• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

E. Penelitian relevan

Berdasarkan permasalahan yang penulis teliti ini terdapat beberapa hal penilitian yang berkaitan dengan Pemanfaatan Tanah Wakaf Sebagai Lahan Produktif antara lain:

1. Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Dan Hukum Positif Tentang Pemanfaatan Tanah Wakaf Oleh Wakif (Studi Kasus di Desa Pringsewu Utara Kec. Pringsewu Kab. Pringsewu) ” Oleh Muhammad Zuhal Haris NIM 1421030049, Jurusan Muamalah Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung Tahun 2018. Skripsi ini membahas tentang Pelaksanaan kegiatan wakaf di Desa Pringsewu Utara Kab. Pringsewu dalam hal ini wakaf sebagai tanah pemakaman umum bagi warga desa setempat.

Pelaksanaan Tanah wakaf ini memang digunakan untuk fasilitas umum sebagai tanah pemakaman bagi warga desa Pringsewu Utara dan berjalan sesuai dengan bentuk kepanitian yang telah dibuat dan disepakati bersama dalam pengelolaannya. Namun, tanah pemakaman itu dimanfaatkan oleh wakif yang tak lain adalah ketua panitia tersebut sebagai ajang bisnis selain ladang amal bagi diri wakif dan fasilitas ummat. Pemanfaatan tanah wakaf yang dilakukan oleh wakif di Desa Pringsewu Utara Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu dalam hal ini memungut biaya atas pemakaian tanah makam yang sudah diwakafkanoleh wakif dengan mengambil keuntungan dari hasil wakaf meski pembayarannya diberikan secara sukarela kepada wakif melalui bendahara yang telah diatur dan disepakati oleh warga setempat.

Persaman dalam penulisan karya ilmiah ini yaitu sama-sama membahas tentang Pemanfaatan tanah wakaf, namun perbedaannya adalah dalam skripsi ini penulis membahas tentang bagaimana pengelolaan tanah wakaf sebagai lahan produktif yaitu di bidang pertanian dan bagaimana sistem bagi hasil dari pemanfaatan tanah wakaf sebagai lahan produktif yang terjadi di Nagari Koto Baru Kecamatan Padang Sago Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman.

2. Skripsi yang berjudul “Penggunaan aset wakaf produktif bagi pengelolanya di desa mronjo selopuro blitar” (tinjauan uu no 41 tahun 2004 dan fiqh syafi‟iyyah) oleh Irfan santoso NIM 04210021 Jurusan Al-Ahwal Al Syaksiyyah Uin Malang Maulana Malik Ibrahim Tahun 2010 skripsi ini membahas tentang praktek pelaksanaan wakaf produktif di Masjid Baitul Huda Desa Kabonsari Kelurahan Mronjo Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar, dimana pelaksanaannya pengurus masjid memberikan wewenang kepada orang lain untuk mengelola dan merawat aset wakaf produktif berupa sawah dengan berkosekuensi ia harus menjadi muaddzin dan mau memelihara kebersihan masjid. Pelaksanaan kedua

wakaf dikelola oleh nazir itu sendiri, dengan mengambil keuntungan dari hasil penggunaan aset wakaf tersebut.

Persaman nya dengan penulisan karya ilmiah penulis adalah sama membahas tentang pemanfaatan aset wakaf atau berupa tanah wakaf sebagai lahan produktif di bidang pertanian. Perbedaannya adalah penulis membahas tentang pemanfaatan tanah wakaf sebagai lahan produktif di bidang pertanian yaitu berupa pohon kelapa dan pepaya dan nazir dalam hal ini tidak ikut mengelolanya, karena nazir memberikan sepenuhnya pengelolaan ini kepada pihak ketiga (pekerja).

3. Jurnal Muqtasid, Pengelolaan Wakaf Produktif Dalam Bentuk Spbu Studi Kasus Spbu Masjid Agung Semarang oleh Nurodin Usman, Universitas Muhammadiyah Magelang, Volume 4 Nomor 1 Juni 2013, Jurnal ini membahas tentang pengelolaan dan pengembangan benda wakaf yang menggabungkan konsep wakaf produktif dan wakaf langsung (konsumtif).

Diantara bentuk pengelolaan dan pengembangan benda wakaf produktif tersebut diwujudkan dalam bentuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Persamaannya dengan karya ilmiah penulis adalah sama-sama membahas tentang pengelolaan dan pengembangan benda wakaf berupa tanah wakaf yang di peruntukan untuk Masjid secara produktif.

Perbedaannya adalah penulis membahas tentang pemanfaatan tanah wakaf sebagai lahan produktif dalam bidang kerjasama pertanian.

4. Jurnal tentang Problematika Pengelolaan Tanah Wakaf Produktif Berbasis Masjid (Studi Kasus Terhadap Tanah Wakaf Masjid di Kota Palembang) oleh Siti Rochmiyatun, Nurani Vol. 18, No. 1, Juni 2018.

Jurnal ini membahas tentang tanah wakaf masjid telah dikelola secara produktif, seperti pada Masjid Baitullah Palembang, yaitu menyewakan Graha Darussalam Baitullah Palembang, yang berdiri di atas tanah wakaf tepat di sebelah Masjid Baitullah Palembang. Persamaannya dengan karya ilmiah penulis adalah sama-sama membahas tentang pengelolaan

wakaf produktif yaitu tanah wakaf yang diperuntukan untuk masjid menjadi produktif. Perbedaannya dengan karya ilmiah penulis adalah penulis membahas tentang tanah wakaf dijadikan sebagai lahan produktif yaitu berupa kerjasama pertanian.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Pada penulisan ini, jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah Field Research (penelitian lapangan) yaitu melihat kenyataan yang ada dilapangan mengenai adanya pengelolaa tanah wakaf menjadi lahan produktif di Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman dan sistem bagi hasil dari pemanfaatan tanah wakaf sebagai lahan produktif. Penulis mengolah data secara kualitatif deskriptif dengan menggunakan uaraian dari informasi yang dapat dari objek yang diteliti. Untuk itu akan dipaparkan tentang pertanyaan penelitian, waktu dan tempat penelitian, metode penelitian dan analisis data.

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif yang bersumber dari tulisan dan ungkapan dari tingkah laku yang dapat diobservasi dari manusia.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Adapun tempat dan waktu penelitian ini dilakukan yaitu berlokasi di Nagari Koto Baru Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman dan waktu penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2019.

Sestiap rancangan penelitian perlu dilengkapi dengan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Dalam jadwal ini berisi kegiatan apa saja yang akan dilakukan, dan berapa lama akan dilakukan, seperti:

No KEGIATAN 2019/BULAN

Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt 1 Survei Awal  

2 Pembuatan Proposal

49

3 Proses Bimbingan Pra Seminar

  

4 Seminar Proposal

5 Revisi Pasca Seminar

6 Penelitian Skripsi

7 Bimbingan Skripsi

 

8 Sidang Munaqasyah

9 Revisi Pasca Munaqasyah

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif penulis menggunakan instrumen utama dalam mengumpulkan data dan menginterpretasikan data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara. Dengan mengadakan wawancara mendalam dapat memahami makna interaksi sosial, mendalami perasaan dan nilai-nilai yang tergambar dalam ucapan dan perilaku responden.

Agar penelitian ini terarah, penulis terlebih dahulu menyusun kisi-kisi instrumen penelitian yang selanjutnya dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara.

Dalam melakukan kegiatan tersebut, penulis perlu dibantu dengan instrument pendukung seperti field-notes, handphone, recorder, untuk mecatat hasil wawancara, merekam dan dokumentasi.

D. Sumber Data

Adapun sumber data penulis pakai dalam penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Sumber data primer yaitu:

a. Kepala KUA dan Penyuluh Wakaf Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padang Sago 2 orang (Syafri Yendi dan Windra Firdaus) b. Pengurus Masjid Nurul Huda 1 orang (Tuangku Azwar)

c. Wakif (ahli waris) 1 orang (Nurma)

d. Nadzir (pengelola) 1 orang (Tuangku Zaini)

e. Pekerja 4 orang (Emrizal, Andrizal AB, Feri, Andrizal) 2. Sumber data sekunder yaitu:

a. Dokumen atau catatan penyuluh wakaf Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Padang Sago,

b. Buku-buku tentang wakaf, Akad, Bagi Hasil dan fiqh muamalah c. Jurnal dan pembahasan skripsi lain yang mengarah pada masalah yang

akan penulis teliti.

E. Teknik pengumpulan data

Data penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara

Teknik wawancara menjadi pengumpulan data yang berguna dalam penelitian ini, karena informasi yang diperoleh dapat lebih mendalam sebab peneliti mempunyai peluang lebih luas untuk mengembangkan lebih jauh informasi yang diperoleh dari informan melalui teknik wawancara peneliti mempunyai peluang untuk dapat memahami bagaimana proses pengelolaan tanah wakaf menjadi lahan produktif di Nagari Kapuah Batu Nyaring Koto Baru kecamatan padang sago kabupaten padang pariaman dan juga tentang sistem bagi hasil dari pemanfaatan tanah wakaf dijadikan lahan produktif. Dalam melakukan wawancara ini penulis melakukan

serangkaian tanya jawab dengan Kepala KUA, penyuluh wakaf di KUA, pengurus masjid nurul huda, Wakif, Nazir beserta Penggarap Tanah wakaf yang dijadikan lahan produktif di Nagari Kapuah Batu Nyaring Koto Baru Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman.

Pertanyaan tersebut disusun berdasarkan fokus dan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu tentang Sistem bagi hasil dari pemanfaatan tanah wakaf sebagai lahan produktif di Nagari Kapuah Batu Nyaring Koto Baru kecamatan padang sago kabupaten padang pariaman.

Adapun peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mendapatkan jawaban valid dari informan sehingga peneliti harus bertatap muka menjalin partnership dan bertanya langsung dengan informan.

2. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data melalui dokumentasi penulis peroleh dari Kantor KUA Padang Sago berupa Akta Wakaf F. Teknik Analisis Data

Analisis data di dapat dari penafsiran penelitian terhadap data dan pemecahan masalah yang akan diolah. Adapun teknik yang penulis gunakan dalam menganalis data adalah teknik analisis kualitatif deskriptif yaitu penelitian yang mengungkapkan serta menggambarkan kejadian-kejadian, fenomena-fenomena dan data-data yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya sesuai dengan kenyataan yang ada dan dimana penelitian dilakukan (Denim, 2002:41). Adapun dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menghimpun sumber data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Misalnya menghimpun data-data informasi yang ada baik dari Kantor Urusan Agama (KUA) Padang Sago sebagai lembaga penyuluh wakaf maupun dari pihak wakif, nazir dan penggarab tanah wakaf di Nagari Koto Baru.

2. Membaca, menelaah dan mencatat data-data yang telah dikumpulkan dari pihak yang terkait dalam Pemanfaatan Tanah Wakaf sebagai lahan

produktif. Misalnya menelaah tentang Sistem Bagi Hasil, akad kerjasama pertanian dan bukti Akta Wakaf di Lahan Pertanian tersebut.

Data yang diperoleh baik dari penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan akan dianalisis secara deskriptif analisis, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung yaitu tentang Tata cara Pengelolaan Tanah Wakaf sebagai lahan pertanian, mulai dari akad dan bentuk kerjasamanya selanjutnya tentang sistem bagi hasil dari pemanfaatan tanah wakaf tersebut. Penulis mendeskripsikan tinjauan fiqh muamalah terhadap pemanfaatan tanah wakaf sebagai lahan pertanian di Nagari Batu Nyaring Koto Baru, Kecamatan Padang Sago. Peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Denim,2002:41).

Kemudian fenomena atau peristiwa yang terjadi dilapangan tersebut harus dapat didudukkan hukumnya terlebih dahulu, apakah akad kerjasama dan Sistem bagi hasilnya sudah sesuai dengan syariat Islam, hal ini dapat di ungkapkan dan dijelaskan menurut fiqh muamalah.

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data Trianggulasi

Trianggulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya, yaitu dalam penelitian ini penulis melakukan pembandingan atau pemeriksaan data yang didapat dilapangan mulai dari sumber yang di dapat di kantor urusan agama (KUA), wakif, Naazir, ketua pengurus masjid nuru huda,dan selanjutnya sumber dari pihak-pihak yang ikut serta dalam pengelolaan tanah wakaf menjadi lahan produktif tersebut.

Dalam teknik penjamin keabsahan data, penulis melakukan dengan cara kualitatif, dimana penulis melakukan wawancara dan dokumentasi yang mana penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak Kantor Urusan Agama (KUA) padang sago, wakif, nazir dan para pihak yang terkait dalam pengelolaan tanah wakaf sebagai lahan produktif (pertanian).

Dalam hal ini wawancara penulis disertai dengan panduan wawancara atau pertanyaan wawancara.

BAB IV

TEMUAN PENELITAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian 1. Gambaran Umum

Penelitian ini bertempat di Nagari Batu Nyariang Koto Baru kecamatan Padang Sago, kabupaten Padang Pariaman provinsi Sumatera Barat. Seacara geografis kecamatan Padang Sago terletak pada 100.017,00 Bujur Timur dan 0040,00 Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata dari permukaan laut adalah 25-100 MDAL. Luas daerah kecamatan Padang Sago 32,06 KM2 yang sebagian besar diperuntukan untuk lahan perkebunan dan pertanian. Padang Sago terdiri dari enam (6) nagari dan dua puluh empat (24) Korong.Kecamatan Padang Sago berbatasan lansung dengan :

Tabel 1.2

Utara : Kecamatan Patamuan Barat : Kecamtan V koto Kampuang Dalam

Selatan : Kecamatan VII Koto Sungai Sariak

Timur : Kecamatan Patamuan

Berdasarkan tabel diatas kecamatan Padang Sago di apit oleh tiga kecamatan. Bagian utara berbatasan lansung dengan kecamatan Patamuan, bagian timur juga berbatasan lansung dengan kecamatan Patamuan bagian barat berbatas lansung dengan kecamatan V Koto Kampuang Dalam sementara disisi selatan berbatasan lansung dengan kecamatan VII Koto Sungai Sariak.

Peta Wilayah kecamatan Padang Sago

55

Gambar IV.1

Enam nagari yang terdapat dikecamatan Padang Sago adalah sebagai berikut :

1) Koto Baru

Terdiri dari empat Korong : Kapuah (148 Ha), Solok Pintu Gabang (232 Ha), Kampuamg Cubadak Tanah Runtuh (308 Ha), dan Tungka Kampuang Panyalai (186 Ha)

2) Batukalang

Terdiri atas empat Korong : Puncu Ruyung (232 Ha), Mangur (169 Ha), Lubuk Napa (204 Ha) dan Kampuang Piliang ( 111 Ha) 3) Koto Dalam

Terdiri atas empat Korong : Lurah Parit Kampuang Lambah (270 Ha), Ambalau Kampuang Lambah (150 Ha), Padang Kabau Kampuang Lambah (250 Ha) dan Lapau Bayur Kampuang Lambah (200 Ha)

4) Batukalang Utara

Terdiri atas empat Korong : Batukalang Tuo (80 Ha). Pondok Kayu (120 Ha), Durian Siamih (50 Ha) dan Kampuang Baru (70 Ha) 5) Koto Dalam Selatan

Terdiri atas empat Korong : Padang Sago Randah (830 Ha),

Jumlah Penduduk dan KK di Kecamatan Padang Sago :

No Nagari Laki-Laki Perempuan Jumlah Jumlah KK 1 Koto Baru 979 Jiwa 1019 Jiwa 1998

Visi dan Misi Kecamatan Padang Sago : 1) Visi

Mewujudkan kepuasan masyarakat melalui pelayanan yang berorentasi efektif dan efisien

2) Misi

a) Meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan kecamtan dan nagari secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel yang mengarah pada kepuasan masyarakat

b) Memberdayakan potensi aparatur kecamatan dan nagari mewujudkan tertib adminstrasi untuk memberikan kepastian hukum dalam proses maupun produk pelayanan sebagai wujud tanggung jawab pelaksanaan tugas

c) Menumbuh kembangkan sumber daya manusia (SDM) aparatur kecamatan dan nagari yang handal, beradat dan religious untuk pelayanan yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) d) Mewujutkan nilai-nilai kepuasan masyarakat atas pelayanan

aparatur kecamatan dan nagari 2. Sejarah

Padang Sago merupakan kecamatan pemekaran dari kecamatan VII Koto kabupaten Padang Pariaman. Secara adat istiadat Padang Sago masih satu adat dan kebudayaan dengan kecamatan VII Koto, dimana kekentalan terkenal masih paling keras disbanding kecamatan lainnya yang ada di kabupaten Padang Pariaman.

Islam masuk kewilayah Padang Sago melalui proses perperangan yang sengit antara penda’wah Islam dengan para penganut Hindu yang kental ketika itu. Perang menyebabkan gugurnya kedua pemimpin agama. Katik Sangko adalah pemimpin masukan Islam yang gugur ketika itu dikuburkan dipulau angso dua kota Pariaman, sementara Kali Jantan pemimpin Hindu ketika itu gugur di Tandikek. (Tambo suku Jambak Padang Sago).

Perbenturan kedua Agama antara Islam dan Hindu itu melahirkan percampuran budaya antara budaya Hindu dan Islam diwilayah Padang Sago. Sehingga tidak jarang masih ditemukannya praktik-praktik ajaran

hindu yang membaur dalam kehidupan Islam. perbauran ini memang sengaja dibiarkan membaur oleh para pejuang agama Islam terdahulu dengan tujuan agar Islam lebih mudah diterima di ranah VII Koto dan Padang Sago.

Pembauran ini melahirkan ajaran-ajaran yang danggap dapat memyesatkan oleh beberapa pihak. Namun penulis tidak memfokuskan pembahasan terhadap itu melainkan hanya sebagai gambaran umum msayarakat di Padang Sago.

3. Temuan Khusus

Adapun luas tanah wakaf di padang sago tersebut sebagai berikut:

NO NAGARI JUMLAH

STATUS SUDAH SERTIFIKAT

LOKASI LUAS LOKASI LUAS

1 Batu Kalang 2 6.350M2 2 6.350M2

2 Koto Baru 1 2.630M2 1 2.630M2

3 Koto Dalam 2 1.547M2 2 1.547M2

4 Koto Dalam Barat

1 1.905M2 1 1.905M2

JUMLAH 6 12.432M2 6 12.432M2

Dari data tanah wakaf di kecamatan padang sago tersebut tanah wakaf yang dijadikan sebagai lahan produktif terdapat di Nagari Koto Baru dan luas tanah yang dikelola menjadi lahan pertanian atau lahan produktif yaitu seluas 2050m2.

B. PEMBAHASAN

1. Tinjauan Fiqh Muamalah Terhadap Pengelolaan Wakaf Produktif di Nagari Koto Baru Kecamatan Padang Sago, Kabupaten Padang Pariaman

Penegelolaan wakaf produktif di Nagari Koto Baru Kecamatan Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman yaitu dengan memanfaatkan tanah wakaf yang di wakafkan oleh wakif untuk untuk pembangunan fasilitas pendukung Masjid atau tempat kegiatan keagaamaan seperti MDA atau ponpes yang dikelola Masjid. Ada dua tanah yang diwakafkan oleh wakif yang bernama yaitu tanah pertama diwakafkan pada tahun 1970 dan tanah kedua pada tahun 2001 kepada Masjid Nurul Huda Batunyariang dengan bukti akta wakaf dan dikelola oleh nazir sebagai pengurus masjid yang bernama Tuangku Zaini sebagai sekretaris Masjid Nurul Huda Batunyariang (Wawancara Nagari Koto Baru: Wakif (ahli waris), 9 September 2019).

Nazir dalam mengelola tanah wakaf tersebut mempekerjakan masyarakat/petani untuk menggarap lahan pertanian, dikarenakan nazir tidak sanggup mengelolanya menjadi lahan produktif dan menyerahkan kepada pihak lain sebagai tanah perkebunan. Hal ini di dasarkan atas pertanyaan penulis kepada Nazir tentang bagaimana pengelolaan tanah wakaf di nagari koto baru, dan nazir menjawab “selaku nazir yang dipercayakan pengurus Masjid kepada saya yang mana saya juga bahagian dari pengurus Masjid, karena saya tidak sanggup mengelolanya menjadi lahan produktif saya serahkan pengelolaannya kepada pihak lain untuk mengelolanya sebagai tanah perkebunan, sementara si pengelola juga bekerjasama dengan pihak lainnya dalam mengelola perkebunannya”

(Wawancara nagari koto baru: Nazir, 9 September 2019).

Akad kerjasama yang dipakai oleh nazir adalah akad kerjasama perkongsian di bidang kerjasama pertanian. Dimana akad ini sudah menjadi tradisi masyarakat di Nagari Koto Baru. Perjanjian ini dilakukan

oleh nazir dengan pekerja hanya perjanjian melalui lisan, tidak ada surat perjanjian akad kerjasama secara tertulis, dikarenakan kebiassaan masyarakat di Nagari Koto Baru akad perjanjian lisan ini sudah menjadi tradisi di masyarakat.

Hal tersebut didasarkan pada hasil wawancara penulis dengan ke 6 informant yaitu ahli waris wakif (Nurma), Nazir (Zaini), Pekerja (Emrizal, Andrizal AB, Feri dan Andrizal) dan Kepala KUA (Syafri Yendi) beserta Penyuluh wakaf (Windra Firdaus) di Kecamatan Padang Sago terhadap bagaimana perjanjian dalam kerjasama pengelolaan tanah wakaf produktif ini. Jawaban dari ke 6 informant tersebut sama bahwa dalam perjanjian kerjasama dalam pengelolaan tanah wakaf ini tidak ada perjanjian secara tertulis baik tentang kesepakatan kerjasama ataupun tentang berapa lama pengelolaan tanah wakaf tersebut, hal ini didasarkan hanya pada akad perkongsian pertanian yang sudah menjadi tradisi di masyarakat atau menurut kebiasaan adat di kecamatan padang sago kabupaten padang pariaman (Wawancara, padang sago, September 2019).

Dalam pengelolaan tanah wakaf tersebut, pengelola juga mempekerjakan orang lain untuk membantu menggarap lahan tersebut.

Lahan pertama dikelola oleh Emrizal semenjak tahun 1997 yang memperkerjakan orang lain yang bernama Alinurdin dan lahan kedua dikelola oleh Andrizal AB dengan memperkerjakan orang yang bernama Feri (Wawancara, Wakif (ahli waris) 9 september 2019). Hal ini juga penulis konfirmasi kepada pekerja Emrizal dan Andrizal AB bahwa apakah benar pekerja juga mempekerjakan orang lain dalam pengelolaan tanah wakaf di Nagari Koto Baru serta Alasan Pekerja mengambil pekerja tambahan tersebut, adapun jawaban dari pekerja Emrizal bahwa “Saya mengelolanya juga bekerjasama dengan Alinurdin sedangkan Andrizal AB bekerjasama dengan Feri, hal ini karena lahan yang kami kelola cukup luas dan saya membutuhkan pekerja tambahan untuk

mengelolanya” (wawancara Emrizal, nagari koto baru 14 September 2019). Dan hal ini diketahui oleh nazir dan nazir mengizinkan adanya pekerja tambahan dalam membantu pengelolaan tanah wakaf sebagai lahan pertanian (wawancara, Nazir Nagari Koto Baru : September 2019).

Berdasarkan Fiqh Muamalah pada dasarnya muamalat harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi untuk keabsaan setiap akad. Hal ini didasarkan kepada firman Allah SWT dalam surah An-nisa’ ayat 29:



Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, Karena umat merupakan suatu kesatuan. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Untuk menunjukan adanya kerelaan dalam setiap akad atau transaksi dilakukan ijab dan qabul atau serah terima antara kedua pihak yang melakukan transaksi (Muslich, 2015: 6).

Berdasarkan pemaparan penulis diatas bahwasanya penulis menganalisis akad dalam pengelolaan tanah wakaf sebagai lahan produktif di Nagari Koto Baru Kecamatan Padang Sago ditinjau dari fiqh muamalah, yang pertama dilihat dari ijab dan qabul, bahwasanya akad atau transaksi dilakukan oleh nazir bersama pekerja sudah ada ijab dan

qabul, atau serah terima antara kedua pihak yang melakukan transaksi kerjasama pengelolaan tanah wakaf sebagai lahan produktif di nagari koto baru. Dalam transaksi kerjsama ini sudah ada unsur kesukarelaan dan persetujuan akad, para pihak yang berakad dalam kerjasama pengelolaan tanah wakaf sebagai lahan produktif tersebut telah melakukan akadnya atas dasar kerelaan dan kerjasama tersebut juga atas persetujuan nazir.

Hal ini juga tidak ada bertentangan dengan syariat Islam. Menurut hanabilah dan ulama-ulama yang lain, setiap akad dan syarat yang berkaitan dengannya pada dasarnya dibolehkan, selama tidak dilarang oleh atau tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan syara’.

Menurut ahli hukum Islam kotemporer, rukun yang membentukan akad itu ada empat, yaitu:

1) Para pihak yang membuat akad (al-aqidan) 2) Pernyataan kehendak para pihak (shigatul-aqd) 3) Objek akad (mahallul-aqd)

4) Tujuan akad (maudhu’ al-aqd)

Dilihat dari segi rukun akad kerjasama dalam pengelolaan tanah wakaf sebagai lahan produktif bahwa dalam akad kerjasama pemanfaatan tanah wakaf ini sudah memenuhi rukun dari akad sesuai dengan hukum

Dilihat dari segi rukun akad kerjasama dalam pengelolaan tanah wakaf sebagai lahan produktif bahwa dalam akad kerjasama pemanfaatan tanah wakaf ini sudah memenuhi rukun dari akad sesuai dengan hukum

Dokumen terkait