirubah di dalam hepatosit. Bilirubin dan

xenobiotika merupakan contoh senyawa yang digunakan untuk mendeteksi kerusakan

hepatik (Plaa dan Charbonneau, 2001). Pada kerusakan hati, plasma bilirubin yang

mengalami peningkatan dan albumin plasma yang mengalami penurunan juga dapat

diukur (Timbrell, 2008).

3. Analisis histologik kerusakan hati

Analisis potensi hepatotoksik zat kimia tidak lengkap apabila tidak dengan

adanya deskripsi histologi kerusakan yang dihasilkan. Ciri-ciri kerusakan hati

ditentukan dengan melakukan pengamatan mikroskopik cahaya (Plaa dan

(35)

4. Perubahan kandungan kimia hati

Tingkat kerusakan hati yang terjadi dapat dideteksi dan ditetapkan melalui

perubahan struktural dan fungsional hepatik yang disebabkan oleh zat hepatotoksik.

Perubahan efek farmakologis obat dapat digunakan untuk menentukan dan

mendeteksi disfungsi hati (Plaa dan Charbonneau, 2001).

D. ALPUKAT

1. Sinonim

Persea gratissima Gaertn., Persea drymifolia, Persea mubigena, Persea

guatemalensis (Sunarjono, 2008).

2. Nama Daerah

Apokat, alpokat (Melayu), arpuket (Sunda), alpokat (Jawa), alpuket (Betawi) (Suhono

et al., 2010).

3. Taksonomi

Kerajaan : Plantae

Sub-kerajaan : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Filum : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Sub-Filum : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)

Sub-kelas : Magnoliidae

Ordo : Laurales

(36)

Marga : Persea

Jenis : Persea americana Mill. (Suhono et al, 2010).

4. Kandungan

Hasil skrining fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun, Nikodemus, Muhtadi

(2004) terhadap simplisia dan ekstrak etanol biji Persea americana Mill.

menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol, flavonoid, triterpenoid,

kuinon, saponin, tanin dan monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Berdasarkan

penelitian Vinha, dkk., (2013) menunjukkan komposisi aktif dari beberapa bagian

alpukat. Bagian buah alpukat Algarvian yang berjenis Hass menunjukkan kandungan

karotenoid sebesar 0,8 ± 0,2 mg/100g, komposisi fenolik 410,2 ± 69,0 mg/100g dan

flavonoid 21,9 ± 1,0 mg/100g. Bagian kulit buah memiliki kandungan 2,5 ± 0,1

mg/100g karotenoid, 679,0 ± 117,0 mg/100g fenolik dan 44,3 ± 3,1 mg/100g

flavonoid. Bagian biji buah menunjukkan kandungan fenolik sebesar 704,0 ± 130,0

mg/100g dan flavonoid 47,9 ± 2,6 mg/100g. Konsentrasi kandungan vitamin C dan E

yang tertinggi terletak pada buah (5,3 ± 1,7 mg/100g kandungan vitamin E) dan kulit

(4,1 ± 2,7 mg/100g kandungan vitamin C). Alpukat memiliki aktivitas antioksidan,

pada biji aktivitas antioksidan sebesar 43%, pada kulit buah sebesar 35% dan pada

buahnya sendiri sebesar 23%. Bedasarkan penelitian Kosińska et al. pada tahun 2012,

ekstrak hidroetanolik pada kulit alpukat dan biji alpukat menunjukkan banyaknya

(37)

5. Khasiat dan Kegunaan

Penelitian Imafidon and Amaechina (2010) dan Anaka, Ozolua, Okpo (2009)

melaporkan ekstrak air biji Persea americana Mill. mempunyai khasiat sebagai

antihipertensi. Ekstrak etanol biji Persea americana Mill. memiliki kandungan

antioksidan (Malangngi, dkk., 2012). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa

ekstrak metanol biji Persea americana Mill. memiliki kandungan fitokimia berupa

flavonoid, tanin terkondensasi, anthosianin, alkaloid, dan triterpan (Leite et al.,

2009). Tahun 2003, Yuko dan Jun melaporkan bahwa aktivitas antioksidan yang

potensial ditemukan pada ekstrak metanol biji Persea americana Mill. Penelitian

Nopitasari (2013), menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol biji Persea

americana Mill. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar yang

terinduksi karbon tetraklorida, yang ditunjukkan dengan penurunan aktivitas ALT

dan AST serum. Menurut Gunawan (2013), pemberian ekstrak metanol-air biji

Persea americana Mill. dengan dosis 350 mg/kgBB memiliki khasiat nefroprotektif

terhadap tikus putih jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida, yang

ditunjukkan dengan penurunan serum kreatinin. Menurut Rosari (2013), pemberian

dekok biji Persea americana Mill. secara jangka pendek dengan dosis 360,71

mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan aktivitas ALT dan AST pada tikus

(38)

E. ALKALI FOSFATASE

Alkali fosfatase merupakan enzim yang berperan dalam mempercepat

hidrolisis fosfat organik dengan melepaskan fosfat anorganik. Enzim ini terdapat

dalam banyak jaringan, terutama di hati, tulang, mukosa usus, dan plasenta.

Peningkatan ALP terjadi akibat adanya kolestasis, dan pada obstruksi intra maupun

ekstrabiliar enzim ini akan meningkat 3-10 kali dari nilai normal sebelum timbul

ikterus. Berdasarkan penelitian, pemberian 10 ml CCl4/kgBB menunjukkan bahwa

kemampuan hati dalam mensintesis enzim ALP sudah sangat terganggu akibat

terjadinya kerusakan sel hati yang luas dan berat (Ruqiah, dkk., 2007). Berdasarkan

penelitian Janakat dan Merie (2002) dan penelitian Garri (2013) dosis yang

digunakan pada penelitian ini yaitu 2 ml/kg BB, yang mana pada dosis ini sudah

mampu menimbulkan efek hepatotoksik. Adapun pada dosis rendah karbon

tetraklorida hanya menyebabkan kerusakan ringan berupa perlemakan hati (Timbrell,

2008).

Kerusakan yang terjadi pada lobus hati menyebabkan enzim plasma seperti

ALP meningkat dalam plasma (Murray,dkk., 2009). Peningkatan ALP serum terjadi

karena kerusakan dinding kanalikulus biliaris yang tersusun dari hepatosit yang rusak

(tempat ALP berada) akibat dari ikatan kovalen antara lipid dengan radikal bebas.

Sehingga terjadi kebocoran dan menyebabkan serum ALP banyak terdapat di plasma

darah. Pada tikus ditunjukkan nilai normal dari serum ALP adalah 164 ± 7,5 U/L

(Kiran, Vijaya, Ganga, 2012). Peningkatan kadar enzim ini dapat digunakan untuk

(39)

Kelainan pada hati dapat dilihat dari meningkatnya aktivitas transaminase

serum yaitu alanin transaminase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), bilirubin,

GGT (γ-Glutamyl transpeptidase), alkalin phosfatase dan protein (Ganong dan

McPhee, 2011; North-Lewis, 2008).

F. EKSTRAKSI MASERASI

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).

Metode maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari

pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk

menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan

penyari tidak mengandung benzoin, stiraks dan lilin (Sudarmaji, Haryono, dan

Suhardi, 1989).

G. LANDASAN TEORI

Hati merupakan organ terbesar pada tubuh yang menyumbang sekitar dua

persen berat tubuh total, atau sekitar 1,5 kg pada rata-rata manusia dewasa (Guyton

dan Hall, 2007). Pembentukan dan ekskresi empedu merupakan fungsi utama hati,

(40)

menyimpan dan mengeluarkan empedu ke usus halus sesuai yang dibutuhkan. Hati

mengsekresi sekitar 1 liter empedu kuning setiap hari (Price and Wilson, 2005).

Alkali fosfatase merupakan enzim yang berperan dalam mempercepat

hidrolisis fosfat organik dengan melepaskan fosfat anorganik. Peningkatan ALP

terjadi akibat adanya kolestasis, dan pada obstruksi intra maupun ekstrabiliar enzim

ini akan meningkat 3-10 kali dari nilai normal sebelum timbul ikterus (Ruqiah, dkk.,

2007). Kerusakan yang terjadi pada lobus hati menyebabkan enzim plasma seperti

ALP meningkat dalam plasma (Murray,dkk., 2009). Peningkatan kadar enzim ini

dapat digunakan untuk cerminan adanya kerusakan hati (Baron, 1995).

Karbon tetraklorida (CCl4) merupakan senyawa kimia yang bersifat lebih

ekstensif dalam merusak hepar jika dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya.

Karbon tetraklorida merupakan senyawa yang bersifat toksik. Karbon tetraklorida di

dalam tubuh akan mengalami proses biotransformasi oleh enzim CYP2E1

membentuk radikal bebas yaitu radikal triklormetil (●CCl3). Radikal ini kemudian

akan bereaksi dengan oksigen dan membentuk radikal triklorometil peroksi

(●OOCCl3) yang lebih reaktif (Hippeli and Elstner, 1999).

Radikal triklorometil dapat menyebabkan terjadinya kerusakan sitokrom

P-450. Radikal triklorometil akan berikatan secara kovalen dengan lemak mikrosomal

dan protein, dan akan bereaksi secara langsung dengan membran fosfolipid dan

kolesterol. Reaksi ini juga menghasilkan kloroform, yang merupakan salah satu

metabolit dari karbon tetraklorida. Selain itu pula radikal triklorometil dapat

(41)

hidroperoksidase (LOOH) dan radikal lipid alkoksil (LO●). Melalui proses

fragmentasi, radikal lipid alkoksi tersebut akan diubah menjadi malondialdehid

(Greguz and Klaaseen, 2001). Senyawa aldehid inilah yang akan menyebabkan

kerusakan pada membran plasma dan meningkatkan permeabilitas membran

(Bruckner dan Warren, 2001).

Biji Persea americana Mill. diketahui mempunyai aktivitas antioksidan

yang potensial pada ekstrak metanol biji Persea americana Mill. (Yuko dan Jun,

2003). Menurut Rosari (2013), pemberian dekok biji Persea americana Mill. secara

jangka pendek dengan dosis 360,71 mg/kgBB memiliki pengaruh terhadap penurunan

aktivitas ALT dan AST pada tikus jantan yang terinduksi karbon tetraklorida.

Menurut Nopitasari (2013), pemberian ekstrak etanol biji Persea americana Mill.

memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon

tetraklorida, yang ditunjukkan dengan penurunan aktivitas ALT dan AST serum.

Berdasarkan penelitian Ana, Joana dan Sérgio pada tahun 2013 menunjukkan ekstrak

dari bagian alpukat memiliki aktivitas antioksidan, pada biji aktivitas antioksidan

sebesar 43%, pada kulit buah sebesar 35% dan pada buahnya sendiri sebesar 23%.

Hal ini memungkinkan pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea

americana Mill. mampu berperan sebagai penurun aktivitas ALP.

H. HIPOTESIS

Pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

(42)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit

buah Persea americana Mill. terhadap aktivitas enzim Alkali Fosfatase pada tikus

terinduksi karbon tetraklorida merupakan penelitian eksperimental murni dengan

memberikan perlakuan terhadap sejumlah variabel penelitian. Rancangan penelitian

ini termasuk rancangan acak lengkap pola searah yang artinya bahwa setiap hewan uji

mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan perlakuan, dimana hewan uji

mendapatkan perlakuan yang sama. Dan variabel pada penelitian ini menggunakan

satu variabel bebas.

B. VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

1. Variabel Utama

a. Variabel bebas. Variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi dosis

penggunaan jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

yang diberikan pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida.

b. Variabel tergantung. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah pengaruh

penurunan aktivitas ALP pada tikus jantan galur Wistar yang terinduksi karbon

tetraklorida setelah pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea

(43)

2. Variable Pengacau

a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini

adalah kondisi hewan uji yang digunakan, yaitu tikus galur Wistar dengan jenis

kelamin jantan dengan berat badan 150-250 g dan berumur 2-3 bulan, digunakan

tikus dewasa dengan berat yang mencukupi karena tikus dengan usia dewasa

sudah memiliki organ yang lengkap; frekuensi waktu pemberian ekstrak etanol

kulit buah Persea americana Mill. dan cara pemberian ekstrak etanol kulit buah

Persea americana Mill. secara peroral serta bahan kulit buah Persea americana

Mill.

b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam

percobaan ini adalah kondisi patofisiologis hewan uji.

3. Definisi Operasional

a. Ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

Ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. adalah ekstrak kental yang

diperoleh dari serbuk kering kulit buah Persea americana Mill. yang dilarutkan

dalam pelarut etanol 70% dan dimaserasi selama 5 hari dengan sesekali

penggojokan. Kemudian disaring, serbuknya di remaserasi kembali selama 2 hari

dengan sesekali penggojokan. Setelah itu disaring, hasil penyaringan pertama dan

kedua disatukan dan dievaporasi dengan cara diuapkan di atas waterbath pada

(44)

b. Penurunan ALP

Penurunan ALP merupakan kemampuan ekstrak etanol kulit buah Persea

americana Mill. untuk menurunkan aktivitas ALP pada tikus yang terinduksi

karbon tetraklorida.

c. Jangka pendek

Jangka pendek yang dimaksud dalam penelitian adalah pemberian ekstrak etanol

kulit buah Persea americana Mill. kepada hewan uji pada waktu 6 jam sebelum

pemberian karbon tetraklorida.

d. Kulit buah

Kulit buah yang dimaksud dalam penelitian adalah kulit buah Persea americana

Mill. yang didapatkan dari buah Persea americana Mill. yang sudah matang

dengan warna kulit hijau.

C. BAHAN PENELITIAN 1. Bahan utama

a. Hewan uji yang digunakan adalah tikus jantan galur Wistar, berumur 2-3 bulan

dengan berat badan 150-250 g yang diperoleh dari Laboratorium Imono Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Bahan uji yang digunakan adalah kulit buah Persea americana Mill. yang

diperoleh dari depot es yang terletak di Ambarukmo Plaza dan Malioboro,

Yogyakarta. Waktu pengambilan kulit Persea americana Mill. adalah selama

(45)

2. Bahan kimia

a. Bahan hepatotoksin yang digunakan adalah karbon tetraklorida yang diperoleh

dari Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

b. Etanol 70% sebagai pelarut yang digunakan untuk pembuatan sediaan uji

diperoleh dari laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

c. Blanko pengujian ALP menggunakan aqua bidestilata yang diperoleh dari

laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

d. Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah olive oil (Bertolli®)

yang diperoleh dari laboratorium Biofarmasetika Fakultas Farmasi Sanata

Dharma.

e. Reagen serum ALP

Reagen serum yang digunakan adalah reagen yang terdapat di laboratorium

Parahita, karena pengamatan nilai ALP dilakukan laboratorium Parahita di

Yogyakarta. Reagen yang digunakan di laboratorium Parahita yaitu terdiri dari

dua reagen :

1. Reagen 1 terdiri dari : 2-Amino-2-methylpropanol (C = > 1.2 mol/L)

Magnesium (C = > 7.2 mmol/L)

Zinc sulfate (C = > 3.6 mmol/L)

HEDTA (C = > 7.2 mmol/L)

(46)

D. ALAT PENELITIAN 1. Alat ekstraksi

Alat gelas yaitu Bekker glass, Erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, cawan

porselen, corong Buchner, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Mesin

penyerbuk Retsch®, ayakan No. 40 Elektric Sieve Shaker Indotest Multi Lab®,

timbangan analitik Metteler Toledo®, moisture balance, orbital shaker Optima®,

rotary vaccum evaporator IKVAC®, oven Memmert®.

2. Alat uji hepatoprotektif

Seperangkat alat gelas berupa Beker glass, gelas ukur, tabung reaksi, labu

ukur, pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Timbangan electric Mettler

Toledo®, sentrifuge Centurion Scientific®, vortex Genie Wilten®, spuit per oral dan

syringe 3 cc Terumo®, pipa kapiler, tabung Eppendorf, Microlab 200 Merck®,

stopwatch.

E. TATA CARA PENELITIAN

1. Determinasi buah Persea americana Mill.

Determinasi buah Persea americana Mill. dilakukan dengan mencocokan

buah Persea americana Mill. yang berasal dari depot es yang terletak di Ambarukmo

(47)

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji penelitian ini adalah kulit buah Persea americana Mill. yang

masih segar dan tidak busuk, bahan uji dikumpulkan selama periode bulan Juni 2014.

Buah yang diambil adalah buah yang matang dengan warna kulit hijau.

3. Pembuatan serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.

Kulit buah Persea americana Mill. yang telah dipisahkan dari dagingnya,

diambil kulitnya dan di cuci dibawah air yang mengalir. Setelah bersih

diangin-anginkan kemudian dipotong hingga menjadi potongan-potongan kecil bertujuan

untuk mempercepat proses pengeringan. Selanjutnya setelah dalam bentuk potongan

kecil dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari. Pengeringan dilanjutkan

dengan oven pada suhu 500C selama 24 jam, kemudian diserbuk dan diayak dengan

ayakan No. 40 agar luas permukaan serbuk yang kontak dengan pelarut semakin

besar sehingga kandungan fitokimia yang terkandung dalam kulit buah Persea

americana Mill. lebih mudah terekstrak.

4. Penetapan kadar air serbuk kering kulit buah Persea americana Mill.

Penetapan kadar air secara sederhana menggunakan alat moisture balance.

Sebanyak 5 g serbuk kulit buah Persea americana Mill. dimasukkan ke dalam alat

moisture balance dan diratakan. Serbuk ditimbang sebagai bobot sebelum pemanasan

(bobot a). Kemudian serbuk dipanaskan pada suhu diatas 1050C dan serbuk

ditimbang kembali sebagai bobot setelah pemanasan (bobot b). Selisih bobot sebelum

(48)

5. Pembuatan ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

Pembuatan ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. menggunakan

metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena digunakan untuk menyari simplisia

dimana zat aktif yang terkandung di dalamnya mudah larut dalam cairan penyari.

Selain itu dalam proses pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana. Dalam

metode maserasi tidak dilakukan pemanasan sehingga bahan alam tidak akan terurai.

Cairan penyari yang digunakan adalah etanol karena senyawa hipotesis yang

diketahui adalah senyawa golongan glikosida fenolik yang dapat larut dalam pelarut

polar. Hal ini berdasarkan penelitian Javier, David, Maria, Petri dan Mario (2011),

menyatakan bahwa senyawa fenolik biji Persea americana Mill. merupakan hasil

isolasi dengan pelarut organik yang bersifat polar. Berdasarkan penelitian Shirly,

Hesty dan Wahyu (2013) menyatakan bahwa ekstrak etanol 70% daun Persea

americana Mill. mengandung senyawa flavonoid, saponin, dan kumarin.

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi yaitu perendaman dengan

melarutkan 40 g serbuk kulit buah Persea americana Mill. dalam 200 ml pelarut

etanol 70 % dan dimaserasi selama 5 x 24 jam pada suhu kamar dengan sesekali

dilakukan penggojokan. Tujuan dilarutkannya dalam pelarut etanol supaya senyawa

kimia yang terkandung dalam kulit buah Persea americana Mill. dapat larut di dalam

pelarut. Selanjutnya hasil maserasi disaring untuk memisahkan filtrat dari serbuk

(residu) dengan menggunakan corong Buchner yang dilapisi kertas saring. Kemudian

serbuk hasil penyaringan tersebut di remaserasi atau maserasi kembali dengan pelarut

(49)

selanjutnya disaring. Kedua hasil ekstrak dicampurkan dan dievaporasi menggunakan

labu alas bulat. Ekstrak kental yang diperoleh ditempatkan dalam cawan petri dan

dilakukan penimbangan untuk mempermudah dalam perhitungan rendemen ekstrak

yang akan diperoleh. Kemudian hasil maserasi diuapkan kembali di atas waterbath

dengan suhu 800C hingga diperoleh bobot tetap kemudian disimpan di dalam

desikator.

Dilakukan perhitungan rata-rata rendemen enam replikasi ekstrak etanol

kulit buah Persea americana Mill. kental yang telah dibuat.

Rendemen ekstrak = berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong Berat serbuk kering

Rata-rata rendemen = rep.1 + rep.2 + rep.3 + rep.4 + rep.5 + rep.6

6

6. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak

Berdasarkan penelitian Nopitasari (2013), digunakan konsentrasi pekat yang

dapat dibuat dimana pada konsentrasi tersebut ekstrak yang dibuat dapat dimasukkan

serta dikeluarkan dari spuit oral. Cara pembuatannya dengan melarutkan ekstrak

sebanyak 3,5 g dalam labu ukur 50 ml dengan pelarut yang sesuai yaitu CMC Na 1%.

Sehingga konsentrasi ekstrak dapat ditetapkan sebesar 7% b/v atau 0,07 g/ml atau 70

mg/ml.

7. Penetapan dosis ekstrak etanol kulit Buah Persea americana Mill.

Berdasarkan penelitian Nopitasari (2013), penetapan peringkat dosis

(50)

yang dapat dimasukkan dan dikeluarkan melalui spuit oral dan pemberian volume

cairan peroral yaitu 5 ml. Penetapan dosis tertinggi ekstrak etanol kulit buah Persea

americana Mill. dengan konsentrasi 7% diperoleh sebagai berikut :

D x BB = C x V

D x 0,250 kgBB = 70 mg/ml x 5 ml

D = 1400 mg/kgBB

Dua dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan 2 dan 4 kalinya sehingga

didapatkan dosis 700 dan 350 mg/kgBB. Dosis yang digunakan dalam penelitian

adalah 350; 700; dan 1400 mg/kgBB atau 0,35; 0,70; dan 1,40 g/kgBB.

8. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1%

Ditimbang sebanyak 5 g CMC Na, kemudian dilarutkan menggunakan

aquadest 200 ml, lalu didiamkan selama 24 jam hingga CMC mengembang,

kemudian di add dengan aquadest pada labu ukur hingga 500 ml.

9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida

Karbon tetraklorida dibuat dalam konsentrasi 50% dengan cara melarutkan

50 ml karbon tetraklorida ke dalam olive oil sebanyak 50 ml (Janakat dan Merrie,

2002).

10.Uji pendahuluan

a. Penetapan dosis karbon tetraklorida bertujuan untuk mengetahui pada dosis

berapa karbon tetraklorida mampu menimbulkan kerusakan hati pada tikus yang

ditunjukan dengan adanya peningatan aktivitas serum ALT yang tinggi.

(51)

adalah 2 ml/kg BB yang terbukti mampu meningkatkan aktivitas serum ALT dan

AST yang diberikan secara intraperitonial (i.p). Pada penelitian yang dilakukan

Garri (2013) juga membuktikan bahwa 2 ml/kg BB mampu meningkatkan

aktivitas serum ALT dan AST yang pemberiannya melalui intraperitonial (i.p).

b. Penetapan waktu pencuplikan darah. Untuk mendapatkan waktu pencuplikan

darah dilakukan orientasi dengan satu kelompok. Dalam satu kelompok terdiri

dari 5 ekor tikus. Pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata. Pada

jam ke 0, 24, dan 48 jam setelah pemejanan karbon tetraklorida. Kemudian

lakukan pengukuran aktivitas ALT.

11.Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji

Tiga puluh ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan secara acak,

masing-masing sejumlah lima ekor tikus.

a. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi larutan karbon tetraklorida : olive oil

(1:1) dosis 2 ml/kgBB secara intra peritonial, setelah dua puluh empat jam ambil

darahnya.

b. Kelompok II (kontrol negatif) diberi olive oil sebanyak 2 mL secara intra

peritonial, setelah dua puluh empat jam diambil darahnya.

c. Kelompok III (kontrol ekstrak) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana

Mill. dosis 1,4 g/kgBB secara per oral, enam jam kemudian diambil darahnya.

d. Kelompok IV (dosis rendah) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana

(52)

e. Kelompok V (dosis tengah) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana

Mill. dosis 0,7 g/kgBB secara per oral.

f. Kelompok VI (dosis tinggi) diberi ekstrak etanol kulit buah Persea americana

Mill. dosis 1,4 g/kgBB secara per oral.

Enam jam kemudian kelompok IV-VI dipejani karbon tetraklorida dosis 2

ml/kgBB secara intraperitonial. Ambil darahnya setelah 24 jam melalui sinus orbitalis

mata, kemudian diukur aktivitas ALP-nya.

12.Pembuatan serum

Darah diambil melalui sinus orbitalis mata tikus dan ditampung dalam

tabung Eppendorf. Darah didiamkan selama ± 15 menit, kemudian disentrifugasi

selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm dan bagian supernatannya diambil.

13.Penetapan aktivitas serum ALP

Pengukuran aktivitas ALP dilakukan di Laboratorium PARAHITA,

Yogyakarta. Pengukuran dilakukan dengan cara memasukkan serum yang didapatkan

ke dalam alat Architect yang didalamnya terdapat reagen untuk pengukuran ALP

serum. Prinsip dari pengukuran aktivitas ALP serum yaitu alkali fosfatase dalam

sampel mempercepat hidrolisis p-nitrofenil fosftat (p-NPP) menjadi p-nitrofenol dan

fosfat anorganik. Pada pH basa, p-nitrofenol dalam bentuk phenoxide berwarna

kuning akan memberikan kenaikan absorbansi pada panjang gelombang 404 nm yang

(53)

F. TATA CARA ANALISIS HASIL

Data aktivitas ALP dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov karena sampel

yang digunakan pada penelitian kurang dari 50. Kolmogorov-Smirnov digunakan

untuk mengetahui normalitas data pada masing-masing kelompok perlakuan. Nilai

normal suatu data ditunjukkan dengan nilai p>0,05. Apabila hasil analisis statistik

Kolmogorov-Smirnov kadar serum ALP menunjukkan distribusi data normal

(p>0,05), dilanjutkan dengan analisis One Way Anova dengan taraf kepercayaan 95%

untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Apabila hasil tersebut

menunjukkan nilai signifikansi (p>0,05), berarti data tersebut homogen. Kemudian

dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar

kelompok. Jika diperoleh distribusi data yang tidak normal maka dilakukan analisis

data menggunakan Kruskal-Wallis untuk melihat homogenitasnya, dan dilanjutkan

(54)

33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak

etanol kulit buah Persea americana Mill. pada tikus jantan jalur Wistar yang

terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat aktivitas enzim alkali fosfatase (ALP)

serta melihat tingkat kekerabatan antar dosis dengan peningkatan ataupun penurunan

nilai ALP.

A. Penyiapan Bahan 1. Hasil determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan bahwa tanaman yang

digunakan dalam penelitian adalah Persea americana Mill. Bagian tanaman yang

digunakan untuk determinasi adalah buah Persea americana Mill. Determinasi

tanaman dilakukan dengan mencocokkan kesamaan ciri buah Persea americana Mill.

dengan literatur Agrilink tahun 2001. Hasil determinasi membuktikan bahwa bahan

yang digunakan dalam penelitian benar merupakan tanaman Persea americana Mill.

2. Penetapan kadar air serbuk kulit buah Persea americana Mill.

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui kadar air dalam serbuk kulit

buah Persea americana Mill. dan melalui uji ini dapat diketahui apakah serbuk kulit

buah Persea americana Mill. telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik, yaitu

memiliki kadar air kurang dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

(55)

dilakukan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Serbuk kulit buah Persea

americana Mill. yang akan digunakan, dipanaskan pada suhu diatas 1050C karena

diasumsikan pada suhu diatas 1050C kandungan air didalam serbuk kulit buah Persea

americana Mill. dapat menguap. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa serbuk

kulit buah Persea americana Mill. memiliki kadar air 7,1%. Hal ini menyatakan

bahwa serbuk kulit buah Persea americana Mill. memenuhi syarat serbuk yang baik.

Kelemahan pada penelitian ini yaitu tidak dilakukan uji kadar air ekstrak etanol kulit

buah Persea americana Mill. sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai

hal tersebut.

3. Hasil penimbangan bobot ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill.

Metode yang digunakan dalam pembuatan ekstrak etanol dalam penelitian

ini adalah metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena digunakan untuk menyari

simplisia dimana zat aktif yang terkandung di dalamnya mudah larut dalam cairan

penyari. Selain itu dalam proses pengerjaan dan peralatan yang digunakan begitu

sederhana. Cairan penyari yang digunakan adalah etanol karena senyawa hipotesis

yang diketahui adalah senyawa golongan glikosida fenolik yang dapat larut dalam

pelarut polar. Berdasarkan penelitian Malangngi, dkk., pada tahun 2012, ekstrak

etanol biji Persea americana Mill. memiliki kandungan antioksidan.

Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 400 gram serbuk kering Persea

americana Mill. menghasilkan berat tetap 4,48 gram ekstrak kental, dengan hasil

(56)

B. Uji Pendahuluan 1. Penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida

Senyawa hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon

tetraklorida. Pada penelitian ini penentuan dosis karbon tetraklorida bertujuan untuk

mengetahui pada dosis berapa karbon tetraklorida dapat menyebabkan kerusakan hati

pada tikus yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas enzim ALP. Pada

penelitian Janakat dan Merie (2002) dan penelitian Garri (2013) menyatakan bahwa

dosis karbon tetraklorida yang mampu menimbulkan efek hepatotoksik adalah 2

ml/kg BB. Berdasarkan penelitian Nirmala, Girija, Lakshman dan Divya (2012),

menunjukkan bahwa dengan peningkatan nilai ALT lebih dari 1,5 kali lipat

menunjukkan peningkatan pada aktivitas ALP serum. Hal tersebut juga didukung

oleh penelitian Ruqiah, dkk. (2007), yang menyatakan bahwa dengan peningkatan

aktivitas ALT juga meningkatkan aktivitas ALP.

2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji

Penentuan waktu pencuplikan darah pada hewan uji bertujuan untuk

mengetahui efek hepatotoksik karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB mencapai

maksimal, yang ditunjukkan dengan peningkatan ALT tertinggi pada waktu tertentu.

Pencuplikan darah dilakukan melalui sinus orbitalis mata dengan selang waktu

tertentu yaitu jam ke 0, 24 dan 48 setelah pemberian larutan karbon tetraklorida dosis

2 ml/kg BB. Hasil uji berupa aktivitas ALT setelah pemberian karbon tetraklorida

Gambar

Tabel II. Hasil uji Scheffe aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian karbon
Gambar 3. Diagram batang rata-rata aktivitas ALP tikus setelah
Gambar 1. Mekanisme biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida  (Timbrell, 2008)
Tabel I. Purata aktivitas serum ALT tikus setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 ml/kgBB pada selang waktu 0, 24, dan 48 jam (n = 3)
+5

Referensi

Dokumen terkait

bal$a semburc Rrbar sangar berpore.si sebasai rumbuhar invdjt lnrna hampn scntra cin cni nmbL$6 invasil dinrilikinya, didblnya biji sedbu.g.. rmbll dlpal berkccmbji

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapangan yang bertujuan untuk mendeskripsikan dinamika pembebasan tanah dalam proyek pembangunan jalan MERR II-C Gunung Anyar dan

sebagai pedoman kerja yang telah dimiliki yang meliputi: suasana kerja kondusif, perangkat kerja sesuai dengan tugas masing-masing sumber daya manusia telah tersedia,

Terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi setelah dilakukan observasi pembelajaran di SMP Negeri 4 Kota Magelang yang dirasa perlu adanya pemecahan,

nkumn kon.jstensi penycl€nggara nega.a terh.dap prinsip kedaulabn Bkyat dalam UUD 1945. Paso perubahan UoD 1945, sisten pemilihan udun anggota legislatif setalu

TtrRTUMBUTLA.N DAN PRODUKSI RUM}M BXNGGAL{. (P@1

6 dan histamine yang mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi oleh kompleks virus-antibodi

Dalam hal ini menandakan bahwa bank sangatlah penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank dalam Pasal 1 angka 2 UU perbankan mendefinisikan fungsi bank