• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAGIAN II – LAMPIRAN PENDUKUNG TUGAS SARJANA

FENOMENA PENELITIAN

2.3. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan terkait dengan distribusi gas di berbagai belahan dunia. Lance J. Bachmeier sebelumnya telah meneliti tentang integrasi antara gas alam, batubara dengan gas bumi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada integrasi yang signifikan antara ketiga sumber energi tersebut (Bachmeier and Griffin, 2016).

Desain rantai pasok dan optimisasi rantai pasok atas faktor ketidakpastian telah lama dikenal sebagai suatu permasalahan yang menantang dan menjadi kunci keberhasilan suatu perindustrian migas (Papageorgiou, 2009; Gosling, Purvis and

Naim, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Yahaya Yusuf di UK menunjukkan bahwa kelincahan/ketangkasan (agility) suatu rantai pasok diperlukan untuk menghadapi ketidakpastian dan mencapai kesigapan (responsiveness) yang sangat ditentukan oleh operasi, lingkungan, dan sektor bisnis atau industri rantai pasok tersebut (Yusuf et al., 2012).

Faktor kelincahan/ketangkasan (agility) merupakan salah satu faktor penentu kesigapan (responsiveness) suatu rantai pasok, yang dapat dapat dimaknai sebagai memperkaya pelanggan, memanfaatkan dampak sumber daya manusia dan informasi, bekerjasama untuk bersaing, serta menguasai perubahan dan ketidakpastian (Jain, Benyoucef and Deshmukh, 2008; Gosling, Purvis and Naim, 2010).

Terkait kesigapan suatu rantai pasok menghadapi perubahan dan ketidakpastian, telah diuraikan beberapa fokus utama suatu rantai pasok dalam menghadapi ketidakpastian dan perubahan yaitu (Wagner, Grosse-ruyken and Erhun, 2012; Chopra and Meindl, 2013).:

1. Memahami ketidakpastian antara supply dan demand,

2. Memahami karakteristik produk dan kapabilitas rantai pasok perusahaan, 3. Memastikan kesigapan rantai pasok konsisten menghadapi perubahan supply

dan demand pada rantai pasok tersebut

Untuk menjamin keberlanjutan (suistanability) suatu energi, yang dapat dimaksudkan sebagai kebutuhan saat ini dapat dipenuhi tanpa mengorbankan kemampuan generasi berikut untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri, maka perlu dilakukan perubahan pola distribusi menghadapi perubahan iklim yang

signifikan (Bekkering, Broekhuis and van Gemert, 2010). Seperti yang telah dilakukan yakni beberapa perubahan multi-stages pada pola distribusi dalam rantai pasok gas, mulai dari transportasi, penggunaan, pembuangan, serta pembangkitan dan transmisi energi terkait distribusi tersebut (Plambeck, 2012).

Penyajian model matematis pada setiap tingkat rantai pasokan gas alam dalam meminimalisasi biaya ekonomi yang timbul serta dampak lingkungan, akan membantu menciptakan manajemen rantai pasokan gas yang berkelanjutan dan ramah lingkungan (Azadeh, Raoo and Zarrin, 2015).

Penelitian terdahulu di Ireland juga menunjukkan bahwa analisis rantai nilai pada suatu jaringan rantai pasok diperlukan dalam mengidentifikasi parameter ekonomi yang paling penting untuk dijadikan tolok ukur kelayakan suatu rantai pasok dari segi ekonomis, yang diwakili oleh variabel biaya kapital dan biaya operasional (Bekkering, Broekhuis and van Gemert, 2010).

Rantai pasok LPG itu sendiri dimulai dari eksplorasi dan pengembangan lahan potensi gas bumi (Fodstad et al., 2010). Kemudian, diikuti oleh komponen rantai pasokan yang kompleks serta membutuhkan investasi besar setelah eksplorasi yakni ekstraksi, produksi, transportasi, penyimpanan dan distribusi (Azadeh, Raoo and Zarrin, 2015).

Secara umum, rantai pasok distribusi gas terbagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu upstream, midstream, dan downstream (Gao and You, 2015). Bagian hulu (upstream) merupakan fase persiapan termasuk eksplorasi, akuisisi dan perizinan atas lahan potensial (He and You, 2018). Bagian midstream terdiri dari perancangan pabrik pengolahan gas yang meliputi penghapusan asam, pemulihan

sulfur, fraksinasi, dan pembuangan nitrogen (He and You, 2014). Sedangkan bagian downstream (hilir) rantai pasokan gas melibatkan penyimpanan, pendistribusian, serta penjualan gas (Harding, 2008; Gao and You, 2015). Gambar 2.9 di bawah ini menujukkan gambaran jaringan rantai pasokan berdasarkan upstream, midstream, dan downstream.

Sumber: Gao Jiyou dan Fengqi You. 2015. Deciphering and Handling Uncertainty in Shale Gas Supply Chain Design and Optimization. American Institute of Chemical Engineers Journal Vol. 61 No. 11

Gambar 2.13 Gambaran Jaringan Rantai Pasok Gas

Terkait prospek gas global selama beberapa tahun ke depan, International Energy Agency memperkirakan bahwa lebih dari 40% dari komunitas ataupun keluarga yang baru memperoleh akses energi rumah tangga modern, akan menggunakan LPG, terutama di area perkotaan. LPG akan dijadikan sebagai suatu fase transisi terutama rumah tangga untuk beralih dari metode pemanasan konvensional menuju pemanasan dengan menggunakan energi listrik (Kojima, 2011). Sebuah penelitian di UK memproyeksikan bahwa pada tahun 2050, sebagian besar distribusi gas melalui pipa akan diganti karena alasan keamanan (Dodds and McDowall, 2013).

Program konversi energi ke LPG di Indonesia dinilai belum mampu mengurangi jumlah keseluruhan konsumen miskin energi, tetapi telah efektif mengurangi kemiskinan energi ekstrim (Andadari, Mulder and Rietveld, 2014).

Selain itu, ditemukan bahwa rumah tangga berpenghasilan menengah ke atas di daerah pinggiran kota, merupakan pihak yang paling diuntungkan dari program konversi energi LPG Indonesia (Budya and Yasir Arofat, 2011).

Untuk lebih jelas memahami prospek distribusi gas, diulas beberapa penelitian sebelumnya terkait peramalan permintaan gas dan jaringan distribusi gas dan disajikan pada Tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3 Pemetaan Penelitian Terdahulu Isu: Peramalan Kebutuhan Gas

2011) Berdasarkan model ekonometrik dinamis, didapatkan ada “hubungan”, non-kausalitas antara variabel GDP, laju pertumbuhan penduduk, dan pendapatan per kapita dengan permintaan gas. Didapatkan peningkatan permintaan 30 hingga 36% tergantung alternatif skenario yang diuji.

(Melikoglu, 2013)

Peramalan permintaan gas tahun 2013 hingga 2030 dalam agenda Pemerintahan Turki

“Vision 2023”, dengan model semi-empiris ekonometrik berdasarkan PDB dan PPP (Purchasing Power Parity). Didapatkan permintaan mencapai 76,8 milyar m3 dengan model linear dan 83,8 milyar m3 berdasarkan model logistik.

(Zeng and Li, 2016)

Mensimulasikan permintaan gas di Tiongkok berdasarkan data tahun 2002 hingga 2010 dan memvalidasi pada permintaan aktual 2011 hingga 2014, digunakan untuk meramalkan permintaan 2015 hingga 2020. Hasil peramalan menunjukkan peningkatan permintaan selama 5 tahun ke depan hingga mencapai 399,5 bcm untuk tahun 2020.

Tabel 2.3 Pemetaan Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Isu: Peramalan Kebutuhan Gas

Isu Penulis Temuan

(Kumar et al., 2011)

Gas diproyeksikan akan menjadi 10% energi primer di Asia, 24% sumber energi dunia.

Diproyeksikan permintaan gas AS mencapai 31,4 tcf tahun 2025. Hingga tahun 2030, permintaan gas akan mencapai 3 kali lipat dari sekarang dan distribusi regional akan mengalami perubahan signifikan.

(Smith, 2013) Dibandingkan 24 proyeksi permintaan gas untuk EU27 (27 Negara Uni Eropa), yang berasal dari asumsi berbeda mengenai sejauh mana bahan bakar akan tergantikan oleh energi terbarukan atau energi nuklir.

Permintaan gas EU27 diproyeksikan mencapai setidak-tidaknya 500bcm pada tahun 2020 hingga 2030.

(BP Plc, 2017) Per tahun 2017, telah mengalami peningkatan 3% konsumsi gas secara global.

Isu: Distribusi Gas dan Biaya yang Ditimbulkan

Isu Penulis Temuan

Rekonfigurasi distribusi memainkan peranan penting untuk meningkatkan keandalan suatu rantai pasok tanpa menimbulkan konsekuensi biaya tambahan. menunjukkan inefisiensi biaya sebesar 7% di sektor migas. Hasil penelitian menyoroti pentingnya karakteristik dampak lingkungan dan output, yang didapatkan dari jumlah pelanggan per kilometer pada jaringan tidak signifikan terhadap biaya, dimana luas area yang dijangkau berdampak signifikan terhadap biaya.

(Dodds and McDowall, 2013)

Per tahun 2050, distribusi gas di UK melalui pipa diekspektasikan akan digantikan dengan metode distribusi yang lain atas alasan keselamatan.

(Pantangi et

al., 2011) Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya konsumsi gas pada rumah tangga adalah perubahan pola perilaku konsumen yang menggunakan pemanas elektrik

Tabel 2.3 Pemetaan Penelitian Terdahulu (Lanjutan) Isu: Distribusi Gas dan Biaya yang Ditimbulkan

Isu Penulis Temuan

(Fabbri,

Fraquelli and Giandrone, 2000)

Jumlah pelanggan berpengaruh lebih signifikan dibandingkan jumlah gas yang dikirimkan terhadap variabilitas biaya distribusi. Kinerja operator swasta yang lebih baik menunjukkan bahwa proses privatisasi perlu dilanjutkan dengan memiliki lebih banyak operator dalam skala ekonomi lebih rendah. dengan mengkombinasikan dan mengintegrasikan distribusi gas dengan distribusi air panas mampu meningkatkan keandalan sistem distribusi secara keseluruhan.

(Raslavičius et al., 2014)

Dengan mempertimbangkan fakta bahwa rata-rata harga LPG selama lima tahun terakhir berkisar 45 hingga 62% dari harga bensin, disimpulkan bahwa harga LPG mirip dengan harga solar dalam hal ekuivalen

Biaya transportasi gas akan meningkat seiring dengan peningkatan skala distribusi (scale level), walaupun bukan faktor tunggal utama yang mempengaruhi biaya distribusi untuk skala distribusi yang dipertimbangkan.

(Krause et al., 2013)

Dengan pendekatan energy hub diharapkan mampu mengatasi tantangan dengan melakukan berbagai permodelan dan analisis terkait sistem energi di masa depan.

(Gao and You, 2015)

Semua keputusan desain untuk investasi mulai dari pengeboran, konstruksi pabrik pengolahan, desain pipa pada pemrosesan dan pendistribusian gas tersebut bertanggungjawab atas biaya produksi, hingga distribusi ke pelanggan akhir.

(Papageorgiou, 2009)

Ketidakpastian dalam rantai pasokan merupakan suatu isu penting untuk pemanfaatan kapasitas yang efisien dengan keputusan infrastruktur yang relavan. Aspek bisnis, keuangan, dan keberlanjutan juga menjadi tantangan masa depan.

Sumber: Referensi

BAB III

Dokumen terkait