• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI MASKER PEEL-OFF KEFIR SUSU KAMBING ETAWA

SKRIPSI

OLEH:

POCUT KEUMALA FAUMA NIM 141524032

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

FORMULASI MASKER PEEL-OFF KEFIR SUSU KAMBING ETAWA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

POCUT KEUMALA FAUMA NIM 141524032

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

FORMULASI MASKER PEEL-OFF KEFIR SUSU KAMBING ETAWA

OLEH:

POCUT KEUMALA FAUMA NIM 141524032

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal: 20 Oktober 2016

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Prof. Dr. Karsono, Apt. Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt.

NIP 195409091982011001 NIP 195111021977002001

Pembimbing II, Prof. Dr. Karsono, Apt.

NIP 195409091982011001

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt.

NIP 195807101986012001 NIP 195504241983031003

Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt.

NIP 197712262008122002

Medan, Desember 2016 Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera utara Dekan,

Dr. Masfria, M.S., Apt.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena limpahan rahmat, kasih dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Formulasi Masker Peel-Off Kefir Susu Kambing Etawa”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr.

Masfria, M. S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa perkuliahan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., dan Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran, tulus dan iklas selama penelitian dan penyusunan skripsi ini berlangsung. Kepada Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., Dr. Kasmirul Ramlan Sinaga, M.S., Apt., dan Dr. Sumaiyah, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada Ibu Marianne, S.Si, M.Si., Apt., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi selama mengikuti perkuliahan. Kepada Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik selama perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada Ayahanda T. Marzuki Husein dan Ibunda Fauziah Hafni, yang tiada hentinya berkorban dengan tulus ikhlas bagi kesuksesan penulis, juga kepada adik Lukluk, Popon dan Hafiz yang selalu setia memberi doa, dorongan dan

(5)

dedek yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasi hingga penulis menyelesaikan penelitian.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun pada skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Oktober 2016 Penulis,

Pocut Keumala Fauma NIM 141524032

(6)

SURAT PERYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Pocut Keumala Fauma

Nomor Induk Mahasiswa : 141524032

Program Studi : S-1 Ekstensi Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Masker Peel-Off Kefir Susu Kambing Etawa.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan diperguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya didalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena didalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Oktober 2016 Yang membuat pernyataan,

Pocut Keumala Fauma NIM 141524032

(7)

FORMULASI MASKER PEEL-OFF KEFIR SUSU KAMBING ETAWA

ABSTRAK

Latar Belakang: Proses perusakan kulit ditandai oleh munculnya keriput, kulit kering, kusam, dan muncul flek-flek hitam yang banyak disebabkan oleh radikal bebas. Kefir susu kambing etawa mengandung AHA (Asam Alfa Hidroksil) yang bekerja dengan cara eksfoliasi sehingga memungkinkan sel-sel kulit mati mengelupas dan mempercepat regenerasi sel-sel kulit baru, sehingga kulit menjadi lebih cerah, segar, dan kenyal

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk memformulasi sediaan masker peel- off menggunakan bahan aktif kefir susu kambing Etawa dalam meningkatkan efektivitas masker peel-off

Metode: Kefir susu kambing Etawa didapat dengan memfermentasikan susu kambing Etawa segar yang telah dipasteurisasi hingga suhu 80-90oC dan setelah dingin ditambahkan starter kefir dan diinkubasi 48 jam. Dasar masker peel-off terdiri dari Polivinil alkohol, carbomer 940, gliserin, sodium lauril sulfat, etanol dan aquadest. Masker peel-off yang diaplikasikan terhadap 12 orang sukarelawan (4 kelompok) denggan penambahan susu kambing etawa yaitu F0(0%); FI(2%);

FII(4%); FIII(6%). Pengujian terhadap sediaan masker peel-off meliputi pemeriksaan homogenitas, uji viskositas, uji pH, uji iritasi, dan uji efektivitas masker peel-off menggunakan alat Skin analyzer terhadap kulit wajah. Parameter yang diukur meliputi kadar air, kehalusan, besar pori, dan jumlah noda. Perawatan dilakukan selama empat minggu dengan mengaplikasikan masker satu kali seminggu.

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa kefir susu kambing Etawa dapat diformulasi dalam sediaan masker peel-off, dengan pH 5,1 - 6,1, tidak mengiritasi, waktu mengering 13-16 menit. Sediaan masker pell off kefir susu kambing Etawa mampu meningkatkan efektivitas masker peel off setelah perawatan 4 minggu, dengan peningkatan kadar air dari 6,2% menjadi 15,3%, peningkatan kehalusan dari 0% menjadi 40,2 %, pengurangan besar pori 21,3%

menjadi 59,6%, pengurangan noda 2,58% menjadi 31,2%.

Kesimpulan: Kefir susu kambing etawa dapat diformulasikan dalam sediaan masker peel off dan dapat meningkatkan efektivitas masker peel off, konsentrasi 6% pada sediaan masker pell-off kefir susu kambing Etawa memberikan efek lebih besar.

Kata Kunci: formulasi, kefir susu kambing Etawa, skin analyzer, masker peel-off.

(8)

THE FORMULATION PEEL- OFF MASK KEFIR FROM ETAWA GOAT MILK

ABSTRACT

Background: The destruction process of the skin characterized by the appearance of wrinkles, dry skin, dull and flakes patches that caused by free radicals. Etawa kefir milk contains AHA (Alpha Hiydroxyl Acids) which reacts through exfoliating that acquiescing dead skin cells flaked off and accelerating the regeneration of new skin cells, as a result skin turns to be bright, fresh and supple.

Objective: The purpose of this research is to formulate the peel-off mask utilizing active ingredient from Etawa kefir milk in increasing the effectiveness of peel-off mask.

Methods: Etawa kefir milk obtained from the fermentation of Etawa fresh milk pasteurized to a temperature of 80o-90oC, and after cold stater kefir is added and incubated for 48 hours.The primary peel off mask consists polyvinyl alcohol, carbomer 940, glycerin, sodium lauryl sulfate, ethanol and distilled water. Peel – off mask is applied to 12 volunteers (4 groups) by adding Etawa milk , F0 (0%);

FI (2%); FII (4%); FIII (6%). The experiment on the peel-off mask includes the examining homogeneity, viscosity test, pH test, irritation test, and the effectiveness of the peel-off mask by using Skin analyzer tool to the skin.

Parameters was measured include moisture content, evenness, large pores, and spot. The treatment has been done for four weeks by applying a mask once a week.

Results: The results yielded that Etawa kefir milk can be formulated in peel-off mask, with a pH of 5.1 to 6.1, no irritation, it needs time about 13-16 minutes to dry. Peel-off mask from Etawa kefir milk able to increase the effectiveness of peel-off mask after 4 weeks of treatment, with an increase moisture content of 6.2% to 15.3%, the evenness 0% to 40.2%, a large reduction of the pore 21.3%

to 59.6%, and a reduction of spot from 2.58% to 31.2%.

Conclution: Etawa kefir milk can be formulated to be peel-off mask and can increase the effectiveness of the peel-off mask, concentration of 6% in the Etawa kefir milk peel-off mask yields greater effects than other concentrations.

Keywords: formulation, Etawa kefir milk, skin analyzer, peel-off mask.

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERYATAAN TIDAK PLAGIAT ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kefir ... 5

2.1.1 Perbedaan kefir dan youghrt ... 5

2.1.2 Starter kefir ... 7

2.1.3 Proses pembuatan kefir ... 8

2.1.4 Manfaat kefir ... 8

(10)

2.3 Susu Kambing Etawa ... 11

2.4 Kulit ... 14

2.4.1 Epidermis ... 14

2.4.2 Dermis ... 16

2.5 Sinar Ultraviolet (UV) ... 17

2.6 Masker ... 17

2.6.1 Fungsi masker ... 18

2.6.2 Jenis-jenis masker ... 18

2.7 Skin Analyzer ... 20

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan skin analyzer ... 20

2.7.2 Parameter pengukuran ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

3.1 Alat dan Bahan ... 23

3.1.1 Alat-alat ... 23

3.1.2 Bahan-bahan ... 23

3.2 Sukarelawan ... 24

3.3 Pengambilan dan Pengolahan Sampel ... 24

3.3.1 Pembuatan kefir susu kambing Etawa (sampel) ... 24

3.3.2 Uji kualitas kefir ... 25

3.3.2.1 Pengukuran kadar asam laktat ... 25

3.3.2.2 Pengukuran nilai pH ... 25

3.3.2.3 Pengukuran viskositas kefir ... 26

3.3.3 Pemeriksaan stabilitas kefir ... 26

3.4 Formulasi Sediaan Gel ... 26

(11)

3.4.2 Formula modifikasi basis masker peel-off ... 27

3.4.3 Formulasi sediaan masker peel-off ... 27

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan ... 28

3.5.1 Uji homogenitas ... 28

3.5.2 Pengamatan organoleptis ... 29

3.5.3 Pengukuran pH ... 29

3.5.4 Pengujian waktu sediaan mengering ... 29

3.5.5 Penentuan viskositas sediaan masker peel-off ... 29

3.6 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 30

3.7 Pengujian Efektivitas ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Hasil Uji Kualitas Kefir ... 32

4.1.1 Hasil pengukuran kadar asam laktat ... 32

4.1.2 Hasil pengukuran nilai pH ... 32

4.1.3 Hasil pengukuran viskositas kefir ... 32

4.2 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Peel-Off ... 33

4.3 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ... 33

4.3.1 Hasil pemeriksaan homogenitas ... 33

4.3.2 Hasil pemeriksaan pH ... 34

4.3.3 Hasil pemeriksaan viskositas ... 34

4.4 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan ... 36

4.5 Hasil Pengujian Efektivitas Masker Pell-Off ... 36

4.5.1 Kadar air (moisture) ... 37

4.5.2 Kehalusan (evenness) ... 39

4.5.3 Pori (pore) ... 40

4.5.4 Banyaknya noda (spot) ... 42

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

5.1 Kesimpulan ... 45

5.2 Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

LAMPIRAN ... 50

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Kandungan gizi susu sapid an susu kambing per 100 gram ... 13

2.2 Parameter hasil pengukuran dengan Skin analyzer ... 22

3.1 Rancangan formula masker peel-off ... 28

4.1 Hasil pengamatan sediaan masker peel-off ... 35

4.2 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 36

4.3 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian masker peel-off selama 4 minggu ... 37

4.4 Data hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian masker peel-off selama 4 minggu ... 39

4.5 Data hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian masker peel-off selama 4 minggu ... 41

4.6 Data hasil pengukuran noda (spot) pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian masker peel-off selama 4 minggu ... 43

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Anatomi dari kulit manusia ... 16 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah

sukarelawan formula F0, FI, FII dan FIII selama 4 minggu ... 38 4.2 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah

sukarelawan formula F0, FI, FII dan FIII selama 4 minggu... 40

4.3 Grafik hasil pengukuran pori (pore) pada kulit wajah sukarelawan formula F0, FI, FII dan FIII selama 4 minggu... 41

4.4 Grafik hasil pengukuran noda (spot) pada kulit wajah

sukarelawan formula F0, FI, FII dan FIII selama 4 minggu ... 43

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat pernyataan persetujuan ikut serta dalam penelitian ... 49

2 Gambar alat dan bahan yang digunakan ... 50

3 Bagan pembuatan kefir ... 52

4 Bagan pembuatan basis masker peel-off kefir susu kambing etawa ... 53

5 Gambar sediaan masker peel-off dan uji homogenitas ... 55

6 Gambar uji iritasi dan aplikasi sediaan masker peel-off ... 56

7 Gambar hasil uji efektivitas masker peel-off ... 57

8 Data hasil uji statistik ... 61

9 Data hasil pengujian efektivitas masker peel-off ... 74

10 Data hasil pengukuran kadar asam laktat ... 78

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Elektron-elektron yang tidak berpasangan ini menyebabkan radikal bebas menjadi senyawa yang sangat reaktif terhadap sel-sel tubuh. Radikal bebas akan berikatan dengan komponen sel seperti lemak, protein, dan asam nukleat. Kerusakan komponen sel menyebabkan kulit kering, keriput, kusam, dan muncul flek-flek hitam. Asap rokok, makanan yang dibakar, paparan sinar matahari berlebih, obat-obatan tertentu, pestisida, dan polusi udara merupakan beberapa sumber pembentuk senyawa radikal bebas (Silalahi, 2006).

Kosmetik telah dikenal sejak zaman dahulu kala dan merupakan unsur kebudayaan masyarakat, karena kecantikan dan kesehatan merupakan kebutuhan hidup yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kosmetik merupakan kebutuhan pokok yang digunakan untuk mempercantik diri dan berfungsi sebagai perawatan kesehatan kulit. Kulit setiap hari mengalami paparan radikal bebas dari lingkungan. Dengan demikian kosmetik diharapkan juga dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas (Putro, 1997).

Masker merupakan salah satu jenis kosmetik perawatan yang cukup dikenal dan banyak digunakan. Masker biasanya digunakan pada tahap akhir dalam rangkaian perawatan kulit wajah. Masker bekerja mendalam untuk mengangkat sel-sel tanduk yang sudah mati pada kulit ( Muliyawan dan Suriana, 2013).

(17)

Pemakaian masker akan membuat kulit menjadi lebih menarik dan mencegah lebih cepatnya kerut kulit pada wajah. Masker yang banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk pell- off masih jarang dijumpai. Masker pell-off adalah masker yang dipakai pada kulit wajah kemudiaan dikelupas kembali setelah kering. Masker seperti ini cukup efektif mengangkat sel kulit mati, komedo, kotoran kulit, rambut wajah yang tidak diinginkan, memperbaiki warna dan tekstur kulit (Rieger, 2000).

Kefir adalah susu fermentasi yang memiliki rasa,warna dan konsistensi yang menyerupai yogurt dan memiliki aroma khas seperti tape. Kefir diperoleh melalui proses fermentasi susu pasteurisasi menggunakan starter berupa butiran atau biji kefir (kefir grain/kefir granul), yaitu butiran-butiran putih atau krem dari kumpulan bakteri, antara lain Sterptococcus sp, Lactobacilli dan berbagai jenis ragi/khamir nonpatogen. Kefir mengandung AHA (Asam Alfa Hidroksil) yang bekerja dengan cara eksfoliasi sehingga memungkinkan sel-sel kulit mati mengelupas dan mempercepat regenerasi sel-sel kulit baru, sehingga kulit menjadi lebih cerah, segar, dan kenyal. Oleh karena itu eksfoliasi juga mampu menghilangkan flek hitam maupun warna kulit yang tidak merata. Kefir susu kambing memiliki tingkat keasaman yang menyamai kulit. Efeknya terasa lembut di kulit dan tidak menimbulkan iritasi (Suhartanti dan Iqbal, 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan masker peel-off berbahan dasar kefir susu kambing etawa.

Dengan demikian dapat menambah manfaat dan daya guna dari kefir susu kambing etawa dalam bidang kosmetika yaitu sebagai masker peel-off.

(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah kefir susu kambing etawa dapat diformulasikan dalam sediaan masker peel-off

2. Apakah kefir susu kambing etawa mampu meningkatkan efektivitas masker peel-off

1.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kefir susu kambing etawa dapat diformulasikan dalam sediaan masker peel- off.

2. Kefir susu kambing etawa mampu meningkatan efektivitas masker peel-off.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk membuat sediaan masker peel-off dari kefir susu kambing etawa.

2. Untuk mengetahui kemampuan kefir susu kambing etawa dalam meningkatkan efektivitas masker peel-off.

(19)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini adalah meningkatkan daya dan hasil guna dari kefir susu kambing etawa yang dimanfaatkan dalam bidang kosmetik yaitu sebagai masker peel-off.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kefir

Kefir adalah susu fermentasi yang memiliki rasa, warna dan konsistensi yang menyerupai yoghurt dan memiliki aroma khas seperti tape. Kefir diperoleh melalui proses fermentasi susu pasteurisasi menggunakan starter berupa butir atau biji kefir (kefir grain/ kefir granul), yaitu butiran-butiran putih atau krem dari kumpulan bakteri, antara lain Streptococcus sp., Lactobacilli dan beberapa jenis ragi khamir nonpatogen. Bakteri berperan menghasilkan asam laktat dan komponen flavor, sedangkan ragi menghasilkan gas karbon dioksida dan sedikit alkohol .Itulah sebabnya rasa kefir asam dan juga ada sedikit rasa alkohol dan soda, dan kombinasi karbon dioksida dan alkohol menghasilkan buih yang menciptakan karakter mendesis pada produk (Usmiati, 2007).

Hidayat dan kawan-kawan (2006), menyebutkan bahwa kefir merupakan produk fermentasi susu yang mempunyai karakteristik yang khas, yaitu campuran rasa asam, alkoholik, dan karbonat yang dihasilkan dari proses fermentasi bakteri dan khamir

2.1.1 Perbedaan kefir dan yoghurt

Yoghurt adalah produk susu fermentasi berbentuk yang di hasilkan melalui proses fermentasi susu dengan menggunakan bakteri asam laktat. Melalui perubahan kimiawi yang terjadi selama proses fermentasi dihasilkan suatu produk yang mempunyai tekstur, flavor dan rasa yang khas. Selain itu juga mengandung nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan susu segar. Pada pembuatan yoghurt

(21)

digunakan kultur starter campuran Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus dengan perbandingan 1:1 (Hidayat, dkk., 2006).

Kultur yoghurt mempunyai peran penting dalam proses asidifikasi dan fermentasi susu. Kualitas hasil akhir yoghurt sangat dipengaruhi oeh komposisi dan preparasi kultur starter. Bakteri yang umum digunakan adalah Lb. bulgaricus dengan suhu optimum 42°-45°C dan Streptococcus thermophilus dengan suhu optimum 38°-42°C. Selama pertumbuhan terjadi simbiosis antara kedua jenis bakteri, sedangkan kultur starter kefir mengandung mikroba yang terdiri dari bakteri dan khamir yang masing - masing berperan dalam pembentukan cita rasa dan struktur kefir. Bakteri menyebabkan terjadinya asam sedangkan khamir menghasilkan alkohol dan CO2 pada proses fermentasi. Hal ini membedakan rasa yoghurt dan kefir (Hidayat, dkk., 2006).

Kefir dan yoghurt adalah susu fermentasi, tetapi keduanya memiliki perbedaan pada jenis kultur bakteri yang digunakan untuk fermentasi. Yoghurt mengandung bakteri transisi mempertahankan kebersihan sistem pencernaan dan menyediakan makanan untuk bakteri baik. Sedangkan kefir dapat benar-benar membersihkan saluran usus, sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh yoghurt.

Kefir mengandung beberapa strain bakteri yang tidak dapat ditemukan pada yoghurt, yaitu Lactobacillus Caucasus, Leuconostoc, spesies Acetobacter dan spesies Streptococcus. Kefir juga mengandung ragi yang bermanfaat, seperti Saccharomyces kefir dan Torula kefir, yang mendominasi, mengontrol dan menghilangkan ragi patogen yang destruktif dalam tubuh manusia (Buckle dan Edward, 2010).

(22)

2.1.2 Starter kefir

Kultur starter kefir disebut butiran kefir, mengandung mikroba yang terdiri dari bakteri dan khamir yang masing-masing berperan dalam pembentukan cita rasa dan struktur kefir. Bakteri menyebabkan terjadinya asam sedangkan khamir menghasilkan alkohol dan CO2 pada proses fermentasi. Spesies mikroorganisme dalam bibit kefir di antaranya Lactococcus acidophilus, L. kefir, L. kefirgranum, dan L. parakefir yang berfungsi dalam pembentukan asam laktat dari laktosa.

Lactobacillus kefiranofaciens sebagai pembentuk lendir (matriks butiran kefir) Leuconostoc sp. Membentuk diasetil dari sitrat, dan Candida kefir pembentuk etanol dan karbon dioksida dari laktosa. Selain itu juga ditemukan L. brevis dan khamir jenis Torulopsis holmii dan Saccharomyces delbrueckii (Hidayat, dkk., 2006).

Bakteri asam laktat dan khamir yang hidup bersimbiosis dan tumbuh di dalam biji kefir berada dalam perbandingan yang seimbang. Bakteri asam laktat yang berbentuk batang akan menempati lapisan perifer (luar) biji, sedangkan ragi ada di dalam intinya. Biji kefir yang diinokulasikan ke dalam susu akan mengembang (diameternya membesar) dan warnanya menjadi kecoklatan karena diselubungi partikel-partikel susu (Usmiati, 2007).

Starter kefir tidak dapat dikeringkan dengan pemanasan karena sebagian mikroorganisme di dalamnya akan mati. Bibit kefir masih aktif jika diawetkan dengan cara pengeringan beku (freeze drying). Tapi cara terbaik menyimpan bibit kefir adalah dengan memindahkan bibit kefir lama ke dalam susu yang dipasteurisasi secara berkala, diinkubasi semalam dan disimpan dalam lemari es bersuhu 4°-7°C (Hidayat, dkk., 2006).

(23)

2.1.3 Proses pembuatan kefir

Langkah-langkah pembuatan kefir menurut Usmiati (2007), adalah susu segar dipasteurisasi atau dipanaskan pada suhu 85°-90ºCselama 30 menit, Proses pasteurisasi susu sebelum fermentasi bertujuan untuk :

1. Mendenatursasi whey protein (albumin dan globulin) agar susu dihasilkan lebih kental.

2. Menghilangkan kandungan mikroba awal yang terdapat dalam susu agar pertumbuhan dari mikroba starter tidak tersaingi pada masa pertumbuhan.

3. Mengurangi jumlah O2 dalam susu yang secara normal sehingga bakteri kefir dapat berkembang biak dengan baik(Tamine dan Robinson, 1989).

Kemudian didinginkan, dimasukkan 3-5% butir-butir kefir dan diaduk merata. Diinkubasi pada suhu kamar agar proses fermentasi berlangsung. Selama proses fermentasi ini akan terjadi pembentukan asam laktat, alkohol, CO2 dan senyawa-senyawa yang menghasilkan flavor dan aroma (Hidayat, dkk., 2006).

Bila susu sudah menggumpal lalu disaring dengan menggunakan saringan untuk mendapatkan butir-butir kefir kembali. Kefir yang sudah disaring siap untuk diminum. Butir-butir kefir yang diperoleh dicuci dengan air matang dingin untuk dipakai lagi pada waktu lain (Hidayat, dkk., 2006).

2.1.4 Manfaat kefir

Kefir sebagai minuman yang bergizi tinggi dengan kandungan gula susu (laktosa) yang relatif rendah dibandingkan susu murni, kefir sangat bermanfaat bagi penderita lactoseintolerant atau tidak tahan terhadap laktosa, karena laktosanya telah dicerna menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase dari mikrobia dalam biji kefir. Kefir juga dapat menyembuhkan beberapa penyakit

(24)

metabolisme seperti diabetes, asma, arteriosklerosis dan jenis tumor tertentu (Usmiati, 2007).

Probiotik akan efektif jika: a) Menimbulkan efek yang bermanfaat bagi tubuh, b) Bukan patogen dan tidak toksik, c) Mengandung sejumlah besar sel hidup (108-1012 CFU), d) Bertahan hidup dalam sistem pencernaan dan tahan terhadap enzim pencernaan tubuh, e) Tetap hidup saat disimpan dan dikonsumsi (Sudarmono, 2010).

Konsumsi probiotik berguna bagi kesehatan antara lain: menurunkan gejala malabsorpsi laktosa, meningkatkan ketahanan alami terhadap infeksi saluran pencernaan, menekan pertumbuhan sel kanker, menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki sistem pencernaan, dan menstimulasai imunitas dalam pencernaan. Bakteri probiotik harus bertahan hidup dalam saluran pencernaan setelah dikonsumsi. Bakteri ini tahan terhadap lisozim, enzim di air liur, pemecah dinding sel bakteri, asam -asam empedu, untuk sampai di usus dalam keadaan hidup.Bakteri tersebut mampu melekat pada sel epitelium dan menjaga keharmonisan komposisi bakteri saluran pencernaan. Selanjutnya ia membantu mengatasi intoleransi terhadap laktosa, mencegah diare, sembelit, kanker, hipertensi, menurunkan kolesterol, menormalkan bakteri saluran pencernaan setelah pengobatan antibiotik, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Sudarmono, 2010).

2.2 Alpha Hydroxy Acid (AHA)

Masyarakat di benua Asia, terutama kaum wanitanya banyak menggunakan kosmetik untuk pencerahan kulit. Indonesia adalah salah satu

(25)

negara tropis dibelahan benua Asia yang terletak pada ekuator dengan suhu berkisar antara 25°-35oC dengan matahari yang bersinar sepanjang tahun.

Paparan sinar matahari yang menyengat sepanjang waktu, radiasi sinar ultraviolet dan faktor-faktor lainnya dapat menyebabkan penuaan kulit yang ditandai dengan berkurangnya kelembaban kulit, elasitas kulit, dan mempermudah terjadinya pigmentasi (Ditjen POM RI, 2006).

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan teknologi hal tersebut dapat diatasi dengan penggunaan kosmetik yang mengandung bahan aktif Alpha Hydroxy Acid (AHA) yang pada umumnya digunakan sebagai pelembab dan exfoliant (Ditjen POM RI, 2006).

AHA adalah asam organik yang terdiri dari 2 (dua) rantai karbon atau lebih yang semakin panjang rantai karbonnya akan semakin berat molekulnya.

Efektivitas AHA dalam kosmetik dipengaruhi oleh pH dan konsentrasi. Alpha Hydroxy Acid (AHA) terdiri dari :

a. Asam glikolat b. Asam laktat c. Asam malat d. Asam tartrat e. Asam mandelat

f. Asam sitrat (Ditjen POM RI, 2006).

Asam laktat (lactic acid) adalah salah satu asam organic yang penting di industri, mempunyai nama IUPAC: asam 2-hidroksipropanoat (CH3-CHOH- COOH), dikenal juga sebagai asam susu adalah senyawa kimia penting dalam proses biokimia.

(26)

Asam laktat merupakan salah satu dari Alpha-hidroxy Acid (AHA) yaitu komponen yang mengandung rantai hidroksi di posisi alfa. Asam lakat sangat direkomendasikan untuk mencerahkan dan melembabkan kulit. Asam ini sangat mudah diserap dan tidak berbahaya bagi kulit (Sweetman, 2007).

Menurut Usuki dan kawan-kawan (2003), ada 3 perbedaan mekanisme bahan pencerah kulit,yaitu:

1. Mengurangi melanin secara langsung ( contoh: hydroquinon)

2. Menghambat aktifitas tirosinase (contoh: vitamin C, arbutin, asam kojik) 3. Menekan pembentukan tirosinase (contoh: asam laktat).

2.3 Susu Kambing Etawa

Taksonomi dari kambing Etawa adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Class : Mamalia Ordo : Artiodactyla Family : Bovidae Genus : Capra Spesies : C. hircus

Kambing Etawa juga dikenal dengn sebutan aslinya yaitu Kambing Jamnapari, Kambing Etawa adalah salah satu jenis kambing unggul yang dapat dipelihara sebagai kambing pedaging dan juga bisa sebagai penghasil susu kambing atau kambing perah. Kambing Etawa ini berasal dari negeri India. Meski

(27)

pun demikian di Indonesai kambing ini lebih terkenal dengan sebutan kambing Etawa.

Susu kambing telah dikenal sejak dahulu tetapi ketenaranya masih kalah dengan susu sapi. Jika dibandingkan susu sapi, susu kambing memiliki beberapa perbedaan dalam segi warna dan bentuk globular lemak. Susu kambing memiliki warna yang lebih putih dan globular lemak susu yang lebih kecil dari pada susu sapi, sehingga dapat diminum oleh orang yang mengalami gangguan pencernaan, warna putih pada susu kambing berasal dari cahaya yang direfleksikan oleh globula-globula lemak (Blakely dan Bade, 1991).

Susu kambing memiliki beberapa perbedaan karakteristik dari susu sapi, yaitu warnanya lebih putih. Hal ini dikarenakan kandungan vitamin A pada susu kambing tidak tersusun sebagai pigmen karotenoid seperti susu sapi. Oleh karena adanya pigmen karotenoid pada susu sapi maka susu sapi lebih berwarna kuning sendangkan susu kambing berwarna putih. Selain itu globula lemak susunya lebih kecil sehingga lemak susu kambing lebih mudah dicerna, dan dapat diminum oleh orang yang alergi terhadap susu sapi, atau untuk orang-orang yang mengalami berbagai gangguan pencernaan (Blakely dan Blade, 1991).

Susu kambing layaknya susu yang berasal dari sumber hewan lainya merupakan campuran yang kompleks, yaitu emulsi lemak dalam air. Jika dibandingkan dengan susu sapi, empat komponen utama penyusun susu kambing yaitu laktosa, lemak, senyawa nitrogen, dan mineralnya memiliki kemiripan dengan susu sapi. Susu kambing memiliki ukuran rata-rata butiran lemak sebesar 2 mikrometer, lebih kecil dari pada ukuran butiran lemak susu sapi yang mencapai 2,5-3,5 mikrometer. Ukuran butiran lemak yang lebih kecil ini membuat lemak

(28)

susu kambing lebih tersebar dan homogen sehingga lebih mudah dicerna oleh sistem pencernaan manusia (Purbayanto, 2009).

Menurut Winarno (2002), susu kambing mampu membantu memulihkan kondisi orang yang telah sembuh dari suatu penyakit. Hal ini disebabkan protein berfungsi sebagai zat pembangun yaitu membentuk jaringan-jaringan baru didalam tubuh dan mengganti jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu diperbaiki. Kandungan gizi susu sapi dan susu kambing dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kandungan gizi susu sapi dan susu kambing nilai per 100 gram No Kandungan Susu sapi Susu kambing

1 Protein (g) 3.3 3.6

2 Lemak (g) 3.3 4.2

3 Karbohidrat (g) 4.7 4.5

4 Kalori (g) 61 69

5 Fosfor i (g) 93 111

6 Kalsium (g) 119 134

7 Magnesium (g) 13 14

8 Besi (g) 0.05 0.05

9 Natrium (g) 49 50

10 Kalium (g) 152 204

11 Vitamin A (IU) 126 185

12 Thiamin (mg) 0.04 0.05

13 Riboflavin (mg) 0.16 0.14

14 Niacin (mg) 0.08 0.28

15 Vitamin B6 (mg) 0.04 0.05

Protein susu kambing lebih mudah larut dan lebih mudah diserap serta lebih rendah dalam memicu alergi oleh tubuh sehingga mengindikasikan bahwa kualitas protein susu kambing lebih baik dibandingkan dengan susu sapi (Winarno, 2002).

(29)

2.4 Kulit

Kulit adalah organ tubuh paling besar melapisi seluruh bagian tubuh, terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia dengan berat 15% dari berat badan (Wasitaatmadja, 1997).

Kulit memiliki fungsi utama sebagai lapisan pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinasi dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan sel kulit melanin untuk melindungi kulit dari sinar matahari ultraviolet, sebagai peraba, pengaturan suhu tubuh, pertahanan terhadap tekanan dan infeksi dari luar serta alat pernapasan dan membuat pro-vitamin D menjadi vitamin D dibawah sinar matahari (Tranggono dan Latifah, 2007).

Dengan peran yang begitu penting sudah selayaknya kulit senantiasa dijaga dan dipelihara kesehatannya. Bukan hanya kulit wajah atau bagian yang terbuka, melainkan kulit diseluruh tubuh harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang optimal agar selalu sehat dan tampil indah. Memahami sktruktur dan fungsi kulit dapat menjadi langkah awal dalam keseluruhan rangkaian upaya untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit (Achroni, 2012).

2.4.1 Epidermis

Epidermis memiliki jenis sel utama keratinosit yang merupakan hasil pembelahan sel pada lapisan epidermis yang paling dalam yaitu stratum basale atau lapisan basal yang tumbuh terus ke arah permukaan kulit. Keratinosit mengalami “difereniasi terminal” untuk membentuk sel lapisan stratum korneum.

Selama diferensiasi, filamen keratin pada korneosit mengalami agregasi dimana

(30)

proses ini disebut keratinisasi, dan berkas-berkas filamen membentuk suatu jaringan intraseluler kompleks dalam matriks protein yang merupakan derivat pada stratum granulosum atau lapisan glanular (Graham, dkk., 2005).

Lapisan epidermis terdiri atas lima lapisan yaitu:

1. Stratum korneum

Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Permukaan stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam.

2. Stratum jernih (lusidum)

Terdapat dibawah stratum korneum merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung elidin, sangat tampak jelas pada telapaktangan dan kaki.

3. Stratum granulosum

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir kasar, berinti mengkerut.

4. Stratum spinosum

Memiliki sel yang berbentuk kubus seperti berduri. Intinya besar dan oval setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi.

5. Stratum basal

Merupakan lapisan terbawah epidermis. Didalam basal juga terdapat sel- sel melanosit yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinasi dan fungsinya hanya

(31)

membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendritnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.4.2 Dermis

Dermis terdiri dari jaringan ikat yang kenyal atau elastis, unsur yang merupakan serabut 90% terdiri atas serabut kolagen (Darmohusodo, 1982).

Gambar 2.1 Anatomi dari kulit manusia (Anderson, 1996)

Dermis adalah lapisan yang terletak dibawah epidermis dan merupakan bagian terbesar dari kulit. Gambaran utama dermis berupa anyaman serat-serat yang paling mengikat yang sebagian besar merupakan serat kolagen tetapi sebagian lagi berupa serat elastin. Dermis terdiri dari fibroblas, sel mast dan makrofag. Fibroblas membentuk matriks jaringan ikat pada dermis yang biasanya berdekatan dengan kolagen dan elastin (Graham, dkk., 2005).

(32)

2.5 Sinar Ultraviolet (UV)

Dalam kadar yang tidak berlebihan, sinar UV bermanfaat untuk membunuh kuman pathogen dan membantu sintesa vitamin D.

Berdasarkan panjang gelombang , sinar UV dibagi menjadi tiga:

1. Sinar UV-A (320-400 nm)

95% radiasi sinar Uv yang sampai ke permukaan bumi merupakan sinar UV-A. Intensitas sinar UV-A relatif sama sepanjang hari dan tidak dipengaruhi musim. Sinar UV-A mampu menembus kulit lebih dalam daripada sinar UV-B.Sinar UV-A mampu menembus kaca.

2. Sinar UV-B ( 290-320 nm )

Intensitas sinar UV-B dipengaruhi musim, intensitas ini akan meningkatkan saat musim panas tiba. Menyebabkan skin’s surface tanning (penggelapan permukaan kulit), kulit terbakar, tanda-tanda penuaan dini.

Sinar UV-B tidak mampu menembus kaca.

3. Sinar UV-C ( 200-290 nm )

Sinar UV-C sudah habis terserap ozon sehingga tidak sampai ke permukaan bumi, tidak membahayakan kulit kita (Lely, 2013).

2.6 Masker

Kosmetika wajah tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, salah satunya dalam bentuk masker. Bentuk sediaan masker yang banyak terdapat di pasaran adalah bentuk pasta atau serbuk, sedangkan sediaan masker bentuk gel masih jarang dijumpai, padahal masker bentuk gel mempunyai beberapa keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas dan dibersihkan .

(33)

Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti membrane elastis (Harry, 1973).

2.6.1 Fungsi masker

Fungsi masker antara lain:

g. Memperbaiki dan merangsang aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif h. Mengikat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit secara

mendalam

i. Memberi nutrisi , menghaluskan, melembutkan dan menjaga kelembapan kulit

j. Mencegah, mengurangi dan menyamarkan kerusakan-kerusakan pada kulit seperti gejala keriput dan hiperpigmentasi

k. Memperlancar aliran darah dan getah bening pada jaringan kulit (Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.6.2 Jenis-jenis masker

Banyak jenis masker yang saat ini beredar di pasaran, diantarannya:

a. Masker bubuk

Masker ini berupa bubuk yang harus dicampur dengan air terlebih dulu hingga kental, sebelum diaplikasikan pada wajah yang kulitnya normal.

Masker bubuk memiliki tingkat kerapatan yang tinggi, sehingga tidak cocok digunakan untuk kulit sensitif atau sedang mengalami iritasi.

b. Masker krim

Masker krim adalah gabungan untuk perawatan tertentu seperti facial. Masker krim baik untuk kulit kering karena fungsi masker ini bisa mengangkat kulit mati dan melembabkan kulit.

(34)

c. Masker gel

Masker gel termasuk salah satu masker yang praktis, karena setel;ah kering masker tersebut bisa langsung diangkat tanpa perlu dibilas, masker ini biasa dikenal dengan masker peel-off. Manfaat masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit bersih dan segar. Masker ini juga dapat mengurangi kerutan halus pada kulit wajah. Cara kerja masker peel-off ini berbeda dengan masker jenis lain. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta sel-sel kulit mati akan ikut terangkat.

d. Masker kertas/kain

Masker kertas biasanya berbentuk lembaran menyerupai wajah dengan beberapa lubang di bagian mata, lubang hidung, dan mulut. Sedangkan masker kain berupa gulungan kecil yang harus diuraikan. Masker kertas maupun kain harus dicelupkan atau dibasahi dengan cairan tertentu sesuai kebutuhan kulit, antara lain berupa minyak esensial, pelembab berbentuk cairan, dan serum khusus untuk wajah yang dapat mengangkat kotoran, menghaluskan kulit serta mencerahkan kulit.

e. Masker clay

Masker clay dikenal sebagai produk perawatan wajah yang ampuh untuk membersihkan pori-pori tersumbat. Masker ini cocok untuk kulit berminyak karena kemampuannya menyerap kandungan minyak pada wajah sekaligus mengencangkan permukaan kulit (Gayatri, 2010).

(35)

2.7 Skin Analyzer

Pada analisis konvensional, diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan pengamatan semata. Hal ini dapat dijadikan diagnosis yang bersifat subjektif dan bergantung pada persepsi para dokter. Pemeriksaan seperti ini memiliki kekurangan pada sisi analisis secara klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah dipahami pasien (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan perangkat yang dirancang untuk mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi untuk mendukung diagnosis dokter yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan sisi lebih dalam dari lapisan kulit.

Tambahan rangkaian sensor kamera yang terpasang pada Skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).

2.7.1 Pengukuran kondisi kulit dengan Skin Analyzer

Menurut Aramo (2012), beberapa pengukuran yang dapat dilakukan dengan menggunakan Skin analyzer, yaitu:

1. Kadar air (Moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture cheker yang terdapat dalam Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menekan tombol power dan diletakkan pada permukaan kulit. Angka yang ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar air dalam kulit yang diukur.

2. Sebum

Pengukuran kadar minyak dilakukan menggunakan alat oil cheker yang terdapat dalam Skin analyzer Aramo. Caranya dengan menempelkan bagian sensor yang telah terpasang pada spons pada permukaan kulit.Angka yang

(36)

ditampilkan pada alat merupakan persentase kadar minyak dalam kulit yang diukur.

3. Kehalusan (Evenness)

Pengukuran kehalusan kulit dilakukan dengan perangkat Skin analyzer pada lensa perbesaran 60x dan menggunakan lampu sensor biru (normal). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan kondisi kulit yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

4. Pori (Pore)

Pengukuran besarnya pori pada kulit secara otomatis akan keluar pada saat melakukan pengukuran kehalusan pada kulit. Gambar yang telah terfoto pada pengukuran kehalusan kulit juga akan keluar pada kotak bagian pori-pori kulit.

Hasil berupa angka dan penentuan ukuran pori secara otomatis akan keluar pada layar komputer.

5. Noda (Spot)

Pengukuran banyaknya noda yang dilakukan dengan seperangkat Skin analyzer. Pada lensa perbesaran 60x menggunakan lampu sensor jingga (terpolarisasi). Kamera diletakkan pada permukaan kulit yang akan diukur kemudian tekan tombol capture untuk memfoto dan secara otomatis hasil berupa angka dan penentu banyaknya noda yang didapatkan akan tampil pada layar komputer.

2.7.2 Parameter pengukuran

Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara

(37)

langsung disesuaikan dengan parameter yang telah diatur sedemikian rupa pada alat. Parameter hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Parameter hasil pengukuran dengan Skin analyzer

Pengukuran Parameter (%)

Kadar air (Moisture)

Dehidrasi Normal Hidrasi

0-29 30-50 51-100

Kehalusan (Evenness)

Halus Normal Kasar

0-31 32-51 52-100

Pori (Pore)

Kecil Beberapa besar Sangat besar

0-19 20-39 40-100

Noda (Spot)

Sedikit Beberapa noda Banyak noda

0-19 20-39 40-100

Keriput (Wrinkle)

Tidak berkeriput Berkeriput Berkeriput parah

0-19 20-52 53-100

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Penelitian meliputi pembuatan kefir susu kambing etawa,pengujian kualitas kefir,pembuatan sediaan sediaan masker peel-off, penentuan mutu fisik sediaan (pengamatan organoleptis,uji homogenitas, pengukuran pH, pengujian waktu sediaan mengering, dan penentuan viskositas), uji iritasi dan pengujian efektivitas sediaan.

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kosmetologi dan Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat

Neraca analitik (Dickson), alat-alat gelas, lumpang, cawan porselin, stamfer, cawan porselin, kertas perkamen, penangas air, spatula, sudip, toples kaca, batang pengaduk, panci, penyaring, pH meter (Exact Instrument), viskometer Brookfield, termometer, alat skin analyzer dan moisture checker (Aramo Huvis) .

3.1.2 Bahan-bahan

Susu kambing etawa, starter kefir, etanol 96%, PVA, carbomer 940, natrium lauril sulfat, gliserin, air suling, larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01).

(39)

3.2 Sukarelawan

Sukarelawan yang dipilih adalah 12 orang mahasiswi di Fakultas Farmasi USU dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wanita berbadan sehat 2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi 4. Bersedia menjadi sukarelawan

3.3 Pengambilan dan Pengolahan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling purposif yang dikenal juga sebagai sampling pertimbangan dimana sampel ditentukan atas pertimbangan bahwa populasi sampel adalah homogen dan sampel yang tidak diambil mempunyai karakteristik yang sama dengan sampel yang sedang diteliti.

3.3.1 Pembuatan kefir susu kambing Etawa (sampel)

Pembuatan kefir pada penelitian ini dilakukan dengan metode tradisional (Hidayat, 2006). Sebelum dilakukan pembuatan kefir, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan kefir, kemudian susu dipasteurisasi hingga suhu 80°-90oC selama 15 menit. Kemudian susu dimasukkan kedalam toples didinginkan hingga suhu 18°-22oC.

Tahap selanjutnya starter kefir dimasukkan ke dalam toples susu, diinkubasi pada suhu ruang selama 48 jam. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk memisahkan kefir dan biji kefir. Kefir yang didapatkan dari penyaringan diambil untuk dilakukan uji kualitas yaitu kadar asam laktat, nilai pH, viskositas, lalu kefir yang sudah dipanen dapat dikeringkan menggunakan freeze dryer.

(40)

3.3.2 Uji kualitas kefir

Uji kualitas kefir ini meliputi beberapa pengujian : 3.3.2.1 Pengukuran kadar asam laktat

Prinsip dalam pengukuran asam laktat yaitu jumlah asam dihitung sebagai asam laktat. Pengujian yang dilakukan berdasarkan uji keasaman menurut SNI 2981-2009 dengan metode Soxhlet Henkel yaitu ditimbang sebanyak 10 g contoh (pipet 10 ml contoh) (W) dimasukkan ke dalam erlenmayer, dilarutkan dalam air bebas CO2 sebanyak 2 kali volume dan ditambahkan 2 ml indikator phenolftalein dan titrasi dengan larutan 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda.

Cara perhitungannya yaitu:

% 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡 = 𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 90

𝑊 𝑥100%

W = bobot contoh (mg)

V = volume larutan NaOH (ml) N = normalitas larutan NaOH 90 = bobot setara asam laktat 3.3.2.2 Pengukuran nilai pH

Pengukuran nilai kefir susu berpedoman pada standar nasional Indonesia (SNI 2981-2009). pH meter dicelupkan ke dalam kefir susu kambing Etawa. pH meter akan bekerja secara otomatis. Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah dan ditunggu 2-3 menit sampai angka digital stabil.

(41)

3.3.2.3 Pengukuran viskositas kefir

Pengukuran viskositas kefir menggunakanalat viskometer Brookfield.

Sampel sebanyak 200 ml dimasukkan ke dalam gelas piala 250 ml. Spindle dicelupkan ke dalam contoh dan diatur ketinggian viskometer hingga tanda garis tercelup. Pengukuran dilakukan dengan menekan tombol ON dan dibiarkan spindle berputar selama 20-30 detik, dan angka yang ditunjukkan oleh jarum dibaca secara tepat. Viskositas dihitung dengan persamaan :

Viskositas (cP) = skala yang terbaca x faktor konversi 3.3.3 Pemeriksaan stabilitas kefir

Dilakukan pengamatan perubahahan pH, warna, aroma pada kefir yang telah di-freeze dryer dalam penyimpanan selama 4 minggu pada suhu kamar.

3.4 Formulasi Sediaan Gel

3.4.1 Formula standar masker peel-off (Rieger,2000)

R/ Polivinil alkohol 5-10%

Humektan 2-10%

Surfaktan 2-5%

Alkohol 10-30%

pH Buffer pH 4-7

Pengawet qs

Parfum qs

Pewarna qs

Air suling ad 100

(42)

3.4.2 Formula modifikasi basis masker peel-off R/ Polivinil alkohol 10

Carbomer 940 0,5

Gliserin 10

Natrium lauril sulfat 2

Etanol 96% 20

Air suling ad 100

Cara pembuatan :

Dikembangkan carbomer 940 ke dalam air suling panas sebanyak 20 kalinya, didiamkan selama 15 menit gerus homogen. Polivinil Alkohol (PVA) ditambah air suling, kemudian dipanaskan di atas penangas air pada suhu ±750C dan diaduk konstan hingga membentuk gel. Dilarutkan natrium lauril sulfat dalam air suling panas. Ditambahkan massa carbomer 940 ke massa PVA, lalu ditambahkan larutan natrium lauril sulfat dan gliserin. Diaduk konstan dan homogen lalu dibiarkan hingga dingin. Kemudian ditambah etanol 96% hingga membentuk basis masker peel-off.

3.4.3 Formulasi sediaan masker peel-off

Masker peel-off dibuat dalam 4 formula yang dibedakan oleh konsentrasi kefir susu kambing etawa. Sebagai blanko digunakan masker peel-off tanpa kefir susu kambing Etawa.

Masing-masing formula sediaan masker dibuat sebanyak 100 g dan dibagi untuk pengujian stabilitas dan uji efektivitas. Rancangan formula masker peel-off dapat dilihat pada Tabel 3.1.

(43)

Tabel 3.1 Rancangan formula Masker Peel-off

Konsentrasi (%)

No Bahan F0 FI FII FIII

1 Kefir susu kambing etawa - 2 4 6

2 Basis masker peel-off ad 100 ad 100 ad 100 ad 100

Keterangan:

F0 : Basis masker peel-off tanpa Kefir (blanko)

FII : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 2 % FII : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 4 % FIII : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 6 % Cara pembuatan:

Kefir susu kambing etawa ditimbang sesuai konsentrasi, kemudian ditambah sedikit basis masker peel-off, digerus hingga homogen. Dicukupkan dengan basis masker peel-off hingga 100 g .

3.5 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Penentuan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap sediaan masker peel-off meliputi uji homogenitas, pengamatan organoleptis, pengukuran pH, pengujian waktu sediaan mengering, dan penentuan viskositas sediaan masker gel peel off.

3.5.1 Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan objek gelas. Sejumlah tertentu sediaan jika diperoleh pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM RI, 1979).

(44)

3.5.2 Pengamatan organoleptis

Pengamatan organoleptis meliputi bentuk, perubahan warna dan bau dari sediaan masker peel-off yang diamati secara visual.

3.5.3 Pengukuran pH

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut.

Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue.

Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu timbang 1 g sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

3.5.4 Pengujian waktu sediaan mengering

Pengujian waktu kering dilakukan dengan cara mengoleskan masker peel-off ke sebagian wajah area pipi dengan tebal kira-kira 1 mm dan diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskan masker peel-off hingga benar-benar terbentuk lapisan yang kering.

3.5.5 Penentuan viskositas sediaan masker peel-off

Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer Brookfield. Dengan cara menimbang 100 gram sediaan masker peel-off kefir susu kambing Etawa kemudian diatur spindle dan kecepatan yang digunakan viskometer Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari gel akan terbaca.

(45)

3.6 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker peel-off kefir susu kambing Etawa dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker peel-off yang dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM RI, 1985).

Sukarelawan yang akan menggunakan kosmetika baru dapat dilakukan uji tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai kosmetik tersebut di tempat lain misalnya dibagian lengan bawah atau di belakang daun telinga. Setelah dibiarkan selama 24-48 jam tidak terjadi reaksi kulit yang diinginkan, maka kosmetik tersebut dapat digunakan (Wasiatatmadja, 1997).

3.7 Pengujian Efektivitas

Pengujian efektivitas dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 12 orang dan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Kelompok I : 3 sukarelawan menggunakan masker peel-off tanpa kefir (F0 = blanko)

b. Kelompok II : 3 sukarelawan menggunakan masker peel-off kefir 2%

(FI)

c. Kelompok III : 3 sukarelawan menggunakan masker peel-off kefir 4%

(FII)

(46)

d. Kelompok IV : 3 sukarelawan menggunakan masker peel-off kefir 6%

(FIII)

Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah ditandai yang meliputi : kehalusan (eveness), pori (pore), dan noda (spot) dengan menggunakan skin analyzer. Perawatan mulai dilakukan dengan mengaplikasi masker peel-off hingga merata pada wajah yang telah ditandai, masker peel-off diaplikasi berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan diatas. Perubahan kondisi kulit diukur saat sebelum aplikasi masker peel-off dan setelah aplikasi masker peel-off setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan alat skin analyzer.

(47)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Kualitas Kefir

4.1.1 Pengukuran kadar asam laktat

Starter kefir terdiri dari khamir, bakteri Lactobacillus, beberapa Acetobacter, dan Streptococcus. Jenis mikroba yang mendominasi dalam kefir yaitu dari genus Lactobacillus, yang bekerjasama dengan Streptococcus.

Suasana asam pada proses fermentasi susu diakibatkan perubahan laktosa menjadi asam laktat oleh aktivitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat serta senyawa-senyawa yang terkandung dalam susu seperti albumin, kasein, dan fosfat (Buckles dan Edward, 2010).

Standar kualitas kefir pada penelitian ini disamakan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yoghurt. Menurut SNI kadar total asam yang sesuai standar kualitas adalah 0,5-2,0%, Kadar asam laktat pada penelitian ini adalah 1,3%.

4.1.2 Pengukuran nilai pH

Nilai pH atau derajat keasaman kefir diperoleh dengan pengukuran secara langsung menggunakan pH meter. Nilai pH dapat diperoleh karena terdapat kandungan asam oleh bakteri starter dalam sampel. Menurut SNI nilai pH yang sesuai standar kualitas yaitu 3,5-4,4. Nilai pH pada penelitian ini adalah 4,01.

4.1.3 Pengukuran viskositas kefir

Viskositas atau kekentalan kefir atau produk susu fermentasi lainnya, disebabkan karena proses koagulasi susu akibat dari aktivitas mikroba dalam

(48)

kekentalan. Nilai viskositas pada penelitian ini adalah 1.500 cP. Mikroba dalam starter yang mempunyai kemampuan untuk mendenaturasi protein dan lemak susu sehingga menyebabkan koagulasi dan menyebabkan tekstur susu menjadi kental. Hal ini menunjukkan bahwa protein akan mengalami denaturasi dalam kondisi asam yang dihasilkan oleh mikroba penghasil asam serta pH yang rendah.

Protein yang telah mengalami denaturasi kelarutannya lebih kecil dari bentuk aslinya. Denaturasi maupun pengendapan efek totalnya dikenal sebagai penggumpalan atau koagulasi (Sastrohamidjojo, 2009).

4.2 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Peel-off

Sediaan masker peel-off dibuat dengan menggunakan formula standar masker peel-off (Rieger, 2000). Formula standar ini dimodifikasi dimana sebagian bahan dikeluarkan. Kefir susu kambing etawa yang digunakan untuk membuat sediaan masker peel-off adalah dengan konsentrasi masing-masing 2, 4, dan 6%. Sediaan masker yang diperoleh berupa masker peel-off berwarna kuning lemah transparan, sedikit berbau khas.

4.3 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker 4.3.1 Hasil pemeriksaan homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan masker peel-off kefir susu kambing etawa menunjukkan bahwa semua sediaan tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca transparan. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM RI, 1979).

(49)

4.3.2 Hasil pemeriksaan pH

Pada pemeriksaan pH sediaan masker peel-off, didapatkan pH berkisar antara 5,14–6,18. Dari data dapat dilihat bahwa semakin banyak jumlah kefir susu kambing Etawa yang ditambahkan maka pH sediaan semakin menurun atau dengan kata lain pH semakin asam. Hal ini dapat disebabkan karena pH kefir yang telah di-freeze dryer (serbuk kefir) yang asam yaitu 3,6. Semakin alkalis atau semakin asam bahan yang mengenai kulit, semakin sulit kulit untuk menetralisirnya dan kulit dapat menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu, pH kosmetika diusahakan sama atau sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 4,5–7,0 (Wasitaatmadja, 1997).

4.3.3 Hasil pemeriksaan viskositas

Viskositas merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi parameter daya sebar dan pelepasan zat aktif dari masker peel-off. Masker peel-off yang memiliki viskositas optimum akan mampu menahan zat aktif tetap terdispersi dalam basis masker peel-off dan meningkatkan konsistensi masker peel-off tersebut. Hasil pengamatan viskositas sediaan masker peel-off selama 4 kali formulasi menunjukkan bahwa sediaan tidak mengalami perubahan nilai viskositas. Pengujian waktu sediaan mengering dilakukan dengan mengamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering adalah waktu dari saat mulai dioleskannya masker peel-off pada kulit wajah hingga terbentuk lapisan yang kering.Hasil pengamatan sediaan masker peel-off dapat dilihat Tabel 4.1.

(50)

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan Masker Peel-off

Formula Parameter Penampilan

Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

F0

Warna Bening Bening Bening Bening

Bau Tidak

berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

Tidak berbau

pH 6,1 6,1 6,1 6,1

Waktu mengering (menit)

13 13 13 13

Viskositas(cp) 11000 11000 11000 11000

FI

Warna Kuning

lemah

Kuning lemah

Kuning lemah

Kuning lemah

Bau Berbau

khas

Berbau khas Berbau khas

Berbau khas

pH 5,6 5,6 5,6 5,6

Waktu mengering (menit)

14 14 14 `14

Viskositas(cp) 10750 10750 10750 10750

FII

Warna Kuning

lemah

Kuning lemah

Kuning lemah

Kuning lemah

Bau Berbau

khas

Berbau khas Berbau khas

Berbau khas

pH 5,2 5,2 5,2 5,2

Waktu mengering 15 15 15 15

Viskositas(cp) 10500 10500 10500 10500

FIII

Warna Kuning

muda

Kuning muda

Kuning muda

Kuning muda

Bau Berbau

khas

Berbau khas Berbau khas

Berbau khas

pH 5,1 5,1 5,1 5,1

Waktu mengering (menit)

16 16 16 16

Viskositas(cp) 10250 10250 10250 10250

Keterangan:

F0 : Basis masker peel-off tanpa Kefir (blanko)

FII : Masker peel-off kefir susu kambing etawa konsentrasi 2 % FII : Masker peel-off kefir susu kambing etawa konsentrasi 4 % FIII : Masker peel-off kefir susu kambing etawa konsentrasi 6 %

Hasil yang diperoleh semakin banyak kefir susu kambing Etawa yang dipakai maka waktu yang dibutuhkan sediaan masker peel-off untuk mengering

(51)

semakin meningkat. Hal ini dapat disebabkan kadar air pada setiap formula akan semakin berkurang apabila semakin banyak kefir susu kambing Etawa yang ditambahkan pada sediaan masker peel-off.

4.4 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 12 sukarelawan yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan masker peel-off pada kulit belakang telinga, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil negatif terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan masker peel-off yang dibuat aman untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007). Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Pengamatan Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kemerahan (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Gatal-gatal (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Bengkak (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) Keterangan :

(-) : tidak mengiritasi (+) : Kulit kemerahan (++) : Kulit gatal-gatal (+++) : Kulit bengkak

4.5 Hasil Pengujian Efektivitas Masker Pell-off

Pengujian efektivitas masker peel-off menggunakan skin analyzer Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), kehalusan (evenness) dan

(52)

dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit wajah sukarelawan. Kemudian pengaplikasian masker peel-off dilakukan seminggu sekali dan diukur perubahannya, sampai 4 kali pengukuran. Data yang diperoleh pada setiap parameter dianalisis secara statistik dengan metode Kruskal-Wallis lalu dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan nyata dari setiap perlakuan pada sukarelawan. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 8 halaman 61-73.

4.5.1 Kadar air (moisture)

Pengukur kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture chacker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Data hasil pengukuran kadar air pada kulit semua kelompok sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah sukarelawan setelah pemakaian masker peel off selama 4 minggu.

Formula

Kadar Air

Persentase kenaikan kadar air

(%) Waktu (Minggu)

Awal Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4

B A B A B A B A

F0 32 32 32,33 32,3 33 33 33,3 33,3 34 6,2 FI 31,3 31,67 32 32,3 32,6 33 33,6 33,6 34,3 9,3 FII 33,3 33,67 34,33 34,6 35,6 35,6 35,6 36,3 36,3 9,0 FIII 32,6 33,67 34,67 35 35,6 36 36,6 37 37,6 15,3 Keterangan:

Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo,2012) F : Formula

B : Sebelum aplikasi masker peel-off A : Sesudah aplikasi masker peel-off

F0 : Basis masker peel-off tanpa Kefir (blanko)

FI : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 2%

FII : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 4%

FIII : Masker peel-off kefir susu kambing Etawa konsentrasi 6%

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan klorofil TBM-2 kelapa sawit menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan pemupukan unsur Ca pada 15– 26 BST, hal ini sesuai dengan

S26 - Jika kontak dengan mata, segera bilas dengan air yang banyak dan minta saran medis S45 - Jika terjadi kebakaran atau merasa tidak enak badan, segera minta saran medis..

Mengu Sebel dahulu  vern pengukuran kecil dari uk permukaan pan sebelu lum  me kan vernier enggunaka periksa annya  ma dirapatkan penyetel.  terlebih da ukan peng

Dengan adanya konsep merdeka belajar yang usung oleh pemerintah ini,maka faktor pendukung utamanya adalah keterlibatan keluarga dalam mendidik anak dan dalam

Untuk menjaring calon Ketua Sekolah Tinggi Agama Kristen Negeri (STAKN) Palangka Raya Periode 2019-2023 yang memiliki persyaratan dan kriteria sesuai dengan

Untuk tujuan pengendalian intern dan penilaian kinerja kantor pusat, sebaiknya digunakan metode yang kedua yaitu laba atau rugi kantor agen dipisahkan dengan laba atau rugi

Puji syukur kepada Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penelitian Tindakan Kelas ini yang

Deformasi dalam lukisan didapatkan dari penyederhanaan bentuk dan warna pada objek sehingga dihasilkan bentuk-bentuk yang berkarakteristik dekoratif, proporsi bentuk