• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan kefir susu kambing etawa,pengujian kualitas kefir,pembuatan sediaan sediaan masker peel-off, penentuan mutu fisik sediaan (pengamatan organoleptis,uji homogenitas, pengukuran pH, pengujian waktu sediaan mengering, dan penentuan viskositas), uji iritasi dan pengujian efektivitas sediaan.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Neraca analitik (Dickson), alat-alat gelas, lumpang, cawan porselin, stamfer, cawan porselin, kertas perkamen, penangas air, spatula, sudip, toples kaca, batang pengaduk, panci, penyaring, pH meter (Exact Instrument), viskometer Brookfield, termometer, alat skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis) .

3.1.2 Bahan-bahan

Susu kambing etawa, starter kefir, etanol 96%, PVA, carbomer 940, natrium lauril sulfat, gliserin, air suling, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

3.2 Sukarelawan

Sukarelawan yang dipilih adalah 12 orang mahasiswi di Fakultas Farmasi USU dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.3 Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang tidak diambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang sedang diteliti.

3.3.1 Pembuatan kefir susu kambing Etawa (sampel)

Pembuatan kefir pada penelitian ini dilakukan dengan metode tradisional (Hidayat, 2006). Sebelum dilakukan pembuatan kefir, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan kefir, kemudian susu dipasteurisasi hingga suhu 80°-90oC selama 15 menit. Kemudian susu dimasukkan kedalam toples didinginkan hingga suhu 18°-22oC.

Tahap selanjutnya starter kefir dimasukkan ke dalam toples susu, diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk memisahkan kefir dan biji kefir. Kefir yang didapatkan dari penyaringan diambil untuk dilakukan uji kualitas yaitu kadar asam laktat, nilai pH, viskositas, lalu kefir yang sudah dipanen dapat dikeringkan menggunakan freeze dryer.

3.3.2 Uji kualitas kefir

Uji kualitas kefir ini meliputi beberapa pengujian : 3.3.2.1 Pengukuran kadar asam laktat

Prinsip dalam pengukuran asam laktat yaitu jumlah asam dihitung sebagai asam laktat. Pengujian yang dilakukan berdasarkan uji keasaman menurut SNI 2981-2009 dengan metode Soxhlet Henkel yaitu ditimbang sebanyak 10 g contoh (pipet 10 ml contoh) (W) dimasukkan ke dalam erlenmayer, dilarutkan dalam air bebas CO2 sebanyak 2 kali volume dan ditambahkan 2 ml indikator phenolftalein dan titrasi dengan larutan 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda.

Cara perhitungannya yaitu:

% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡 = 𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 90

𝑊 𝑥100%

W = bobot contoh (mg)

V = volume larutan NaOH (ml) N = normalitas larutan NaOH 90 = bobot setara asam laktat 3.3.2.2 Pengukuran nilai pH

Pengukuran nilai kefir susu berpedoman pada standar nasional Indonesia (SNI 2981-2009). pH meter dicelupkan ke dalam kefir susu kambing Etawa. pH meter akan bekerja secara otomatis. Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah dan ditunggu 2-3 menit sampai angka digital stabil.

3.3.2.3 Pengukuran viskositas kefir

Pengukuran viskositas kefir menggunakanalat viskometer Brookfield.

Sampel sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml. Spindle dicelupkan ke dalam contoh dan diatur ketinggian viskometer hingga tanda garis tercelup. Pengukuran dilakukan dengan menekan tombol ON dan dibiarkan spindle berputar selama 20-30 detik, dan angka yang ditunjukkan oleh jarum dibaca secara tepat. Viskositas dihitung dengan persamaan :

Viskositas (cP) = skala yang terbaca x faktor konversi 3.3.3 Pemeriksaan stabilitas kefir

Dilakukan pengamatan perubahahan pH, warna, aroma pada kefir yang telah di-freeze dryer dalam penyimpanan selama 4 minggu pada suhu kamar.

3.4 Formulasi Sediaan Gel

3.4.1 Formula standar masker peel-off (Rieger,2000)

R/ Polivinil alkohol 5-10%

Humektan 2-10%

Surfaktan 2-5%

Alkohol 10-30%

pH Buffer pH 4-7

Pengawet qs

Parfum qs

Pewarna qs

Air suling ad 100

3.4.2 Formula modifikasi basis masker peel-off R/ Polivinil alkohol 10

Carbomer 940 0,5

Gliserin 10

Natrium lauril sulfat 2

Etanol 96% 20

Air suling ad 100

Cara pembuatan :

Dikembangkan carbomer 940 ke dalam air suling panas sebanyak 20 kalinya, didiamkan selama 15 menit gerus homogen. Polivinil Alkohol (PVA) ditambah air suling, kemudian dipanaskan di atas penangas air pada suhu ±750C dan diaduk konstan hingga membentuk gel. Dilarutkan natrium lauril sulfat dalam air suling panas. Ditambahkan massa carbomer 940 ke massa PVA, lalu ditambahkan larutan natrium lauril sulfat dan gliserin. Diaduk konstan dan homogen lalu dibiarkan hingga dingin. Kemudian ditambah etanol 96% hingga membentuk basis masker peel-off.

3.4.3 Formulasi sediaan masker peel-off

Masker peel-off dibuat dalam 4 formula yang dibedakan oleh konsentrasi kefir susu kambing etawa. Sebagai blanko digunakan masker peel-off tanpa kefir susu kambing Etawa.

Masing-masing formula sediaan masker dibuat sebanyak 100 g dan dibagi untuk pengujian stabilitas dan uji efektivitas. Rancangan formula masker peel-off dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rancangan formula Masker Peel-off

Konsentrasi (%)

No Bahan F0 FI FII FIII

1 Kefir susu kambing etawa - 2 4 6

2 Basis masker peel-off ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

Keterangan:

F0 : Basis masker peel-off tanpa Kefir (blanko)

FII : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 2 % FII : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 4 % FIII : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 6 % Cara pembuatan:

Kefir susu kambing etawa ditimbang sesuai konsentrasi, kemudian ditambah sedikit basis masker peel-off, digerus hingga homogen. Dicukupkan dengan basis masker peel-off hingga 100 g .

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Penentuan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap sediaan masker peel-off meliputi uji homogenitas, pengamatan organoleptis, pengukuran pH, pengujian waktu sediaan mengering, dan penentuan viskositas sediaan masker gel peel off.

3.5.1 Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Sejumlah tertentu sediaan jika diperoleh pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

3.5.2 Pengamatan organoleptis

Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, perubahan warna dan bau dari sediaan masker peel-off yang diamati secara visual.

3.5.3 Pengukuran pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut.

Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue.

Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu timbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.4 Pengujian waktu sediaan mengering

Pengujian waktu kering dilakukan dengan cara mengoleskan masker peel-off ke sebagian wajah area pipi dengan tebal kira-kira 1 mm dan diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskan masker peel-off hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

3.5.5 Penentuan viskositas sediaan masker peel-off

Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield. Dengan cara menimbang 100 gram sediaan masker peel-off kefir susu kambing Etawa kemudian diatur spindle dan kecepatan yang digunakan viskometer Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari gel akan terbaca.

3.6 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker peel-off kefir susu kambing Etawa dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker peel-off yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM RI, 1985).

Sukarelawan yang akan menggunakan kosmetika baru dapat dilakukan uji tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di tempat lain misalnya dibagian lengan bawah atau di belakang daun telinga. Setelah dibiarkan selama 24-48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan, maka kosmetik tersebut dapat digunakan (Wasiatatmadja, 1997).

3.7 Pengujian Efektivitas

Pengujian efektivitas dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 12 orang dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Kelompok I : 3 sukarelawan menggunakan masker peel-off tanpa kefir (F0 = blanko)

b. Kelompok II : 3 sukarelawan menggunakan masker peel-off kefir 2%

(FI)

c. Kelompok III : 3 sukarelawan menggunakan masker peel-off kefir 4%

(FII)

d. Kelompok IV : 3 sukarelawan menggunakan masker peel-off kefir 6%

(FIII)

Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah ditandai yang meliputi : kehalusan (eveness), pori (pore), dan noda (spot) dengan menggunakan skin analyzer. Perawatan mulai dilakukan dengan mengaplikasi masker peel-off hingga merata pada wajah yang telah ditandai, masker peel-off diaplikasi berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan diatas. Perubahan kondisi kulit diukur saat sebelum aplikasi masker peel-off dan setelah aplikasi masker peel-off setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer.

BAB IV

Dokumen terkait